Suara Nahdlatul Ulama
Kanal
Warta
Nasional
Daerah
Internasional
Risalah Redaksi
Keislaman
Ubudiyah
Syariah
Bahtsul Masail
Khutbah
Wawancara
Hikmah
Taushiyah
Doa
Tokoh
Fragmen
Pesantren
Opini
Seni Budaya
Puisi
Cerpen
Pustaka
Humor
Pendidikan Islam
Quote Islami
Kajian Keagamaan
Anti Hoax
Tentang NU
Download
Bahasa
Indonesia
English
Arabic
Cari
Warta
Nasional
Daerah
Internasional
http://www.nu.or.id/post/read/79095/khutbahidulfitrikeseimbanganantarakehambaandankekhalifahan 1/9
24/6/2017 Khutbah Idul Fitri: Keseimbangan antara Kehambaan dan Kekhalifahan | NU Online
Risalah Redaksi
Keislaman
Ubudiyah
Syariah
Bahtsul Masail
Khutbah
Wawancara
Hikmah
Taushiyah
Doa
Tokoh
Fragmen
Pesantren
more
Opini
Seni Budaya
Pustaka
Humor
Pendidikan Islam
Quote Islami
Kajian Keagamaan
Anti Hoax
Indeks
Khutbah Idul Fitri: Keseimbangan antara Kehambaan dan
Kekhalifahan
Rabu, 21 Juni 2017 18:00 Khutbah
Bagikan
Ilustrasi (saffad.net)
Khutbah I
Di dalam AlQuran, Allah SWT berfirman:
Ketika menafsirkan ayat di atas, Syekh Ahmad Musthafa alMaraghi menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan “fitrah” adalah altahayyu liqubul alhaqq wa din altawhid (kesiapan mental untuk menerima
kebaikan dan agama yang esa). Menganut penafsiran ini, sesungguhnya manusia ketika lahir diliputi oleh
potensi kebaikankebaikan. Ia dalam keadaan baik dan berpihak pada kebaikan serta kesucian. Ia memiliki hati
suci dan tidak mau untuk dikotori. Inilah sesungguhnya potensi dasar yang dimiliki oleh manusia. Oleh
karenanya, jika ada tekanan terhadap hakhak kemanusiaan maka sesungguhya ia memiliki potensi untuk
melakukan perlawanan. Namun demikian, potensi kesucian yang dimiliki manusia seringkali terkikis oleh
gangguan dan rongrongan terutama dari luar dirinya. Kondisi lingkungan keluarga dan masyarakat sosial
lainnya turut memberikan andil terhadap pengikisan potensi kefitrahan. Oleh karena itu, orang yang fitrah
sesungguhnya adalah orang yang mampu membentengi diri dari godaangodaan yang tidak baik.
Dalam konteks ini, ibadah puasa merupakan sarana yang diberikan oleh Allah agar manusia mampu
mempertahankan kefitrahannya itu. Ibadah puasa mengajarkan kepada kita agar menghilangkan atau
meminimalisasi nafsunafsu kemanusiaan dan meneladani sifatsifat ketuhanan. Ibadah puasa pun
mengisyaratkan agar manusia senantiasa agar dapat melakukan yang terbaik, ikhlas, jujur dan nilainilai
kebaikan lainnya. Jika manusia mampu melakukan pesanpesan moral ibadah puasa itu dalam kehidupannya,
maka layaklah ia berada dalam kefitrahannya dan mendapatkan predikat muttaqin. Mudahmudahan, kita
semua yang hadir di tempat ini termasuk di dalamnya, amin.
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. (QS al
Dzariyat [51]: 56)
Fungsi kehambaan (abid) relasinya adalah dirinya secara personal kepada Tuhannya. Manusia merupakan
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan (khaliq) sehingga berkewajiban untuk berterima kasiih kepadaNya. Ia
harus patuh, tunduk, tanpa reserve terhadap apapun yang diperintahkan oleh Tuhan. Siapa yang melanggar
akan ketentuan itu dinyatakan sebagai orang yang mengingkari akan hakikat dirinya, yang dalam bahasa
keagamaan disebut kufr.
Dalam QS. alDzariyat [51]: 56 di atas secara tegas dikatakan bahwa manusia merupakan yang diciptakan
(makhluq) sedangkan Tuhan sebagai yang menciptakan (khaliq). Keterciptaan manusia ini membuat keharusan
bagi manusia untuk beribadah, menyerahkan diri secara total kepada Tuhan. Penyerahan diri kepada Tuhan ini
dalam banyak hal tidak mengedepankan validitas secara rasional. Oleh karena itu, jika dinyatakan dalam
bentuk garis maka fungsi kehambaan ini dapat digambarkan dengan garis vertikal, di mana posisi Tuhan
berada di atas sedangkan manusia berada di bawah.
Patut digarisbawahi bahwa bentukbentuk kehambaan ini memiliki muatan dan fungsifungsi sosial yang perlu
diimplementasikan secara sosial. Sebab, yang membutuhkan penyembahan manusia bukanlah Tuhan, tetapi
manusia itu sendiri. Tuhan bukanlah Dzat yang memiliki kebutuhan, oleh karenanya Dia tidak bersifat kurang
(naqish). Akan tetapi, justeru manusialah yang membutuhkan akan makna sosial dari bentukbentuk
kehambaan ini. Oleh karena itu, orang yang berhasil dalam beribadah adalah orang yang mampu
memanivestasikan muatan dari praktek ibadah itu dalam ranah sosial.
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah
Sebagai khalifah, manusia adalah makhluk yang diberi kepercayaan oleh Allah Swt. untuk memakmurkan
bumi dan alam semesta ini. Relasinya adalah manusia dengan sesama manusia dan dengan alam. Firman Allah
menyatakan:
ِ ْﺍﻷَﺭ ﻲ
ً َﺧﻠِﻴﻔَﺔ ﺽ ْ ِﻓ ٌ َﺟﺎ ِﻋﻞ ﺇِﻧﱢﻲ ﻟِ ْﻠ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ ﻚ
َ َﺭﺑﱡ ﻗَﺎ َﻝ َﻭﺇِ ْﺫ
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." (QS alBaqarah [2]: 30)
Sebagaimana makna asal katanya, khalifah di sini dipahami sebagai wakil Tuhan untuk mengurus, mengelola,
mengayomi, memakmurkan, dan memanfaatkan segala isi yang ada di muka bumi. Di samping itu, fungsi
kekhalifahan ini juga menegaskan secara meyakinkan akan terbentuknya tatanan pranata sosial yang adil,
demokratis, setara, dan mengedepankan nilainilai kemanusiaan. Antara satu dengan yang lainnya memiliki
relasi yang sama besar dan sama kuat. Di antara mereka tidaklah dianggap sebagai subordinasi. Oleh karena
itu, secara historissosiologis kehidupan keduniaan harus didasarkan atas kevalidan secara rasional. Jika
diwujudkan dalam bentuk gambar maka tugas kekhalifahan ini akan membentuk garis horizontal, ujung satu
dengan yang lainnya adalah manusia yang memiliki relasi kesejajaran.
Dalam Islam, kedua fungsi di atas harus dapat disinergikan secara seimbang. Tuntutan kehambaan harus dapat
diwujudkan secara seimbang dengan tuntutan kekhalifahan. Tidak dianggap sebagai orang yang baik (insan
kamil) jika ia hanya mampu menjalankan fungsifungsi kehambaannya, sementara fungsi sosialkemanusiaan
terbengkalai. Demikian juga sebaliknya, bukanlah orang yang baik jika ia hanya mementingkan tugastugas
kekhalifahan sementara tugas kehambaannya tidak diaktualisasikan. Dengan demikian, fitrah manusia adalah
menjalankan tugastugasnya dengan sukses baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah di muka bumi
secara seimbang.
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Orang seperti ini hanya melakukan tugas kehambaan saja dalam bentuk ibadah mahdah, tetapi ibadah sosial
dia lalaikan. Meski mengerjakan shalat dan menyembah Allah, dia akan mengalami celaka di akhirat nanti,
sebab dia lupa akan makna shalatnya. Dia beribadah hanya secara formalistik, tetapi tidak secara
substansialistik. Dalam kehidupan seharihari, dia shalat tetapi lisannya tidak dijaga, telinga tidak diperhatikan,
mata berkeliaran ke manamana, kaki melangkah ke jalan yang tidak dibenarkan, pemikiran menyalahi aturan.
Ini sindiran yang luar biasa dari Allah lewat surat alMâ’ûn ini.
Oleh karena itu, di dalam Islam, ritual ibadah selalu memiliki dua hal secara integral: formalistik dan
substansialistik Tidak ada ibadah dalam Islam yang hanya dianjurkan secara aspek formalistik semata. Antara
formalistik dan substansialistik harus dilakukan secara seimbang. Dalam kasus ibadah puasa, juga demikian.
Hadis Nabi menyatakan:
Orang yang melakukan ibadah puasa tidak mendapatkan balasan apapun disebabkan dirinya tidak mampu
membangun harmoni dalam kehidupan sosialnya. Pikiran, gerakan, lisan, dan anggota tubuh lainnya tidak
terjaga dari perilaku destruktif.
Begitu pula ibadah haji, Nabi SAW menyebutkan:
Ketika itu para sahabat menanyakan bagaimana haji yang mabrur itu, Rasulullah menjawab, “Dia suka
memberi makan dan rajin menebarkan salam.” Artinya, seorang yang telah melaksanakan haji baru disebut
mabrur jika sekembalinya dari tanah suci dia peduli kepada sesamanya dan senantiasa menimbulkan
kedamaian di sekelilingnya. Kalau tidak, maka hajinya mardud (tertolak) dan tidak ada surga baginya.
Memberi makanan merupakan wujud dari solidaritas kita. Orang yang memiliki kepedulian yang baik dan
solidaritas yang tinggi kepada sesamanya, sesungguhnya itu merupakan manifestasi dari amal ibadahnya.
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Sesungguhnya banyak cara untuk dapat memperkuat dan memperteguh potensi kefitrahan itu, di antaranya
adalah menghilangkan atau meminimalisasi nafsunafsu kemanusiaan dan meneladani sifatsifat ketuhanan.
Jika Tuhan Maha Pengampun terhadap semua hambahambaNya maka kitapun sedikit demi sedikit
memberikan keikhlasan dalam memberikan ampunan kepada orangorang yang telah menyakiti kita. Jika
Tuhan Maha kasih dan sayang terhadap hambaNya maka kitapun belajar mengasihi dan menyayangi orang
orang di sekitar kita.
Diceritakan dalam salah satu hadits Nabi SAW. Ada 2 orang di akhirat yang samasama tidak masuk surga. Si
A adalah orang yang berlumuran dosa sehingga kebaikannya itu tidak dapat mengimbangi dosanya itu. Sedang
http://www.nu.or.id/post/read/79095/khutbahidulfitrikeseimbanganantarakehambaandankekhalifahan 5/9
24/6/2017 Khutbah Idul Fitri: Keseimbangan antara Kehambaan dan Kekhalifahan | NU Online
si B adalah orang yang memiliki kebaikannya hampir mengimbangi dosanya. Jika ada satu kebaikan lagi,
niscaya kebaikannya itu lebih banyak. Lalu, si A dengan penuh ketulusan dan keikhlasan demi solidaritas dan
kasih sayang terhadap sesamanya, mengajukan diri, “Ambillah satu dari kebaikanku untuk kawanku ini. Toh
hal ini tidak akan mengubah nasibku”. Mendengar itu Allah berkata: ”Atajudu wa ana aljawwad alkarim”
(Apakah Engkau akan berbuat baik, sedang Akulah Yang Maha Pengasih lagi Pemurah). Akhirnya, Allah
memerintahkan malaikat untuk memasukkan kedua hamba itu ke dalam surga. Si B dimasukkan ke dalam
surga dikarenakan nilai kebaikannya melampaui dosanya, sedangkan si A disebabkan karenanya solidaritasnya
yang tinggi terhadap sesama.
Dari cerita ini, pelajaran yang dapat kita tarik di antaranya adalah bahwa faktor penentu sesorang masuk surga
atau neraka atau mempertahankan kefitrahan itu sesungguhnya tidak hanya semamata didasarkan atas faktor
militansi keimanan secara personal kepada Tuhannya semata, tetapi juga kepeduliaannya terhadap nasib
sesama.
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Demikianlah, semoga Allah menerima semua ibadah Ramadan kita dan sholat id yang baru saja kita tegakkan.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita sehingga tugastugas yang telah
diamanahkan kepada kita, terutama tugas kehambaan dan kekhalifan itu, dapat dilaksanakan dengan sebaik
baiknya. Amin ya Rabbal Alamin.
ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ًﺪﺍ ﺃَ ﱠﻥ َﻭﺃَ ْﺷﻬَ ُﺪ ُﻟَﻪ ﻚ َ ﻻَ َﺷ ِﺮ ْﻳ ُ َﻭﺣْ َﺪﻩ ُﷲ ﺇِﻻﱠ َﻻَﺇِﻟَﻪ ﺃَ ْﻥ ﺃَ ْﺷﻬَ ُﺪ ٬ﺍﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﻴ َْﻦ ْ َﺭﺏﱢ ِِ ﺍَ ْﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ٬×7 ُﺃَ ْﻛﺒَﺮ َُﷲ
َﷲ ﺍِﺗﱠﻘُ ْﻮﺍ ِﷲ ﻓَﻴَﺎ ِﻋﺒَﺎ َﺩ .ﺃَﺟْ َﻤ ِﻌﻴ َْﻦ َﻭﺃَﺻْ َﺤﺎﺑِ ِﻪ ﺁﻟِ ِﻪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ َﻋﻠَﻰ َﻭ َﺳﻠﱢ ْﻢ ﺻﻞﱢ َ ﺍَﻟﻠﱠﻬُ ﱠﻢ ٬ُ َﻭ َﺭﺳ ُْﻮﻟُﻪ َُﻋ ْﺒ ُﺪﻩ
ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤ ْﻮ َﻥ َﻭﺃَ ْﻧﺘُ ْﻢ ﺇِﻻﱠ ﺗَ ُﻤ ْﻮﺗُ ﱠﻦ َ َﻭﻻ ﺗُﻘَﺎﺗِ ِﻪ ﻖ َﺣ ﱠ.
َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ ﺻﻠﱡ ْﻮﺍ َ ﺃَ َﻣﻨُ ْﻮﺍ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳ َْﻦ ﺃَﻳﱡﻬَﺎ ﻳَﺎ ,ﺍﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َﻋﻠ َﻰ ﺼﻠﱡ ْﻮ َﻥ َ ُﻳ ُ َﻭ َﻣﻼَﺋِ َﻜﺘَﻪ َﷲ "ﺇِ ﱠﻥ ﺍﻟ َﻌ ِﻈﻴ ِْﻢ ْ ِﻛﺘَﺎﺑِ ِﻪ ﻓِ ْﻲ ﺗَ َﻌﺎﻟ َﻰ ُﷲ ﻗَﺎ َﻝ
َﻭﺗَﺎﺑِ ِﻊ َﻭﺍﻟﺘﱠﺎﺑِ ِﻌﻴ َْﻦ .ﺃَﺟْ َﻤ ِﻌﻴ َْﻦ َﻭﺃًﺻْ َﺤﺎﺑِ ِﻪ ﺍَﻟِ ِﻪ َﻭ َﻋﻠ َﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ َﻋﻠ َﻰ َﻭ َﺳﻠﱢ ْﻢ ﺻﻞﱢ َ ﺍَﻟﻠﱠﻬُ ﱠﻢ ."ﺗَ ْﺴﻠِ ْﻴ ًﻤﺎ َﻭ َﺳﻠﱢ ُﻤ ْﻮﺍ
ِ ﺍﻟﺮ ﺍَﺭْ َﺣ َﻢ ﻳَﺎ ﻚ
ﱠﺍﺣ ِﻤﻴ َْﻦ َ ِﺑِ َﺮﺣْ َﻤﺘ َﻣ َﻌﻬُ ْﻢ َﻭ َﻋﻠَ ْﻴﻨَﺎ .ﺍﻟ ﱢﺪﻳ ِْﻦ ﻳَ ْﻮ ِﻡ ﺇِﻟ َﻰ ﺎﻥ ٍ ﺑِﺈِﺣْ َﺴ ﺗَﺒِ َﻌﻬُ ْﻢ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺍﻟﺘﱠﺎﺑِ ِﻌﻴ َْﻦ.
ٌﻗَ ِﺮﻳْﺐ ٌ َﺳ ِﻤ ْﻴﻊ ﻚ َ ﺇِﻧﱠ ﺕ ِ َﻭ ْﺍﻷَ ْﻣ َﻮﺍ ِﻣ ْﻨﻬُ ْﻢ ﺍَ ْﻷَﺣْ ﻴَﺎ ِء ,ﺕِ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨَﺎ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﻴ َْﻦ ,ﺕ ِ َ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺴﻠِﻤﺎ ﻟِ ْﻠ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤﻴ َْﻦ ْﺍ ْﻏﻔِﺮ ﺍَﻟﻠﱠﻬُ ﱠﻢ
َﺭﺑﱠﻨَﺎ .ﺍﻟﻔَﺎﺗِ ِﺤﻴ َْﻦ ُ ْ َﺧ ْﻴﺮ ﺖ َ َﻭﺃَ ْﻧ ﻖ
ﺑِﺎْﻟ َﺤ ﱢ ﻗَ ْﻮ ِﻣﻨَﺎ َﻭﺑَﻴ َْﻦ ﺑَ ْﻴﻨَﻨَﺎ ْﺍ ْﻓﺘَﺢ َﺭﺑﱠﻨَﺎ .ﺕ ِ ﺍﻟ َﺤﺎ َﺟﺎ ْ ﺎﺿ َﻲ ِ َﻗ ﻳَﺎ ﺕ ِ ﺍﻟ ﱠﺪ َﻋ َﻮﺍ ُُﻣ ِﺠﻴْﺐ
ِ ﺍﻟﻨﱠ ﺍﺏ
ﺎﺭ َ َﻋ َﺬ َﻭﻗِﻨَﺎ ً َﺣ َﺴﻨَﺔ ﻵﺧ َﺮ ِﺓ ِ ﺍ ﻲ ْ ِ َﻭﻓ ً َﺣ َﺴﻨَﺔ ﺍﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ ﻓِﻲ ﺃَﺗِﻨَﺎ.
َﻭ ْﺍﻟﺒَ ْﻐ ِﻲ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ ﺍﻟﻔَﺤْ َﺸﺎ ِء ْ َﻋ ِﻦ َﻭﻳَ ْﻨﻬ َﻰ ﺍﻟﻘُﺮْ ﺑ َﻰ ﻱ ْ ِﺫ َﻭﺇِ ْﻳﺘَﺎ ِء ﺎﻥ ْ
ِ َﻭ ْﺍ ِﻹﺣْ َﺴ ﺑِ ْﺎﻟ َﻌ ْﺪ ِﻝ ُﻳَﺄ ُﻣﺮ َﷲ ﺇِ ﱠﻥ ِﷲ ِﻋﺒَﺎ َﺩ
ﺃَ ْﻛﺒَ ُﺮ ِﷲ ُ َﻭﻟَ ِﺬ ْﻛﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ْﻳَ ْﺴﺘَ ِﺠﺐ ُ َﻭﺍ ْﺩ ُﻋ ْﻮﻩ ﻳَ ْﺬ ُﻛﺮْ ُﻛ ْﻢ َﷲ ﻓَ ْﺎﺫ ُﻛﺮ ُْﻭﺍ .ﺗَ َﺬ ﱠﻛﺮ ُْﻭ َﻥ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﻳَ ِﻌﻈُ ُﻜ ْﻢ.
Dr. H. Suwendi, M.Ag, Alumni Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon dan Pesantren Luhur
Sabilussalam Ciputat
Baca Juga
Masjid Toyota Punya Silabus Bentengi Karyawan dari Khutbah Politis
PCNU Pringsewu Terbitkan Buku Khutbah Idul Fitri 1438 H
http://www.nu.or.id/post/read/79095/khutbahidulfitrikeseimbanganantarakehambaandankekhalifahan 6/9
24/6/2017 Khutbah Idul Fitri: Keseimbangan antara Kehambaan dan Kekhalifahan | NU Online
PCNU Pringsewu Terbitkan Buku Khutbah Idul Fitri 1438 H
Orang yang Beribadah tapi Tertipu Selama Ramadhan
Puasa, Takwa Macam Apa yang Hendak Kita Gapai?
Khutbah Jumat Menyambut Hari Lahir Pancasila
Berita Foto
Kongres III Pagar Nusa
PBNU Gelar Istighosah
Kunjungan PBNU ke Lokasi Pengusian Warga Terdampak Gempa Aceh
KONGRES KE17 MUSLIMAT NU
KONGRES KE2 PERGUNU
Terpopuler
Terkomentari
1
Lafallafal Niat Zakat Fitrah
2
Pertanda Malam Lailatul Qadar dalam AlQur’an
3
Presiden Batalkan Program 'Full Day School'
4
Kisah Mbah Maemun Zubair Jadi Buruh di Rumah Makan
5
NU Boikot Kemendikbud Jika Tetap Jalankan Sekolah 5 Hari
6
PBNU Tolak Keras Kebijakan 5 Hari Sekolah
http://www.nu.or.id/post/read/79095/khutbahidulfitrikeseimbanganantarakehambaandankekhalifahan 7/9
24/6/2017 Khutbah Idul Fitri: Keseimbangan antara Kehambaan dan Kekhalifahan | NU Online
7
Keislaman Quraish dan Gus Mus Menerangi Kekatolikanku
8
Ketika Gus Dur Dipantati Seorang Pemuda
9
Kisah Nabi Muhammad Pertama Kali Mendapatkan Malam Lailatul Qadar
10
Habib Luthfi: Menjaga Negeri adalah Penerapan Rasa Syukur kepada Allah
0komentar
Hak Allah dan Hak Sesama Hamba
0komentar
Idul Fitri: Gerbang Kemuliaan dan Kebajikan
0komentar
Kembali ke Fitrah Khalifah di Muka Bumi
0komentar
Kisah Pengemis dan Mimpi Buruk Imam Junaid alBaghdadi
0komentar
Lebaran dan Peringatan Nabi tentang Orangorang Bangkrut
0komentar
Memaknai Sebenarbenarnya Hakikat Idul Fitri
0komentar
Puisi Gus Mus: Selamat Idul Fitri
0komentar
Rasulullah Bangunkan Keluarganya untuk Shalat Malam
0komentar
Teman Baikku
0komentar
Teman Lama
KONTAK REDAKSI
Gedung PBNU Lt. 5
Jl. Kramat Raya 164
Jakarta 10430 Indonesia
redaksi[at]nu.or.id
PERIKLANAN
Tel : 021 3914013
Fax : 021 3914014
marketing[at]nu.or.id
MEDIA PARTNER
http://www.nu.or.id/post/read/79095/khutbahidulfitrikeseimbanganantarakehambaandankekhalifahan 8/9
24/6/2017 Khutbah Idul Fitri: Keseimbangan antara Kehambaan dan Kekhalifahan | NU Online
© 2015 NU Online. All rights reserved. Nahdlatul Ulama
http://www.nu.or.id/post/read/79095/khutbahidulfitrikeseimbanganantarakehambaandankekhalifahan 9/9