Anda di halaman 1dari 13

1|Page

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Ada apa dengan Wahaby ?!


Muqaddimah:

Kajian kali ini saya awali dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala:
ۡ َ ُ ْ ََُۡ ََ ْ َ ۡ َ ‫ت َب َغ ۡۡي‬ َ ‫َوٱل ۡ ُم ۡؤم‬ َ ُ ُۡ َ ‫َ ذ‬
َ ‫ون َٱل ۡ ُم ۡؤ ِمن‬
َ‫َب ۡهتَٰ ٗناَِإَوث ٗما‬ ‫َماَٱكت َس ُبوا َفق ِد َٱحتملوا‬ ِ ِ ِ َٰ ‫ِن‬ َ ‫ِني‬ ‫ِين َيؤذ‬
َ ‫وٱَّل‬
ٗ ‫ُّمب‬
َ٥٨ََ‫ينا‬ِ
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan
mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya
mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (Al-Ahzab [33]:
57-58).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

“Firman Allah subhanahu wa ta'ala ‘Dan orang-orang yang menyakiti


orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka
perbuat’, maksudnya adalah menuduh kepada mereka perkara yang tidak
mereka melakukannya. ‘Maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata’, inilah kedustaan yang sangat nyata, yakni
menceritakan atau menukil perkara tentang kaum mukminin yang mereka
sendiri tidak melakukannya, itu semua mereka lakukan dalam rangka
mencacati dan merendahkan kaum mukminin sendiri”.1

Isu wahabi adalah kebohongan yang dilontarkan oleh orang-orang


yang membenci dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yakni dakwah yang
mengembalikan umat kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman
Salaful Ummah, dakwah yang mengedepankan Tauhid dan Sunnah Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, kelompok yang paling gencar dalam melariskan
isu ini adalah orang-orang kafir yang sangat takut kejayaan Islam (seperti

1
Imam al-Hafizh Ibnu Katsir (Tafsi al-Qur’an al-Azhim, Darus Salam Riyadh, cetakan kedua, 1998) jilid. 3,
hal. 683
2|Page

penjajah Inggris ketika menjajah India), demikian pula orang-orang dengki


dari kalangan Rafidhah dan para pemuja kuburan.

Sebenarnya sebutan Wahaby itu pernah ada di abad kedua hijriyah,


yakni sebutan yang disematkan kepada satu kelompok Ibadhiyah (khawarij)
yang menjadi pengikut Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum yang
tersebar di daerah Afrika selatan, nama kelompok tersebut adalah
Wahabiyyah nisbat kepada pemimpinnya yakni Abdul Wahhab, dan ketika
orang-orang Magrib kala itu bermanhaj dan berakhidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, maka para ulama disana menetepkan sesat, bahkan ada yang
mengkafirkan kelompok tersebut.

Kemudian ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab gencar


mendakwahkan Tauhid dan Sunnah, hal tersebut membuat hawa panas bagi
penyeru kesyirikan dan kebid’ahan, akhirnya disematkan kembali sebutan
Wahabi tersebut kepada dakwah yang dibawa oleh beliau, tentunya juga
dengan bantuan musuh-musuh Islam dari kalangan orang kafir.

Biografi singkat Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab2:

Beliau adalah Imam Muhammad bin Abdil Wahhab bin Sulaiman bin
Ali, berasal dari al-Masyarifah dan berasal dari suku Tamim.

Beliau lahir pada tahun 1115 H di daerah Uyainah, pertama kali belajar
di sana dan hafal al-Qur’an sebelum usia sepuluh tahun, orangnya cerdas dan
cepat menghafal, hidup di tengah keluarga pencinta ilmu dan shalih,
kakeknya seorang ulama dan bapaknya seorang qadhi (hakim).

Beliau belajar dari para ulama di negerinya Uyainah, kemudian


melakukan perjalanan ilmiyah ke Hijaz, Yaman, dan Bashrah. Beliau banyak
mendapatkan ilmu dan hafal matan-matan ilmiyah, beliau pun banyak
membaca kitab tafsir, hadits, dan ushul, terutama kitab-kitab karya Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Imam Ibnul Qayyim, bahkan kedua ulama
itu sangat mempengaruhi pemikirannya, hal itu sangat nampak dalam
dakwah beliau.

2
Diterjemahkan dari Syarah kitab Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Abdullah bin Fauzan.
3|Page

Setelah perjalanan ilmiyahnya beliau kembali ke tempat orang tuanya


Huraimala, orang tuanya pindah dari Uyainah ke Huraimala dikarenakan ada
masalah antara orang tuanya itu dengan penguasa Uyainah, beliau belajar
kepada orang tuanya di Huraimala dan mendakwahkan Tauhid, juga
menjelaskan kebatilan para penyembah kuburan.

Setelah bapaknya wafat pada tahun 1153 H, beliau mengumumkan


dakwahnya sampai meyakini bahwa, Huraimala tidak cocok baginya untuk
menjadi awal perjalanan dakwah, akhirnya beliau pindah ke Uyainah,
dakwah beliau dibela oleh penguasa di sana, yakni Utsman bin Ma’mar
walaupun pada akhirnya dikhianati.

Kemudian beliau berpindah ke Dar’iyyah, di sana Allah memberikan


kemudahan dengan adanya penguasa yang bernama Muhammad bin Saud,
akhirnya dakwahnya pun semakin kuat, beliau menyebarkan Tauhid,
menghidupkan Sunnah dan mematikan bid’ah, di sana beliau pun
mengajarkan beragam bidang ilmu dan menulis kitab dengan metode salafus
shalih, banyak orang yang mengambil ilmu dari beliau di sana sehingga beliau
meninggalkan para murid, yang memberikan manfaat kepada Islam dan
kaum muslimin.

Allah memberikan umur panjang di Dar’iyyah, beliau berada di sana


sekitar 50 tahun, yang dihabiskan untuk berdakwah dan mengamalkan
dasar-dasar agama, beliau hancurkan segala fasilitas yang dikeramatkan,
demikian pula pohon-pohon yang dialap berkah, beliau tegakan syariat
hudud lagi berjihad dalam rangka menyebarkan dakwah, yang akhirnya
dakwah tersebar di seantero jazirah arab.

Beliau wafat pada bulan syawwal pada tahun 1206 di usia sekitar 92
tahun, beliau orang yang tidak mewariskan harta baik dinar maupun dirham.

Semoga Allah merahmati Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan


memberikan balasan setimpal atas kebaikannya untuk Islam dan kaum
muslimin.
4|Page

Beberapa tuduhan yang disematkan kepada Dakwah Syaikh


Muhammad bin Abdil Wahhab (yang mereka sebut sebagai Wahabi):

Pertama, Wahabi (dakwah syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab)


adalah buatan Yahudi.

Ini dalah fitnah yang sangat keji, karena dakwah Syaikh Muhammad
bin Abdil Wahhab adalah dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang sangat
mementingkan Tauhid dan sikap menyelesihi orang-orang kafir dari kalangan
musyrikin atau Ahli Kitab, buktinya adalah karya-karya beliau seperti Kitab
Tauhid, Masail Jahiliyah dan yang lainnya, di Muqaddimah kitab Masail
Jahiliyyah beliau berkata:

‫هذه أمور خالف فيها رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ما عليه أهل الجاهلية الكتابيين‬
‫ وبضدها تتبين‬،‫ فالضد يظهر حسنه الضد‬،‫ مما ال غنى للمسلم عن معرفتها‬،‫واألميين‬
ً
‫ عدم إ يمان القلب بما جاء به الرسول صلى هللا‬،‫ فأهم ما فيها وأشدها خطرا‬.‫األشياء‬
،‫ تمت الخسارة‬،‫ فإن انضاف إلى ذلك استحسان ما عليه أهل الجاهلية‬،‫عليه وسلم‬

“Ini adalah beberapa perkara yang diselisihi oleh Rasulullah shallallahu


'alaihi wa sallam dari prilaku kaum Jahiliyah, baik dari kalangan dua ahli kitab
(Yahudi dan Nashrani), atau dari kalangan kaum Ummi, yang mesti diketahui
oleh setiap muslim, karena sesuatu tampak keindahannya dengan
mengetahui lawannya, dan segala sesuatu bisa jelas dengan mengetahui
lawannya. Yang paling berbahaya dari prilaku kaum Jahiliyah itu adalah tidak
adanya iman kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jika ditambah
dengan sikap menganggap baik apa yang dilakukan oleh kaum Jahiliyyah,
maka sempurnalah kerugiannya”.3

Beliau pun berkata dalam kitabnya Nawaqidul Islam bahwa, diantara


pembatal keislaman:

‫ أو أن حكم غيره‬، ‫من اعتقد أن هدي غير النبي صلى هللا عليه وسلم أكمل من هديه‬
...‫أحسن من حكمه‬

3
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab (Masalah Jahiliyyah dalam Muallafatus Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab, Jamiatul Imam Muhammad bin Saud al-Islamiyyah, 1976), jilid. I, hal. 333
5|Page

“Orang yang meyakini bahwa, petunjuk selain Nabi shallallahu 'alaihi


wa sallam lebih sempurna daripada petunjuknya, atau hukum selain Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam lebih baik daripada hukumnya”.4

Kemudian diantara sumber kebohongan isu Wahabi adalah buku


dengan judul Mudzakirat Hemfer (catatan Hemper), yang – katanya – ditulis
oleh seorang intel inggris bernama Hemfer, padahal isinya hanyalah
kebohongan semata, diantara isinya bahwa, Wahabi ini adalah buatan
Inggris.

Yang jelas adalah sebaliknya, propaganda stigma Wahabi adalah


buatan orang-orang kafir yang membenci kebangkitan umat Islam, atau
takut jika umat Islam kembali kepada ajarannya yang murni, yakni yang
dibawa oleh baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, juga dilanjutkan
dakwahnya oleh para shahabat radhiyallahu anhum, para Tabiin dan Tabiut
Tabiin.

“Sebagaimana dimaklumi oleh para peneliti yang obyektif bahwa,


sikap pemerintah inggris terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab adalah memusuhi dan memerangi bukannya mendukung. Inggris
sudah sangat merasakan pengaruh dakwah Syaikh Muhammad bin abdil
Wahhab di India, ia adalah tempat jajahan inggris paling besar dengan
beragam penghasilannya yang mereka banggakan, hal itu terjadi ketika
dakwah Syaikh diterima oleh sebagian orang India dari perjuangan Syaikh
Ahmad Irfan, kemudian dari perjuangan dakwah setelahnya, seperti al-
Faraidhiyyin dan perjuangan Nizar Ali, keduanya adalah dakwah yang
menentang Ahmadiyah Qadiyaniyah, sementara Ahmadiyah adalah gerakan
bentukan Inggris guna mewujudkan keinginan mereka, bergabung
bersamanya orang-orang yang mengenal Islam hanya sebatas nama”5.

Tentu para penjajah sangat benci kepada dakwah syaikh Muhammad


bin Abdil Wahhab, karena beliau sangat menyuarakan dakwah anti penjajah,
simak pernyataan beliau dalam kitabnya Tsalatsaul Ushul berikut ini:

4
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab (Nawaqidul Islam dalam Muallafatus Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab, Jamiatul Imam Muhammad bin Saud al-Islamiyyah, 1976), jilid. I, hal. 358.

5
Sulaiman bin Shalih al-Khurasyi (Ukdzubah Mudzakkirat al-Jasus al-Brithani Hemper, Maktabah Malik
Fahd, cetakan I/ 2010)
6|Page

‫ ولو كان أقرب‬،‫أن من أطاع الرسول ووحد هللا ال يجوز له مواالة من حاد هللا ورسوله‬
َّ َ ْ ْ َّ َ ً َ َ
‫ {ال ت ِج ُد ق ْوما ُي ْؤ ِم ُنون ِبالل ِه َوال َي ْو ِم اْل ِخ ِر ُي َو ُّادون َم ْن َح َّاد الل َه‬:‫ والدليل قوله تعالى‬.‫قريب‬
َ ْ َ َ َ َ َ َ
‫َو َر ُسول ُه َول ْو ك ُانوا َآب َاء ُه ْم أ ْو أ ْب َن َاء ُه ْم أ ْو ِإخ َو َان ُه ْم أ ْو َع ِش َيرَت ُه ْم‬

Sungguh, orang yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah, tidak
boleh bagi mereka berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-
Nya6, walaupun dia adalah sedekat-dekatnya kerabat, dalilnya adalah firman
Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): “Kamu tak akan mendapati kaum
yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang
itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga
mereka….(Al-Mujadilah [53]: 22)7.

Kedua, Ajaran Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah ajaran


baru atau bahkan agama baru.

Ini pun tuduhan keji, yang bertujuan hanya untuk menjauhkan


manusia dari dakwah beliau.

Bagaimana bisa demikian sementara beliau sendiri berkata:

“Aku menjadikan Allah subhanahu wa ta'ala sebagai saksi, demikian


pula setiap malaikat yang hadir, aku pun menjadikan kalian sebagai saksi
bahwa, aku berkeyakinan dengan keyakinan al-Firqatun Najiyah, yakni Ahlus
Sunnah wal Jama’ah dalam iman kepada Allah, iman kepada para malaikat,
kepada kitab-kitab Allah, para Rasul-Nya, iman kepada hari kebangkitan
setelah kematian, juga dalam iman kepada takdir yang baik maupun yang
buruk……….”8.

Beliau pun rahimahullah berkata:

6
Maksudnya adalah orang-orang kafir.
7
Tsalatsaul Ushul karya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, hal.
8
Ad-Durar at-Tsaniyyah fil Ajwibah an-Najdiyyah, dikumpulkan oleh Abdurrahman bin Muhammad bin
Qasim an-Najdi, cetakan ke-6, 1996, jilid. 1, hal. 29-31
7|Page

‫ من أقوال األئمة‬،‫ وما عليه االعتماد‬،‫ وصالح سلف األمة‬،‫فنحن مقلدون الكتاب والسنة‬
‫ وأحمد بن‬،‫ ومحمد بن إدريس‬،‫ ومالك بن أنس‬،‫ أبي حنيفة النعمان بن ثابت‬:‫األربعة‬
.‫ رحمهم هللا تعالى‬،‫حنبل‬

“Kami bertaklid kepada al-Kitab dan as-Sunnah juga Salaful Ummah


yang shalih, demikian pula pada apa yang menjadi sandaran dari perkataan
Imam yang empat, Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit, Malik bin Anas,
Muhammad bin Idris, dan Ahmad bin Hanbal rahimahumullah”9.

Beliau pun berkata:

“Adapun tentang ulama-ulama yang terakhir, maka kitab-kitab


mereka ada pada kami, kami mengamalkan pendapat mereka yang sesuai
dengan dalil, adapun yang tidak sesuai dengan dalil maka kami tidak
mengamalkannya”10.

Putra beliau, yakni Abdullah bin Muhammad bin Abdil Wahhab


berkata:

“Kita pun dalam masalah furu ada di atas mazhab Imam ahmad bin
Hanbal, kami tidak mengingkari orang yang taklid kepada salah satu dari
imam yang empat”11.

Ketiga, Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah dakwah


yang mudah adalam mengkafirkan (Takfiry).

Tuduhan itu pun muncul dari kebodohan, ketidak tahuan dan isu yang
berkembang tanpa bukti.

Syaikh Muhammad berkata:

“Adapun apa yang dikatakan oleh orang-orang yang memusuhiku,


bahwasanya aku mengkafirkan hanya karena Zhan (dugaan) atau karena

9
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab (ar-Rasail asy-Syakhsiyyah dalam Muallafatus Syaikh Muhammad
bin Abdil Wahhab, Jamiatul Imam Muhammad bin Saud al-Islamiyyah, 1976), jilid. 5, hal. 96.
10
Ibid, hal. 101.
11
Ad-Durar at-Tsaniyyah fil Ajwibah an-Najdiyyah, dikumpulkan oleh Abdurrahman bin Muhammad bin
Qasim an-Najdi, cetakan ke-6, 1996, jilid. 1, hal. 227.
8|Page

loyalitas, atau saya mengkafirkan seorang yang belum tegak padanya hujjah,
maka sungguh ini adalah tuduhan dusta, mereka berkehendak dengannya
agar menjauhkan manusia dari agama Allah dan Rasul-Nya”.12

Beliau pun berkata:

“Aku tidak mengkafirkan seorang pun dari kalangan kaum muslimin


karena dosa, dan tidak pula mengeluarkan mereka dari agama Islam”.13

Dan masih banyak lagi perkataan beliau tentang hal itu.

Keempat, Dakwah syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah


dakwah radikal anti pemerintah, bahkan sumber terorisme.

Ini pun disebabkan karena isu yang disebarkan oleh musuh Islam
untuk menjauhkan kaum muslimin dari Islam itu sendiri, demikian pula
disebabkan karena kebodohan dan sikap ikut-ikutan terhadap kebodohan.

Berikut ini saya bawakan kutipan perkatan-perkataan beliau tentang


wajibnya taat kepada penguasa walaupun zhalim:

.‫ ما لم يأمروا بمعصية هللا‬،‫وأرى وجوب السمع والطاعة ألئمة املسلمين برهم وفاجرهم‬
‫ وغلبهم بسيفه حتى صار خليفة وجبت‬،‫ ورضوا به‬،‫ واجتمع عليه الناس‬،‫ومن ولي الخالفة‬
‫ وحرم الخروج عليه‬،‫طاعته‬

“Dan saya berpandangan bahwa, wajib mendengar dan taat kepada


para penguasa kaum muslimin, yang baik maupun yang buruk selama bukan
dalam perintahnya yang maksiat. Dan barang siapa yang mendapatkan
tampuk kepemimpinan dan manusia telah sepakat dengannya juga ridha
kepadanya, dan (walaupun) dia menguasai mereka dengan pedang, maka
wajib dia ditaati dan haram memberontak kepadanya”.14

12
Majmu Muallafatis Syaikh, jilid. 5, hal. 189, lihat pula kitab Da’awi Munawiin li Da’watis Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab, hal. 170
13
Islamiyyah La Wahhabiyyah, hal. 158
14
Ad-durar as-sunniyyah (1/ 33)
9|Page

Dan masih banyak lagi tuduhan-tuduhan lainnya yang tanpa bukti,


diantara hal yang penting dalam masalah ini adalah apa yang dikatakan oleh
para ulama:

‫اسمعوا مني وال تسمعوا عني‬

“Dengarkan dariku, dan jangan dengarkan tentang aku”.15

Ketika sebagian manusia berkata tentang Imam Abu Ja’far ath-Thabari


dengan tuduhan dusta, Imam ad-Dzahabi rahimahullah berkata: “Kami tidak
mendapati hal itu dalam kitab-kitabnya”,16 demikian pula apa yang terjadi
pada Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, artinya jika kita ingin
mengetahui akidah atau pemahaman seseorang terhadap agama ini, maka
pelajarilah dalam tulisan atau kitab-kitabnya.

Perkataan para ulama tentang dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil


Wahhab:

Syaikh Rasyid Ridha rahimahullah berkata:

“Tidak pernah luput satu masa pun yang banyak bid’ah padanya dari
Ulama Rabbany lagi adil yang menyegarkan kembali urusan agama umat
ini………..

Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah salah satu dari mujaddid
umat ini, beliau berdakwah mengajak manusia kepada Tauhid dan
mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya, demikian pula mengajak manusia
untuk meninggalkan bid’ah dan kemaksiatan”17.

Syaikh Muhammad Hamid al-Faqi rahimahullah berkata:

“Darinya jelaslah haqiqat dakwah ini (dakwah Syaikh Muhammad bin


Abdil Wahhab), dan bahwa dakwah ini lebih pantas untuk disebut sebagai
dakwah as-Salafiyyah al-Muhammadiyyah, karena dakwah tersebut secara
15
Diantara perkataan Syaikh Ali al-Halaby, murid Syaikh Muhammad Nashir al-Albani dalam sebuah
ceramahnya.
16
Imam ad-Dzahabi (Siyar A’lamin Nubala, Muassasah ar-Risalah, cetakan kesebelas, 2001), jilid. 14, hal.
277
17
Lihat kitab Shiyanatul Insan ‘an Was wasati Syaikh Dahlan karya Muhammad Basyir al-Hindi, cetakan
kelima, 1975, hal. 11.
10 | P a g e

umum maupun secara rinci tidak keluar dari dakwah Islam yang shahih, yang
menjadi inti dakwah para Nabi, khususnya baginda Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam”18.

Khairuddin az-Zirikli berkata:

“Pemimpin reformasi agama di Jazirah Arab………menempuh manhaj


Salafus Shalih, dan berdakwah mengajak manusia pada Tauhid yang murni
lagi meninggalkan bid’ah”.19

Apa kata Buya Hamka tentang Wahabi ini:

"Sejak munculnya cahaya Islam 1000 tahun sebelumnya boleh


dikatakan bahwa di tanah Arab sendiri sedikit sekali Islam meninggalkan
jejak. Kebesaran Islam telah dikecap nikmatnya oleh negeri-negeri dan umat
lain. Damsyik dan Baghdad telah merasakan nikmat itu. Pahlawan-pahlawan
Islam yang banyak telah berpindah dibawa kewajiban suci mengembangkan
Islam ke negeri-negeri yang baru dibuka, seperti Mesir, Syam, Kufah, Basrah,
Wasith. Bahkan, ada sahabat yang wafat di Qairuan, Afrika, dan ada yang
berkubur di Konstantinopel. Oleh sebab itu, Tanah Arab menjadi sepi lahir
dan batin. Pemikiran-pemikiran besar tidak tumbuh lagi di sana. Hanya Kota
Mekah dan Madinah yang masih dapat memelihara kebesarannya karena di
sana tempat beribadah. Adapun negeri-negeri yang lain kian lama kian
muram. Kehidupan tidak ada perubahan (statis). Kemajuan ilmu
pengetahuan tidak ada sama sekali.

Orang-orang telah amat jauh dari hakikat ajaran Islam. Mereka


menjadi penyembah kuburan, penyembah keramat dan budak azimat serta
tangkal. Dari empat Imam madzhab besar, hanya seorang yang muncul di
Madinah, yaitu Imam Malik ibnu Anas. Demikianlah halnya yang terjadi
selama 1000 Tahun, barulah muncul cahaya baru di tengah-tengah padang
pasir itu pada Tahun 1116 H (1704 M), yaitu 12 Abad setelah tiadanya Nabi
saw. Dengan lahirnya Syekh Muhammad ibnu abdul Wahab, guru besar
ajaran Wahabi yang masyhur.

18
Syaikh Muhammad Hamid al-Faqi (Atsarud Da’wah al-Wahhabiyyah, cetakan tahun 1354), hal. 18
19
Khairuddin az-Zirikli (Al-A’lam, Darul Ilmi Lil Malayin, cetakan XV/2002), jilid. 6, hal. 257.
11 | P a g e

"Kembali pada ajaran Rasul saw. yang asli", adalah dasar


pengajarannya. Tauhid yang khalis, yang tidak bercampur dengan syirik
sedikit juga ke sanalah semua umat harus pulang agar selamat dunia dan
akhirat. Perbaharui kembali keimanan dan bangkitkan semangat baru adalah
sari ajaran Muhammad ibnu Abdul Wahab. Ajaran ini muncul setelah ia
mengembara terlebih dahulu keluar dari negerinya, belajar agama di Kota
Damsyik, dan sangat dipegangnya ajaran Ibnu Taimiyyah, murid dari Ibnu
Qayim, Ibnu Rajab dan lain-lain. Semua adalah ulama-ulama Madzhab
Hanbali."20

Beliau pun berkata dalam bukunya “Dari Perbendaharaan lama21”, hal.


34.

“Pada zaman Amangkurat IV, dengan kehendak Belanda diusirlah


beberapa Muballigh Wahabi yang datang ke Jawa hendak mengajarkan
Islam yang bersih kepada penduduk. Bahkan Amangkurat sendiri pun tertarik
pada ajaran itu. Begitu pun keturunannya Pangeran Abdul Hamid
Diponegoro, terang-terang hendak mendirikan Kerajaan Islam, dengan
beliau sendiri menjadi Amiril Mukminin di tanah Jawa. Beliau ganti pakaian
Jawa Lama dengan jubah dan serban. Maksud beliau niscaya akan berhasil,
seandainya Kompeni tidak campur tangan.”

Di halaman 62 beliau menulis tentang Imam Bonjol:

“Dia mencampungkan diri ke dalam gerakan Paderi, setelah sampai


seruan Tuanku Nan Renceh dari Kamang ke Bonjol. Dan Tuanku Nan Renceh
menerima pula pelajaran itu daripada tiga Tuanku yang pulang dari Makkah,
membawa pokok pelajaran Tauhid yang suci bersih, menurut pandangan
Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahabi).”

Di halaman 96 beliau menulis tentang Belanda yang ketakutan akan


dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab:

20
Sejarah umat Islam, hal. 288-292.
21
Bisa juga dilihat dalam https://www.nahimunkar.org/beda-buya-yahya-dan-buya-hamka-tentang-
wahabi/
12 | P a g e

“Ketakutan Belanda itu bertambah lagi karena abad ke 19 sudah


datang gerakan agama Islam yang militan langsung dari Makkah,
menggerakkan umat Islam dan membangkitkan semangat Tauhid di alam
Minangkabau.
Belanda yang lebih tahu daripada orang Minangkabau sendiri apa
artinya Islam yang murni, karena mendapat advis dari ahli-ahli Orientalis
tentang semangat Islam, melihat bahwa kemajuan gerakan Islam yang
timbul di Padang Darat itu akan sangat berbahaya bagi rencananya
menaklukkan seluruh Sumatera. Belanda telah mengetahui bahwa gerakan
Wahabi di Tanah Arab, yang telah menjalar ke Minangkabau itu bisa
membakar hangus segala rencana penjajahan, bukan saja di Minangkabau,
bahkan di seluruh Sumatera, bahkan di seluruh Nusantara ini.

------&&&------
13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai