Anda di halaman 1dari 11

Syirik masa lampau

Syirik adalah menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya dalam hal
ibadah, seperti berdoa, beristighatsah, bernadzar, shalat, puasa, atau
mempersembahkan hewan sembelihan kepada berhala-berhala maupun selainnya.
Misalnya, menyembelih hewan yang dipersembahkan kepada Syaikh al-Badawi dan
‘Idrus, shalat yang dipersembahkan kepada si fulan, dan meminta pertolongan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Abdul Qadir, ‘Idrus di Yaman, orang-orang
yang sudah mati ataupun orang yang tidak berada di tempatnya. Semua perbuatan ini
disebut kesyirikan.

Demikian pula, apabila seseorang berdoa, ber-istighatsah, meminta pertolongan


kepada bintang-bintang dan jin, atau mengerjakan perbuatan-perbuatan kesyirikan
lainnya. Oleh karena itu, jika ia melakukan salah satu jenis ibadah tersebut, tetapi
ditujukan kepada benda-benda mati, orang-orang yang sudah mati ataupun orang yang
tidak berada di tempatnya, maka semua perbuatan ini termasuk menyekutukan Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ‫َولَ ْو أَ ْش َر ُكواْ لَ َح ِب‬


َ‫ط َع ْن ُهم َّما كَانُواْ يَ ْع َملُون‬

“Dan seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka


amalan yang telah mereka kerjakan.” (Qs. al-An’am: 88).

َ‫ط َّن َع َملُكَ َولَتَ ُكونَ َّن ِمنَ ْالخَا ِس ِرين‬


َ ‫لَئِ ْن أ َ ْش َر ْكتَ لَ َيحْ َب‬

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. az-Zumar: 65).

Adapun mengenal wasilah (perantara) yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala,

َ‫ّللاَ َوا ْبتَغُواْ ِإلَي ِه ْال َو ِسيلَة‬


‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ اتَّقُواْ ه‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya….”
(Qs. al-Maidah: 35),

Maksudnya adalah ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan cara


mengerjakan segala ketaatan kepada-Nya. Pernyataan ini adalah tafsiran yang
dikemukakan oleh kebanyakan ahlul ‘ilmi.
Jadi, shalat adalah salah satu bentuk taqorrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
sehingga ia disebut suatu wasilah. Begitu pula dengan menyembelih hewan karena
Allah, (tindakan tersebut) juga disebut sebagai suatu wasilah (perantaraan). Puasa juga
suatu wasilah. Sedekah-sedekah juga suatu wasilah. Berzikir kepada Allah dan
membaca al-Quran juga suatu wasilah. Inilah makna dari firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala,

َ ‫َو َجا ِهد ُواْ فِي‬


‫سبِي ِل ِه‬

“…Dan bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya,
dan berjihadlah pada jalan-Nya...” (Qs. al-Maidah: 35).

Maksudnya adalah carilah wasilah (jalan, perantaraan) yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara mengerjakan ketaatan kepada-Nya. Seperti inilah yang
dikatakan oleh Ibnu Katsir, Ibnu Jarir, al-Baghawi, dan ulama-ulama pakar tafsir
lainnya.

Jadi, arti ayat tersebut adalah: carilah wasilah yang dapat mendekatkan diri kepada
Allah dengan cara mengerjakan ketaatan kepada-Nya, dan di mana pun kalian berada
mintalah pertolongan melalui segala wasilah yang disyariatkan oleh Allah, seperti
shalat, puasa, sedekah-sedekah, dan lain sebagainya. Seperti ini pula maksud dari
firman Allah dalam ayat lain berikut ini,

ُ ‫أُولَـئِكَ الَّذِينَ َيدْعُونَ َي ْبتَغُونَ ِإلَى َر ِبه ِه ُم ْال َو ِسيلَةَ أَيُّ ُه ْم أ َ ْق َربُ َو َي ْرجُونَ َرحْ َمتَهُ َو َيخَافُونَ َعذَا َبه‬

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb
mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya….” (Qs. al-Isra`: 57).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikut setianya juga bertaqarrub
kepada Allah dengan wasilah-wasilah yang telah Allah syariatkan tersebut, seperti
dengan jihad, puasa, shalat, zikir, membaca al-Quran, dan hal-hal lain yang juga
termasuk dalam kategori wasilah. Sedangkan keyakinan masyarakat umum, bahwa
yang dimaksud dengan wasilah adalah menggantungkan diri kepada orang-orang yang
sudah mati dan beristighatsah kepada para wali, maka keyakinan seperti ini adalah
keyakinan yang batil.

Seperti itulah keyakinan orang-orang musyrik dahulu, yang telah Allah firmankan di
dalam ayat berikut ini,

ِ‫ّللا‬ ُ ‫ّللاِ َما الَ يَض ُُّر ُه ْم َوالَ يَنفَعُ ُه ْم َويَقُولُونَ هَـؤُالء‬
‫شفَعَاؤُ نَا ِعندَ ه‬ ‫ُون ه‬
ِ ‫َويَ ْعبُد ُونَ ِمن د‬
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemadhorotan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berakta,
‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah’.” (Qs. Yunus: 18).

Kemudian Allah membantah mereka dengan firman-Nya,

َ‫س ْب َحانَهُ َوتَعَالَى َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬ ِ ‫ت َوالَ فِي األ َ ْر‬


ُ ‫ض‬ ‫قُ ْل أَتُنَبهِئُونَ ه‬
َّ ‫ّللاَ ِب َما الَ َي ْعلَ ُم فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬

“Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya
baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’ Mahasuci Allah dan Dia Mahatinggi dari segala
sesuatu yang mereka mempersekutukan (itu).” (Qs. Yunus: 18).

Syirik menurut bahasa berasal dari kata "syarika" artinya bersekutu atau berserikat. Sedangkan
menurut istlilah ialah Mempersekutukan Allah dengan yang lain atau mempersamakan Allah sebagai
pencipta (Al-Khaliq) dengan yang diciptakan (makhluk) baik zat, sifat, kekuasaan dan sebagainya. Syirik
adalah suatu dosa yang amat besar dan tidak bisa di ampuni oleh Allah. Maka jelaslah bahwa orang
yang mempersekutukan Allah adalah orang yang paling celaka dihadapan Allah.
Seiring manusia terperosok dengan perbuatan syirik, baik di sengaja maupun tidak disengaja. Manusia
berbuat syirik. secara disengaja disebabkan meraka telah mengingkari adanya Allah, mereka dengan
sengaja menggantungkan diri kepada kekuatan gaib selain Allah seperti, kepada syetan, kepada berhala
dan sebagainya.
Ada pula manusia yang mengaku beriman kepada Allah tetapi masih menyakini pula akan kekuasaan
lain selain Allah. Keyakinan semacam ini tergolong syirik, walaupun orang itu telah mengerjakan shalat
untuk menyembah Allah. Apalagi bila dalam kamar rumahnya masih ada patung-patung atau benda-
benda yang dipujanya untuk keselamatan agar terhindar dari melepeteka.
Karena banyaknya kepercayaan-kepercayaan lama yang masih menyelimuti pemikiran manusia dan
sering menyebabkan timbulnya syirik, maka masalah syirik ini harus dihindari benar-benar oleh setiap
muslim. Dalam keadaan yang kalut, manusia amat mudah sekali terjebak dalam, perbuatan syirik. karena
kemiskinan yang menjeret dirinya terkadang lupa pergi ke kuburan, bersemedi mencari kekayaan dengan
meminta-minta pada pohon yang besar, meminta-minta kepada arwah nenek moyang, meminta-minta
kapada orang gila, dsb.
Dalam keadaan senangpun manusia terkadang terjabak dalam kemusyrikan. sebagai contoh ada
manusia yang percaya bahwa karena burung perkutut yang dipeliharanya itu banyak mendatangkan
rezeki sehingga dia hidup jaya.

Contoh-Contoh Perbuatan Syirik

Perbuatan syirik yang sering terjadi pada kebanyakan manusia antara lain :
Menyembah selain Allah.
Yaitu melakukan penyembahan terhadap patung (berhala), matahari, jin, syetan, roh nenek moyang
dan sebagainya.Firman Allah dalam surah An-Najm ayat 20

ْ َ‫أَفَ َرأَ ْيت ُ ُم الالتَ َو ْالعُ َّزى َو َمنَاةَ الثَّا ِلثَة‬


‫األخ َرى‬
Artinya : " Apakah kamu menganggap berhala Lata, uzza dan manat ketiga yang paling akhir sebagai
tuhan yang lain dari Allah". (QS..An-Najm ayat 20

Percaya kepada jimat.


Percaya bahwa batu cincin dapat menolak kejahatan, keris dapat menyembuhkan penyakit, dsb, yang
diaggap sebagai benda yang mempunyai kekuatan gaib sebagai jimat.

SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> ‫عن عمران بن حصين رضي‬
ً
‫ (انزعها فإنها‬:‫ فقال‬.‫ من الواهنة‬:‫ (ما هذه)؟ قال‬:‫ فقال‬،‫ أن النبي صلى هللا عليه وسلم رأى رجال في يده حلقة من صفر‬،‫هللا عنه‬
‫ ما أفلحت أبداً) رواه أحمد بسند ال بأس به‬،‫ فإنك لو مت وهي عليك‬،ً‫ال تزيدك إال وهنا‬.

Dari 'Imran bin Hushain menuturkan bahwa Nabi SAW melihat seorang laki-laki terdapat di
tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya: "Apakah ini ?" Orang itu menjawab:
"Penangkal sakit." Nabipun bersabda:"Lepaskan itu, karena ia hanya akan menambah kelemahan
pada dirimu; sebab jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan
beruntung selama-lamanya. (Hadits dari Imam Ahmad dengan sanad yang bias diterima).

Sihir
Yaitu meminta pertolongan kepada syetan atau jin untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan
yang dapat membahagiakan atau mencelakakan mnusia lain, dengan jampe-jampe atau mentera-
mentera.

َّ ‫ارينَ ِب ِه مِ ْن أ َ َح ٍد ِإال ِبإ ِ ْذ ِن‬


ِ‫َّللا‬ َ ‫ان مِ ْن أ َ َح ٍد َحتَّى َيقُوال ِإنَّ َما نَحْ نُ ِفتْنَةٌ فَال ت َ ْكفُ ْر َف َيت َ َع َّل ُمونَ مِ ْن ُه َما َما يُف ِ َِّرقُونَ ِب ِه َبيْنَ ْال َم ْرءِ َوزَ ْو ِج ِه َو َما ُه ْم ِب‬
ِّ ِ ‫ض‬ ِ ‫َو َما يُ َع ِِّل َم‬
ٍ ‫َو َيت َ َعلَّ ُمونَ َما َيض ُُّر ُه ْم َوال َي ْنفَعُ ُه ْم َولَقَ ْد َع ِل ُموا لَ َم ِن ا ْشت ََراهُ َما َلهُ فِي اآلخِ َر ِة مِ ْن خَال‬
‫ق‬
“…Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, “Sesungguhnya
kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu
apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu
(ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada diri mereka sendiri dan tidak memberi
manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah)
dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat”(QS al-Baqarah:102)”

Tenung
Yaitu melakukan perbuatan menenung atau mendatangi tukang tenung untuk diminta pertolongan
dalam rangka memenuhi keperluannya melalui perbuatang tenung tersebut.Sebagaimana hadits
Rasulullah SAW
Artinya : " Barang siapa yang mendatangi tukang tenung, lalu ia menanyakan sesatu kepadanya, lantas
dibenarkan apa yang diucapkan itu , tidak diterima sholanya 40 hari (HR.Muslim)

Menganggap diri sebagai Tuhan.


Yaitu syirik nafsu, seakan dirinya adalah segala-galanya yang wajib dipuja dan disembah.
Syirik Kecil
Yaitu perbuatan riya' yakni orang yang beramal bukan karena Allah tetapi ingin dipuji orang.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syirik
Syirik dalam bahasa arab adalah mashdar (kata kerja yang dibendakan) yang
berasal dari kata kerja: syarakha—yashrukhu ---syarkhan artinya menjadikan sekutu
baginya. Syirik adalah perbuatan menyekutukan allah dalam segala bentuk, baik itu
perkataan, perbuatan atau Iktiqad. adapun orang yang melakukan syirik itu disebut
musyrik.
Adapun pengertian syirik secara syari’ah ada dua makna
1. Makna umum: menyamakan selain ALLAH dengan ALLAH dalam hal yang
merupakan kekhususan bagi ALLAH, maka secara umum syirik dibagi tiga.
a. Syirik dalam Rububiyah artinya keyakinan dan ikrar bahwasanya sesuatu selain
ALLAH mampu menciptakan, mengatur dan memelihara alam semesta dan seisinya,
memberikan rizki, memberikan manfaat dan bencana,memberikan hidayah, mematikan
dan menghidupkan dan lainnya yang termasuk rububiyahnya ALLAH ( Rububiyah
Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-
Nya, dan pengaturan-Nya ).
b. Syirik Asma’ wa as-Shifat yaitu menyamakan antara ALLAH dan makhlukNYA dalam
masalah Asma’ wa as-Shifat seperti menyamakan sifat-sifat dzatiyah ALLAH (wajah,
tangan, mendengar, melihat dsb) sama dengan sifat makhlukNYA, atau memberikan
sifat-sifat yang khusus bagi ALLAH untuk makhlukNYA seperti menyakini bahwa ada
makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah tidak bisa digambarkan
dengan apapun di dunia ini .

‫غ ْي ِب ِه أ َ َحدًا‬
َ ‫علَى‬ ْ ُ‫ب فَ ََل ي‬
َ ‫ظ ِه ُر‬ ِ ‫عا ِل ُم ْالغَ ْي‬
َ
(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu. (QS. Al Jin : 26)
c. Syirik ULuhiyah artinya keyakinan dan ikrar bahwa ada selain ALLAH yang dapat
diibadahi (disembah) seperti minta pertolongan pada jin untuk mendapatkan uang
dengan cepat.
2. Makna Khusus : menyamakan selain ALLAH menjadi ilahi yang disembah dan dita’ati
bersama ALLAH. Maka barangsiapa yang memberikan satu macam ibadah untuk
selain ALLAH maka dia sudah melakukan suatu dosa yang kategorinya tidak bisa
diampuni yaitu SYIRIK . dimana pelaku syirik (musryik) itu akan ditempatkan
ditempat yang tidak disukai oleh semua umat (neraka).

B. Macam-macam syirik
Syirik berdasarkan sanksi yang akan diperoleh, syirik di bagi menjadi 2 yaitu.
1. Syirik besar : syirik yang yang tidak akan mendapat ampunan dari allah s.w.t
. syirik besar dibagi lagi menjadi dua yaitu syirik yang nyata (zahirun jali)) dan syirik
yang tidak tampak (bathinun khafi).
2. Syirik kecil : syirik yang masih mendapat ampunan dari allah kalau si pelaku mau
bertobat . syirik kecil ini banyak sekali misalnya: sumpah, memakai jimat, sihir dan
masih banyak lagi. dan yang peling banyak di masa modern ini adalah syirik kecil yang
berupa RIYA’ adalah beramal bukan karena allah tetapi karena ingin dipuji.

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi :110)

Menurut klasifikasi umum, syirik dibagi menjadi empat macam yaitu.


1. Syirku Al-‘Ilmi. Inilah syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka
mengagungkan ilmu sebagai maha segalanya. Mereka tidak mempercayai pengetahuan
yang diwahyukan Allah. Sebagai contoh mereka mengatakan bahwa manusia berasal
dari kera.
2. Syirku At-Tasarruf. Syirik jenis ini pada prinsipnya disadari atau tidak oleh pelakunya,
menentang bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali atas penghidupan manusia
berada di tangan-Nya. Mereka percaya adanya “perantara” itu mempunyai
kekuasaan. Contohnya adalah kepercayaan bahwa Nabi Isa anak Tuhan, percaya pada
dukun, tukang sihir atau sejenisnya.
3. Syirku Al- Ibadah. Inilah syirik yang menuhankan pikiran, ide-ide atau fantasi. Mereka
hanya percaya pada fakta-fakta konkrit yang berasal dari pengalaman
lahiriyah.Misalnya seorang atheis memuja ide pengingkaran terhadap berbagai bentuk
kegiatan.
4. Syirku Al-‘Addah. Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul. Sebagai contoh percaya
bahwa angka 13 itu adalah angka sial sehingga tidak mau menggunakan angka
tersebut, menghubungkan kucing hitam dengan kejahatan, dan sebagainya.
C. Penyebab Syirik
Seseorang melakukan perbuatan syirik disebabkan oleh :
1. Kebodohan
2. Lemahnya iman
3. Ikut-ikutan nenek moyangnya

D. Syirik modern
Allah mengharamkan surga bagi mereka yang menyekutukan allah.

72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al
masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

Syirik yang berkembang pada jaman dahulu adalah syirik jali yaitu
mempersekutukan allah secara terang-terangan. Namun syirik yang berkembang
dimasa modern ini adalassyirik khafi yaitu mempersekutukan allah secara tidak
sadar. Orang-orang hanya mengetahui bahwa syirik itu, ketika seseorang menduakan
Allah dalam penciptaan; atau ketika seseorang menyembah patung-patung. Adapun
menyembah orang sholeh, dan lainnya, dalam arti berdo’a, meminta pertolongan
kepada orang sholeh atau wali-wali, memohon syafa’at, kesembuhan, jodoh, rejeki, dan
lainnya kepada mereka, maka ini dianggap syirik. Ia tidak melakukannya secara
terang-terangan. Tidak bisa diketahui secara indrawi.Namun diam-diam dan secara
tersembunyi telah melakukan kesyirikan. Misalnya yang paling banyak kita lakukan
secara tidak sengaja adalah dalam kita beranggapan bahwa yang menyembuhkan
penyakit adalah dokter atau obat yang diminum . Tubuh tetap sehat dan bugar karena
pola makan yang seimbang atau olah raga yang teratur. Jabatan yang diperoleh karena
kepintaran, kedekatan atau kepiawaiannya memanfaatkan bantuan orang lain. Panen
melimpah, karena keprofesionalannya mengolah tanah pertanian. Anak-anaknya pintar
karena gizi yang diberikan memenuhi standar gizi yang ditentukan. Ia bisa sampai ke
tujuannya tepat waktu, karena kepintarannya menyetir kenderaan. Inilah yang saya
sebut syirik modern. Syirik yang tanpa terasa dan disadari banyak dilakukan kaum
muslimin. Tidak hanya terbatas di kalangan awam bahkan juga di kalangan
intelek.Tidak hanya di kalangan yang berpendidikan rendah bahkan juga yang
mengecap perguruan tinggi.
Dalam persoalan politik pun, manusia bisa saja berbuat syirik
dengan cara mistifikasi politik, yaitu penyimpangan dalam permasalahan politik yang
sebenarnya. Dimana persoalan politik yang bersifat rasional, zhahiriyyah, ikhtiyariyah
dan taklifi (tindakan-tindakan amaliyah dan syar’i) menjadi tindakan yang misteri,
pakem, kabur, teka-teki, penuh mitos dan takhayyul Proses mistifikasi dalam dunia
politik menurut Kertzer (1988: 48), merupakan hal biasa sebagai upaya mengelabui
realitas sosial guna menggalang dan mendulang dukungan politik seluas-luasnya.
Bahkan Geertz (1977:168) mengatakan, “a world wholly demyistified is a world the
politicised.” Artinya, tidak ada dunia politik yang tidak mengalami proses mistifikasi,
entah di negara maju yang dikenal demokratis maupun di negara-negara berkembang
seperti Indonesia yang penuh mistis dan mitos.
Syirik dimasa kini banyak terjadi dalam bentuk ucapan yang secara tidak
sengaja dilakukan . Oleh karena itu, agar terhindar dari syirik masa modern (syirik
khafi) janganlah mengabaikan peran yang Maha Tunggal, Allah Taala. Melupakan
penyebab utamanya. Ingat, apa pun yang terjadi semuanya atas izin
Allah. Menyembuhkan penyakit, tubuh tetap sehat dan bugar, jabatan yang diperoleh,
panen melimpah, hasil tangkapan ikan melebihi kapasitas, rezeki yang banyak
diperoleh hari ini, sampai ke tujuannya tepat waktu, semuanya terjadi karena izin
Allah. Ikhtiar maksimal untuk mencapai itu memang wajib, tidak boleh
diabaikan. “Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma atau yang kamu biarkan
(tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah, (QS.59:
5).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa syirik
jaman dahulu dilakukan secara terang terangan, sementara syirik jaman modern
(sekarang) dilakukan secara tidak sengaj

Syirik modern

DALAM realita sehari-hari banyak orang beranggapan bahwa syirik hanyalah


perilaku menyekutukan Allah secara terang-terangan yang dapat diamati secara
indrawi. Seperti yang diutarakan Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin
Ahmad Utsman Az-Dzahabi dalam bukunya “Kitab al-Kabair wa Tabyin al-
Maharim” bahwa syirik adalah menjadikan sesuatu tandingan bagi Allah, padahal
Dia-lah yang menciptakan.
Apa yang diutarakan di atas benar dan sulit dibantah. Namun banyak kaum
Muslimin tanpa sadar terjebak dalam kesyirikan. Ia tidak melakukannya secara
terang-terangan. Tidak bisa diketahui secara indrawi. Namun diam-diam dan
secara tersembunyi telah melakukan kesyirikan. Inilah yang populer disebut
dengan syirik khafi, alias menyekutukan Allah secara tersembunyi. Syirik yang
banyak dilakukan dalam kontek kekinian atau modern.
Banyak contoh syirik modern yang dapat ditunjukkan. Misalnya, menganggap
yang menyembuhkan penyakit adalah dokter, tabib atau obat yang diminum.
Tubuh tetap sehat dan bugar karena pola makan yang seimbang atau olah raga
yang teratur. Jabatan yang diperoleh karena kepintaran, kedekatan atau
kepiawaiannya memanfaatkan bantuan orang lain. Panen melimpah, karena
keprofesionalannya mengolah tanah pertanian. Anak-anaknya pintar karena gizi
yang diberikan memenuhi standar gizi yang ditentukan. Ia bisa sampai ke
tujuannya tepat waktu, karena kepintarannya menyetir kenderaan.
Sekarang mari tanyakan pada diri masing-masing. Apakah anda sering
melakukan itu? Menganggap segala sesuatu yang terjadi hanya terhenti sampai
di semua sebab-sebab itu? Menganggap bahwa semua sebab itulah yang
menyebabkan terjadinya berbagai aktivitas anda secara wajar sesuai yang
diinginkan. Lantas tidak ingat bahwa di jagad semesta ini sesungguhnya ada
causa prima atau penyebab utama sebagai sebuah kekuatan yang Maha
Dahsyat yang mampu mengatur dan melaksanakan segalanya.
Inilah yang saya sebut syirik modern. Syirik yang tanpa terasa dan disadari
banyak dilakukan kaum muslimin. Tidak hanya terbatas di kalangan awam
bahkan juga di kalangan intelek. Tidak hanya di kalangan yang berpendidikan
rendah bahkan juga yang mengecap perguruan tinggi.
Diakui, dewasa ini sulit kita temukan kaum muslimin yang melakukan pekerjaan
“syirik jali” atau menyekutukan Allah secara terang-terangan. Artinya selain
mengakui akan eksistensi Allah, ia juga menyembah batu, pohon, bulan, nabi,
malaikat, syeikh, jin, syaitan, bintang atau yang lainnya. Mengakui bahwa
penyebab segala sesuatu yang dirasakannya bukan hanya semata Allah akan
tetapi ada kekuatan supranatural lainnya.
Misi mengembalikan manusia dari “syirik jali” telah dilakukan Nabi Ibrahin as
yang diawali dari keluarganya sendiri. Ia mencoba menyadarkan ayahnya
sebagai seorang pemahat patung kayu, bahwa apa yang dilakukannya adalah
sebuah pekerjaan sesat. Namun sang ayah tetap ngotot dan malah mengusir
buah hatinya itu dari rumah.
Kejadian itu tidak membuat Ibrahim as menyerah apalagi patah semangat. Ia
malah melanjutkan misinya yang lebih luas, menyadarkan masyarakatnya yang
terlena dan dinina bobokkan oleh kesyirikan. Ia lalu memasuki tempat
sesembahan mereka tanpa diketahui dan menghancurkan semua patung yang
ada di sana dengan menyisakan satu patung yang paling besar dari segalanya.
“Mereka berkata, “Engkaulah yang melakukan ini terhadap sesembahan kami,
hai Ibrahim?”. Ia berkata: “Tidak, malah itu dilakukan oleh yang terbesar dari
mereka! Tanyakanlah kepada mereka kalau mereka dapat berbicara!” (QS. 21:
62-63).
Misi terbesar itu dilanjutkan Rasulullah Saw ketika pembebasan Kota Mekah.
Ketika memasuki Ka’bah, dilihatnya dinding-dinding dipenuhi lukisan-lukisan
malaikat dan para Nabi. Bahkan Ibrahim as dilukis sedang memegang azlam
(anak panah tanpa kepala dan bulu). Sebuah patung burung dara dari kayu dan
berhala Hubal. Di sekeliling Ka’bah tersusun berbagai patung berbagai ukuran.
Dengan tangannya sendiri, Nabi Muhammad Saw menghancurkan semua
sesembahan Kaum Quraisy itu. Sesembahan itu dicampakkannya ke tanah.
Ketika memandang gambar Ibrahim, ia berkata: “Mudah-mudahan Allah
membinasakan mereka. Orang tua kita digambarkan mengundi dengan azlam!
Apa hubungannya Ibrahim dengan azlam? Ibrahim bukan Yahudi dan bukan pula
Nasrani. Tetapi ia seorang hanif yang menyerahkan diri kepada Allah dan bukan
termasuk orang yang mempersekutukan Allah.” (Haekal, 2006 : 473). Itulah
gambaran bentuk kesyirikan masa lalu. Kesyirikan yang dilakukan secara “jali”.
Bagaimana dengan sekarang? Di era modern, kaum Muslimin justru sebagian
terjebak dengan “syirik khafi”. Syirik yang tidak dapat dilihat dengan mata,
didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba dengan kulit dan dirasa dengan
lidah. Syirik yang secara tidak langsung menafikan eksesistensi Allah sebagai
Khaliq. Namun di sisi lain mengangkat makhluk pada posisi Khaliq. Hakikatnya
tetap sama yakni mensekutukan Allah. Menjadikan adanya tandingan-tandingan
Allah. Padahal Ia adalah Esa, tidak ada yang bisa menandingi-Nya.
Nabi Saw juga dengan tegas menyatakan bahwa syirik kepada Allah adalah
dosa besar bahkan yang paling kolosal. “Maukah aku tunjukkan kepada kalian
dosa besar yang paling besar? Yaitu, Syirik kepada Allah, “ (HR. Bukhari).
Kepada para sahabat yang sedang mengerumuninya, ia berkata: Berbaiatlah
kamu kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu,”(HR. Bukhari).
Karenanya, agar terhindar dari syirik khafi janganlah mengabaikan peran yang
Maha Tunggal, Allah Taala. Melupakan penyebab utamanya. Ingat, apa pun
yang terjadi semuanya atas izin Allah. Menyembuhkan penyakit, tubuh tetap
sehat dan bugar, jabatan yang diperoleh, panen melimpah, hasil tangkapan ikan
melebihi kapasitas, rezeki yang banyak diperoleh hari ini, sampai ke tujuannya
tepat waktu, semuanya terjadi karena izin Allah. Ikhtiar maksimal untuk
mencapai itu memang wajib, tidak boleh diabaikan. “Apa saja yang kamu tebang
dari pohon kurma atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya,
maka (semua itu) adalah dengan izin Allah, (QS.59: 5).
Di bulan Ramadhan ini, mari bersihkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
membahayakan akidah kita. Yang bisa mengantarkan kita kepada kesyirikan,
baik “jali” maupun “khafi”. Sehingga selesai Ramadhan mulia ini kita benar-benar
fitrah.

Anda mungkin juga menyukai