Anda di halaman 1dari 20

Ancaman Keutuhan Tauhid Seorang Muslim

1. TAUHID
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya
dalamrububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu
dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang
berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT
bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-
nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.
2. PEMBAGIAN TAUHID
Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya ada dua:
1. Pertama: Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan dengan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma
dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat zat Rabb SWT dan mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT dengan asma
(nama), sifat, dan perbuatan-Nya.
Pengertiannya: seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT sematalah Rabb yang Menciptakan,
Memiliki, Membolak-balikan, Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan Sifat-sifat, serta perbuatan-
Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Meliputi segala sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Dia SWT mempunyai asma (nama-nama) yang indah dan sifat yang tinggi:

:[ ]
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy-
Sura:11)
2. Tauhid dalam tujuan dan permintaan/permohonan, dinamakan tauhid uluhiyah dan ibadah, yaitu
mengesakan Allah SWT dengan semua jenis ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dll.
Pengertiannya: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT saja yang memiliki
hakuluhiyah terhadap semua makhlukNya. Hanya Dia SWT yang berhak untuk disembah, bukan yang lain. Karena
itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jenis ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong,
tawakkal, takut, mengharap, menyembelih, bernazar dan semisalnya melainkan hanya untuk Allah SWT semata.
Siapa yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah SWT maka dia adalah seorang musyrik lagi
kafir. Firman Allah SWT:

: [ ]
Siapa menyembah ilah yang lain selain Allah SWT, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka
sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak akan beruntung.
(QS. Al-Mukminun:117)
Tauhid Uluhiyah atau Tauhid I badah; kebanyakan manusia mengingkari tauhid ini. Oleh sebab itulah Allah SWT
mengutus para rasul kepada umat manusia, dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, agar mereka beribadah
kepada Allah SWT saja dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.
1. Firman Allah SWT:

:[ ]
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:Bahwasanya tidak
ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS. Al-Anbiya` :25)
2. Firman Allah SWT:
:[

]
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):Sembahlah Allah SWT
(saja), dan jauhilah Thaghut itu,. (QS. An-Nahl :36)
Hakekat dan Inti Tauhid:
Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah SWT, dan
pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selainNya SWT tanpa sebab atau perantara. Seseorang melihat
yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan semisalnya, semuanya berasal dariNya SWT.
Seseorang menyembahNya dengan ibadah yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada
yang lain.
Buah Hakekat Iman:
Seseorang hanya boleh tawakkal kepada Allah SWT semata, tidak memohon kepada makhluk serta tidak
memperdulikan celaan mereka. Ia ridha kepada Allah SWT, mencintaiNya dan tunduk kepada hukumNya.
Tauhid Rububiyah diakui manusia dengan naluri fitrahnya dan pemikirannya terhadap alam semesta. Tetapi sekedar
mengakui saja tidaklah cukup untuk beriman kepada Allah SWT dan selamat dari siksa. Sungguh iblis telah
mengakuinya, juga orang-orang musyrik, namun tidak ada gunanya bagi mereka. Karena mereka tidak mengakui
tauhid ibadah kepada Allah SWT semata.
Siapa yang mengakui Tauhid Rububiyah saja, niscaya dia bukanlah seorang yang bertauhid dan bukan pula seorang
muslim, serta tidak dihormati/diharamkan darah dan hartanya sampai dia mengakui dan menjalankan
Tauhid Uluhiyah. Sehingga dia bersaksi bahwa tidak Ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah SWT
semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan dia mengakui hanya Allah SWT saja yang berhak disembah, bukan yang
lainnya. dan konsekuensinya adalah hanya beribadah kepada Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagiNya.
Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah memiliki ketergantungan satu sama lain:
1. Tauhid Rububiyah mengharuskan kepada Tauhid Uluhiyah. Siapa yang mengakui bahwa Allah SWT
Maha Esa, Dia lah Rabb, Pencipta, Yang Memiliki, dan yang memberi rizki niscaya mengharuskan dia
mengakui bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah SWT. Maka dia tidak boleh berdoa
melainkan hanya kepada Allah SWT, tidak meminta tolong kecuali kepadaNya, tidak bertawakkal kecuali
kepadaNya. Dia tidak memalingkan sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya kepada Allah SWT semata,
bukan kepada yang lainnya. Tauhid uluhiyah mengharuskan bagi tauhid rububiyah agar setiap orang hanya
menyembah Allah SWT saja, tidak menyekutukan sesuatu dengannya. Dia harus meyakini bahwa Allah
SWT adalah Rabb-Nya, Penciptanya, dan pemiliknya
2. Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama-sama, akan tetapi keduanya
mempunyai pengertian berbeda. Makna Rabb adalah yang memiliki dan yang mengatur dan sedangkan
makna ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang berhak untuk disembah, dan tidak ada sekutu
bagi-Nya. Seperti firman Allah SWT:

:[ ]
Katakanlah:Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia (QS. An-Naas: 1-3)
Dan terkadang keduannya disebutkan secara terpisah, maka keduanya mempunyai pengertian yang sama, seperti
firman Allah SWT :

:[ ]
Katakanlah: Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, . (QS. An-Anaam:164)


Keutamaan Tauhid
1. Firman Allah SWT :

:[ ]
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-
Anaam: 82)
2. Dari Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda, Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah
(yang berhak disembah) selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya Muhammad SAW adalah
hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, serta kalimah-Nya yang diberikan-Nya
kepada Maryam dan Ruh dari-Nya. Dan (siapa yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka
adalah benar, niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah ada. Muttafaqun
alaih.[2]
3. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Allah SWTberfirman, Wahai
keturunan Adam, selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Kuampuni semua dosa kalian dan Aku
tidak perduli (sebanyak apapun dosanya). Wahai keturunan Adam, jika dosamu telah sama ke atas langit, kemudian
engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Kuampuni dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosamu). Wahai
keturunan Adam, jika engkau datang kepadanya dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang
menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku datang kepadamu dengan
ampunan sepenuhnya (bumi). HR. at-Tirmidzi.[3]
Balasan Ahli Tauhid
Firman Allah SWT:

:[ ]
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga
itu, mereka mengatakan:Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. Mereka diberi buah-buahan yang
serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah:
25)
2. Dari Jabir r.a, ia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW seraya berkata, Wahai Rasulullah,
apakah dua perkara yang bisa dipastikan? Beliau menjawab, Siapa yang meninggal dunia dan keadaan tidak
menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya dia masuk dan siapa yang meninggal dunia dalam keadaan
menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT, niscaya dia masuk neraka. HR. Muslim.[4]

Keagungan Kalimah Tauhid
Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Nabi Nuh
alaihissalam tatkala menjelang kematiannya, beliau berkata kepada anaknya, Sesungguhnya aku menyampaikan
wasiat kepadamu: Aku perintahkan kepadamu dua perkara dan melarangmu dari dua perkara. Saya perintahkan
kepadamu dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah). Sesungguhnya
seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan dalam satu daun timbangan dan kalimah laa ilaaha
illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah) diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya
kalimat laa ilaaha illallah lebih berat. Dan jikalau tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan sebuah
lingkaran yang samar, niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallah dan subhanallahi wabihamdih (maha suci
Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia merupakan inti dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi
rizqi. Dan aku melarangmu dari perbuatan syirik dan takabur HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab al-
Mufrad.
Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan
menjauhi thaghut, seperti firman Allah SWT:
:[

]
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thagut itu (QS. An-Nahl:36)
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang
diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang
ingkar kepada Allah SWT.
- Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:
1- Iblis semoga Allah SWT melindungi kita darinya-,
2- Siapa yang disembah sedangkan dia ridha,
3- Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4- Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5- Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.


Yang mempengaruhi keutuhan tauhid seorang muslim :
1. Kristenisasi
2. Materialism dan sekularisme
3. Sinkretisme
4. Nabi palsu dan sekte menyimpang



1. Kristenisasi

Pengertian
Kristenisasi atau dalam bahasa Arabnya disebut al-Tanshir adalah sebuah gerakan keagamaan yang
bersifat politis kolonialis. Muncul akibat kegagalan Perang Salib sebagai upaya penyebaran agama Kristen
terhadap bangsa-bangsa di dunia ketiga, terutama umat Islam. Tujuannya adalah untuk mencengkramkan
kekuasaan terhadap bangsa-bangsa tersebut dan yang paling terpenting adalah untuk menjauhkan umat
Islam dari agamanya (al-Quran dan al-Sunnah).
Kristenisasi mulai bergerak setelah orang-orang Kristen mengalami berbagai kekalahan selama dua
abad (1099-1254). Mereka mengarahkan berbagai cara dan upaya serta tenaganya untuk menguasai Bait
al-Maqdis, sekaligus merebutnya dari genggaman ummat Islam.
Pada dasarnya, kristenisasi bertujuan untuk memantapkan pengaruh Kristen Barat di Negara-negara
Islam. Di akui atau tidak, kristenisasi adalah awal dan landasan kokoh penjajahan. Selain itu, kristenisasi
juga merupakan penyebab langsung lumpuhnya serta melemahnya potensi umat Islam, di samping factor-
faktor lainnya.

Cara-cara Kristenisasi
Ada dua cara yang dilakukan orang Kristen dalam melakukan kristenisasi. Pertama dengan cara ghazwu al-askari
(perang fisik) dan yang kedua adalah dengan cara ghazwu al-fikr (perang pemikiran). Cara yang pertama dilakukan
dengan cara terang-terangan. Biasanya cara ini dilakukan terhadap daerah umat Islam yang keimanannya sangat
kuat, tidak bisa diruntuhkan melalui budaya, ataupun dengan transformasi ideology. Contoh kecilnya, seperti apa
yang telah dilakukan Amerika terhadap Afganistan dan Iraq. Kaum muslimin di Afganistan dan Iraq keimanan atau
keislamannya sangat kuat, tidak bisa diruntuhkan dengan ideology ataupun budaya. Sehingga untuk mengkristenkan
mereka, tidak mau tidak harus dengan cara perang fisik, bukan dengan cara perang pemikiran.
Cara yang kedua (gazwu al-Fikr) biasanya dilakukan terhadap daerah umat Islam yang mudah ditembus dengan
budaya atau ideology. Hal ini bisa kita lihat di daerah Indonesia. Orang-orang Kristen di daerah seperti ini tidak
akan melakukan kristenisasi dengan cara perang fisik, tetapi cukup dengan cara perang pemikiran. Melakukan
penyerangan-penyerangan terhadap keimanan atau keislaman kaum muslimin dengan budaya dan ideology-ideologi
yang bukan dari ajaran Islam.
Sebelum tahun 1965, kristenisasi dilakukan dengan cara yang pertama. Statement seperti ini, bisa dilihat dari
usaha-usaha orang Kristen terhadap orang Islam. Misalnya, pada tahun 1499, penduduk muslim Spanyol di perangi
dan diberi dua pilihan oleh pemerintahan Kristen Ferdinand dan Isabell; pindah agama atau dideportasi (di usir dari
Negara yang bersangkutan). Namun karena upaya tersebut seringkali gagal, maka atas usulan Raja Lois IX, cara
kristenisasi mulai dirubah. Kristenisasi dengan cara perang fisik/militer, tidak efektif. Dengan perang fisik, ummat
Islam tidak akan kalah. Lois yang pernah dipenjara oleh kaum muslimin, menyadari bahwa kekuatan umat Islam
bukan dari aspek senjatanya saja. Meskipun mereka menggunakan senjata yang sederhana dari pada yang digunakan
kaum Kristen, namun kenyataannya kaum muslimin tetap menang. Bagi Lois, factor yang sangat dominant yang
menyebabkan kaum muslimin tak dapat dikalahkan adalah ruhul jihadnya yang sangat tinggi. Oleh karena itu, Lois
menyarankan, jika ingin mengalahkan kaum muslimin, dan menjadikannya Kristen, bukan dengan cara memerangi
mereka dengan militer. Tapi, yang harus dilakukan adalah bagaimana agar ruh jihad yang dimiliki oleh kaum
muslimin itu menjadi lemah atau bahkan hilang sama sekali dari jiwa kaum muslimin.
Kristenisasi bagi kaum kristiani, merupakan ibadah yang harus dilakukan, karena hal tersebut diperintahkan oleh
Tuhan Yesus, seperti yang tercantum dalam Markus;16; 15; Lalu ia berkata kepada mereka; Pergilah ke seluruh
dunia, beritakan Injil ke semua makhluk.
Namun, Rivised Standar Version, suatu lembaga di Eropa yang bertugas untuk menyelidiki kebenaran Bibel,
menghapus ayat ini. Karena ayat tersebut tidak terdapat dalam manuskrip kuno Codex Vaticanus dan Codex
Sinataicus, dua manuskrip yang menjadi sumber Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Bibel). Keputusan yang
diambil oleh lembaga RSD sangatlah tepat, karena menurut Injil Matius 10; 5-6 dan 15; 24, Yesus hanya diutus
kepada bangsa Israel. Artinya agama Kristen yang kalau memang benar dibawa oleh Yesus, hanya diperuntukkan
kepada bangsa Israel. Dengan begitu, maka seharusnya kristenisasi tidak boleh dilakukan terhadap bangsa di luar
Israel.
Meskipun demikian, kaum kristiani tetap saja melakukan hal tersebut. Bahkan di era modern ini, mereka malah
semakin intensif dan dengan cara yang sistematis. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk menjadikan bangsa-
bangsa (dunia) di bawah naungan Tuhan Yesus Kristus, meskipun harus berpura-pura pindah agama.
Adalah Paulus yang mengajarkan kepada kaum kristiani, cara-cara yang jitu untuk membawa manusia kedalam
ajaran Kristen. Paulus seringkali berpura-pura masuk agama orang yang akan diajaknya menjadi seorang Kristen.
Jika Paulus berdakwah kepada orang-orang Yahudi, maka dia akan seperti orang Yahudi, jika dia berdakwah kepada
orang-orang yang berada di bawah naungan hokum taurat, dia akan seperti orang tersebut, dan seterusnya begitu (1
Korentus; 9; 19-23). Diakui atau tidak oleh orang-orang Kristen, cara seperti inilah yang menyebabkan agama
Kristen berkembang. Oleh karena itu, Paulus mengajarkan kepada para misionaris (orang yang bertugas
menyebarkan agama Kristen) supaya melakukan cara-cara yang telah dilakukannya. Jika akan memurtadkan umat
Islam maka para misionaris harus berpura-pura, atau seperti orang yang memeluk agama Islam.
Selain Paulus, figure kristenisasi yang sangat berpengaruh terhadap gerakan ini adalah Samuel Zwemer.
Kontribusinya sangatlah besar bagi kesuksesan kristenisasi di dunia. Teori-teorinya seringkali digunakan oleh para
misionaris. Ada beberapa hal yang dianjurkan Zwemer agar kristenisasi berhasil, yaitu;
- Orang Kristen harus meyakinkan umat Islam bahwa orang-orang Kristen bukanlah musuh mereka. Teori ini juga
sebenarnya merupakan realisasi dari anjuran Paulus
- Kitab suci Injil harus disebarkan dalam bahasa-bahasa umat Islam.
- Mengkristenkan umat Islam harus dengan perantaraan seorang utusan dari mereka sendiri dan dari barisan
mereka sendiri
- Tumbuhkanlah dalam hati kaum muslimin, kecenderungan terhadap ilmu-ilmu Eropa dari pada ilmu-ilmu
keislaman
Cara seperti itu, mulai dilaksanakan oleh para misionaris. Di Indonesia saja, membedakan ulama dengan Pendeta
bagi orang awam sangatlah sulit. Bagaimana tidak, ada pendeta yang penampilannya seperti ulama. Dia memakai
peci, baju gamis, dan berdoa seperti seorang muslim.
Selain cara seperti itu, ada juga aliran (sekte) Kristen, yang meniru ajaran Islam. Seperti yang telah terjadi belum
lama ini di Jakarta. Ada aliran Kristen yang melakukan tata cara ibadahnya meniru ibadah shalat kaum muslimin,
Injilnya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, membacanya seperti bacaan qiraat al-Quran. Jika dalam Islam ada
lomba tilawah al-Quran, mereka juga menirunya dengan mengadakan lomba tilawah Injil. Jika dalam Islam ada
yang disebut Nasyid, kelompok musik yang membawakan lagu-lagu bernuansa Islami dengan alat musik khas
tradisional Islam. Maka mereka juga menirunya dengan membuat kelompok nasyid, hanya saja mereka
membawakan lagu-lagu bernuansa kristus, yang diambil dari kitab Bibel.
Ummat Islam haruslah berhati-hati dalam menghadapi problema tersebut. Jangan sampai terjebak dengan
hasutan-hasutan misionaris. Dan harus diingat, bahwa yang diinginkan oleh para misionaris adalah bukan hanya
menjadikan umat Islam pindah agama dari Islam ke Kristen. Tapi yang paling terpenting dari upaya kristenisasi ini,
sebagaimana dikatakan oleh Samuel Zwemer adalah untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya, bahkan kalau
bisa menjadikannya seorang ateis. Kalau umat Islam sudah jauh dari agamanya, bisa saja umat Islam sendiri yang
nantinya akan menghancurkan agamanya.
Untuk menjadikan umat Islam jauh dari agamanya, seringkali kaum kristiani memasukkan ideology-ideologi
barat, hampir ke seluruh aspek kehidupan umat Islam. Terutama dalam bidang pendidikan. Umat Islam dididik dari
kecil, mulai dari pendidikan dasar sampai kepada perguruan tinggi, dengan ideology-ideologi Barat, sehingga
intelektualitas, yang seharusnya berguna bagi Islam, malah sebaliknya. Sebagai contoh, jika anak-anak Madrasah
Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar (SD) ditanya asal mulanya manusia, maka kita akan mendapatkan jawaban Nenek
moyang kita adalah Kera. Disadari atau tidak, ideology tersebut sangat kontras dengan ajaran al-Quran dan al-
Sunnah. Karena, al-Quran menjelaskan kepada kita, bahwa nenek moyang kita adalah Nabi Adam, yang mana dia
itu bukan berasal dari kera.
Dan yang paling berbahaya bagi umat Islam adalah jika rencana Zwemer yang kedua berhasil (mengkristenkan umt
Islam melalui perantaraan seorang muslim). Apalagi kalau yang menjadi perantaraannya itu adalah seorang muslim
yang berpengaruh di masyarakat (ulama) dan memiliki intelektul keislaman yang tinggi.
Tak sedikit kaum intelektual yang mengatasnamakan sebagai seorang muslim, namun seringkali pemikirannya
malah merusak Islam. Hal ini harus dipikirkan solusinya, jika Islam tidak ingin rusak oleh pemeluknya sendiri.
Salah satu cara yang harus kita lakukan untuk mengatasi problematika ini adalah dengan memperdalam ajaran Islam
secara intensif yang bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah. Berpegang teguh kepada al-Quran dan sunnah adalah
satu-satunya cara, agar kita tidak terjebak oleh hasutan-hasutan misionaris.

Media dan fasilitas kristenisasi
Sarana atau media yang digunakan para misionaris sangatlah banyak. Selain media, fasilitasnya pun tidak
ketinggalan. Media dan fasilitas yang digunakan mereka seringkali mengungguli yang dimiliki kaum muslimin. Ini
dapat dilihat dari berbagai sarana dan fasilitas mereka yang serba lengkap. Bayangkan saja, gereja yang mereka
bangun misalnya, bukan hanya digunakan untuk tempat ibadah saja, akan tetapi, gereja juga dijadikan sebagai pusat
informasi, mereka lengkapi dengan computer, internet dan lain sebagainya. Ini sangatlah jauh berbeda dengan
tempat ibadah kita. Masjid yang kita miliki mungkin hanya dilengkapi dengan alat komunikasi saja, seperti telepon.
itu pun tidak efektif. Karena telepon yang ada di Masjid sangat jarang digunakan untuk mengadakan hubungan kerja
sama dengan Masjid yang lainnya.
Ada beberapa media dan fasilitas yang paling banyak digunakan dan dianggap paling efektif untuk kristenisasi.
Yaitu;

a. Media Pendidikan
Pendidikan merupakan media yang paling banyak digunakan oleh misionaris untuk kegiatan kristenisasi.hal ini
mereka wujudkan dengan mendirikan sekolah-sekolah di tengah umat Islam. Supaya rencana kristenisasi melalui
media ini berhasil, sekolah-sekolah yang mereka bangun, biasanya jauh lebih lengkap dibandingkan dengan
sekolah-sekolah Islam. Sehingga sarana dan fasilitas yang mereka tawarkan seringkali menarik minat para orang tua
muslim untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga milik mereka dibandingkan menyekolahkan anaknya ke
pesantren.
Para misionaris sangat gemar menggunakan media pendidikan untuk mengkristenkan kaum muslimin, meskipun
harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Mr. Nibrouse, Rektor Universitas Bairut Amerika tahun 1948 pernah
berkata; Fakta telah membuktikan, pendidikan adalah sarana paling mahal yang telah diperalat para misionaris
Amerika untuk mengkristenkan Suriah dan Libanon.
Melalui pendidikan para misionaris berharap agar generasi Islam, jauh dari pemahaman keagamaannya. Setiap hari
mereka dididik dengan ilmu-ilmu umum, dan kalaupun mereka memberikan mata pelajaran agama, yang mereka
ajarkan bukan tentang agama Islam, akan tetapi tentang agama Kristen. Anak-anak muslim yang sekolah di sana,
didoktrin dengan ajaran-ajaran al-Kitab (Bibel). Sehingga sebanyak 4000 pelajar Islam yang sekolah di lembaga
milik Kristen berpindah agama menjadi kaum kristiani. Oleh karenanya, pada saat RUU sisdiknas yang isinya
menguntungkan bagi umat Islam akan disahkan di DPR, mereka menolaknya dengan keras, karena mereka takut
akan kehilangan satu cara untuk mengkristenkan umat Islam.

b. Melalui Medis
Selain pendidikan, media yang sering mereka gunakan adalah pelayanan-pelayanan kesehatan (medis). Hal ini
direalisasikan dengan mendirikan rumah sakit-rumah sakit dan mendatangkan dokter-dokter ahli ke kawasan
muslim. Dokter-dokter yang ditugaskan sangat antusias sekali menjalankan misi ini. Mereka siap dengan bekal yang
memadai, ditopang dengan sarana dan dana yang besar. Sehingga Paul Horisson, seorang dokter yang merangkap
misionaris, dalam bukunya yang berjudul Dokter di Negara-negara Arab menulis; Kami siap berada di Negara-
negara Arab untuk menggiring penduduknya menjadi Kristen.
Tak sedikit dokter-dokter Kristen yang memanfaatkan kesempatan dalam praktiknya untuk memasuki misi
kristiani ke telinga dan hati umat Islam. Setiap pagi, sesudah bangun tidur, mereka membacakan ayat-ayat Injil di
samping pasien muslim, diberi doa-doa dan lain sebagainya. Hal ini seharusnya menjadi pelajaran bagi umat
Islam, agar kalau sakit, tidak masuk ke rumah sakit Kristen. Karena, selain akan dikristenkan, dana yang dihasilkan
dari rumah sakit tersebut, sekitar 10-20% dialokasikan untuk membuat gereja dan misi kristenisasi.



c. Aktivitas Sosial
cara ini biasanya dilakukan dengan menyediakan perumahan-perumahan Mahasiswa/I, mendirikan klub-klub,
membuat hotel, panti jompo, penampungan anak yatim dan gelandangan, mendirikan perpustakaan-perpustakan
misionaris, menggarap nelayan dan tukang becak dengan memberikan pinjaman uang atau warung nasi yang
harganya murah dan yang paling penting adalah mereka menggunakan pers sebagai alat kristenisasi.



Kristenisasi di Indonesia
Lembaga-lembaga Kristen sering kali mengirimkan utusan (misionaris) ke berbagai Negara untuk menyebarkan
agamanya. Menurut Detroit News Issue of Sunday, para misionaris di seluruh dunia mencapai 212.250 orang. Ini
mencakup 170 ribu Katolik dan 42.250 Protestan. Sekarang para misionaris di seluruh dunia berjumlah 220 ribu
orang. Ini mencakup 137 ribu Katolik dan 82 ribu Protestan.
Negara Afrika merupakan salah satu Negara yang cukup banyak dikirim misionaris. Menurut penelitian terdapat 119
ribu misionaris di sana. Oleh karenanya, tidaklah mengejutkan kalau di Negara Afrika Selatan, yang mayoritasnya
beragama Islam, dipimpin oleh seorang yang beragama Kristen.
Selain Afrika, Indonesia juga merupakan Negara yang menjadi sasaran kristenisasi terbesar bagi kaum misionaris.
Selain karena mayoritas penduduknya pemeluk agama Islam terbesar di dunia, Indonesia juga merupakan Negara
yang kaya sumber alamnya. Logisnya, jika Indonesia berhasil dijadikan Negara Kristen, maka dana untuk
kepentingan agama Kristen akan sangat besar. Karena akan didapatkan dari kekayaan alam Negara Indonesia yang
melimpah. Tak heran kalau ada statement Negara Indonesia akan dikristenkan seluruh penduduknya pada tahun
2025.
Tokoh kristenisasi di Indonesia adalah Snouck Hourgronye. Dia pura-pura masuk Islam dan pergi ke Mekah.
Namanya diganti menjadi Abdullah. Mendapat surat legitimasi dari seorang ulama di Mekah, namanya Abdullah bin
Zaini bin Dahlan, untuk mengajarkan agama Islam di Indonesia. Dalam melaksanakan misinya, Horgronye
menggunakan taktik Gold stone, seorang tentara Inggris yang bertugas memimpin penjajahan di Mesir. Yaitu,
dengan cara memadamkan dakwah Islamiyah dan menjauhkan umat Islam dari al-Quran dan al-Sunnah.
Langkah Horgronye dilanjutkan oleh Hamran Ambrie, seorang murtadin yang mati pada tahun 1988. cara yang
digunakan orang ini lebih bahaya dari pada para misionaris sebelumnya. Ambrie menggunakan ayat-ayat al-Quran
untuk membuktikan kepada kaum muslimin akan kebenaran agama Kristen. Dia tafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan
hawa nafsunya.

Antisipasi bagi umat Islam
Umat Islam harus bersikap preventif terhadap masalah ini agar tidak terjebak ke dalam misi mereka, apalagi
kalau sampai berpindah agama. Salah satu cara untuk mengantisipasinya adalah mau tidak mau, umat Islam wajib
memperdalam agamanya, mengkaji al-Quran dan al-Sunah secara intensif. Dan bagi yang sudah kuat pondasi
keimanannya, dianjurkan untuk memperluas wawasan kristologi dengan baik.





2. Materialisme dan sekularisme
Materialisme

Materialisme adalah akidah yang memandang bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan merupakan materi
belaka; materi ini mengalami evolusi dengan sendirinya secara subtansial sehingga tidak ada Pencipta (Khalik)
dan yang dicipta (makhluk). Dalam perspektif Karl Marx, peletak dasar ideologi Sosialisme-komunis, alam
mengalami evolusi mengikuti hukum gerak materi; alam tidak membutuhkan Akal Holistik (Pencipta)
(Ghanim Abduh, 2003: 3). Senada dengan Marx, Lenin, ideolog sekaligus realisator Marxisme, dengan
mengutip filosof Heraclitus (540-480 SM), menyatakan, Alam adalah wujud tunggal yang tidak pernah
diciptakan oleh Tuhan atau manusia manapun. Ia telah ada, selalu ada, dan akan selalu ada sebagai api yang
terus menyala selama-lamanya. (Vladimir Ilich, 1870-1924).

Oleh karena itu, penganut akidah materialisme pada dasarnya adalah ateis (mengingkari Tuhan). Bahkan,
penganut akidah ini memandang bahwa keyakinan terhadap Tuhan (agama) adalah berbahaya bagi kehidupan.
Dalam bahasa Lenin, keyakinan terhadap agama adalah candu masyarakat dan minuman keras spiritual.
Dalam manifesto politiknya, Lenin secara ekstrem menyebut agama sebagai salah satu bentuk penindasan
spiritual yang, dimana pun ia berada, amat membebani masyarakat (Lenin, 1972: 83-87).

Pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan ini kemudian melahirkan sebuah keyakinan, bahwa dunia ini harus
diatur berdasarkan prinsip dialektika materialisme yang melibatkan semua unsur materi, yakni: manusia, alam,
dan sarana kehidupan (alat-alat produksi). Dari sini muncullah ideologi Sosialisme-komunis, yang didasarkan
pada akidah materialisme, yang berisi seperangkat aturan yang khas, yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia; tentu di luar aspek religiusitas dan spiritualitas manusia yang telah diingkarinya.

Sekularisme

Sekularisme pada dasarnya adalah akidah yang mengakui eksistensi Tuhan, tetapi tidak otoritas-Nya untuk
mengatur manusia. Dengan kata lain, akidah ini mengakui keberadaan agama tetapi tidak otoritasnya untuk
mengatur kehidupan. Singkatnya, sekularisme adalah akidah yang menetralkan (baca: memisahkan) agama
dari kehidupan.

Secara historis, sekularisme merupakan akidah jalan tengah yang lahir pada Abad Pertengahan, sebagai
bentuk kompromi para pemuka agama yang menghendaki kehidupan manusia harus tunduk pada otoritas
mereka (dengan mengatasnamakan agama), dengan para filosof dan cendekiawan yang menolak otoritas
agama dan dominasi para pemuka agama dalam kehidupan. Dengan demikian, para penganut sekularisme
sebetulnya tidak mengingkari Tuhan (agama) secara mutlak; mereka hanya menginginkan agar Tuhan (agama)
tidak mengatur kehidupan mereka.

Pengingkaran terhadap otoritas Tuhan ini selanjutnya melahirkan sebuah pandangan bahwa manusialah
(melalui mekanisme demokrasi) yang berwenang secara mutlak untuk mengatur kehidupannya sendiri secara
bebas, tanpa campur tangan Tuhan (agama). Dari sini lahirlah ideologi Kapitalisme-sekular, yang berisi
seperangkat aturan yang khas, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia; tentu di luar aspek agama
yang telah mereka singkirkan dari kehidupan.

3. Sinkretisme

Sinkretisme adalah masalah besar untuk sebuah teologi eksklusif atau misiologi.Kraemer telah
menjadi tahu sebagai lawan yang tetap pada sinkretis atau relativis dalamsemua bentuk variasi
mereka. Akar masalah sinkretisme berada dalam isu relativisme.Relativisme adalah sejumlah
musuh dan sinkretisme adalah suatu pemikiran dalam refleksipandangan relativistik. Pengaruh
sinkretik akan membuat kebenaran injil akan kabur dantidak ada yang absolut. Sinkretik dapat
digunakan kebudayaan namun tidak dapatdigunakan dalam ranah iman.Sinkretisme dianggap
kecenderungan yang tidak disadari namun kerapdikukuhkan menjadi ajaran dan kebudayaan
baru. Dalam situasi ini ide-ide religiusdisesuaikan disesuaikan dengan prinsip religius agama
lain. Hasil dari sinkretisme adalahterjadi unifikasi konsep ketuhanan.
Konsep ketuhanan dalam dua cara: pertama, konsep-konsep itu diasimilasi dalam
perbandingan-perbandingan tertentu. Dengan adanya konseptersebut misi kita untuk
menyelamatkan orang yang dalam kegelapan agak susah. Tetapitidak ada yang mustahil
dihadapan Tuhan sebab Roh Kudus yang mengubahkan hati sertaprinsip hidup manusia. Dalam
menjalani kehidupannya, manusia dihadapkan padaberbagai macam permasalahan yang
merupakan hakekat dari kehidupan itu sendiri.Selama manusia itu hidup maka permasalahan
hidup ini tidak akan pernah lepas darikehidupannya. Yang dimaksudkan dengan permasalahan
hidup disini adalah segalasesuatu yang perlu diatasi ataupun suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi. Tantangan yangharus kita hadapi bersama adalah penderitaan sesama dan bumi ini
merupakan panggilanumat beragama untuk saling bergandengan tangan dalam menyelesaikan
masalah bukanhanya nabi tetapi juga mengalir yang ilahi dalam dirinya.Unsur sinkretis ini
tercermin dalam upacara penguburan yang bercirikan Islam,dan upacara sedekah bumi yang
bercirikan kejawen (kebatinan Jawa), serta khitanan yangpada jaman itu tidak diterapkan oleh
orang Kristen. Juga dalam persembahan di gereja,digunakan tembang-tembang Jawa. Salah satu
alasan mengapa dia mengikuti ritual adat Jawa adalah agar ajaran Kristen dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat Jawa. Namunada juga upacara adat yang dilarang, seperti: wayangan dan
tayuban karena keduanyadianggap bertentangan dengan ajaran Kristen.
Salah satu pilihan menghadapi sinkretis adalah mengambil garis tegas antarakebudayaan dan
injil. Namun akibatnya terjadi perkembangan sistim yang berganda. Penginjilan yang baik jika
menghasilkan perubahan budaya. Kristus dapat ditemukandalam budaya tetapi berupaya
menemukan secara eksplisit dengan konsekuensi terhadapbudaya. Dan membawa pesan injil
yang sesungguhnya kedalam kebudayan kita.Sinkritisme dan teologi berarti merendahkan agama
semata-mata menjadi suatupandangan tentang kehidupan. Agama tidak dapat direndahkan
menjadi sekumpulangagasan semata. Pertobatan harus dilakukan dengan komitmen yang
sungguh dan tulusyang dibaptis untuk memadukan injil dan kebudayaan. Hubungan sosial
manakah yangdipertahankan? Generasi terdahulu mungkin menghawatirkan sinkritisme sebagai
bahayadalam penginjilan sebab tidak ada pembagian yang jelas antara budaya dan
tradisikeagamaan.

4. Nabi palsu dan Sekte menyimpang
Nabi Palsu dalam Pendangan Fuqaha
Masalah munculnya nabi-nabi palsu telah direspon serius oleh para ulama sejak dulu. Tak
hanya hari ini. Karena hal ini menyangkut masalah yang amat serius pula, yaitu masalah
keimanan. Ini disebabkan dalil qathi baik dari Al Quran, Sunnah, serta ijma telah
menyatakan bahwa Rasulullah Muhammad saw. adalah nabi yang terakhir, dan tidak ada
syariat yang harus diikuti kecuali syariat yang telah beliau bawa.
Atas dasar nash-nash itulah para fuqaha menyatakan bahwa mereka yang mengaku-ngaku
sebagai nabi otomatis telah kufur, bagitu juga mereka yang mengikutinya. Al Muthii
dalam Syarh Al Muhadzab (20/371), salah satu kitab pokok dalam madzhab Syafii
menyebutkan, Begitu juga (telah murtad) orang yang mengaku nabi setelah Nabi
Muhammad saw. serta orang yang mengikutinya.
Ia juga menyebutkan bahwa para ulama telah bersepakat, jika ada seseorang mengatakan,
Seandainya fulan itu menjadi nabi, maka aku membenarkannya, maka, menurut Al
Muthii, ia telah murtad. Al Muthii juga merujuk perkataan Imam Syafii yang
menyatakan,Ada beberapa orang yang murtad setelah Islam, mereka adalah Thalhah,
Musailamah, Ansa beserta para pengikut mereka.
Ulama dari kalangan madzhab Hambali pun memiliki pendapat yang serupa, Ibnu Al
Qudamah dalam Al Mughni (2/2181), rujukan pokok madzhab Hambali,
menyatakan,Barang siapa mengaku-ngaku sebagai nabi atau membenarkan seruannya, maka
ia telah murtad!.
Imam Al Qurthubi dan bisikan hati
Ulama dari Madzhab Maliki, Imam Al Qurthubi dalam Al Jami li Ahkami Al Quran (4/37)
menyatakan,Termasuk dalam golongan ini (Musailamah dan sejenisnya) seseorang yang
menolak fiqih dan sunnah yang dipegang para salaf, dan ia mengatakan, Hatiku berbisik
kepadaku begini, lalu dia jadikan bisikan hatinya itu sebagai hukum dan ia menganggap
bahwa itu disebabkan kesucian hatinya dari kotoran, hingga nampaklah ilmu-ilmu ilahiyah
dan hakikat rabaniyah, akhirnya ia mencukupkan bisikan hatinya daripada hukum syariat.
Lalu ia mengatakan, Syariat hanya berlaku kepada orang awam, sedangkan orang-orang
istimewa tidak perlu menggunakannya Ini adalah perkataan zindiq dan orang yang
mengatakannya telah kafir, pelakunya harus dibunuh, tanpa diminta bertaubat terlebih
dahulu, karena dengan begitu otomatis ia menetapkan bahwa ada nabi setelah Nabi kita
Muhammad saw.
Muhammad Syafi, ulama madzhab Hanafi yang sekaligus menjadi mufti Pakistan
menyatakan juga dalam At Tasyrih bima Tawatara fi Nuzul Al Masih,Ketika tidak ada nash
yang menunjukkan adanya kenabian bagi seseorang, setelah Rasulullah, bahkan sebaliknya
(yang ada adalah penafian adanya kenabian setelah Rasulullah) maka orang yang mengaku
nabi telah kafir menurut Al Quran, Sunnah mutawatir serta ijma.

Dalil bahwa Rasulullah saw. Rasul terakhir
Penetapan bahwa Rasulullah adalah rasul sekaligus nabi terakhir oleh para ulama
berdasarkan surat Al Ahzab, ayat 40: Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang laki-
laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan khatam (penutup) nabi-nabi. Imam Al
Qurthubi dalam Al Jami Al Ahkam-nya (7/496), mengatakan bahwa jamaah salaf dan khalaf
menyatakan, ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada nabi setelah Rasulullah. Para mufasirin
dan fuqaha seperti Imam Syafii dalam Al Umm, Ibnu Katsir, Imam As Syaukani dalam
Fathu Al Qadir beserta ahli tafsir kontemporer seperti Al Maraghi, As Shabuni serta
Muhammad Abduh dalam Al Manarmenyatakan hal yang sama.
Beberapa hadits pun memiliki makna bahwa Rasulullah saw. adalah rasul terakhir, salah
satunya adalah hadits: Sesungguhnya saya mempunyai nama-nama, saya Muhammad, saya
Ahmad, saya Al-Mahi, yang mana Allah menghapuskan kekafiran karena saya, saya Al-
Hasyir yang mana manusia berkumpul di kaki saya, saya Al-Aqib yang tidak ada Nabi
setelahnya (HR. Muslim)
Karena amat banyak jalan periwayatannya, maka Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya (6/452)
menyatakan bahwa hadits ini mencapai derajat mutawatir. Pernyataan ini diamini oleh mufti
Pakistan Muhammad Syafi.
Sebagaimana disebutkan juga oleh Ibnu Katsir, bahwa hadits-hadist mutawatir itu disamping
menunjukkan bahwa tidak ada rasul setelah Muhammad saw. ia juga menginformasikan
bahwa, jika ada seseorang yang mengaku-ngaku nabi maka bisa dipastikan bahwa orang itu
adalah pembohong besar, sesat dan menyesatkan, walau ia bisa menunjukkan hal-hal yang
aneh atau memiliki ilmu sihir. Informasi ini adalah salah satu bentuk kecintaan Allah kepada
hambanya (hingga mereka tidak tersesat).
Selain Al Quran dan Sunnah, ijma juga menyatakan bahwa Rasulullah adalah nabi terakhir.
Ini disebutkan oleh Ibnu Hazm dalam Al Maratib Al Ijma yang dinukil oleh Ibnu Al Qathan
Al Fasi dalam Al Iqna fi Masail Al Ijma (1/33).
Kekufuran Para Pengingkar Syariat yang Mutawatir
Tentu yang namanya nabi palsu pasti menyeru kepada hal-hal yang mungkar dan bathil,
sebagaimana fakta yang terjadi di lapangan, mereka mengajak penganutnya untuk
meninggalkan ajaran-ajaran Rasulullah saw, seperti shalat, zakat atau ibadah-ibadah lain
yang sudah disepakati kewajibannya dalam Islam. Atau menghalalkan apa yang diharamkan
Allah serta mengharamkan apa yang dihalalkan Allah.
Mengamalkan ajaran-ajaran mereka itu tidak sebatas maksiat biasa, karena hal itu pun sudah
masuk kepada wilayah kekufuran. Ibnu Al Qudamah dalam Al Mughni (2/2172)
mengatakan,Bagitu juga (dihukumi murtad, bagi mereka yang mengingkari) dasar-dasar
Islam seperti zakat, puasa, haji, karena dalil yang menunjukkan fardhunya amalan-amalan
itu hampir tidak bisa dihitung dan ijma pun menyatakan hal yang serupa.
Ibnu Hazm menyebutkan dalam Maratib Al Ijma,sesuai dengan nukilan Ibnu Al Qathan Al
Fasi dalam Al Iqna fi Masail Al Ijma (1/126): Umat bersepakat, barang siapa beriman
kepada Allah dan Rasulnya, serta hal-hal yang dibawanya yang dinukil secara mutawatir
darinya dan tidak ragu dalam masalah tauhid atau kenabian beliau serta tiap-tiap huruf dari
hal-hal yang beliau bawa yang dinukil secara mutawatir. Dan barang siapa menolak sesuatu
dari hal-hal yang telah kami sebutkan atau ragu atasnya dan mati kadalam keadaan itu,
maka ia telah kafir dan kekal di neraka.
Kesimpulannya, bahwa ijma telah menyatakan bahwa hal-hal yang dinukil secara mutawatir
dalam Islam seperti kewajiban shalat, zakat, haji, termasuk khabar yang menyatakan bahwa
Rasulullah adalah nabi terakhir atau yang lain, wajib diimani. Dan barang siapa yang
menolak maka ia telah kafir.
Berpedoman dari dalil-dalil di atas maka tidak ada yang perlu dipermasalahkan dalam fatwa
MUI, karena pendapat lembaga ini sesuai dengan nash Al Quran, Sunnah dan Ijma. Kalau
sudah masuk ranah ijma maka tidak mungkin terjadi kesalahan atau kesesatan karena
Rasulullah sendiri bersabda: Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat dalam
kesesatan. Hadist ini mencapai derajat mutawatir dari segi makna menurut Al Fahru Ar
Razi dalam Al Mahshul (1/35), juga Al Khatib Al Baghdadi dalam Faqih wa Al
Mutafaqqih (2/167).
Jika pengkafiran terhadap mereka yang menyelisihi pokok-pokok agama Islam tidak
mungkin sesat, maka tentu para pembaca bisa menilai, siapa yang sesat sebenarnya, MUI
atau pihak yang menyesatkan MUI?Wallahualam bishowab.

Sekte dan Aliran Kepercayaan
Karena muncul dari dari suatu kepercayaan atau agama, maka sekte-sekte atau aliran-aliran
keagamaan merupakan konteks yang tidak bisa dipisahkan dari kajian agama dan kajian
dalam ilmu-ilmu sosial, karena menyangkut individu dan sekelompok orang yang aktif di
dalamnya. Beberapa ahli dalam hal ini mencoba mengklasifikasi aliran-aliran tersebut.
Soemarno W.S. bersama ahli riset yang lain menggolongkannya kepada tiga jenis,
yaitu: Golongan kepercayaan perorangan, yaitu kelompok yang terdiri dari satu dua orang
yang melakukan kepercayaan untuk kepentingan diri pribadi tanpa usaha perluasan kepada
orang lain. Golongan perguruan kepercayaan, yang menerima murid dan mempropagandakan
ajarannya. golongan perdukunan, di mana ilmu perdukunan dan pengobatan asli dipraktekkan
bagi masyarakat yang memerlukannya.

Dari penggolongan di atas, diketahui bahwa sekte-sekte, gerakan kepercayaan, aliran
kebatinan dan lain-lain, masuk kedalam jenis yang pertama dan kedua, namun bukan berati
bahwa jenis yang ketiga terbebas pengklasifikasian tersebut. Bisa jadi jenis yang ketiga
mempunyai potensi untuk menimbulkan ajaran-ajaran yang dapat mewujudkan aliran-aliran
kepercayaan yang baru. Uraian di bawah ini, akan membahas mengenai sekte-sekte dan
aliran-aliran kepercayaan tersebut.

Kata sekte berasal dari bahasa Latin secta yang berarti kelompok yang mengikuti (sequi)
dan dalam istilah Inggris disebut sects. Pada awalnya sekte digunakan untuk aliran filsafat,
agama, atau partai dengan ajaran atau kebiasaan khusus yang menyimpang dari kelompok
mayoritas.Para anggota sekte biasanya akan memilih segi-segi tertentu dari suatu ajaran dan
menolak yang lain dari ajaran agama seluruhnya. Dalam sejarah agama-agama besar dunia,
sekte-sekte atau aliran tertentu bukan merupakan barang baru. Dalam agama Islam antara
tahun 1090 sampai 1275 ada sebuah organisasi yang bernama The
Assasin(Hasyasyin/Nizariah) yang dipimpin oleh Hasan al-Sabbagh yang bertahan kurang
lebih dua abad lamanya.Sekte ini merupakan gerakan sempalan syiah Ismailiah yang
bermarkas di Iran. Ciri khas dari sekte ini yaitu mereka mengkonsumsi sejenis tumbuhan
yang dapat menghilangkan kesadaran pemakainya sehingga berani untuk melakukan
penculikan dan pembunuhan. Begitu juga dengan agama Kristen, pada abad pertama telah
dijumpai pendeta-pendeta palsu yang menerapkan ajaran-ajaran yang menyimpang dari
ajaran gereja.Begitu juga dengan agama-agama lainnya seperti Yahudi, Hindu, Budha, dan
lain sebagainya, masing-masing memiliki kelompok keagamaan yang menyimpang dari
ajaran agama asalnya.

Konsep sosiologi mengenai sekte dan aliran (gerakan) kepercayaan biasanya mengacu pada
kelompok religius, kecil maupun besar, dari bentuk organisasi yang sederhana maupun yang
rumit, yang oleh anggota dan bukan anggotanya dianggap sebuah penyimpangan dalam
hubungannya dalam konteks doktrin dan budaya yang lebih luas. Penyimpangan tersebut
memiliki konotasi negatif bagi non-pengikut, namun berkonotasi positif bagi para
pengikutnya. Sehingga penyimpangan ini merupakan ciri khas yang tetap dipertahankan oleh
masing-masing pengikut suatu ajaran.

Ada dua alasan mengapa selama ini sekte lebih sering dipelajarai daripada aliran (gerakan)
kepercayaan.Pertama, untuk keperluan tertentu, ternyata tidak penting membedakan keduanya, dan para
ilmuan sosial biasa menggunakan istilah sekte untuk menyebut aliran-aliran tersebut. Kedua, meskipun sekte
sudah dikenal sebagai istilah yang merendahkan, (umat Kristen sudah lama memakai istilah ini untuk
menyatakan perbuatan murtad yang menyimpang dari doktri resmi) para ahli sosiologi abad 20 sudah memakai
istilah tersebut tanpa menyiratkan penilaian apapun. Orientasi ini timbul dari pandangan para ilmuan bahwa
beberapa gerakan sekte memberi pengaruh amat penting terhadap perkembangan konsepsi Barat tentang
individualisme, organisasi relawan, dan demokrasikhususnya sekte-sekte protestan abad 17.

Di sisi sebaliknya, aliran kepercayaan (cults) tidak memilki pengaruh inovatif pada masyarakat. aliran
kepercayaan tidak mau menjadi kelompok terpencil. Mereka memberikan keuntungan konkrit dan khusus pada
pengikut, jadi bukan pandangan konprehensif tentang keselamatan sebagaimana biasanya disampaikan sekte-
sekte religius. Upaya membedakan sekte dan gerakan (aliran) kepercayaan menjadi makin rumit pada awal
tahun 1970-an, karena makin maraknya kelompok pergerakan agama baru yang kontroversial.Para wartawan
dan pemimpin gerakan kemudian menjulukinya sebagai gerakan kepercayaan yang bertujuan untuk mendorong
kontrol hukum atas berbagai kegiatan mereka, khususnya teknik dan metode konversi dalam memeprtahankan
calon pengikut. Namun banyak gerakan baru ini lebih tepat disebut sekte dari sudut pandang sosiologis.

Kajian modern tentang kelompok agama yang menyimpang pertama kali muncul di Jerman pada
awal abad ke-20 oleh Max Weber dan Ernst troeltsch. Sebagai ahli sosiologi, Weber tertarik pada kontribusi
sekte Kristen pada konsep rasionalitas modern dan ekonomi individu. Troeltsch, sebagai ahli teologi yang
mengerti sosiologi, secara khusus tertarik pada sejarah Kristen di mana terdapat hubungan saling pengaruh
antara ortodoksi gereja dengan heterodoksi sektarian (pecahan dari doktrin resmi). Setelah Weber dan
Troeltsch, para pengkaji masalah gerakan religius sejak pertengahan abad 20 tertarik pada banyak persoalan.
Salah satunya adalah peneliti Amerika bernama Jessica Stern dalam bukunya Terror in the Name of God:
Why Religious Millitants Kill (2003) mencoba meneliti bagaimana karakter manusia-manusia yang
menjadi pimpinan agama dan para pengikut mereka, yang dalam kenyataannya justru melakukan berbagai
kekejaman seperti terorisme, pembunuhan, dsb., sehingga mereka bisa menjadi lebih jahat (evil) daripada
kejahatan yang konon ingin mereka berantas itu sendiri. Dalam buku ini diterangkan bagaimana sekte-sekte
tersebut berhasil melakukan indoktrinasi terhadap anggotanya sehingga mereka punya pemahaman yang kuat
mengenai ajaran yang diterimanya. Sebagai contoh, penganut sekte tertentu di Amerika Serikat diindoktrinasi
dengan kepercayaan bahwa orang-orang kulit hitam (Negro) adalah keturunan kera yang bergelantungan dari
pohon ke pohon dengan ekornya.

Tetapi orang-orang semacam apakah yang bisa diindoktrinasi seperti itu? Menurut Stern, mereka adalah orang-
orang ambivalent, bingung menatap masa depannya, dan tidak tahu harus memilih jalan yang mana. Mereka
bisa terdiri dari orang-orang yang secara sosial-ekonomi kurang punya prospek ke masa depan, tetapi bisa juga
dari orang-orang muda, termasuk dari golongan terpelajar, yang merasa tersisihkan dari keluarganya, atau tidak
puas kepada pemerintah dan sebagainya. Sejajar dengan hal itu, alasan orang tertarik pada suatu sekte
disebutkan antara lain: kebutuhan untuk mengaktikan emosionalitas dalam ibadat dan hubungan yang hangat
dalam umat atau komunitas yang relatif kecil. Dalam beberapa sekte, anggota-anggotanya merasa diterima
sepenuhnya, ikut dalam pengurusnya, dapat menyumbang pada ibadatnya dan lain sebagainya.

Istilah sekte sering menyiratkan pengertian buruk, dan istilah gerakan kepercayaan terutama berkaitan dengan
sifat kontroversial dari berbagai praktek gerakan-gerakan ini. Sebagian diantaranya dituduh melakukan usaha
mencuci otak pera pengikutnya atau terlibat dengan prilaku seksual yang menyimpang. Gerakan ini
kadangkala terjerumus dalam tindak kekerasan fisisk yang tragis, kasus-kasus terkenal yang terjadi di dunia
Barat menunjukkan tindak bunuh diri, atau pembunuhan massal lebih dari 900 pengikutPeoples Temple di
Jonestown, Guyana tahun 1978; kematian 78 anggota Branch Davidians di Waco, Texas tahun
1993; dan kematian sekitar 50 anggota Solar Temple di Chiery, Swiss tahun 1993.

Strategi yang digunakan para pemimpin sekte atau kelompok keagamaan yang menyimpang untuk untuk
meninggikan citra diri agar dihormati dan disegani oleh para anggotanya, antara lain dengan mengajarkan
tentang hari kiamat dan pengadilan akhir yang menimbulkan kecemasan di satu pihak dan tawaran perlindungan
yang bisa diberikan oleh sekte agama tersebut di pihak lain. para anggota pun diharuskan untuk saling
melindungi rekannya sekelompok dari ancaman pengaruh dari luar. Yang gagal melakukan ini, akan ditegur dan
dipermalukan di depan anggota-anggota yang lain, dan untuk menegaskan eksklusivisme mereka, biasanya
mereka memilih tempat yang juga eksklusif dan terisolir.

Misalnya pada tahun 1985, di sebuah daerah pinggiran di negara bagian Arkansas, sejumlah 200 orang anggota
pasukan pemerintah AS, mengepung sebuah pemukiman yang terisolir dari keramaian, yang dihuni oleh
pengikut sekte Kristen yang bernama CSA (Convenant, the Sword and the Arm of the Lord) yang dipimpin oleh
pendeta James Ellison. Kelompok sekte ini sudah mengantisipasi serangan musuh dari luar, yaitu dengan cara
menyebar ranjau di sekitar pemukiman mereka, dan menyediakan bahan pangan untuk penghuni dalam
pemukiman yang cukup untuk lima tahun.

Bagaimana cara James Ellison bisa mengumpulkan anggotanya yang begitu fanatik dan mau melakukan apa
saja yang diperintahkannya? Salah satu caranya adalah dengan membuat ajaran sendiri yang menarik, karena
menawarkan penyelesaian yang tegas dan jelas. Ajaran yang diciptakan sendiri ini, dilakukan juga dengan cara
meramu berbagai ajaran menjadi satu. Shoko Ashara, pemimpin sekte Aum Shinrikyo, misalnya, meramu
doktrinnya berdasarkan campuran ajaran-ajaran Hindu, Budha dan Kristen. Untuk menjaga legitimasi
otoritasnya, ia meminta kesetiaan penuh anggota-anggotanya. Dalam ajaran-ajaran yang diciptakan sendiri itu,
dikembangkan pula doktrin-doktrin yang mengajarkan bahwa pemimpin sekte adalah manusia luar biasa, yang
tidak bisa melakukan kesalahan (dalam istilah Islam disebut masum) seperti Yesus dan nabi-nabi. Karena itu,
ia boleh saja melakukan hal-hal yang menyimpang tanpa disalahkan, misalnya melakukan hubungan seks
partner manapun yang ia sukai, meminta agar anggota-anggotanya menyerahkan seluruh kekayaannya
kepadanya dan sebagainya. penyerahan harta kekayaan ini juga terjadi dalam sekte Kiamat-
pondok Nabi, pimpinan Mangapin Sibuea di Bandung.

Bagaimana dengan Indonesia, tidak jauh berbeda juga, bahkan sekte-sekte dan aliran-aliran kepercayaan
berkembang dengan pesatnya. Misalnya: sekte Lia Aminuddin, sekte kiamat-pondok nabi pimpinan Mangapin
Sibuea, aliran Madi di Sulawesi, Parmalim di Sumatera Utara dan seterusnya. Pada tahun 1965 tercatat lebih
dari 300 sekte atau aliran-aliran kepercayaan yang ada di Indonesia,[20] jika ditambahkan dengan aliran-aliran
yang berkembang belakangan ini, maka jumlahnya tentu lebih banyak lagi.

Menurut Mustofa, kriminolog Universitas Indonesia menyatakan, munculnya ajaran-ajaran sesat atau
nyeleneh dalam sebuah agama dapat berawal dari ketidak puasan terhadap status quo. Kemapanan ajaran atau
mazhab tertentu bisa jadi teramat membosankan bagi sebagian kalangan. Sehingga mereka pun mencoba
mencari bentuk baru yang lebih pasminimal bagi dirinya. Apalagi, agama ibarat seni, kepuasan tiap individu
berbeda ketika beribadah. Terlebih, kini individualisme kian tak terelakkan.[21]





Kesimpulan
Pada hakikatnya agama memberikan pelayanan kepada manusia untuk menjalani kehidupan yang baik dan
keselamatan di dunia dan akhirat. Namun dalam prakteknya, manusia seringkali menafsirkan ajaran-ajaran
agama tersebut kedalam banyak versi, sehingga muncul dari suatu agama sekelompok orang yang menyimpang
dari ajaran-ajaran resmi dari agama tersebut. Maka muncullah yang disebut sekte, gerakan kepercayaan, aliran
kebatinan, dan lain sebagainya. Namun, dibalik munculnya sekte-sekte tersebut, dapat menjadi pelajaran
berharga dan aspek kajian yang cukup menarik, khususnya dalam kajian ilmu sosial tentang agama.










ANCAMAN KEUTUHAN TAUHID SEORANG MUSLIM




KELOMPOK 7
NAMA :
- AGUNG ADI SYAHPUTRA
- PANJI ARTHA PRATAMA
- RYAN ARDIANSYAH

KELAS : 1 E
DOSEN : DRS. JOHN ISKANDAR.,M.Ag


FAKULTAS FARMASI dan SAINS
UHAMKA
2014

Anda mungkin juga menyukai