Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tauhid (Arab :), adalah konsep dalam aqidah Islam yang
menyatakan keesaan Allah. Tauhid menurut (salafi) dibagi menjadi 3
macam

yakni

tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma

wa

Sifat.

Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirikmerupakan konsekuensi


dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya
Kami

telah

mengutus

rasul

pada

tiap-tiap

umat

(untuk

menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS


An Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang
Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At
Taubah: 31)
"Maka

sembahlah

Allah

dengan

memurnikan

ketaatan

kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang


bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3)
B. TUJUAN
1. Mengetahui
2. Mengetahui
3. Mengetahui
4. Mengetahui
5. Mengetahui
6. Mengetahui

pengertian tauhid
hakikat tauhid
macam-macam tauhid
aplikasi tauhid dalam kehidupan sehari-hari
fungsi dan hikmah tauhid
perusak tauhid

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tauhid?
2. Bagaimana hakikat tauhid?
3. Sebutkan macam-macam tauhid?
4. Bagaimana aplikasi tauhid dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apa fungsi dan hikmah tauhid?

6. Jelaskan hal-hal yang menyebabkan rusaknya tauhid?

BAB 2
ISI
A. Pengertian Tauhid
Kata tauhid berasal dari bahasa arab Wahhada-Yuhawwidu
yang

secara

etimologis

berarti

ke-Esaan,

sehingga

istilah

mentauhidkan berarti, Mengesakan. Syekh Muhammad Abduh


mengatakan bahwa Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas
tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat
yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang
sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Juga membahas
tentang rasul-rasul Alah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang
boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang
terlarang menghubungkan kepada mereka.
Sementara Affandi al-Jasr mengatakan, ilmu tauhid adalah
ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan akidah agama
dengan dalil-dalil yang meyakinkan. Selain itu Prof.M.Thahir A.Muin
memberikan difinisi : Tauhid ialah ilmu yang menyelidiki dan
membahas soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan bagi
sekalian
mungkin

utusan-utusan-Nya,
cocok

dengan

juga

akal

mengupas

pikiran

dalil-dalil

sebagai

alat

yang
untuk

membuktikan ada-Nya zat yang mewujudkan.


Syaikhul islam berkata, Tauhid yang dibawa oleh para rasul
mengandung penetapan keilahiyahan-Nya semata dengan bersaksi
bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Tiada yang
disembah

kecuali

Dia,

tidak

ada

tempat

bertawakal

kecuali

kepadaNya, Tidak ada tempat berloyal kepada siapapun kecuali


karenanya, tidaklah memusuhi siapapun kecuali dalm rangka

mencari keridhaan-Nya dan tidak beramal kecuali karena-Nya. Hal


itu semua mencakup penetapan apa yang telah diteteapkan olehNya terhadap dirinya berupa asma dan sifat-sifat-Nya. Allah
berfirman, Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang maha Esa tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang maha pemurah
lagi maha penyayang. (Qs. Al Baqarah (2): 163) Firman-Nya,
Janganlah kamu menyembah dua Tuhan. Sesungguhnya Dialah
Tuhan yang maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu
takut. (Qs. An Nahl (16): 51) Firman-Nya, Dan barang siapa
menyembah Tuhan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada
suatu

dalil

pun

baginya

tentang

itu,

maka

sesungguhnya

perhitungnnya disisi Tuhannya, sungguhnya orang-orang kafir itu


tidak beruntung. (Qs. Al Muminun (23): 117) Juga firman-Nya,
Dan tanyakanlah pada rasul-rasul kami yang telah kami utus
sebelum

kamu,

adakah

kami

menetukan

Tuhan-Tuhan

untuk

disembah selain Allah maha pemurah? (Qs. Az-Zukhruf (43): 45)


Maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa ilmu tauhid
ialah ilmu yang berghubungan dengan masalah ketuhanan (Allah),
rasul atau nabi, dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.
B. Hakikat Tauhid
Tauhid merupakan

kewajiban

utama

dan

pertama

yang

diperintahkan Allah. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita


kaum muslimin untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid.
Hakekat tauhid adalah mengesakan Allah.
Mengesakan Alloh Dalam Nama dan Sifat-Nya maksudnya
adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang
diterangkan dalam Al-Quran dan Sunnah Rosululloh. Dan kita juga
meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang pantas untuk memiliki namanama terindah yang disebutkan di Al-Quran dan Hadits tersebut
(yang

dikenal

dengan Asmaul

Husna).

Sebagaimana

firman-

Nya Dialah Alloh Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang

Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah Asmaaul Husna. (Al-Hasyr:


24).

Alloh

berfirman, Sembahlah

Alloh

dan

janganlah

kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah


kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri. (An-Nisa: 36). Dalam ayat ini Alloh menyebutkan
hal-hal

yang

perintahkan

Dia

perintahkan.

adalah

Dan

untuk

hal

pertama

menyembahNya

yang
dan

Dia
tidak

menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik


kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka
sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap
sesama

manusia,

namun

dia

banyak

menyepelekan

hak-hak

Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Alloh semata.


Tauhid inilah yang menjadi intisari dakwah para nabi dan rasul
kepada

setiap

umat

mereka.

Allah taalaberfirman

(yang

artinya), Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat


seorang rasul yang mengajak; Sembahlah Allah dan jauhilah
thaghut. (QS. an-Nahl: 36).
Dengan tauhid, seorang hamba mempersaksikan bahwa tidak
ada

yang

berhak

diibadahi

Allah taala berfirman (yang

kecuali

Allah

semata.

artinya), Tidaklah Kami mengutus

seorang pun rasul sebelum engkau -wahai Muhammad- melainkan


Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sesembahan
-yang benar- selain Aku, maka sembahlah Aku saja. (QS. alAnbiyaa: 25).

Karena hanya Allah yang menciptakan maka hanya Allah pula


yang

berhak

untuk

disembah.

Allah taalaberfirman

(yang

artinya), Wahai umat manusia, sembahlah Rabb kalian, yaitu yang


telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudahmudahan kalian bertakwa. (QS. al-Baqarah: 21)
Allah taala berfirman

(yang

artinya), Yang

demikian

itu,

karena Allah adalah al-Haq/sesembahan yang benar, adapun segala


yang mereka seru/sembah selain-Nya adalah batil. (QS. al-Hajj: 62).
Allah taalaberfirman (yang artinya), Dan ilah (sesembahan) kalian
adalah ilah yang satu. Tidak ada ilah yang benar selain Dia. Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqarah: 163).
Oleh sebab itu orang-orang musyrik ketika mendengar dakwah
Nabi shallallahu

alaihi

wa

sallamkepada

kalimat laa

ilaha

illallah maka mereka pun mengatakan (yang artinya), Apakah dia


-Muhammad- akan menjadikan ilah-ilah itu menjadi satu ilah saja.
Sungguh, ini adalah perkara yang sangat mengherankan. (QS.
Shaad:

5).

Allah taala juga

berfirman

(yang

artinya), Sesungguhnya mereka itu apabila dikatakan kepada


mereka laa ilaha illallah, maka mereka menyombongkan diri.
Mereka mengatakan, Apakah kami harus meninggalkan ilahilah/sesembahan-sesembahan

kami

gara-gara

ucapan

seorang

penyair gila?. (QS. ash-Shaffat: 35-36)


Jadi, tauhid bukanlah sekedar pengakuan bahwa Allah sebagai
satu-satunya pencipta dan penguasa alam semesta. Pengakuan
semacam itu belumlah memasukkan ke dalam golongan orang yang
bertauhid. Allah taala berfirman (yang artinya), Dan sungguh, jika
engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka siapakah yang
menciptakan langit dan bumi? Tentu mereka akan menjawab, Yang
menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui. (QS. az-Zukhruf: 9)

C. Macam Tauhid
Secara sederhana Tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu
Taugid Rububiyah, Tauhid Ulluhiyyah dan Tauhid Asmadan Sifat.
1. Tauhid rububiyah
Tauhid

rububiyah adalah mentauhidkan

Allah

dalam

segala

perbuatan-Nya, seperti menciptakan dan mengatur alam semesta,


menghidupkan

dan

mematikan,

mendatangkan

bahaya

dan

manfaat, memberi rizqi dan semisalnya. Allah Taalaberfirman


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam (Q.S. Al-Fatihah : 1)
Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Engkau adalah
Rabb di langit dan di bumi (Mutafaqqun Alaih)

2. Tauhid uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah, seperti
berdoa, bernadzar, berkurban, shalat, puasa, zakat, haji dan
semisalnya. Allah Taala berfirman
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Baqarah : 163)
Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Maka hendaklah
apa yang kamu dakwahkan kepada mereka pertama kali adalah
syahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali
Allah (Mutafaqqun Alaih). Dalam riwayat Imam Bukhari, Sampai
mereka mentauhidkan Allah.

3. tauhid asma was shifat

Tauhid asma was shifat adalah menetapkan nama-nama dan


sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang telah disifati oleh
Allah untuk diri-Nya di dalam Al-Quran atau yang telah ditetapkan
oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di dalam As-Sunnah
yang shahih tanpa takwil (menyelewengkan makna), tanpa
tafwidh (menyerahkan makna), tanpa tamtsil (menyamakan
dengan makhluk) dan tanpa tathil.
Allah Taala berfirman :
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Q.S. Asy-Syuura : 11)
Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Allah tabaraka wa
taala turun ke langit dunia pada setiap malam (Mutafaqqun
Alaih). Di sini turunnya Allah tidak sama dengan turunnya
makhluk-Nya,

namun

turunnya

Allah

sesuai

dengan

kebesaran dan keagungan dzat Allah. Ahlussunnah hanya


mengimani bahwa Allah memang turun ke langit dunia. Tapi tidak
membahas hakikat bagaimana Allah turun apalagi menyamakan
turunnya Allah dengan turunnya makhluk.
4.Tauhid Ubudiyah
Yang dimaksud dengan ubudiyah adalah

hal

penyembahan

kepada Allah. Tidak ada yang lain yang berhak disembah kecuali
hanya Allah yang wajib disembah (dipuja), tanpa sekutu dalam
pemujaan-Nya.
Allah berfirman ;
iyyaka nabudu wa iyyaka nastain(u)
hanya kepada Engkau-lah (Allah) kami menyembah dan hanya
kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan. (Quran surat AlFatihah: 5).

D. Aplikasi Tauhid dalam kehidupan sehari-hari


Pengucapan kalimat tauhid dengan lisan belaka tidaklah
cukup karena ia mempunyai konsekuensi yg mesti di tunaikan. Para
ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah dengan
meninggalkan perbuatan syirik baik kecil maupun besar. Di antara
konsekuensi pengucapan kalimat tauhid itu adalah mengetahui
kandungan

maknanya

kemudian

mengaplikasikannya

dalam

kehidupan sehari-hari. Allah berfirman Maka ketahuilah bahwa


sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah. Kalimat Tauhid
berarti Pengingkaran kepada segala sesuatu yg disembah selain
Allah SWT dan menetapkan bahwa yg berhak disembah hanyalah
Allah semata tidak kepada selain-Nya.
Aplikasi secara sederhana dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah
adl keyakinan yg mutlak yg patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa
Allah Maha Esa dalam hal mencipta dalam penyembahan tanpa ada
sesuatu pun yg mencampuri dan tanpa ada sesuatu pun yg sepadan
dengan-Nya kemudian menerima dgn Ikhlas akan apa-apa yg
berasal dari-Nya baik berupa perintah yg mesti dilaksanakan
ataupun larangan yg mesti di tinggalkan semua itu akan mudah
ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah SWT itu Maha Esa.
Konsep tauhid dalam pandangan yang lebih luas, tidak cukup hanya
dengan membenarkan bahwaAllah adalah Tuhan Yang Mahaesa. Pada
hakekatnya,

tauhid

realitakehidupan.

memerlukan

Jika

tauhid

manifestasi

diartikan sebagai

dalam
pengesaan

Tuhan, maka salah satu aplikasi sosialnya adalah tidak adanya


peramal dan dukun, artinya kita hanya percaya bahwa hanya Allah yang
dapatmemberi pertolongan. Aplikasi inilah yang saat ini kita lihat telah terkikis
oleh modernitas denganadanya dukun dan peramal yang tampil di
televisi.Selain itu, makna dan hakekat fokus pada satu dalam ajaran
tauhid dapat pula diimplementasikandalam kehidupan sehari
dengan

secara

serius

menduakankewajiban

melaksanakan

terkait

amanah, tidak

kepentingan

umat

hari
boleh

dengan

mendahulukan

kepentingan

pribadi.

Contoh

aktualdalam

masyarakat adalah adanya pekerjaan ganda yang sesungguhnya


tidak dapat dilaksanakandengan baik dalam waktu yang bersamaan.
Seorang guru yang notabene PNS, saat ini ada saja yangmencari pekerjaan
lain seperti pengusaha, wiraswasta, pimpinan proyek, dan sebagainya
sehinggaseringkali mengurangi waktu untuk melaksanakan tugas utama
yaitu mendidik murid murid mereka. Dapat dikatakan orang yang
seperti itu telah menyekutukan kewajiban utama merekadengan
kepentingan yang bersifat pribadi dan materi. Tauhid juga dapat dimaknai
sebagai kesetiaan dan ketaatan kita terhadap Tuhan. Artinya, kita
tidak

cukup

bertauhid

yang diperintahkan

tanpa melakukan

dalam lingkup

ibadah

ibadah

spiritualmaupun sosial. Sholat,

puasa, dan zakat, masih belum bisa dikatakan sempurna jika tidak
dibarengidengan

kepekaan

terhadap

lingkungan

sekitar

dan

manusia lainnya. Oleh karena itu, sesuai dengan hakekat manusia


sebagai Zoon Politicon yang menurut Plato adalah mahluk sosial, maka
haruslah memiliki kesadaran akan fenomena ketimpangan sosial dalam
masyarakat. Hal ini mengandung artibahwa tauhid tak cukup hanya menjadi
pajangan hati, tanpa implikasi sosial yang berarti. Seharusnya, dengan
implementasi tauhid dalam kehidupan sehari hari maka seorang muslim
tidak cukup hanya menjalankan tauhid dengan meyakini bahwa Allah Yang
Maha Esa, melainkan juga harus mempraktikkan nilai nilai tauhid ke dalam
realitas sosial secara benar, menjalankanperintah-Nya dan peka terhadap
urusan kemanusiaan, sehingga tercipta keseimbangan antaraibadah
dan perilaku sosial. Hal inilah yang disebut sebagai amal shalih. Disamping
segala hal yang berkaitan dengan kepribadian dan karakter manusia
yang telahdisebutkan diatas, tauhid juga mendasari kesatuan
gerakan umat Islam. Dengan penanaman tauhid yang benar dalam
niat yang lurus dan tujuan yang satu maka tauhid akan terwujud sebagai
kesatuanumat

Islam.

Tak

ada

arogansi

gerakan

yang

mengatasnamakan golongan taupun lembaga. Dengan penguatan


dan

kesatuan

niat

serta tujuan,

maka

tidak akan

kita

dapati fenomena revolusi pemikiranakibat pengaruh dari agresi

yahudi, zionisme, maupun freemansory. Dapat kita simpulkan,


ketika

tauhid telah diimplementasikan dalam setiap karakter dan

kepribadian umat muslim, maka kesatuanniat dan tujuan akan terpatri dalam
jiwa umat dan membentuk satu gerakan perjuangan Islam.
E. Fungsi dan Hikmah Tauhid
Pada bagian ini akan dibahas tentang fungsi dan manfaat dari
ilmu tauhid ini dalam kehidupan manusia. Namun, oleh karena
keterbatasan pengetahuan dan sumber yang penulis dapatkan,
maka bahasan tentang bagian sangat minim.
Perlu diketahui, bahwa pada hakikatnya tauhid ini bukan
hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih
dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar, karena apabila
tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan baik dan
benar, maka kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibannya
sebagai hamba Allah akan muncul dengan sendirinya. inilah salah
satu manfaat dari ilmu tauhid.
Selain itu, tauhid juga berfungsi sebagai pembimbimbing
umat manusia untuk menemukan kembali jalan yang lurus seperti
yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul, karena jika diibaratkan
sebuah pohon, tauhid adalah pokok akar untuk menemukan kembali
jalan Allah, yang dapat membawa umat manusia kepada puncak
segala kebaikan. Begitu juga dengan kayakinan (tauhid) akan
eksistensi tuhan yang maha esa (Allah) akan melahirkan keyakinan
bahwa semua yang ada di ala mini adalah ciptaan tuhan; semuanya
akan kembali kepada tuhan, dan segala sesuatu berada dalam
urusan yang maha esa itu. Dengan demikian segala perbuatan,
sikap, tingkah laku, dan perkataan seseorang selalu berpokok pada
modus ini. Sebagai mana firman Allah dalam al-Quran yang artinya :
Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya
menyembah-Ku(al-Dzariyat:56)

Hanya engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah


kami mohon pertolongan(al-Fatihah:5)
Katakanlah, Dialah Allah yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu..(al-Ikhlas:1-2)
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa ketauhidan tidak
hanya menyangkut hal-hal batin, tetapi juga meliputi sikap tingkah
laku, perkataan, dan perbuatan seseorang. Oleh karena itu, orangorang yang telah mampu memahami dan menghayati tauhid
dengan dan dan benar akan membawa kepada kebahagiaan baik itu
segi lahir ataupun batin.
Sehingga jelas bagi seseorang, bahwa tauhid tidak cukup
untuk dimiliki dan dihayati, karena jika hanya demikian hanya akan
menghasilkan keahlian dalam seluk beluk ketuhanan, namun tidak
berpengaruh

apa-apa

terhadap

seseorang

tersebut,

sehingga

dirinya akan berada diluar ketauhidan yang sebenarnya, bahkan


mungkin bisa sampai keluar dari keislamannya, karena maksud dan
tujuan tauhid bukan sekedar diakui dan diketahui saja, tetapi lebih
dari

itu

tauhid

mengadung

hal-hal

yang

beramanfaat

bagi

kehidupan manusia yaitu :


1. Sebagai

sumber

dan

mutivator

perbuatan

kebajikan

dan

keutamaan;
2. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong
mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan;
3. Mengerluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan
kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan;
4. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan
batin.5

Dari empat poin yang diatas dapat dipahami bahwa tauhid


selain bermanfaat bagi hal-hal batin, juga bermanfaat bagi hal-hal
lahir. Sehingga dari poin tersebut sangat jelas manfaatnya bagi
kehidupan manusia.
Sementara dalam sumber lain, ada yang menspesifikasikan
fungsi atau manfaat ilmu tauhid bagi kehidupan manusia ialah
sebagai pendoman hidup yang dengannya umat manusia bisa
terbimbing kepada jalan yang diridhai Allah, serta dengan tauhid
manusia bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang telah
digariskan oleh Allah SWT. Dengan tauhid manusia tidak hanya
bebas

dan

merdeka,

melainkan

juga

akan

sadar

bahwa

kedudukannya sama dengan manusia lain manapun. Tidak ada


manusia yang superior atau inferior terhadap manusia lainnya.
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa kometmen
manusia-tauhid tidak saja terbatas pada hubungan verticalnya
dengan tuhan, melainkan juga mencakup hubungan Horizontal
dengan sesama manusia dan seluruh makhluk, dan hubunganhubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah. Sehingga
dengan

misi

ini

tauhid

dapat

mewujudkan

sesuatu

bentuk

kehidupan social yang adil dan etis.


Dalam kontek pengembangan umat, tauhid berfungsi antara
lain mentranformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi
manusia yang lebih kurang ideal dalam arti memiliki sifat-sifat mulia
yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu social, politik,
ekonomi, dan budaya. Dengan demikian, akan muncul manusiamanusia tauhid yang memiliki cirri-ciri positif yaitu :
1. Memiliki komitmen utuh pada tuhannya.
2. Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah.

3. Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap


terhadap kualitas kehidupannya, adat-istiadatnya, tradisi dan faham
hidupnya.
4. Tujuan hidupnya jelas. Ibadatnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya
hanyalah untuk Allah semata-mata.
5. Memiliki visi jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya
bersama-sama manusia lain; suatu kehidupan yang harmunis antara
manusia dengan Tuhannya, dengan lingkungan hidupnya, dengan
sesama manusia dan dengan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, Nampak jelas bahwa tauhid memberikan
dampak positif bagi kehidupan manusia. Bila setiap individu
memiliki kometmen tauhid yang kukuh dan utuh, maka akan
menjadi suatu kekuatan yang besar untuk mambangaun dunia yang
lebih adil, etis dan dinamis.

F. Perusak Tauhid
Fenomena kesyirikan dan pelanggaran tauhid banyak terjadi
di masyarakat kita, karena kurangnya pengetahuan mereka tentang
masalah tauhid dan
keimanan,
serta
hal-hal
yang
bisa
mendangkalkan bahkan merusak akidah (keyakinan) seorang
muslim.
Kenyataan ini diisyaratkan dalam
antaranya dalam firman Allah Taala,

banyak

ayat

al-Quran,

di

}


{





Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah,
melainkan dalam keadaan mempersekutukan-Nya (dengan
sembahan-sembahan lain) (QS Yusuf:106).

Ibnu Abbas menjelaskan arti ayat ini, Kalau ditanyakan kepada


mereka: Siapakah yang menciptakan langit? Siapakah yang

menciptakan bumi? Siapakah yang menciptakan gunung? Maka


mereka akan menjawab: Allah (yang menciptakan semua itu),
(tapi bersamaan dengan itu) mereka mempersekutukan Allah
(dengan beribadah dan menyembah kepada selain-Nya).
Semakna dengan ayat di atas Allah Taala juga berfirman,

{




}



Dan sebagian besar manusia tidak beriman (dengan iman yang
benar) walaupun kamu sangat menginginkannya (QS Yusuf:103).
Artinya: Mayoritas manusia walaupun kamu sangat menginginkan dan bersunguh-sungguh
untuk (menyampaikan) petunjuk (Allah), mereka tidak akan beriman kepada Allah
(dengan iman yang benar).

Karena mereka memegang teguh (keyakinan) kafir (dan syirik) yang


merupakan agama (warisan) nenek moyang mereka.
Dalam hadits yang
shahih
Rasulullah shallallahu
sallam lebih menegaskan hal ini dalam sabda beliau:

alaihi

wa















Tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa qabilah
(suku/kelompok) dari umatku bergabung dengan orang-orang
musyrik dan sampai mereka menyembah berhala (segala sesuatu
yang disembah selain Allah Taala).

Ayat-ayat
dan hadits di
atas
menunjukkan
bahwa
perbuatan syirik terus ada dan terjadi di umat Islam sampai
datangnya hari kiamat.

Allah Taala berfirman:

{

Apakah akan Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa syaitansyaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi
banyak berbuat jahat/buruk (para dukun dan tukang sihir). Syaitan-

syaitan tersebut menyampaikan berita yang mereka dengar


(dengan mencuri berita dari langit, kepada para dukun dan tukang
sihir), dan kebanyakan mereka adalah para pendusta (QS asySyuaraa:221-223).

Imam Qatadah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan para


pendusta lagi banyak berbuat jahat/buruk adalah para dukun dan
tukang sihir, mereka itulah teman-teman dekat para syaitan yang
mendapat berita yang dicuri para syaitan tersebut dari langit.
Bahkan sahabat yang mulia Abdullah bin Masud ketika menafsirkan
firman Allah.












{


Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan (dari kalangan) manusia dan (dari kalangan) jin,
sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia) (QS alAnaam:112).
Allah Taala berfirman :




{
}







Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiaptiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thagut itu (QS an-Nahl:36).

Dalam ayat lain Dia Taala berfirman:












}



{


Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah (semata-mata), maka sesungguhnya dia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat (dan) tidak akan putus
(kalimat tauhid Laa ilaaha illallah). Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui (QS al-Baqarah:256).

Contoh perusak tauhid :


1) Memakai segala bentuk cincin atau benang-benang buhul baik
terbuat dari kuningan atau tembaga atau terbuat dari besi atau kulit
untuk menolak atau menghilangkan bala. Ini adalah

perbuatan

syirik.
2)

Jampi-jampi atau mantera-mantera bid'ah

yang

tidak

ada

tuntunan dari Rasulullah. , gendam dan segala bentuk Tamimah


serta azimat-azimat dan kata-kata yang tidak dapat dimengerti dari
jampi-jampi, meminta tolong kepada jin dalam mengungkap bentuk
penyakit

atau

mengobati

sihir

ataupun

dengan

mengalungkan tamimah pada leher-leher manusia atau binatang


baik berbentuk

benang atau ikatan-ikatan yang tertulis dengan

kalimat-kalimat bid'ah yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan AsSunnah atau bahkan tertulis dengan al-Qur'an serta As-Sunnah,
karena menurut pendapat yang benar hal ini tidak dibolehkan,
karena perbuatan ini sebagai perantara terjadinya perbuatan syirik.
Rasulullah . bersabda :
( Sesungguhnya Ruqyah - yang berbau syirik - , serta Tamimah dan
Tiwalah adalah syririk " )
HR. Ahmad & Abu Dawud.
Perlu kita perhatikan, perbuatan seperti menggantungkan kertas,
tembaga ataupun besi yang ditulisi ayat-ayat kursi atau perbuatan
meletakkan

mushaf

Al

Qur'an

disertai

dengan

keyakinan

bahwasanya semuanya itu bisa menyelamatkan atau menolak dari


kecelakaan atau keburukan-keburukan lain. Sebagian kertas-kertas
tadi dibentuk menyerupai telapak tangan atau dalam bentuk
menyerupai mata, maka hal ini tidak dibolehkan selama disertai
dengan keyakinan menolak 'Ain.

Rasulullah bersabda :
( Barang siapa yang bergantung pada sesuatu maka ia akan
diserahkan kepadanya - sesuatu tersebut, maksudnya Allah akan
berlepas diri darinya ).
HR. Ahmad, Tirmidzi & Al-Hakim.
3)

Termasuk yang merusak tauhid adalah meminta keberkahan

kepada seseorang dan mengusap-usapkan tangan

padanya dan

meminta berkahnya atau meminta keberkahan kepada pohonpohonan, batu-batuan atau benda lainnya. Bahkan Ka'bah tidak
boleh mengusap-usap dindingnya dengan niat mengambil berkah
dari materinya.
Umar bin Khaththab R.A. berkata ketika akan mencium hajar aswad
:
( " Sesungguhnya aku mengetahui bahwasannya engkau hanyalah
sebuah batu yang tidak dapat mendatangkan bahaya dan tidak pula
mendatangkan manfaat, kalau saja aku tidak melihat Rasulullah
SAW. mencium-mu maka aku tidak akan mencium-mu .
4)

Termasuk

perkara-perkara

yang

merusak

tauhid

adalah

berkorban dengan menyembelih untuk selain Allah Ta'ala seperti


untuk para wali, syetan-syetan dari jin dan manusia dengan maksud
untuk mendapatkan manfaat dan atau menolak bahaya dari
mereka, perbuatan inilah yang disebut syirik besar.
Sebagaimana tidak diperbolehkan menyembelih untuk selain Allah
Ta'ala, tidak diperbolehkan pula menyembelih ditempat yang
dilakukan penyembelihan untuk selain Allah Ta'ala walaupun dia
bermaksud menyembelih untuk Allah Ta'ala ( seperti di tempat
peribadatan orang-orang musyrik, dsb ) yang demikian ini untuk
menutup jalan menuju kesyirikan.

5)

Bernadzar kepada selain Allah Ta'ala, karena nadzar adalah

ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta'ala.


6) Meminta pertolongan serta perlindungan kepada selain Allah
Ta'ala.
Rasulullah bersabda kepada Ibnu Abbas R.A. :
( Jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah
Ta'ala, dan jika engkau berlindung, berlindunglah kepada Allah Ta'ala
)) dari sabda Rosul SAW. diatas kita bisa mengetahui bahwa
meminta pertolongan kepada jin adalah terlarang.
7) Termasuk perkara yang merusak tauhid adalah berlebih-lebihan
dalam mengkultuskan para wali dan orang-orang saleh, yaitu
dengan menyamakan derajat mereka dengan Rasulullah SAW. atau
menyangka bahwasannya diantara mereka ada yang mencapai
derajat masum ( tidak pernah salah ).
8) Perkara lain yang membatalkan tauhid seseorang adalah thowaf
dikuburan. Ini adalah perbuatan syirik. Dan tidak dibolehkan bagi
seorang muslim melakukan sholat dikuburan karena ditakutkan akan
dijadikan

sarana

untuk

berbuat

syirik,

maka

bagaimanakah

hukumnya terhadap mereka yang dengan sengaja sholat dikuburan


yang memperuntukkan (sholatnya) untuk si mayit yang ada
dikuburan atau dengan menjadikan kuburan sebagai tempat untuk
melakukan acara ritual ibadah lainnya ..?!
Naudzubillah.
9) Terdapat larangan untuk mendirikan bangunan diatas kuburan,
atau

dengan

membangun

kubah-kubah

serta

masjid-masjid

diatasnya dan atau dengan mengkapurnya, hal ini dalam rangka


melindungi tauhid sesorang.

10) Perbuatan lainnya yang membatalkan tauhid adalah melakukan


perbuatan sihir, mendatangi tukang sihir, dan para dukun serta
para peramal atau orang-orang yang sejenis dengan mereka.
Karena sesungguhnya para tukang sihir adalah kafir, maka tidak
boleh mendatangi mereka, menanyakan sesuatu kepadanya (yang
tidak diketahui dari perkara ghaib), ataupun mempercayai ucapan
mereka walaupun mereka disebut (oleh masyarakat) sebagai para
wali atau syaikh- syaikh, dan atau yang sejenisnya.

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Kata tauhid berasal dari bahasa arab Wahhada-Yuhawwidu
yang

secara

etimologis

berarti

ke-Esaan,

sehingga

istilah

mentauhidkan berarti, Mengesakan. Syekh Muhammad Abduh


mengatakan bahwa Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas
tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat
yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang
sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Juga membahas
tentang rasul-rasul Alah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang
boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang
terlarang menghubungkan kepada mereka.
Tauhid merupakan

kewajiban

utama

dan

pertama

yang

diperintahkan Allah. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita


kaum muslimin untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid.
Hakekat tauhid adalah mengesakan Allah.

Mengesakan Alloh Dalam Nama dan Sifat-Nya maksudnya


adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang
diterangkan dalam Al-Quran dan Sunnah Rosululloh. Dan kita juga
meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang pantas untuk memiliki namanama terindah yang disebutkan di Al-Quran dan Hadits tersebut
(yang

dikenal

dengan Asmaul

Husna).

Sebagaimana

firman-

Nya Dialah Alloh Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang


Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah Asmaaul Husna. (Al-Hasyr:
24).

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. H. Ilyas, Yunahar, Lc.,MA. 2009. Kuliah Aqidah Islam. Lembaga


Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI). Yogyakarta.
2. Dr. Shalih bin Fuzan bin Abdullah Al-Fauzan. 2000. Kitab Tauhid 1.
Yayasan Al- Sofwa. Jakarta.

3. Sabiq, Sayid. 1995. Aqidah Islam: Pola Hidup Manusia Beriman. CV


Diponegoro. Bandung.
4. Tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan

diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma


wa sifat. Tauhid sendiri berasal dari Bahasa Arab wahhada-yuwahhidutauhiidan, artinya mengesakan atau menunggalkan dari sekian banyak
yang ada. Adapun ilmu tauhid adalah ilmu yang mempelajari mengenai
kepercayaan tentang Tuhan dengan segala segi-seginya, yang berarti
termasuk didalamnya soal wujud-Nya, ke-Esaan-Nya, dan sifat-sifat-Nya.
Syeh M. Abduh mengatakan bahwa, ilmu tauhid (ilmu kalam) adalah ilmu
yang membicarakan wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada
pada-Nya; membicarakan tentang Rosul, untuk menetapkan keutusan
mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkankepada mereka, dan sifat-sifat
yang tidak mungkin terdapat pada mereka (Hanafi, 2003: 2).
5. Pada dasarnya manusia dari sejak lahir berada dalam fitrahnya yaitu,
bertauhid. Namun sesuai perkembangan lingkungan dan orang tuanyalah
yang menentukan selanjutnya. Banyak orang yang beriman namun tanpa
didasari pengetahuan yang memadai. Mereka beribadah namun ada saja
yang masih menyimpang dari ketauhidannya. Apalagi mereka yang
berada di penjuru kampung yang masih banyak mempercayai pohonpohon yang besar, batu-batuan yang besar, dan lain sebagainya.
6. Berangkat dari uraian diatas kami berupaya untuk menjelaskan mengenai
ilmu tauhid dan perangkatnya.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13. 1.2 Rumusan Masalah
14.
15. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam
16.
17.
18.
19.

makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Apa pengertian tauhid dan ilmu tauhid?
2. Bidang pembahasan apa saja dalam ilmu tauhid?
3. Apa saja tingkatan tauhid itu?
4. Bagaimana Tingkatan ilmu tauhid di antara ilmu yang lain?

20.
21. 1.3 Tujuan Masalah
22.
23. Secara umum tujuan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran

mengenai Ilmu Tauhid.


24. Adapun secara khusus, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut.
25. 1. Untuk menjelaskan pengertian tauhid dan ilmu tauhid

26. 2.
27. 3.
28. 4.

Untuk menjelaskan bidang pembahasan apa saja dalam ilmu tauhid


Untuk menjelaskan apa saja tingkatan tauhid
Untuk menjelaskan bagaimana tingkatan ilmu tauhid diantara ilmu
yang lain

29.
30. 1.4 Manfaat
31.
32. Adapun manfaat makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan

khazanah mengenai ketauhidan dan perangkat-perangkatnya.


33.
34. 1.5 Metode
35.
36. Makalah ini disusun dengan mengumpulkan referensi kajian pustaka dari

buku dan dari alat elektronik bertaraf Internasional yaitu internet.


37.
38. BAB II
39. PEMBAHASAN
40. PENGERTIAN ILMU TAUHID, BIDANG PEMBAHASAN ILMU TAUHID,

TINGKATAN TAUHID DAN KEUTAMAAN MEMPELAJARI ILMU TAUHID


41.
42. 2.1 Pengertian Tauhid dan Ilmu Tauhid
43.
44. Tauhid merupakan masdar/kata benda dari kata yang berasal dari bahasa

arab yaitu wahhada-yuwahhidu-tauhiidan yang artinya menunggalkan


sesuatu atau keesaan. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa
Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang
membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil
keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum
mempercayakan Allah itu esa.
45. Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rosul, untuk
menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada
mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka. (Hanafi,
2003: 2).
46. Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang
terpenting dan paling utama. Allah SWT berfirman:

47.





48. Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq)
melainkan Allah. (Q.S. Muhammad: 19)
49.
50.
51. Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari

perkara-perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu


dikatagorikan bukan muslim dan digelari kafir. Begitu pula halnya,

seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari mempercayai


keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir.
52. Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang
dalilnya atau buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al
Quran atau Hadis yang shahih. Perkara ini tidak boleh ditawil atau ditukar
maknanya
yang
asli
dengan
makna
yang
lain.
(http://orgawam.wordpress.com/2012/11/07/definisi-tauhiddan-ilmu-tauhid/).
53.
54.
55.
56.

57.

58.

59.

Penamaan Ilmu Tauhid:


Ilmu Tauhid juga disebut;
1.
Ilmu Aqaid: Aqdun artinya tali atau pengikat. Aqaid adalah
bentuk jama dari Aqdun. Disebut Aqaid, karena didalamnya
mempelajari tentang keimanan yang mengikat hati seseorang dengan
Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau kekuasaan-Nya.
2.
Ilmu Kalam: kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam,
karena dalam ilmu ini banyak membutuhkan diskusi, pembahasan,
keterangan-keterangan dan hujjah (alasan) yang lebih banyak dari ilmu
lain.
3.
Ilmu Ushuluddin: Ushuluddin artinya pokok-pokok agama.
Disebut Ilmu Ushuluddin, karena didalamnya membahas prinsip-prinsip
ajaran agama, sedang ilmu yang lainnya disebut furuad-Din (cabangcabang agama), yang harus berpijak diatas ushuluddin.
4.
Ilmu Marifat: marifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu
marifat, karena didalamnya mengandung bimbingan dan arahan kepada
kepada umat manusia untuk mengenal khaliqnya. (Zakaria, 2008:1)

60.
61.

Sebab-sebab dinamakan ilmu kalam ialah karena:


62. 1.
Persoalan yang terpenting diantara pembicaraan-pembicaran
masa-masa pertama Islam ialah Firman Tuhan (Kalam Allah), yaitu Quran
apakah azali atau non-azali. Karena itu keseluruhan isi Ilmu kalam dinamai
dengan salah satu bagian yang terpenting.
63. 2.
Dalam Ilmu Kalam ialah dalil-dalil akal pikiran di mana
pengaruhnya tampak jelas pada pembicaraan ulama-ulama kalam,
sehingga mereka kelihatan sebagai ahli bicara. Dalil Naqli (Quran dan
Hadits) baru dipakai sesudah mereka menetapkan kebenaran persoalan
dari segi akal pikiran.
64. 3.
Pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika
dalam filsafat. Untuk dibedakan dengan logika, maka pembuktianpembuktian tersebut dinamai Ilmu Kalam. (Hanafi, 2003: 5)
65.
66.

Hakikat Tauhid
67. Seluruh manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan fitrahnya, yakni
bertauhid. Sebagaimana yang di terangkan dalam ayat Q. S. Ar-Rum: 30.
68. Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Islam;
sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut

(fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) Agama yang
lurus, tetapi kebanyakan menusia tidak mengetahui. (Q.S. ar-Rum:30)
69.
Manusia pada dasarnya memerlukan suatu bentuk kepercayaan
kepada sesuatu yang gaib, sebab itulah ia disebut makhluk religius, yaitu
makhluk yang memiliki bawaaan primordial (azali) untuk beragama dan
percaya kepada Tuhan. Inilah fitrah manusia yang secara otomatis
memiliki potensi bertuhan sejak kelahirannya. Rasulullah saw. Bersabda:
70. Artinya: setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (bertauhid). Kedua
oangtua nyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. (H.R. Bukhari dan Muslim).
71.
Untaian kata-kata tauhid dalam Islam dinyatakan dalam kalimat
laa ilaaha ilallaah, Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
72.
73.
74.

75.

76.

77.

78.

Implikas Tauhid
Tauhid dalam Islam yang diekspresikan dengan kalimat laa ilaaha
ilallah merupakan titik tolak untuk membebaskan belenggu. Tauhid ini
pula yang membebaskan manusia dari belenggu manusia lainnya, dari
penyembahan terhadap rasio dan mental, serta dari sikap hidup
materialistis.
Tauhid juga membebaskan manusia dari kependetaan dan hiruk pikuk
dunia. Jadi, tauhid mengandung pengertian bahwa manusia tidak
membutuhkan apa-apa selain Allah, sehingga seseorang yang beriman
diberi kemulyaan dan kepuasan sebagai hamba yang bebas dan benarbenar terhormat.
Sudah jelaslah bahwa konsep tauhid laa ilaaha ilallaah
mempunyai implikasi begitu revolusioner berupa pembebasan. Ia
meniadakan otoritas, apapun bentuknya, untuk berhubungan dengan
Allah swt. Sehingga manusia terbebas dari perbudakan mental dan
penyembahan sesama makhluk. Allah swt., sudah jelas dekat dengan
siapapun. Firman Allah swt.
Artinya
: dan
apabila
hamba-hamba-Ku
bertanya
kepadamu
(Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila dia berdosa kepada-Ku.
Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku, agar mereka memperoleh
kebenaran. (Q.S. al-Baqarah: 186)
Inilah diantara hakikat tauhid laa ilaaha ilallaah. Apabila setiap
orang mempunyai tauhid yang benar dan memahami tentang dirinya yang
bebas dari belenggu apapun selain Allah swt., maka seharusnya ia dapat
bekerja dan berkarya lebih baik tanpa gangguan pemikiran-pemikiran
khurafat dan takhayul yang justru menghalangi etos kerja dan karya bagi
kehidupan manusia. (Ismail, 2008: 10-23)

79.
80. 2.2 Bidang Pembahasan Ilmu Tauhid
81. Tauhid mempunyai beberapa pembahasan diantaranya ada 6 yakni:
82. 1.
Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya, dan ikhlash beribadah

hanya untuk-Nya tanpa sekutu apapun bentuknya.

83. 2.

84.

85.
86.

87.
88.
89.

Iman kepada rasul-rasul Allah para pembawa petunjuk ilahi,


mengetahui sifat-sifat yang wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur
dan amanah, mengetahui sifat-sifat yang mustahil ada pada mereka
seperti dusta dan khianat, mengetahui mujizat dan bukti-bukti kerasulan
mereka, khususnya mujizat dan bukti-bukti kerasulan Nabi Muhammad
saw.
3.
Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi
dan rasul sebagai petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang sejarah
manusia yang panjang.
4.
Iman kepada malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan, dan
hubungan mereka dengan manusia di dunia dan akhirat.
5.
Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah sebagai
balasan bagi orang-orang mukmin (surga) maupun orang-orang kafir
(neraka).
6.
Iman kepada takdir Allah yang Maha Bijaksana yang mengatur
dengan takdir-Nya semua yang ada di alam semesta ini.
Allah swt berfirman:

Artinya: Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan


kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
dan rasul-rasul-Nya. (QS: Al-Baqarah: 285)
90. Rasulullah saw. ditanya tentang iman, lalu beliau pun menjawab;

Artinya: Iman adalah engkau membenarkan dan meyakini Allah, para


malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan taqdir baik
maupun buruk. (HR. Muslim).

91.
92. 2.3 Tingkatan Tauhid
93. Baik tauhid maupun kemusyrikan ada tingkatan dan tahapannya masing-

masing. Sebelum kita melewati semua tahap dalam tauhid, kita belum
dapat menjadi pengikut atau ahli tauhid (muwahhid) yang sejati.
94.
95.
96. Adapun tingkatan tauhid adalah sebagai berikut.
97. a.Tauhid Zat Allah
98. Yang dimaksud dengan tauhid (keesaan) Zat Allah adalah, bahwa Allah Esa

dalam Zat-Nya. Kesan pertama tentang Allah pada kita adalah, kesan
bahwa Dia berdikari. Dia adalah Wujud yang tidak bergantung pada apa
dan siapa pun dalam bentuk apa pun. Dalam bahasa Al-Qur'an, Dia adalah
Ghani (Absolut). Segala sesuatu bergantung pada-Nya dan membutuhkan
pertolongan-Nya. Dia tidak membutuhkan segala sesuatu. Allah berfirman:

99. Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah. Dan Allah, Dialah Yang

Maha Kaya (tidak membutuhkan apa pun) lagi Maha Terpuji. (QS. Fthir:
15)
100.
Kaum filosof menggambarkan Allah sebagai eksis sendiri, atau
sebagai wujud yang eksistensinya wajib. Kesan kedua tentang Allah pada
setiap orang adalah, bahwa Allah adalah Pencipta. Dialah Pencipta dan
sumber final dari segala yang ada. Segala sesuatu adalah "dari-Nya". Dia
bukan dari apa pun dan bukan dari siapa pun. Menurut bahasa filsafat, Dia
adalah "Sebab Pertama".
101.
Inilah konsepsi pertama setiap orang tentang Allah. Setiap orang
berpikir tentang Allah. Dan ketika berpikir tentang Allah, dalam benaknya
ada konsepsi ini. Kemudian dia melihat apakah sebenarnya ada suatu
kebenaran, kebenaran yang tidak bergantung pada kebenaran lain, dan
yang menjadi sumber dari segala kebenaran.
102.
Arti dari Tauhid Zat Allah adalah bahwa kebenaran ini hanya satu,
dan tak ada yang menyerupai-Nya. Al-Qur'an memfirmankan:
103.
Tak ada yang menyamai-Nya. (QS. asy-Syr: 11)
104.
Dan tak ada yang menyamai-Nya. (QS. al-Ikhlsh: 4)
105.
Kaidah bahwa sesuatu yang ada selalu menjadi bagian dari spesies,
hanya berlaku pada ciptaan atau makhluk saja. Misal, jika sesuatu itu
bagian dari spesies manusia, maka dapat dibayangkan bahwa sesuatu itu
adalah anggota dari spesies manusia ini. Namun untuk Wujud Yang Ada
Sendiri, kita tidak dapat membayangkan seperti itu. Dia berada di luar
semua pikiran seperti itu. Karena kebenaran yang ada Sendiri itu satu,
maka sumber dan tujuan alam semesta hanya satu. Alam semesta
bukanlah berasal dari berbagai sumber, juga tidak akan kembali ke
berbagai sumber. Alam semesta berasal dari satu sumber dan satu
kebenaran. Allah berfirman:
106.
Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segalanya." (QS. ar-Ra'd: 16)
107.
Segala sesuatu akan kembali ke sumber yang satu dan kebenaran
yang satu. Kata Al-Qur'an,
108.
Ingatlah bahwa kepada Allah lah kembali segala sesuatu. (QS. asySyr: 53)
109.
Dengan kata lain, alam semesta memiliki satu pusat, satu kutub
dan satu orbit. Hubungan antara Allah dan alam semesta adalah
hubungan Pencipta dan makhluk, yaitu hubungan sebab dan akibat, bukan
jenis hubungan antara sinar dan lampu, atau antara kesadaran manusia
dan manusia.
110.
Betul bahwa Allah tidak terpisah dari alam semesta. Dia bersama
segala sesuatu. Al-Qur'an memfirmankan:
111.Dia bersamamu di mana pun kamu berada. (QS. al-Hadd: 4)
112.
Namun demikian, ketidakterpisahan Allah dari alam semesta
tidaklah berarti bahwa Dia bagi alam semesta adalah seperti sinar bagi
lampu atau seperti kesadaran bagi tubuh. Kalau demikian halnya, maka
Allah merupakan efek dari alam semesta, bukan sebab dari alam semesta,
karena sinar adalah efek dari lampu. Begitu pula, ketidakterpisahan Allah

dari alam semesta tidaklah berarti bahwa Allah, alam semesta dan
manusia memiliki orientasi yang sama, dan semuanya eksis dengan
kehendak dan semangat yang sama. Semua ini adalah sifat makhluk yang
adanya karena sesuatu yang lain. Allah bebas dari semua itu. Al-Qur'an
memfirmankan:
113.
Mahasuci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang
mereka katakan. (QS. ash-Shfft: 180)
114.
115.
116.

b. Tauhid dalam Sifat-sifat Allah


Tauhid Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat dan
Sifat-sifat Allah identik, dan bahwa berbagai Sifat-Nya tidak terpisah satu
sama lain. Tauhid Zat artinya adalah menafikan adanya apa pun yang
seperti Allah, dan Tauhid Sifat-sifat-Nya artinya adalah menafikan adanya
pluralitas di dalam Zat-Nya. Allah memiliki segala sifat yang menunjukkan
kesempurnaan, keperkasaan dan ke-indahan, namun dalam Sifat-sifat-Nya
tak ada segi yang benar-benar terpisah dari-Nya. Keterpisahan zat dari
sifat-sifat dan keterpisahan sifat-sifat dari satu sama lain merupakan ciri
khas keterbatasan eksistensi, dan tak mungkin terjadi pada eksistensi
yang tak terbatas. Pluralitas, perpaduan dan keterpisahan zat dan sifatsifat tak mungkin terjadi pada Wujud Mutlak.
117.
Seperti Tauhid zat Allah, tauhid sifat-sifat Allah merupakan doktrin
Islam dan salah satu gagasan manusiawi yang paling bernilai, yang
semata-mata mengkristal dalam mazhab syiah. Disini kami kutipkan
sebuah kalimat dalam khotbah pertama Nahj al-balaghah yang
membenarkan sekaligus menjelaskan gagasan ini :
118.
segala puji bagi Allah. Tak ada ahli pidato ahli bicara pun yang
dapat memuji-Nya dengan memadai. Rahmat dan berkah-Nya tak dapat di
hitung oleh ahli hitung sekalipun. Yang paling perhatian sekalipun tak
dapat menyembah dengan semestinya. Dia tak dapat di mengerti
sepenuhnya, sekalipun luar biasa kecerdasan tersebut sifat-sifat-Nya tak
dibatasi oleh pembatas apapun. Tak ada kata yang yang dapat
menggambarkan-Nya dengan utuh.
119.
Seperti kita tahu, dalam kalimat di atas digarisbawahi
ketidakterbatasan sifat-sifat Allah. Dalam khotbah itu juga, setelah
beberapa kalimat, Iman ali bin abi thalib as berkata:
120.
sebenar-benar ketaatan kepada-Nya artinya adalah menafikan
pengaitan sifat-sifat kepada-Nya, karena pihak yang dikaiti sifat
menunjukan bahwa pihak tersebut beda dengan sifat yang dikaitkan
kepada-Nya, dan setiap sifat-Nya menujukan bahwa sifat tersebut beda
dengan pihak tersebut. Barang siapa mengaitkan sifat kepada Allah
berarti dia menyamakan-Nya (dengan sesuatu), dan barang siapa
menyamakan-Nya (Lihat Nahj al-balaghah, khotbah 1, hal.137.ISP.1984)
121.
Dalam kaliamat pertama ditegaskan bahwa Allah memiliki sifat-sifat
(yang sifat-sifat Nya tak di batasi oleh batas-batas). Dalam kalimat kedua
juga ditegaskan bahwa Dia memiliki sifat-sifat, namun diperintahkan untuk
tidak mengaitkan sifat-sifat kepada Nya.

Redaksi kalimat-kalimat ini menunjukkan bahwa Sifat-sifat yang


dimiliki-Nya tak terbatas seperti halnya ketakterbatasan diri-Nya sendiri,
bahwa Sifat-sifat yang dimiliki-Nya identik dengan Zat-Nya, dan sifat-sifat
yang tak dimiliki-Nya adalah sifat-sifat yang terbatas dan terpisah dari
Zat-Nya dan terpisah satu sama lain. Dengan demikian, Tauhid dalam
Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat Allah dan Sifat-sifatNya adalah satu.

122.

123.
124.
125.

c. Tauhid dalam Perbuatan Allah


Arti Tauhid dalam perbuatan-Nya adalah mengakui bahwa alam
semesta dengan segenap sistemnya, jalannya, sebab dan akibatnya,
merupakan perbuatan Allah saja, dan terwujud karena kehendak-Nya. Di
alam semesta ini tak satu pun yang ada sendiri. Segala sesuatu
bergantung pada-Nya. Dalam bahasa Al-Qur'an, Dia adalah pemelihara
alam semesta. Dalam hal sebab-akibat, segala yang ada di alam semesta
ini bergantung. Maka dari itu, Allah tidak memiliki sekutu dalam Zat-Nya,
Dia juga tak memiliki sekutu dalam perbuatan-Nya. Setiap perantara dan
sebab ada dan bekerja berkat Allah dan bergantung pada-Nya. Milik-Nya
sajalah segala kekuatan maupun kemampuan untuk berbuat.
126.
Manusia merupakan satu di antara makhluk yang ada, dan karena
itu merupakan ciptaan Allah. Seperti makhluk lainnya, manusia dapat
melakukan pekerjaannya sendiri, dan tidak seperti makhluk lainnya,
manusia adalah penentu nasibnya sendiri. Namun Allah sama sekali tidak
mendelegasikan Kuasa-kuasa-Nya kepada manusia. Karena itu manusia
tidak dapat bertindak dan berpikir semaunya sendiri, "Dengan kuasa Allah
aku berdiri dan duduk. "
127.
Percaya bahwa makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya,
dapat berbuat semaunya sendiri, berarti percaya bahwa makhluk tersebut
dan Allah sama-sama mandiri dalam berbuat.
128.
Karena mandiri dalam berbuat berarti mandiri dalam zat, maka
kepercayaan tersebut bertentangan dengan keesaan Zat Allah (Tauhid
dalam Zat), lantas apa yang harus dikatakan mengenai keesaan
perbuatan Allah (Tauhid dalam Perbuatan).
129.
Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai
anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak
mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dan kehinaan. Karma itu,
agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (QS. alIsr': 111)
130.
131.
132.

d. Tauhid dalam Ibadah


Tiga tingkatan Tauhid yang dipaparkan di atas sifatnya teoretis dan
merupakan masalah iman. Ketiganya harus diketahui dan diterima. Namun
Tauhid dalam ibadah merupakan masalah praktis, merupakan bentuk
"menjadi". Tingkatan-tingkatan tauhid di atas melibatkan pemikiran yang
benar. Tingkat keempat ini merupakan tahap menjadi benar. Tahap
teoretis tauhid, artinya adalah memiliki pandangan yang sempurna. Tahap

praktisnya artinya adalah berupaya mencapai kesempurnaan. Tauhid


teoretis artinya adalah memahami keesaan Allah, sedangkan tauhid
praktis artinya adalah menjadi satu. Tauhid teoretis adalah tahap melihat,
sedangkan tauhid praktis adalah tahap berbuat. Sebelum menjelaskan
lebih lanjut tentang tauhid praktis, perlu disebutkan satu masalah lagi
mengenai tauhid teoretis. Masalahnya adalah apakah mungkin
mengetahui Allah sekaligus dengan keesaan Zat-Nya, keesaan Sifat-sifatNya dan keesaan perbuatan-Nya, dan jika mungkin, apakah pengetahuan
seperti itu membantu manusia untuk hidup sejahtera dan bahagia; atau
dan berbagai tingkat dan tahap tauhid, hanya tauhid praktis saja yang
bermanfaat.
133.
Sejauh menyangkut kemungkinan mendapat pengetahuan seperti
itu, sudah kami bahas dalam buku kami "Prinsip-prinsip Filsafat dan
Metode Realisme". Apakah pengetahuan seperti itu bermanfaat atau justru
sebaliknya, itu tergantung pada konsepsi kita sendiri mengenai manusia,
kesejahteraan dan kebahagiaannya. Gelombang pemikiran materialistis di
zaman modern ini bahkan menyebabkan kaum yang beriman kepada Allah
menganggap tak banyak manfaatnya masalah-masalah yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang Allah. Mereka memandang masalahmasalah seperti itu sebagai semacam manuver mental dan pelarian dari
problem-problem praktis kehidupan. Namun seorang Muslim yang percaya
bahwa realitas manusia bukanlah realitas jasmaninya saja, namun realitas
sejati manusia adalah realitas spiritualnya dan bahwa hakikat roh
manusiawi adalah hakikat pengetahuan dan kesuciannya, tahu betul
bahwa apa yang disebut sebagai tauhid teoretis itu sendiri, selain
merupakan dasar dari tauhid praktis, merupakan kesempumaan psikologis
yang paling tinggi tingkatannya. Tauhid ini mengangkat manusia,
membawa manusia menuju Kebenaran Ilahiah, dan membuat manusia
menjadi sempurna. Allah SWT berfirman:
134.
Kepada-Nya naik kata-kata yang baik, dan amal saleh dinaikkanNya. (QS. Fthir: 10)
135.
Sisi manusiawi manusia ditentukan oleh pengetahuannya tentang
Allah. Pengetahuan manusia bukanlah sesuatu yang terpisah dari manusia
itu sendiri. Semakin tahu manusia itu tentang alam semesta, sistemnya
dan asal-usulnya, semakin berkembang sisi manusiawi manusia tersebut,
yang lima puluh persen substansi sisi manusiawi itu berupa pengetahuan.
Dari sudut pandang Islam, khususnya ajaran Syiah, tak ada keraguan
sedikit pun bahwa tujuan sisi manusiawi itu sendiri adalah mengetahui
tentang Allah, tak soal dengan efek praktis dan sosialnya.
136.
Sekarang kita bahas masalah tauhid praktis. Tauhid praktis atau
tauhid ibadah, artinya adalah hanya menyembah atau beribadah kepada
Allah saja. Dengan kata lain, tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah.
137.
Kemudian akan kami jelaskan bahwa dari sudut pandang Islam,
ibadah ada tingkatan-tingkatannya. Tingkatannya yang sangat jelas
adalah menunaikan ritus-ritus yang berkaitan dengan penyucian dan
pengagungan Allah. Kalau ritus-ritus seperti itu dilakukan untuk selain

Allah, artinya adalah keluar total dari Islam. Namun demikian, dari sudut
pandang Islam, ibadah bukan hanya tingkatan yang ini saja. Setiap bentuk
orientasi spiritual dan menerima sesuatu sebagai ideal spiritual, maka hal
itu tergolong ibadah. Al-Qur'an memfirmankan:
138.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya. (QS. al-Furqn: 43)
139.
Kalau kita menaati seseorang yang telah dilarang Allah untuk
ditaati, dan tunduk patuh sepenuhnya kepadanya, berarti kita
menyembah atau beribadah kepada orang itu.
140.
Al-Qur'an mengatakan,
141.
Mereka menjadikan para rabbi dan rahib mereka sebagai Tuhan
selain Allah. (QS. at-Taubah: 31)
142.
Dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai Tuhan selain Allah. (QS. li 'Imrn: 64)
143.
Dengan demikian tauhid praktis atau tauhid ibadah, artinya adalah
menerima Allah saja sebagai yang layak untuk ditaati tanpa pamrih,
memandang hanya Dia saja yang menjadi ideal dan arah perilaku, dan
menolak selain-Nya serta menganggap selain-Nya tidak layak ditaati
tanpa pamrih, atau tidak layak untuk dijadikan ideal. Tauhid ibadah artinya
adalah tunduk kepada Allah saja, bangkit untuk-Nya saja, dan hidup
untuk-Nya saja, serta mati untuk-Nya saja.
144.
(Nabi Ibrahim berkata): "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Tuhan yang mendptakan langit dan bumi dengan cenderung
kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang yang
mempersekutukan Tuhan"... Katakanlah, "Sesungguhnya sembahyangku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku,
dan aku adalah orang yang pertama tunduk patuh kepada-Nya." (QS. alAn'am: 79, 162-163)
145.
Tauhid Nabi Ibrahim ini merupakan Tauhid praktis atau Tauhid
ibadah. Inilah yang divisualisasikan oleh iman ini: "La ilaha illallah" (tiada
Tuhan selain Allah). (Muthahhari, Murtadha. 2002: 69-73)
146.
147.
148.

2.4 Kedudukan Ilmu Tauhid di Antara Semua Ilmu


Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada kemulian tema yang
dibahasnya. Ilmu kedokteran lebih mulia dari teknik perkayuan karena
teknik perkayuan membahas seluk beluk kayu sedangkan kedokteran
membahas tubuh manusia. Begitu pula dengan ilmu tauhid, ini ilmu paling
mulia karena objek pembahasannya adalah sesuatu yang paling mulia.
Adakah yang lebih agung selain Pencipta alam semesta ini? Adakah
manusia yang lebih suci daripada para rasul? Adakah yang lebih penting
bagi manusia selain mengenal Rabb dan Penciptanya, mengenal tujuan
keberadaannya di dunia, untuk apa ia diciptakan, dan bagaimana
nasibnya setelah ia mati?
149.
Apalagi ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman,
sekaligus yang terpenting dan paling utama.

Karena itu, hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ain bagi
setiap muslim dan muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan
kepuasan hati serta akal bahwa ia berada di atas agama yang benar.
Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu kifayah, artinya
jika telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa. Allah swt.
berfirman,

151.






152.
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang
Haq) melainkan Allah. (Muhammad: 19)
150.

153.
154.
155.

Al-Quran adalah Kitab Tauhid Terbesar


Sesungguhnya pembahasan utama Al-Quran adalah tauhid. Kita
tidak akan menemukan satu halaman pun yang tidak mengandung ajakan
untuk beriman kepada Allah, rasul-Nya, atau hari akhir, malaikat, kitabkitab yang diturunkan Allah, atau taqdir yang diberlakukan bagi alam
semesta ini.
156.
Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ayat Al-Quran yang
diturunkan sebelum hijrah (ayat-ayat Makkiyyah) berisi tauhid dan yang
terkait dengan tauhid.
157.
Karena itu tak heran masalah tauhid menjadi perhatian kaum
muslimin sejak dulu, sebagaimana masalah ini menjadi perhatian AlQuran. Bahkan, tema tauhid adalah tema utama dakwah mereka. Umat
Islam sejak dahulu berdakwah mengajak orang kepada agama Allah
dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Mereka mendakwahkan buktibukti kebenaran akidah Islam agar manusia mau beriman kepada akidah
yang lurus ini.
158.
Bagi seorang muslim, akidah adalah segala-galanya. Tatkala umat
Islam mengabaikan akidah mereka yang benar -yang harus mereka
pelajari melalui ilmu tauhid yang didasari oleh bukti-bukti dan dalil yang
kuat mulailah kelemahan masuk ke dalam keyakinan sebagian besar
kaum muslimin.
159.
Kelemahan akidah akan berakibat pada amal dan produktivitas
mereka. Dengan semakin luasnya kerusakan itu, maka orang-orang yang
memusuhi Islam akan mudah mengalahkan mereka. Menjajah negeri
mereka dan menghinakan mereka di negeri mereka sendiri.
160.
Sejarah membuktikan bahwa umat Islam generasi awal sangat
memperhatikan tauhid sehingga mereka mulia dan memimpin dunia.
Sejarah
juga
mengajarkan
kepada
kita,
ketika
umat
Islam
mengabaikannnya akidah, mereka menjadi lemah. Kelemahan perilaku
dan amal umat Islam telah memberi kesempatan orang-orang kafir untuk
menjajah negeri dan tanah air umat Islam.

161.

Anda mungkin juga menyukai