Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa
bertakwa kepada Allah Ta’ala. Karena hanya orang bertakwalah yang akan sukses di
kehidupan dunia dan akhirat.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Allah Ta’ala juga berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka
sembahlah Aku olehmu sekalian” (QS. Al-Anbiya: 25).
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut’” (QS. An-Nahl:
36).
Dari Nabi dan Rasul yang pertama hingga yang terakhir, inti seruan mereka
adalah mengajak manusia untuk mempersembahkan ibadah kepada Allah
semata dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah.
ََوِإلَى عَا ٍد َأ َخاه ُ ْم هُودًا قَا َل يَا قَوْ ِم ا ْعبُدُوا هَّللا َ َما لَ ُك ْم ِم ْن ِإلَ ٍه َغ ْي ُره ُ َأفَاَل تَتَّقُون
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia
berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan (yang
haq) bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-
Nya?”” (QS. Al A’raf: 65).
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu“, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu” (QS. Al Maidah: 117).
Tَ لَ ُه ال ِّدTصا
ين ُ ْل ِإ ِّني ُأ ِمرTْ ُق
ً ِد هَّللا َ م ُْخلTَ ت َأنْ َأعْ ُب
“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya
menyembah Allah semata dengan memurnikan semua ibadahnya
hanya kepadaNya” (QS. Az-Zumar : 11).
Demikianlah dakwah para Nabi dan Rasul ‘alahis shalatu was salaam, mereka
mendakwahkan tauhid dan itulah inti dakwah mereka. Mereka mengajak
manusia untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan segala bentuk
penyembahan kepada selain Allah.
Dan mereka pun mengajarkan manhaj dakwah ini kepada para sahabatnya.
Perhatikan apa yang diwasiatkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kepada
Mu’adz bin Jabal ketika Mu’adz di utus untuk berdakwah di Yaman. Dari Ibnu
‘Abbas radhiallahu’anhuma ia berkata,
Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan, “dari hadits yang mulia ini, dan juga
barangsiapa yang memperhatikan dakwah para Rasul yang disebutkan dalam
Al Qur’an, dan juga barangsiapa yang memperhatikan sirah Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam, ia dapat memahami manhaj dakwah ilallah. Dan ia
akan memahami bahwa yang pertama didakwahkan kepada manusia adalah
aqidah, yaitu mengajak mereka menyembah Allah semata dan tidak
mempersekutukannya, serta meninggalkan semua ibadah kepada selain Allah,
sebagaimana makna Laa ilaaha illallah” (Al Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad, 17).
Beliau menjawab:
“Dakwah yang demikian tidaklah bermanfaat sama sekali. Ini sebagaimana
badan yang tidak ada kepalanya, maka ia menjadi mayit. Badan jika tidak ada
kepalanya, maka bagian badan lainnya tidak bermanfaat. Dakwah yang tidak
mendakwahkan tauhid, itu semisal dengan badan yang tidak ada kepalanya.
Melelahkan namun tidak ada faidahnya.
Kalau ada orang yang baik akhlaknya, suka bersedekah, mengerjakan shalat,
namun ia berbuat kesyirikan, tidak akan diterima semua amalannya. Karena
yang membuat amalan menjadi sah adalah tauhid. Dan yang membatalkan
amalan-amalan ialah syirik. Maka wajib kita memberikan perhatian pada
dakwah tauhid ini.
Tidak ada Rasul yang tidak memulai dakwahnya dengan tauhid. Silakan anda
perhatikan dakwah para Rasul, dari yang terdahulu hingga yang terakhir yaitu
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, mereka demikian (mendakwahkan
tauhid)” (Dari artikel “Berdakwah, Tapi Tidak Mendakwahkan Tauhid“).
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21).