Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mochammad Bagas Prayoga

NIM : 201610370311096
Kelas : AIK IV Mubtadiin B

“ Muhammadiyah dan Tantangan Generasi Milenial ”


Muhammadiyah adalah organisasi islam yang besar di Indonesia. Diambil dari nama
Nabi Muhammad SAW. sehingga dikenal sebagai pengikutnya nabi Muhammad SAW.
Organisasi ini dibentuk pada 8 Dzulhijjah 1330 (18 November 1912) yang didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta. Pada awalnya organisasi ini dianggap
sebagai organisasi Islam garis keras. Karena apabila menyimpang akan dianggap sebagai
bid'ah.
Muhammadiyah telah memberikan sumbangan berharga bagi bangsa ini. Yakni,
mampu melahirkan kader bangsa yang beriman, cerdas, berkepribadian, dan maju dalam
pikirannya serta mampu menghadapi tantangan dan permasalah kehidupan di berbagai aspek
khususnya tantangan pada generasi Milenial.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammdiyah, Dr Haedar Nashir mengatakan, saat ini
ada tantangan sosial yang sangat kompleks, dimana masyarakat hidup sangat bergantung pada
teknologi. Masyarakat banyak diatur oleh sebuah teknologi digital yang bukan hanya
mengubah cara berpikir, tetapi juga mengubah perilaku. Kondisi seperti ini ada dan tidak bisa
dihindari.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang
terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-
baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Persyarikatan
Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan
ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-hal mistik.

Generasi milenial itu sebenarnya banyak. Zaman ini kita hidup di tengah perkembangan
teknologi digital. Masyarakatnya sangat menguasai teknologi digital. Maka cara berpikirnya
masyarakat milenial itu berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka tidak lagi menggunakan
hal-hal yang manual. Masyarakat seperti itu juga biasanya melompati zamannya. Mereka kritis
pada berbagai hal, termasuk pada wilayah agama. Mereka juga yang memiliki orientasi ilmiah
sangat detail, pada cabang-cabang yang mereka ingin memasukinya. Seperti pada hal-hal yang
mereka minati. Mereka tidak suka pada hal-hal yang bersifat abstrak. Selain itu, masyarakat
tersebut gandrung dengan inovasi.

Topik ini menekankan bagaimana mendekati generasi ini dengan pendekatan


keagamaan. Ini adalah tantangan buat ormas Islam termasuk Muhammadiyah. Sebab generasi
ini dalam konteks mereka, berada dalam ruang sosial dalam arti yang luas, seperti ekonomi
poltik dan budaya, dengan tingkat mobilisasi yang sangat tinggi. Karena faktanya yang
memiliki telepon genggam di dunia sebanyak 5 miliar orang. Di Indonesia yang menggunakan
internet sebanyak 143 juta jiwa. Apalagi generasi seperti saat ini bisa dikatakan mengalami
ketergantungan pada teknologi khususnya gadget, yang setiap hari mereka digunakan. Maka
cara berfikirnya masyarakat millennial tentu berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka
tidak lagi menggunakan cara yang manual. Mereka menjadi lebih kritis tentang berbahai hal,
termasuk pada wilayah agama. Mereka juga memiliki orientasi sintifik yang sangat detail pada
sesuatu yang mereka minati. Sudah tidak suka lagi pada hal-hal yang bersifat abstrak, selain
itu masyarakat tersebut gandrung dengan inovasi-inovasi.
Selain itu problem di era kecepatan informasi saat ini juga minimnya kesadaran
sebagian pengguna sosial dalam menyikapi bijak atas penyebaran suatu informasi. Mereka
rawan memiliki potensi karakter negatif seperti kurang peka terhadap lingkungan sosial, pola
hidup bebas, cenderung bersikap individualistik, kurang realistis, dan kurang bijak dalam
menggunakan media. Dikatakan bahwa generasi milenial cenderung lebih tidak peduli
terhadap keadaan sosial, termasuk politik dan ekonomi. Mereka cenderung lebih fokus kepada
pola hidup kebebasan dan hedonisme. Mereka cenderung mengingkan hal yang instant dan
tidak menghargai proses. Di antara kebiasaan negatif termasuk oleh generasi millenila saat ini
adalah menelan mentah-mentah informasi yang beredar lalu menyebarkannya. Karena, di dunia
maya, relasi sosial itu bersifat maya, tetapi sangat keras. Di sana ada perang opini, perang
ujaran, ada hoax. Begitupun dalam hal keagamaan, karena maraknya berita-berita hoax yang
tersebar khususnya dimedia sosial, dikarenakan factor mudahnya penyebaran informasi. Selain
itu banyak sekali akun-akun dakwah online yang menyebarkan informasi-informasi tidak jelas
yang membuat orang yang tidak kritis menelan informasi tersebut mentah-mentah.
Menimbulkan perang “siapa yang paling benar”.

Problem tersebut harus diretas. Caranya, antara lain, para pengguna medsos sebaiknya
cermat dalam menyikapi informasi yang masuk, jangan langsung ditelan begitu saja. Informasi
yang masuk perlu “dikunyah” atau diolah terlebih dahulu lewat otak. Mengakses di akun yang
resmi untuk mendapatkan inrfomasi yang jelas sumbernya dan akurat. Maka dari itu
Muhammadiyah perlu bekerja sama dengan pemerintah melakukan gerakan literasi yang
berkeadaban, menyehatkan, melawan informasi yang membodohkan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah menguatkan produksi konten dakwah digital untuk


menyasar generasi muda milenial yang akrab dengan teknologi dan media sosial.
"Muhammadiyah melalui Majelis Pustaka Informasi membuat berbagai aplikasi dakwah di
media sosial dan media online supaya dakwah sampai ke generasi milenial," Ketua PP
Muhammadiyah yang membawahi bidang pustaka dan informasi tersebut mengatakan
beberapa saluran media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube sudah
berjalan dengan konten dakwah. Selain itu, kata dia, beberapa aplikasi berkonten dakwah juga
bisa diakses seperti TVMu, Tarjih, Pustakamu, Muvon, Edumu dan Jarimu.

Anda mungkin juga menyukai