Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KRITIS ARTIKEL ILMIAH

Oleh
Novia Whilis Nurul Fajrin
(1121230022)
27 September 2023

1. Bibliografi
Birhan, Wohabie., Shiferaw, Gebeyehu., Amsalu, Alem., Tamiru, Sejajarkan., Tiruye,
Haregewoin. 2021. Exploring the context of teaching character education to children in
preprimary and primary schools. Social Sciences & Humanities Open, (Online), 4(1), (
www.sciencedirect.com/journal/social-sciences-and-humanities-open ), diakses 26
September 2021.

2. Tujuan Penulisan Jurnal


Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali isi pendidikan moral dan budi pekerti bagi anak
serta pedagogi atau pendekatan yang dilakukan orang tua dan guru dalam mengajarkan
pendidikan budi pekerti dan budi pekerti kepada anak. Secara khusus, penelitian ini bermaksud
untuk mengeksplorasi tema-tema pendidikan moral dan karakter serta menyelidiki sejauh mana
dongeng dan buku cerita digunakan sebagai sumber pengajaran pendidikan moral dan karakter
kepada anak-anak prasekolah dan sekolah dasar. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk
mengeksplorasi tema-tema tersebut. dari pendidikan moral dan karakter.

3. Fakta-fakta Unik
 Penggunaan dongeng dengan karakter binatang dan nyanyian juga banyak ditemukan
sebagai pendekatan penting untuk mengajarkan pendidikan karakter tentang perilaku
yang benar dan salah pada anak.
 Orang Afrika mempunyai beberapa cerita rakyat yang mencerminkan nilai-nilai dan
tradisi mereka. Namun cerita-cerita rakyat tersebut tidak terintegrasi dalam kurikulum
yang akan diajarkan kepada anak-anak (Pita&Morgan, 2013). Anak-anak Afrika dapat
diajari ajaran dan nilai-nilai moral asli seperti persiapan, fungsionalisme, komunalisme,
perenialisme, dan holistikisme (Pita&Morgan, 2013). Misalnya, suku Igbo di Nigeria
menceritakan kisah-kisah kepada anak-anak untuk mengajarkan perkembangan moral
dan kisah-kisah ini bersifat deduktif. Artinya, tema diambil dari cerita (Studi, 2016).
Cerita, dongeng, dan permainan merupakan pedagogi yang dapat digunakan untuk
mengajarkan pendidikan moral dan karakter kepada anak-anak.
 Guru mengajarkan karakter yang baik dengan menggunakan teka-teki/puzzle; dengan
membuat anak meminta maaf dan mengakui kesalahannya serta memberikan teladan
kepada anak didiknya serta menasihati anak untuk bersikap altruistik dan
menghormati orang yang lebih tua dan sebagainya.

4. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimunculkan.


 Studi yang dilakukan di negara lain menemukan bahwa anak-anak yang bersekolah di
sekolah swasta memiliki perkembangan moral yang lebih baik dibandingkan anak-anak
yang bersekolah di sekolah negeri. Demikian pula anak-anak di Etiopia bersekolah di
sekolah negeri dan swasta. Namun, apakah pemberian pendidikan moral dan karakter
berbeda di kedua sektor tersebut atau tidak?
5. Konsep, Prinsip, Informasi yang ada relevansinya dengan konsep yang dipelajari:
 Nasihat adalah pendekatan yang paling sering dilakukan orang tua dalam membentuk
anak sedangkan keteladanan dan pemberian nasihat adalah dua pendekatan yang
paling banyak digunakan oleh para guru. Sejalan dengan hal tersebut, literatur teoritis
menyatakan bahwa orang tua dan guru perlu menjadi teladan yang baik bagi anak
dalam mengembangkan perilaku prososial
 Dewasa ini, adanya permasalahan tanggung jawab orang tua dan guru dalam
membentuk karakter anak sedang marak terjadi. Artinya, orang tua menyalahkan guru
karena gagal membentuk anaknya sementara guru berpendapat bahwa adalah
tanggung jawab orang tua untuk mengajari anak-anak mereka apa yang benar dan
salah secara moral di rumah. Pengajaran moralitas dan sistem nilai bukanlah suatu
tanggung jawab tersendiri. Sebaliknya, hal ini merupakan tanggung jawab kolektif
keluarga, teman sebaya, guru, media, dan masyarakat luas. Kegagalan dalam
mengajarkan pendidikan karakter dan moral dapat mengakibatkan tersingkirnya
konten moral dalam kurikulum atau karena penggunaan pedagogi yang tidak sesuai
dengan perkembangan anak. Temuan kami mengungkapkan bahwa ada beberapa
konten yang dimasukkan dalam buku teks untuk membentuk karakter anak. Namun,
penanaman konten-konten ini dalam pikiran anak-anak dapat terjadi jika dan hanya
jika pedagogi yang sesuai dengan tahap perkembangan diterapkan. Selain itu, guru
harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dan perlu berupaya membantu anak-
anak mengidentifikasi nilai-nilai moral yang baik dan mencirikan nilai-nilai moral
tersebut. Selain itu, baik pendidik maupun orang tua harus menjadi teladan yang baik
bagi anak-anak di sekolah dan di rumah.

6. Refleksi
 Hal yang sangat bermanfaat yang saya dapatkan setelah mempelajari dan menganalisis
artikel tersebut yakni adanya generasi baru yang tidak berkarakter disebabkan oleh
kurangnya fokus yang diberikan pada pengajaran pendidikan moral dan karakter di
sekolah pra-sekolah dasar dan sekolah dasar. Selain itu, kegagalan kerja sama antar
guru dalam membentuk anak'karakter anak, kurangnya tanggung jawab guru dan
kegagalan orang tua dalam mengawasi anak terutama setelah jam sekolah, kurangnya
role model dan/atau guru teladan di sekolah; kecerobohan di kalangan guru dan
siswa; merupakan penyebab utama terjadinya perbuatan maksiat dan buruknya
akhlak generasi muda. Di sisi lain, kurangnya dukungan orang tua dalam mengelola
anak menyebabkan karakter moral anak tidak memiliki dorongan untuk maju dan
menjadi lebih baik serta kurangnya pemahaman hak dan kewajiban yang baik pada
anak dan tidak adanya teladan di masyarakat merupakan beberapa factor penyebab
terjadinya perilaku buruk anak dan remaja. Oleh karena itu, sebagai seorang guru saya
berpendapat bahwa konsep-konsep seperti perilaku etis dan benar, psikologi anak,
interaksi anak, perilaku baik seperti hormat, jujur, integritas, cinta tanah air, hidup
berdampingan secara damai, sifat menghargai maupun nilai-nilai kebangsaan, sejarah
nasional, riwayat hidup orang-orang yang berakhlak mulia, perlakuan bijak terhadap
anak-anak dan orang lanjut usia, serta hak dan kewajiban anak, tanggung jawab dan
akuntabilitas, kesetaraan, serta kemampuan memecahkan masalah layak untuk
dicantumkan dan direalisasikan oleh anak-anak. Demikian pula, guru sekolah dasar
juga harus mencantumkan hal-hal utama berikut yang harus dimasukkan dalam
kurikulum: interaksi keluarga-lingkungan-masyarakat-sekolah; budaya kerja,
ketepatan waktu, rasa hormat, pentingnya perdamaian dan cinta tanah air;
mengetahui dan menghormati budaya, tradisi dan adat istiadat sendiri, perilaku baik,
menghormati orang lanjut usia, berbagi sumber daya; menghargai gagasan orang lain;
keterbukaan pikiran dan kejujuran. Untuk mengembangkan karakter anak yang baik,
pendidikan moral hendaknya diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri pada tingkat
pra-sekolah dasar dan sekolah dasar. Apalagi isinya tentang kesetiaan, kejujuran,
kemurahan hati, cinta tanah air, supremasi hukum, martabat, penghormatan terhadap
lagu kebangsaan, tugas dan tanggung jawab warga negara; kolaborasi dan dukungan;
pemanfaatan dan penghematan sumber daya yang efektif harus disertakan.

Anda mungkin juga menyukai