Anda di halaman 1dari 13

Generasi Berkarakter Pancasila

Bangsa Indonesia mempunyai dasar pandangan hidup yang didalamnya tercantum


lima nilai dasar identitas bangsa, yaitu Pancasila. Landasan dari pelaksanaan
semua bidang kehidupan, salah satunya Pendidikan. Pancasila memberikan acuan
untuk menjadi insan yang berkarakter dan bermoral, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Di bidang Pendidikan, untuk menghasilkan putra/putri bangsa yang
mempunyai kecerdasan, berakhlak mulia, dapat mengendalikan diri dari hal-hal
bertentangan dengan budaya bangsa, menjadikan Pancasila sebagai landasan
teorinya. Dengan demikian cita – cita bangsa Indonesia untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dapat terwujud melalui generasi berkarakter Pancasila.

Di akhir tahun 2019, dunia terjangkit wabah Covid 19 ( Corona Virus Disease ).
Banyak negara yang menjadi korban virus tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Covid
19 menjadi pandemi yang menyebabkan krisis di berbagai bidang seperti sosial,
ekonomi, psikologis dan Pendidikan. Sejak adanya pandemi, mengharuskan
Pendidikan beradaptasi dengan keadaan. Setiap pelaksana Pendidikan keluar dari
zona nyaman pembelajaran tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Indonesia adalah negara yang berdasar Pancasila. Dalam menghadapi pandemi,
Pancasila menjadi dasar untuk bertindak. Karakteristik bangsa Indonesia yaitu
mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan persoalan. Semua warga negara
mempunyai kewajiban yang sama untuk mengatasinya.

Setiap sila dalam Pancasila, mempunyai peran tersendiri dalam upaya mengatasi
pandemi, khususnya dalam bidang Pendidikan.
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Semua yang ada di dunia, baik manusia, hewan maupun tumbuhan adalah
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan telah memberi hikmah pada
setiap peristiwa yang terjadi. Dengan adanya covid 19, kita mempunyai lebih
banyak waktu luang yang dapat dipergunakan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan.
Dalam dunia Pendidikan, dipergunakan orang tua untuk memantau
perkembangan belajar anak. Sebelum ada pandemi, pembelajaran yang
dilakukan adalah tatap muka. Solusi yang diberikan pemerintah agar
pembelajaran dapat terus berlangsung adalah dengan belajar dari rumah. PJJ
diharapkan menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi setiap
peserta didik seperti tatap muka.

Modal dasar pengembangan PJJ adalah nilai – nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat diterapkan kepada peserta
didik dengan menanamkan sikap toleransi antar pemeluk agama, saling
menghormati dan menghargai ketika pemeluk agama lain sedang
menjalankan ibadah. Nilai – nilai dasar yang dapat dijadikan pedoman untuk
meningkatkan kualitas Pendidikan, semua tercantum dalam Pancasila.
Indonesia dikenal sebagai negara yang memegang teguh adat ketimuran
yaitu perilaku menghargai dan menghormati orang lain. Hal tersebut tidak
didapatkan secara langsung oleh semua orang. Akan tetapi, ada jasa seorang
guru dibalik bangsa yang beradab. Majunya sebuah negara dapat dilihat dari
pendidikannya. Hal tersebut tidak dapat terlepas dari peran seorang guru.
Guru merupakan akar dari sebuah sistem Pendidikan. Sebuah pohon dapat
tumbuh menjadi besar karena ada akar yang kuat. Guru adalah pahlawan
Pendidikan yang berperan penting dalam menghasilkan putra putri bangsa
yang berkarakter Pancasila.

Keluarga, sekolah dan masyarakat adalah tempat untuk menguatkan


Pendidikan karakter. Mengembangkan karakter yang baik memerlukan waktu
yang lama. Jadi, harus dilakukan sejak dini. Keluarga adalah Pendidikan
pertama seorang anak. Karakter seorang anak di lingkungan sosial sangat
berpengaruh pada lingkungan keluarganya. Maka, diperlukan perubahan pola
pikir dalam mengelola sekolah karena sebagai pusat pembudayaan berbagai
perilaku baik ada di sekolah.

Gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) dibentuk untuk menempatkan


Pendidikan karakter sebagai dasar menciptakan generasi Pancasila. Ada lima
nilai utama Pendidikan karakter yang saling berkaitan, diantaranya :
a. Religius
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar nilai religius yaitu perilaku
melaksanakan ajaran agama yang dianut, memiliki sikap toleransi
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun tanpa
memandang perbedaan agama. Dalam setiap muatan pelajaran, guru
menerapkan nilai-nilai utama PPK. Hal tersebut bertujuan untuk
menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan.
b. Nasionalis
Perilaku cinta tanah air, rela berkorban, disiplin dan mengutamakan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau golongan adalah
nilai karakter nasionalis. Hal ini sesuai dengan nilai yang terkandung
dalam sila Persatuan Indonesia.
c. Mandiri
Mempunyai keberanian, penuh kreativitas dan tidak bergantung pada
orang lain disebut mandiri. Perilaku mandiri menumbuhkan sikap suka
bekerja keras dan adil terhadap sesama seperti nilai yang terkandung
dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Gotong Royong
Karakteristik bangsa Indonesia adalah gotong royong, kerja sama dan
menolong orang yang membutuhkan. Sebagai negara demokrasi,
menyelesaiakan persoalan secara musyawarah dapat menumbuhkan
sikap berani mengemukakan pendapat dan menerima keputusan
musyawarah dengan lapang dada. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan menjadi dasar
untuk mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan demi
kepentingan bersama.
e. Integritas
Perilaku pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat
dipercaya dalam perkataan dan perbuatan adalah nilai karakter integritas.
Dapat menumbuhkan perilaku jujur sehingga tercipta tenggang rasa, tidak
semena-mena terhadap orang lain, gemar melakukan kegiataan
kemanusiaan adalah nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang
adil dan beradab.
Dalam pembelajaran tatap muka, penilaian karakter dapat diukur secara
langsung, antara lain:
a. Disiplin
Perbuatan yang menunjukkan sikap tertib, patuh pada peraturan
disebut disiplin. Misalnya : memakai seragam sekolah, datang dan
pulang tepat waktu serta berdoa sebelum memulai dan mengakhiri
pembelajaran.
b. Kepedulian
Sikap mengamati lingkungan sekitar sehingga menimbulkan rasa
empati pada sesama adalah kepedulian. Misalnya menolong teman
yang membutuhkan.
c. Kejujuran
Peserta didik menjadikan dirinya sebagai pribadi yang dapat
dipercaya dalam perkataan dan perbuatan seperti mengembalikan
barang temuan yang hilang dan tidak menyontek selama ulangan.
d. Penghargaan
Kemampuan untuk memberikan apresiasi kepada orang lain adalah
salah satu faktor dalam Pendidikan karakter. Misalnya guru
memberikan penghargaan melalui kegiatan kebersihan, kerapian,
dan ketekunan. Hal tersebut merupakan proses belajar bagi peserta
didik untuk menjadi beradab.
e. Tanggung jawab
Sikap untuk melaksanakan tugas dan kewajiban. Misalnya
tanggung jawab peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan.

Sedangkan, penilaian karakter dalam pembelajaran jarak jauh dapat dilihat


dari sikap peserta didik dalam beberapa hal, diantaranya :
a. Menumbuhkan kemandirian peserta didik dalam belajar
Belajar dari rumah mengharuskan peserta didik aktif mengikuti
materi / tugas yang diberikan secara online tanpa didampingi oleh
guru. Hal tersebut dapat menumbuhkan sikap mandiri dalam
menyelesaikan persoalan.
b. Menumbuhkan kedekatan secara psikologis dengan guru dan
teman sebaya.
Pembelajaran yang dilakukan secara online tanpa bertemu dengan
guru dan teman, interaksi yang dilakukan sangat terbatas. Secara
psikologis akan menumbuhkan kedekatan dan perasaan senasib
karena pembelajaran yang biasa dilakukan tatap muka harus
dilakukan lewat maya.
c. Meningkatkan kemampuan komunikasi
Peserta didik yang pasif dalam pembelajaran tatap muka, mau tidak
mau dituntut untuk aktif dalam pembelajaran jarak jauh. Hal
tersebut bertujuan untuk memahami tugas dan materi yang
diberikan guru. Kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi
akan meningkat karena terbiasa aktif dalam pembelajaran.
d. Memungkinkan tumbuhnya keterbukaan terhadap konten pada HP.
Di era 4.0, HP bukan lagi barang tersier yang hanya dapat
digunakan oleh kaum tertentu. Saat ini, anak-anak sudah terbiasa
dengan benda pipih tersebut. Hal ini tentu saja menguntungkan
pembelajaran jarak jauh, karena peserta didik sudah dapat
menggunakan HP dengan baik.

Kelima nilai utama karakter saling berhubungan satu dengan yang lain, dan
berkembang secara dinamis menciptakan keutuhan secara personal. Nilai-
nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal perlu
dikembangkan dimanapun Pendidikan karakter dimulai. Sebagai titik awal
menciptakan generasi Pancasila adalah menumbuhkan karakter sila
Ketuhanan Yang Maha Esa di hati peserta didik.

2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Sudah saatnya kita menyadari bahaya covid 19 dengan saling menjaga,
meningkatkan rasa kemanusiaan yang menjadi dasar untuk bertindak di
lingkungan masyarakat. Di era pandemi seperti saat ini, semua pelaksana
Pendidikan dituntut untuk dapat beradaptasi dengan keadaan yang baru.
Sebagai guru, kita mempunyai kewajiban yang sama dalam mencegah
penularan covid 19 dengan melakukan kegiatan belajar dari rumah. Anak
adalah asset terbesar milik bangsa yang harus dijaga kesehatan dan
keselamatannya. Solusi supaya Pendidikan tetap berjalan adalah
pembelajaran menggunakan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK).

Guru melakukan inovasi dengan menciptakan lingkungan belajar yang inovatif


dan kreatif yaitu meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik. Misalnya
memberikan tugas yang dapat membuat berpikir kreatif dan menghasilkan
sesuatu yang baru. Selain sebagai informator, guru menjadi motivator untuk
membuat pembelajaran jarak jauh menjadi semangat dan menyenangkan.
Dengan membudayakan literasi, peserta didik dapat melihat, memperhatikan
dan menyimak video pembelajaran yang dibuat oleh guru. Hal tersebut dapat
mengembangkan sikap menghormati, saling bekerja sama serta
mengembangkan kreativitas peserta didik.
Hal – hal yang dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik, antara lain:
a. Memberikan kesempatan berimajinasi
Nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
adalah mengembangkan perilaku tidak semena-mena terhadap orang
lain. Misalnya dengan membiarkan peserta didik berimajinasi. Salah
satu hal yang dapat menumbuhkan imajinasi adalah membaca buku
setiap hari. Semakin banyak membaca, wawasan peserta didik akan
bertambah.
b. Memberikan pertanyaan HOTS (Higher Order Thingking Skills)
Guru menciptakan situasi belajar yang dapat menumbuhkan daya pikir
dan bertindak kreatif. Pertanyaan yang kreatif akan membuat peserta
didik berekspresi dan menstimulus rasa ingin tahu.
c. Memberikan pengalaman belajar yang baru
Dalam pembelajaran daring, peserta didik akan melihat, mendengar
dan merasakan sesuatu hal baru yang akan memperkaya
pengalamannya. Mereka akan terbiasa dengan teknologi, dan konten
yang terdapat pada HP. Berdasar pengalaman tersebut, akan menjadi
modal untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif.
Keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI adalah berpikir kritis
(critical thinking), berpikir kreatif (creative thingking), kecakapan
komunikasi ( communication skill ) dan kerjasama dalam pembelajaran
(collaborative learning) sehingga guru harus dapat memilih metode
pembelajaran yang secara tidak langsung menanamkan pembentukan
karakter peserta didik.

3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia


Sesuai dengan peribahasa “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Sebuah
lidi apabila digunakan untuk menyapu, maka hasilnya tidak akan maksimal,
namun jika menggunakan seratus buah lidi, akan memberikan hasil yang
memuaskan. Bangsa Indonesia menjunjung tinggi semangat gotong royong,
kekeluargaan dan kebersamaan. Seperti para pahlawan merebut
kemerdekaan dengan semangat rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negara. Di era pendemi, kita menghadapi musuh yang kasat mata
sehingga membutuhkan semangat persatuan dan kesatuan agar pandemi
segera berakhir.

Alat pemersatu bangsa yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara


diatas kepentingan pribadi dan golongan adalah Pancasila. Semua warga
negara mempunyai kewajiban yang sama untuk memelihara perdamaian. Hal
tersebut dapat dimulai dari mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan di
lingkungan masing-masing. Misalnya di bidang Pendidikan, pemerintah
memberikan kebijakan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Melakukan
suatu hal yang baru tentu mempunyai banyak tantangan, diantaranya :
a. Ketergantungan peserta didik pada HP
b. Pembelajaran yang membosankan
c. Tugas yang menumpuk
d. Guru sulit untuk mengukur ketercapaian materi
e. Dalam keterbatasan waktu, guru harus dapat membuat
pembelajaran yang terencana, efektif, tepat dan akurat.

Bagaimanakah mengatasi tantangan tersebut ?


PJJ dapat berjalan dengan lancer jika seluruh pelaksana Pendidikan
bekerjasama. Selama PJJ peserta didik melakukan pembelajaran dari rumah
melalui HP sebagai fasilitas belajar. Peran orang tua sangat diperlukan
supaya ada batas waktu dalam penggunaan HP. Yang banyak terjadi adalah
guru memberikan pembelajaran satu jam, sedangkan peserta didik
menggunakan HP lebih dari satu jam. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan
menimbulkan pengaruh negative pada peserta didik. Dari segi kesehatan,
menggunakan HP terlalu lama dapat menimbulkan iritasi, rasa perih dan gatal
pada mata. Anak yang mengalamai ketergantungan akan mengurangi
kedekatan emosional dengan lingkungan sekitar terutama keluarga. Hal
tersebut membutuhkan pengawasan dari orang tua. Penggunaan HP hanya
pada jam belajar dari rumah. Apabila ingin menggunakan HP diluar jam
tersebut, orang tua dapat menerapkan disiplin. Misalnya menukar kupon
membantu orang tua dengan lima belas menit bermain HP dengan tetap
melakukan pengawasan.

Peran guru menjadikan PJJ yang menyenangkan adalah dengan memberikan


ice breaking atau penyegaran. Misalnya memutar video-video edukatif yang
menghibur.
Pemberian tugas yang menumpuk dapat menyebabkan kebosanan. Tidak
semua peserta didik mempunyai sarana PJJ yang sama dirumah. Sudah
saatnya memberikan tugas tidak hanya bersifat akademik untuk mencetak
prestasi berupa angka, peserta didik akan lebih bersemangat dengan tugas
yang bersifat penemuan atau membuat produk.

Dalam mengukur ketercapaian materi, PJJ memanfaatkan teknologi dengan


menggunakan berbagai konten yang terdapat pada HP. Peserta didik dapat
diberi kuis yang dapat dikerjakan dengan batas waktu yang ditentukan tanpa
membuka buku. Guru lebih memahami kemampuan setiap peserta didik.
Apabila dalam pelaksanaanya terdapat peserta didik yang curang, guru dapat
memberikan bimbingan dengan pendekatan melalui sosial media.

Supaya pembelajaran dapat efektif dan terencana, guru harus membuat


skenario pembelajaran yang tepat. Memilih instrument penilaian yang sesuai
dengan karakter peserta didik. Sekarang banyak terdapat aplikasi yang
menawarkan metode BDR. Pilihlah yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Pemerintah telah banyak memfasilitasi untuk meningkatkan
profesionalisme guru diantaranya pelatihan mengelola pembelajaran jarak
jauh

Keuntungan PJJ adalah guru dapat memberikan perhatian khusus pada


peserta didik yang tertinggal dalam pembelajaran tatap muka, sehingga
dalam PJJ, peserta didik akan mempunyai banyak kesempatan untuk menjadi
lebih baik. Belajar dari rumah juga dapat menumbuhkan sikap kerjasama dan
gotong royong antar peserta didik.

Mengatasi pandemi tidak dapat dilakukan tanpa rasa gotong royong dan
kerjasama setiap warga negara. Mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap
dirumah, menggunakan masker dan menjaga jarak aman adalah hal yang
dapat kita lakukan. Tetap menjaga persatuan dan kesatuan adalah kunci
utama keluar dari pandemi.

4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.
Sebagai negara demokrasi, menyelesaikan persoalan dengan musyawarah
adalah solusi terbaik. Tidak hanya pemerintah yang berkewajiban menangani
covid 19, namun masyarakat juga mempunyai kewajiban yang sama. Setiap
kebijakan pemerintah dilakukan atas dasar musyawarah demi kebaikan
bersama.

Di bidang Pendidikan, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, orang tua,


komite sekolah dan peserta didik mempunyai tanggung jawab yang sama
dalam mengatasi krisis Pendidikan saat ini. Menghargai pendapat orang lain
adalah nilai demokrasi yang mendasar. Dengan melakukan komunikasi pra
daring bersama seluruh komponen Pendidikan sebelum PJJ dilakukan. Hal ini
bertujuan untuk memilih metode belajar yang akan digunakan. Dengan
demikian peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna
sesuai dengan kemampuan. Selain itu dapat juga meningkatkan kerjasama
orang tua, guru dan peserta didik belajar menyesuaikan diri menghadapi
situasi darurat.

Tujuan Pendidikan nasional adalah pemerataan Pendidikan bagi semua


peserta didik dalam mengembangkan bakat agar menjadi manusia yang
beradab dan berkarakter Pancasila. Seperti pembelajaran tatap muka, PJJ
memberi kesempatan peserta didik menyampaikan pendapat dengan cara
yang tepat. Hal ini dapat melatih kemampuan peserta didik berkomunikasi di
depan orang banyak. Dalam menghadapi pertanyaan peserta didik, sangat
diperlukan keluwesan seorang guru agar tercipta Pendidikan yang
demokratis. Selain itu, guru menciptakan pembelajaran yang ramah.
Pemberian materi dan tugas secara online yang memungkinkan terjadinya
kesalahpahaman. Tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan yang
sama. Guru menyatukan konsentrasi peserta didik yang berjauhan tanpa
membedakan kemampuan.

Memberikan umpan balik dapat menciptakan pembelajaran yang


menyenangkan. Misalnya memperikan pujian atas hasil belajar walaupun
hanya dengan acungan jempol. Hal tersebut akan meningkatkan semangat
belajar peserta didik dan menciptakan suasana pembelajaran yang
demokratis.

Sudah saatnya memberlakukan Pendidikan yang demokratis bagi semua.


Pemberian tugas tidak hanya untuk berkompetisi mendapatkan nilai terbaik.
Tugas yang menumbuhkan kreativitas peserta didik dan sesuai dengan
kenyataan sehari – hari, dapat menciptakan generasi- generasi yang
Tangguh. Bukan hanya mampu dalam akademik, namun dapat beradaptasi
dengan keadaan sekitar.

5. Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, sila
kelima Pancasila berbunyi : “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Sila tersebut mengandung arti keadilan yang menjadi hak setiap warga
negara. Keadilan untuk semua bidang kehidupan, termasuk Pendidikan.
Pendidikan yang adil adalah mengutamakan persamaan hak dan kewajiban
serta perlakuan yang sama tanpa memandang perbedaan setiap individu.
Dalam pembelajaran tatap muka, guru dan peserta didik berinteraksi secara
langsung di sebuah ruangan sehingga proses belajar dapat terpantau.
Apabila peserta didik mengalami kesulitan, guru dapat memberikan
penjelasan secara langsung.

Guru ingin memberikan yang terbaik untuk peserta didik dalam menjadikan
PJJ lebih bermakna. Setelah proses pembelajaran selesai, guru
menggunakan metode yang tepat dalam melakukan evaluasi. PJJ sangat
terbantu oleh kemajuan teknologi. Dalam melakukan evaluasi pembelajaran,
guru dapat menggunakan instrumen-instrumen berikut, diantaranya:
a. Tugas
Pada pelaksanaan PJJ, jumlah jam setiap muatan pelajaran
dilaksanakan sesuai kondisi satuan Pendidikan masing-masing
dengan memetakan setiap kompetensi dasar. Tugas atau evaluasi
adalah instrument penilaian yang digunakan untuk mengukur
ketercapaian materi yang telah dipelajari. Namun dalam PJJ
dilakukan beberapa penyesuaian yaitu menghindari memberikan
tugas tanpa menyampaikan materi terlebih dahulu. Kreativitas guru
dalam memanfaatkan teknologi seperti presentasi Zoom, membuat
power point, video pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan
minat peserta didik pada materi yang disampaikan. Sehingga pada
saat perserta didik mengerjakan tugas, tidak menemukan kesulitan
yang berarti.
b. Ulangan
Untuk mengetahui ketercapaian materi pada peserta didik, dapat
melalui ulangan. Pada PJJ, guru tidak dapat mengawasi peserta
didik mengerjakan ulangan, sehingga diperlukan penyesuaian
peraturan ulangan. Misalnya ulangan dapat dikerjakan dengan
berbagai aplikasi yang dapat mengukur kemampuan peserta didik
menjawab soal dengan cepat dan tepat tanpa membuka buku.
Guru juga dapat memberikan ulangan dengan batas waktu yang
tepat sehingga tidak memungkinkan peserta didik untuk melihat
materi selama ulangan berlangsung.
c. Diskusi
Mampu bekerjasama, berjuang bersama bukan hanya untuk dirinya
sendiri adalah salah satu indikasi peserta didik yang berkarakter
Pancasila. Pada pembelajaran tatap muka, kita mengenal tutor
sebaya, maka pada PJJ ada tuton (tutor online) yang sebelumnya
ditunjuk oleh guru. Dalam proses diskusi diperlukan suasana yang
komunikatif dan luwes supaa peserta didik dapat terlibat aktif.
d. Produk
PJJ yang berlangsung lama, akan menimbulkan kejenuhan pada
peserta didik. Jika tidak segera diatasi, maka akan menghasilkan
pembelajaran yang tidak optimal. Oleh karena itu, diperlukan
langkah-langkah untuk mengatasi kejenuhan tersebut. Guru dapat
memberikan tugas yang dapat melatih kreativitas peserta didik,
misalnya memanfaatkan limbah organik untuk membuat kerajinan
sehingga dapat menghasilkan sebuah produk.

Kemampuan peserta didik tidak hanya diukur dari seberapa bagus mencetak
nilai, namun proses dalam menyelesaikan persoalan menjadi hal penting
yang harus mendapat perhatian. Sejatinya, tujuan Pendidikan adalah
mendidik menjadi manusia yang lebih baik.

Apabila pembelajaran telah selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan


refleksi. Hal ini bertujuan untuk menilai kelemahan dan kekurangan diri
sehingga menjadi lebih baik pada pembelajaran selanjutnya. Pada PJJ,
refleksi dapat dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Misalnya
membagikan media seperti google form. Peserta didik mengungkapkan kesan
selama pembelajaran. Apabila dalam pelaksanaan terdapat persamaan
pendapat setiap peserta didik maka refleksi dinyatakan berhasil.

Perubahan metode pembelajaran dari tatap muka menjadi pembelajaran jarak


jauh merupakan tantangan bagi setiap pelaksana Pendidikan. Supaya PJJ
menjadi bermakna, sudah waktunya satuan Pendidikan menjadikan kembali
Pancasila sebagai landasan dalam membentuk karakter peserta didik. Hal ini
dibuktikan Pancasila kaya akan nilai-nilai keutamaan hidup yang dapat
mewujudkan tujuan Pendidikan. Setiap peserta didik mempunyai hak yang
sama untuk mendapatkan Pendidikan yang bermakna dan menyenangkan
tanpa membedakan karakteristik dan keunikan masing-masing individu.
Tumbuhnya generasi berkarakter Pancasila tidak terlepas dari peran guru
dalam mendidik. Sudah waktunya kecakapan mencetak nilai yang bagus
bukan menjadi satu-satunya tolak ukur kecakapan peserta didik. Penanaman
karakter Pancasila menjadi hal paling mendasar supaya peserta didik dapat
menyesuaikan diri di lingkungan sosial yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai