1 2021
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kegiatan kepramukaan dalam pembentukan
karakter Siswa/i SMPN 14 dan SMPN 22 Kota Bandung. Hal itu karena sejumlah kegiatan kepramukaan
memiliki manfaat yang dapat membangun karakter anggota pramuka. Adapun teori yang digunakan
dalam tulisan ini adalah teori pengamalan kode kehormatan gerakan pramuka dan kurikulum pramuka,
yaitu Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK). Sementara itu, dalam
pembentukan karakter, teori yang digunakan adalah teori kognitif sosial Albert Bandura dan teori
motivasi/hirarki kebutuhan Abraham Maslow. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif (kualitatif research), dengan teknik wawancara, studi dokumentasi, observasi, dan
triangulasi. Dari hasil penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan bahwa implementasi pelaksanaan
kegiatan kepramukaan dalam pembentukan karakter siswa yaitu dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai
karakter kedalam materi latihan dan kegiatan kepramukaan diantaranya yang paling dominan adalah
melalui latihan baris berbaris (PBB) dan kegiatan perkemahan, selain melalui kegiatan kepramukaan dan
materi latihan mingguan yaitu dengan cara pemberian contoh cara berpakaian, pemberian wewenang,
metode lomba, dan implementasi dasa darma secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
ABSTRACT
This research intends to analyze the implementation of scout activities in building character of the
students of Junior High School 14 and 22 in Bandung City. This research was conducted since a number
of scout activities are of significant benefit to build character of members of scout. The theory used in this
research is theory of implementation of ethical codes of scout movement and its curriculum, including
General Required Skills (Syarat Kecakapan Khusus, SKU) and Specific Required Skills (Syarat
Kecakapan Khusus, SKU). On the other hand, in chacter building, theory used is social cognitive of
Albert Bandura and hierarchical needs/motivation of Abraham Maslow. This research is qualitative in
nature using interview, documentary study, observation and triangulation as method of collecting data.
This research comes to conclusion stating that implementation of scout activities in building character of
students has been conducted through integration of character values in the materials of training, including
line in match, camping, example in dressing, competition as well as implementation of ethical codes in
daily life.
3 5
Badrudin, Manajemen Peserta Didik Wawancara dengan Rita, Pembina
(Jakarta: PT. Indeks, 2014), 143. Pramuka Putri SMPN 22 Kota Bandung pada
4
Wawancara dengan Budi Hartono, tanggal 17 Januari 2015
Pembina Pramuka Putra SMPN 14 Kota 6
Wawancara dengan Rita, pada tanggal
Bandung pada tanggal 19 Januari 2015 17 Januari 2015. Begitu juga menurut Budi
Hartono, pada tanggal 19 Januari 2015
7 9
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen George R. Terry dan Leslie W. Rue,
Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi
Bumi Aksara, 2007), 1. Aksara, 2005), 1.
8 10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Hasibuan, Manajemen Dasar,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 259. Pengertian, dan Masalah, 2-3.
dalam lingkungan alam mereka sendiri, masing gugusdepan. Jika peserta didik
dipimpin oleh mereka sendiri tetapi di dianggap telah memenuhi syarat yang
bawah bimbingan dan tanggung jawab telah ditentukan, maka peserta didik
orang dewasa sebagai pembinanya. berhak menyandang status
Dengan berpedoman pada pola keanggotaannya pada tingkat yang
dasar pendidikan kepramukaan yang ditentukan dan dituangkan dalam
bersistem pendidikan menyeluruh dan tanda-tanda kecakapan umum (TKU)
terpadu, serta melalui proses serta tanda kecakapan khusus (TKK).
penyampaian materi bagi peserta didik Proses pendidikan untuk peserta
dengan menggunakan prinsip dasar didik ini diatur melalui syarat kecakpan
metodik pendidikan kepramukaan, umum (SKU) dan syarat-syarat
sistem among, dan saling asah dan kecakapan khusus (SKK) serta
asuh, maka materi pendidikan yang pramuka garuda. Dengan SKU dan
disampaikan disesuaikan dengan SKK peserta didik secara tidak
tingkat serta jenjang berdasarkan usia langsung dibawa bergerak, setingkat
peserta didik yang terbagi antara siaga, demi setingkat menuju tujuan Gerakan
penggalang, penegak dan pandega.18 Pramuka.
Adapun penyampaian materi Dalam proses pendidikan
kegiatan kepramukaan menggunakan kepramukaan terdapat jenjang
kurikulum pramuka, Kurikulum tingkatan sesuai dengan golongan/usia
pendidikan kepramukaan untuk peserta peserta didik (Gerakan Pramuka, 2014
didik disusun sesuai jenjang yang ada BAB IV Pasal 24 dan 25), yakni :
dalam pendidikan kepramukaan. 1) Pramuka Siaga (uisa 7-10 tahun) ada
Kurikulum pendidikan tiga tingkatan tingkat syarat
kepramukaan peserta didik terdiri atas: kecakapan umum yaitu: a) Siaga
1) Kurikulum umum yang disebut mula; b) Siaga bantu; c) Siaga tata.
sebagai syarat kecakapan umum Jenjang pendidikan siaga
(SKU); dan menekankan pada terbentuknya
2) Kurikulum khusus yang disebut kepribadian dan keterampilan di
sebagai syarat kecakapan khusus lingkungan keluarga melalui
(SKK). kegiatan bermain sambil belajar.
SKU merupakan kurikulum Apabila sudah dilantik menjadi
pendidikan untuk mencapai tingkat siaga mula, seorang pramuka siaga
tertentu dalam setiap jenjang. dapat mencapai syarat kecakapan
SKK merupakan kurikulum khusus sebanyak-banyaknya, sesuai
pendidikan untuk memperoleh dengan minat bobot dan pilihannya.
keterampilan tertentu yang berguna SKK siaga hanya ada satu tingkat,
bagi pribadi maupun dalam pengabdian terdiri atas bermacam-macam
masyarakat (Gerakan Pramuka, 2014 kecakapan. Seorang siaga tata yang
BAB IV Pasal 27). memenuhi kecakapan dan
SKU dan SKK yang menjadi persyaratan tertentu dapat mencapai
syarat untuk kenaikan tingkat dalam pramuka siaga garuda.
pendidikan kepramukaan dapat 2) Pramuka Penggalang (usia 11-15
dilaksanakan atas dasar kesepakatan tahun) ada tiga tingkatan syarat
dengan para pembina pada masing- kecakapan umum yaitu: a)
Penggalang ramu; b) Penggalang
18
Pramudito Hutomo, Kepramukaan rakit; c) Penggalang terap.
(Online), diakses tanggal 23 April 2015.
21
Samani dan Hariyanto, Konsep dan
Model Pendidikan Karakter, 42.
20 22
Muchlas Samani dan Hariyanto, Samani dan Hariyanto, Konsep dan
Konsep dan Model Pendidikan Karakter Model Pendidikan Karakter, 42.
23
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 41- Samani dan Hariyanto, Konsep dan
42. Model Pendidikan Karakter,43.
penanaman pendidikan karakter tidak didik, terutama oleh pratama dan para
hanya sekedar mentransfer ilmu ketua/pemimpin regu serta dewan
pengetahuan atau melatih ilmu penggalang. Kewenangan itu antara
pengetahuan atau melatih suatu lain: mengelola sanggar, menyusun
ketrampilan tertentu. Penanaman jadwal latihan, mengatur pelantikan
pendidikan karakter perlu proses, dan lain-lain. Melalui kegiatan ini
contoh teladan, dan pembiasaan atau Pembina ingin menanamkan karakter
pembudayaan dalam lingkungan berupa tanggungjawab, kepercayaan
sekolah, keluarga, lingkungan dan kerjasama dengan sesama terhadap
masyarakat, maupun lingkungan anak didiknya.
(exposure) media massa. 3. Metode lomba
Lomba merupakan kesukaan
G. Pelaksanaan Kegiatan anak penggalang /anak seusia SMP.
Kepramukaan dalam Ketika latihan rutin, Pembina
Pembentukan Karakter Siswa mengupayakan ada unsur perlombaan
Pendidikan kepramukaan untuk memperdalam materi, dengan
merupakan salahsatu pilihan sekolah tujuan untuk memacu semangat dan
dalam penerapan program memberikan motivasi. Perlombaan
pembentukan karakter siswa. diartikan sebagai metode penyajian
Pendidikan kepramukaan yang secara materi dengan menumbuhkan motivasi
operasional dilakukan oleh pembina bersaing. Karakter yang ingin
pramuka, dilakukan melalui berbagai ditanamkan dan dibangun melalui cara
cara/pendekatan, sebagai berikut: ini adalah jiwa berjuang, kerjasama,
1. Pemberian contoh cara berpakaian kompetitif dan kejujuran.
Adalah sebuah pendekatan yang 4. Kegiatan Pelatihan Baris Berbaris
dilakukan Pembina dengan cara Kegiatan baris berbaris diikuti
menunjukkan setiap saat bagaimana oleh seluruh siswa karena bertujuan
seharusnya berseragam yang baik dan dalam membina karakter siswa untuk
benar, baik dilihat dari aspek menanamkan dalam tata cara
kerapihan, kebersihan, dan kehidupan yang diarahkan pada
keteraturannya sesuai peruntukannya, terbentuknya perwatakan. Dengan
karena menurut pembina pramuka, demikian baris-berbaris bukan sekedar
pakaian adalah alat pendidikan tahu tata cara tetapi memiliki makna
(pendidikan karakter). Kerapihan dan dalam pembentukan karakter anggota
keteraturan cara berpakaian adalah Pramuka dan membentuk karakter
lambang kepribadian seseorang. Aturan konsekuensi, ketegasan dan berperilaku
menganai pakaian terdapat pada disiplin.
keputusan Kwartir Nasional Gerakan Dalam latihan baris berbaris
Pramuka. Dengan demikian tidak boleh siswa dapat menerima matari berupa
sembarangan dalam menggunakan latihan baris berbaris dan aba-aba.
pakaian di dalam gerakan pramuka. Hal Dalam latihan tersebut karakter yang
ini sebagai upaya pembentukan disiplin dikembangkan adalah disiplin, siap
diri (self diciplin). dipimpin dan memimpin, kerapihan
2. Pemberian wewenang dan konsekuensi diri. Oleh karena itu
Yang dimaksud dengan dalam kegiatan ini siswa akan dapat
pemberian wewenang adalah membenahi diri dan mebentuk karakter
melimpahkan sejumlah kewenangan serta keperibadian yang baik dalam
Pembina untuk dikerjakan oleh peserta meningkatkan dispilin sekolah.
(5) Usaha agar anggota pramuka itu dipimpin dan memimpin), dan lain-
satu dalam kata dan perbuatannya, lain.
(6) Berusaha tidak pernah
menyusahkan atau mengganggu DAFTAR PUSTAKA
orang lain, (6) Berbuat baik kepada Sunardi, Andri Bob. Boyman Ragam Latih
orang tua, dsb. Pramuka. Bandung: Nuansa Muda,
2011.
SIMPULAN Hidayat, Ara dan Imam Machali.
Dengan dipilihnya kegiatan Pengelolaan Pendidikan Konsep,
Prinsip dan Aplikasi dalam
pendidikan kepramukaan sebagai salah
Mengelola Sekolah dan Madrasah.
satu wadah pembentukan karakter pada Bandung: Pustaka Educa, 2010.
siswa Sekolah Menengah Pertama Badrudin. Manajemen Peserta Didik.
menunjukkan bahwa gerakan pramuka Jakarta: PT. Indeks, 2014.
tidak hanya fokus pada penguasaan Baden Powell of Gilwell, Lord. Scouting
teknik kepramukaan semata dari out for Boys: Memandu untuk
putnya, melainkan sangat intens pula Pramuka. Jakarta: Pustaka
terhadap pembentukan karakter Tunasmedia Balai Penerbit
siswa/anggota pramuka melalui Gerakan Pramuka, 2008.
kegiatan pendidikan kepramukaan yang Departemen Agama RI, Alquran dan
pelaksanaannya diintegrasikan ke Terjemahannya. Bandung: PT
Madina Raihan Makmur, 2009.
dalam seluruh aktivitas kegiatan Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa
kepramukaan baik itu pada saat Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
pemberian materi pada latihan rutin Pustaka Utama, 2006.
maupun pada kegiatan-kegiatan Gerakan Pramuka. Anggaran Dasar dan
partisipan yang diadakan oleh kwartir Anggaran Rumah Tangga. Jakarta:
ranting, kwartir cabang, kwartir daerah, Kwartir Nasional Gerakan
dan kwartir nasional. Pramuka, 2014.
Pelaksanaan kegiatan Terry, George R. dan Leslie W. Rue.
kepramukaan dalam pembentukan Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta:
karakter siswa SMP Negeri 14 dan Bumi Aksara, 2005.
SMP Negeri 22 Kota Bandung yaitu Yusup, Jaenudin dkk. Panduan Wajib
Pramuka Super Lengkap. Jakarta:
dengan cara mengintegrasikan nilai- Cmedia, 2014.
nilai karakter kedalam materi latihan Santoso Az, Lukman. Panduan Terlengkap
dan kegiatan kepramukaan diantaranya Pramuka. Jogjakarta: Buku Biru,
yang paling dominan adalah melalui 2014.
latihan baris berbaris (PBB) dan Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan
kegiatan perkemahan, selain melalui Indonesia. Jakarta: PT Rineka
kegiatan kepramukaan dan materi Cipta, 2004.
latihan mingguan yaitu dengan cara Hasibuan, MalayuS.P. Manajemen Dasar,
pemberian contoh cara berpakaian, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
pemberian wewenang, metode lomba, Bumi Aksara, 2007.
dan implementasi dasa darma secara Fattah, Nanang. Landasan Manajemen
Pendidikan. Bandung: Remaja
langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Rosdakarya, 2004.
Karakter paling dominan yang dibentuk Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam.
melalui kegiatan kepramukaan adalah Jakarta: Kalam Mulia, 2008.
karakter Kedisiplinan, Kejujuran, Muchlas, Samani dan Hariyanto. Konsep
Kerapihan, Bertanggungjawab, dapat dan Model Pendidikan Karakter.
dipercaya, Kepemimpinan (siap