www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai keakalan remaja yang terjadi pada
siswa SMP se-Kecamatan Sukoharjo. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan fenomena kenakalan remaja di SMP. Metode penelitian studi kasus, yang
mmengangkat sebuah kasus yang mendalam tentang individu dalam jangka waktu yang relatif lama dan
terus menerus untuk mendapatkan perkembangan subjek dari waktu ke waktu. Subjek penelitian adalah
siswa SMP se-kecamatan Sukoharjo yang terindikasi pernah melakukan aksi kenakalan remaja. Objek
penelitian di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukoharjo sejumlah 7 sekolah. Instrument yang digunakan
adalah wawancara terstruktur kepada guru BK dan siswa, dan dokumentasi. Uji kebasahan data melalui
teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kenakalan remaja di wilayah Kabupaten
Sukoharjo beresiko mengarah kepada tindak kriminal, hal ini ditandai dengan beberapa pelanggaran
hukum yang dijumpai di sekolah, misalkan pencurian, mengendarai kendaraan bermotor tanpa surat dan
dengan membahayakan pengendara lain, perkelahian antar siswa, ikut “geng” motor. Faktor yang
menyebabkan tindak kenakalan remaja banyak dilatar belakangi oleh keluarga yang kurang perhatian
terhadap anaknya dan lingkungan masyarakat yang cenderung acuh terhadap sikap dan aksi kenakalan
remaja. Maka hal yang perlu diperhatikan dalam mensikapi aksi kenakalan remaja adalah peran serta
keluarga dan masyarakat dalam memberikan kontrol bagi perkembangan perilaku remaja.
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan nasional yaitu wajib belajar 12 tahun. Wajib Belajar
menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 12 tahun berarti pemerintah
menyatakan bahwa, “Pendidikan Nasional memprogramkan pendidikan bagi anak
berfungsi mengembangkan kemampuan dan untuk bersekolah minimal hingga tingkat
membentuk watak serta peradaban bangsa SMA/SMK/MA. Hal ini menandakan
yang bermartabat dalam rangka bahwa pemerintah berupaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan memberikan kesempatan bagi anak untuk
untuk berkembangnya potensi peserta didik mengembangkan kompetensinya minimal
agar menjadi manusia yang beriman dan hingga tingkat sekolah menengah atas.
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Selain memiliki potensi
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, akademik, siswa juga diharapkan mampu
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara memiliki kepribadian dan sikap yang baik
yang demokratis serta bertanggung jawab.” pula. Peran pendidikan juga mampu
Tujuan pendidikan nasional tidak membentuk kepribadian dan menanamkan
akan terwujud bila anak-anak dan remaja sikap positif terhadap diri siswa.
tidak mendapatkan pendidikan formal Pendidikan dalam arti luas melibatkan
sesuai dengan rencana program pemerintah lembaga pendidikan formal dan pihak
91
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara
92
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara
siswa maupun juga orang lain. Oleh karena gambaran atau deskripsi terkait dengan
itu, perlu kita melihat dan mencari faktor faktor penyebab kenakalan remaja siswa
dominan yang menyebabkan anak SMP Se-Kecamatan Sukoharjo.
melakukan tindak kenakalan remaja agar Subyek penelitian ini adalah
mampu memberikan solusi untuk Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan
memecahkannya. Sukoharjo yang berstatus sekolah negeri
Kartono (2003) menyatakan sejumlah 7 sekolah. Sehingga guru
bahwa kenakalan remaja sebagai gejala bimbingan konseling dan siswa di sekolah
sakit (patologis) secara sosial pada anak akan dijadikan sebagai informan dalam
dan remaja yang disebabkan oleh satu penelitian ini. Teknik yang akan digunakan
bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka dalam penelitian ini yaitu dengan
mengembangkan bentuk perilaku yang melakukan wawancara terstruktur terhadap
menyimpang. Gunarsa (2004) kenakalan guru BK dan siswa, pengamatan (observasi)
remaja terjadi pada remaja yang dan dokumentasi.
mempunyai konsep diri lebih negatif Analisis data penelitian kualitatif
dibandingkan dengan remaja yang tidak pada penelitian ini mengunakan konsep
bermasalah, contoh remaja yang dibesarkan teori Miles dan Huberman dalam Moleong
di keluarga yang kurang harmonis memiliki (2007: 307) yaitu dengan menggunakan
keecenderungan menjadi remaja yang pengumpulan data, reduksi data, penyajian
bermasalah dalam perilaku dibandingkan data, dan pengambilan keputusan. Kegiatan
dengan remaja yang dibesarkan di keluarga diawali dengan pengumpulan data dari
yang harmonis. beberapa SMP Se-Kecamatan Sukoharjo.
Kemudian dilanjutkan mereduksi data
METODE dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis
Dalam penelitian ini menggunakan dan penyebab kenakalan remaja di Sekolah
metode kualitatif deskriptif. Peneliti Menengah Pertama Se-Kecamatan
menggunakan jenis penelitian ini Sukoharjo kemudian dikoding atau
dikarenakan data yang dikumpulkan berupa kategorisasi data yang telah didapatkan.
kata dan gambar bukan berupa angka.
Penelitian kualitatif fenomenologis PEMBAHASAN
mengedepankan untuk memahami peristiwa Fenomena kenakalan remaja di
yang terjadi dan kaitannya terhadap orang wilayah Kecamatan Sukoharjo beragam
yang berada dalam situasi tertentu bentuk misalnya terlambat masuk sekolah,
(Moleong, 2007: 17). Sehingga penelitian membolos, merokok, perkelahian antar
ini dimaksudkan untuk mengetahui siswa, mengendarai kendaraan bermotor ke
93
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara
94
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara
diri dengan mencoba-coba sesuatu hal yang masa kanak-kanak. Peran orang tua dalam
baru yang terkadang menjadi penyebab mengontrol perilaku anak remaja belum
munculnya masalah. Rasa ingin tahu yang nampak jelas. Hal ini dibuktikan bahwa
tinggi dan mencoba untuk mempraktekkan orang tua justru memberikan kebebasan
peran dari orang dewasa menjadi ciri khas kepada anak untuk melakukan apa yang
masa remaja. Hal ini apabila tidak disertai diinginkan anaknya tanpa melihat dampak
dengan kontrol dari lingkungan sekitar yang ditimbulkan. Misal anak diberikan
maka akan mengakibatkan remaja yang fasilitas kendaraan bermotor oleh orang tua,
berperilaku menyimpang. Satu sisi siswa tanpa disertai dengan kontrol terhadap
ingin menunjukkan kemandirian dan pergaulan, sikap dan peningkatan prestasi
eksistensinya sebagai individu, namun akademiknya. Hal ini memicu terjadinya
terkadang siswa belum sepenuhnya mampu penyalahgunaan fasilitas yang dilakukan
mengarahkan diri sesuai dengan oleh remaja untuk kegiatan yang kurang
kepribadiannya serta berperilaku sesuai adaptif misal, geng motor, berkendara
nilai dan norma di masyarakat. secara ugal-ugalan, balap liar, dan lain
Faktor eksternal, faktor yang sebagainya.
mempengaruhi kenakalan remaja di Orang tua menjadi model anak
lingkungan di luar diri remaja, misalnya dalam berperilaku keseharian, dalam kasus
teman sebaya, orang tua, keluarga dan kenakalan remaja orang tua secara tidak
masyarakat secara luas. Menurut Siege dan langsung memberikan kesempatan bagi
Welsh (2011), keluarga yang bermasalah anak untuk melakukan salah satu bentuk
merupakan penyebab utama dalam kenakalan remaja. Misalnya, orang tua
pembentukan masalah emosional pada anak terlalu menuntut anaknya untuk berprestasi
dan dapat mengarah pada masalah sosial tinggi sedangkan kemampuan intelektual
jangka panjang. Sedangkan menurut anaknya terbatas. Maka anak mencoba
Suyanto dan Hariadi (2002) orang tua yang untuk meraih nilai tertinggi dengan
mengacuhkan atau tidak memenuhi berbagai cara ditempuh meskipun
kebutuhananak dengan baik akan melakukan kecurangan. Hal ini
meningkatkan resiko keterlibatan anak menandakan bahwa secara tidak langsung
dalam perilaku sosial yang tidak adaptif anak mulai berfikir bahwa yang terpenting
seperti agresi dan perilaku eksternal tidak mendapatkan hukuman dari orang tua
lainnya. meskipun dirinya dapat mewujudkan
Beberapa orang tua sudah tidak keinginan orang tua dengan cara yang tidak
mempedulikan dan memperhatikan tumbuh benar. Orang tua juga dapat memberikan
kembang anak remaja yang berbeda dengan pengaruh langsung kepada kenakalan
95
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara
remaja bila apa yang dilakukan orang tua Menurut Nunung dan Muslim
tidak mencerminkan sebagaimana tugas dan (2015) menyatakan bahwa dalam
peran orang tua bagi anaknya. Misalnya mengatasi kenakalan remaja perlu adanya
orang tua cederung sering bertengkar kolaborasi peran keluarga, sekolah, dan
dihadapan anak, maka kondisi psikologi lingkungan masyarakat. Keluarga
anak mulai terganggu dan muncul anggapan menciptakan kondisi harmonis antar
bahwa saat menghadapi masalah cenderng anggota keluarga dan orang tua menjadi
diselesaikan secara fisik. Orang tua yang figur model bagi anaknya. Sekolah
perokok aktif secara langsung memberikan memberikan ruang kepada anak untuk
pemahaman bahwa aktifitas itu wajar bila belajar disiplin dan bertanggungjawab atas
dilakukan oleh anak saat masuk remaja. perilaku yang dilakukan. Lingkungan
Menurut Jessor (2003) perilaku masyarakat memberikan kontrol bagi
kenakalan remaja dapat diminimalisir perilaku remaja agar perilakunya tidak
dengan adanya dukungan sosial keluarga, menyimpang dari nilai dan norma yang
sikap positif keluarga, dan memberikan diyakini masyarakat. Sekolah menjadi
contoh sikap yang benar kepada remaja. tempat bagi remaja untuk mengembangkan
Betapa pentingnya peran orang tua terhadap diri secara kognitif dan sosial. Di sekolah
perkembangan anaknya, sangat bermakna remaja berinteraksi dengan rekan sebaya
bagi sikap dan perilaku anaknya. Keluarga yang dapat saling mempengaruhi dalam
yang terbuka, hangat dan utuh serta berperilaku. Minat berinteraksi dalam
memberikan dukungan kepada anak untuk kelompok semakin tinggi, sehingga
bersikap baik dan memerankan perilaku penerimaan dari teman sebaya menjadi
yang adaptif menjadi kondidi yang idela prioritas utama untuk dicapai untuk
bagi anak untuk membentuk kepribadian menunjukkan eksistensinya. Sering kali
yang baik. Karena keluarga menjadi tempat uoaya remaja untuk menunjukkan
pertama bagia anak untuk mengenal dan eksistensinya dengan cara yang kuranng
mempelajari bagaimana cara bersikap tepat atau bahkan menyimpang dari norma.
dengan baik yang dicontohkan oleh figur Sekolah memberikan kesempatan
orang tua dan orang disekelilingnya. Maka bagi siswa untuk memahami pentingnya
jelas bahwa peran keluarga sangat besar menaati peraturan dan mendorong anak
bagi pembentukan sikap dan kepribadian untuk bertanggung jawab atas tindakannya.
anak. Namun keluarga bukan satu-satunya Tata tertib sekolah diupayakan untuk
yang berperan dalam membentuk sikap dan membentuk pribadi siswa yang cerdas dan
perilaku anak, melainkan terdapat faktor berkarakter. Semua personil sekolah peduli
sekolah dan lingkunga masyarakat. terhadap perkembangan siswanya,
96
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara
memberikan contoh teladan bagi siswa adanya sanksi sosial membuat perilaku
dalam berbagai hal, berpenampilan, kenakalan remaja semakin berani hingga
menyelesaikan masalah, dan berinteraksi mengarah kepada pelanggaran hukum.
satu sama lain. Penegakan disiplin juga Seakan masyarakat membiarkan remaja
perlu diperhatikan sebagai kontrol dan melakukan tidnakan yang beresiko
upaya mendidik siswa agar tetap menimbulkan permasalahan yang lebih
menjunjung tinggi norma dalam berperilaku komplek.
sehari-hari. Karena pendidikan tidak hanya Keikutsertaan berbagai pihak dalam
bertujuan mencerdaskan siswa saja meminimalkan frekuensi kenakalan remaja
melainkan membentuk siswa memiliki budi sangat diperlukan. Sinergi antar komponen
pekerti luhur, akhlak mulia, demokratis, keluarga, sekolah dan mayarakat harus
betrnaggung jawab, kreatif dan mandiri. saling melengkapi dan tetap memperhatikan
Semua guru dan pimpinan sekolah perkembangan perilaku remaja dalam
berupaya untuk memberikan pelayanan memenuhi tugas perkembangannya.
prima kepada siswa. Remaja yang diperhatikan oleh keluarga
Lingkungan masyarakat berupaya akan memberikan perasaan yang
sebagai pengawas sekaligus pengontrol menyenangkan, dan berdampak pada sikap
perilaku remaja. Namun peran tersebut di dan perilaku remaja. Komunikais keluarga
era sekarang ini tidak nampak, karena yang terbuka dan saling menghargai
masyarakat sekarang cenderung permissif pendapat membuat anak tidak merasa
terhadap sikap dan perilaku remaja. Sikap tertekan dan selalu disalahkan. Sekolah
acuh dan cuek terhadap tindak kenakalan yang peduli terhadap masa depan remaja
remaja nampak jelas terjadi disaat siswa dilihat dari perkembangan akademik, sosial
melakukan perilaku yang tidak semestinya dan perilaku keseharian memberikan kesan
dilakukan, mislanya merokok, membolos, menyenangkan kepada siswa. Komunikasi
berpacaran dan mengendarai kendaraan yang terbuka dengan seluruh komponen
bermotor tanpa memiliki surat ijin sekolah memberikan kesempatan yang luas
mengemudi dan cara mengendarai yang untuk merasakan bagiamana rasa dihargai
membahayakan pengendara lainnya. dan diperhatikan guru. Masyarakat yang
Aktivitas merokok dilakukan oleh siswa di menjunjung tinggi dan melestarikan kerifan
luar lingkungan sekolah seakan-akan budaya lokal dengan berdasarkan kepada
sesuatu hal yang biasa dan wajar dilakukan. nora agama, hukum dan kesopanan.
Hal ini dilakukan secara terang-terangan di Masyarakat yang tidak segan untuk saling
warung, tempat nongkrong dan tidak ada menegur, menyapa, dan meningatkan satu
upaya intervensi dari masyarakat. Tidak sama lain, memberikan suasana yang
97
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara
98