Anda di halaman 1dari 8

Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261

www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara

STUDI KASUS KENAKALAN REMAJA TINGKAT SEKOLAH


MENEGAH PERTAMA DI KOTA SUKOHARJO

Muhammad Arief Maulana


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai keakalan remaja yang terjadi pada
siswa SMP se-Kecamatan Sukoharjo. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan fenomena kenakalan remaja di SMP. Metode penelitian studi kasus, yang
mmengangkat sebuah kasus yang mendalam tentang individu dalam jangka waktu yang relatif lama dan
terus menerus untuk mendapatkan perkembangan subjek dari waktu ke waktu. Subjek penelitian adalah
siswa SMP se-kecamatan Sukoharjo yang terindikasi pernah melakukan aksi kenakalan remaja. Objek
penelitian di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukoharjo sejumlah 7 sekolah. Instrument yang digunakan
adalah wawancara terstruktur kepada guru BK dan siswa, dan dokumentasi. Uji kebasahan data melalui
teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kenakalan remaja di wilayah Kabupaten
Sukoharjo beresiko mengarah kepada tindak kriminal, hal ini ditandai dengan beberapa pelanggaran
hukum yang dijumpai di sekolah, misalkan pencurian, mengendarai kendaraan bermotor tanpa surat dan
dengan membahayakan pengendara lain, perkelahian antar siswa, ikut “geng” motor. Faktor yang
menyebabkan tindak kenakalan remaja banyak dilatar belakangi oleh keluarga yang kurang perhatian
terhadap anaknya dan lingkungan masyarakat yang cenderung acuh terhadap sikap dan aksi kenakalan
remaja. Maka hal yang perlu diperhatikan dalam mensikapi aksi kenakalan remaja adalah peran serta
keluarga dan masyarakat dalam memberikan kontrol bagi perkembangan perilaku remaja.

PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan nasional yaitu wajib belajar 12 tahun. Wajib Belajar
menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 12 tahun berarti pemerintah
menyatakan bahwa, “Pendidikan Nasional memprogramkan pendidikan bagi anak
berfungsi mengembangkan kemampuan dan untuk bersekolah minimal hingga tingkat
membentuk watak serta peradaban bangsa SMA/SMK/MA. Hal ini menandakan
yang bermartabat dalam rangka bahwa pemerintah berupaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan memberikan kesempatan bagi anak untuk
untuk berkembangnya potensi peserta didik mengembangkan kompetensinya minimal
agar menjadi manusia yang beriman dan hingga tingkat sekolah menengah atas.
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Selain memiliki potensi
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, akademik, siswa juga diharapkan mampu
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara memiliki kepribadian dan sikap yang baik
yang demokratis serta bertanggung jawab.” pula. Peran pendidikan juga mampu
Tujuan pendidikan nasional tidak membentuk kepribadian dan menanamkan
akan terwujud bila anak-anak dan remaja sikap positif terhadap diri siswa.
tidak mendapatkan pendidikan formal Pendidikan dalam arti luas melibatkan
sesuai dengan rencana program pemerintah lembaga pendidikan formal dan pihak

91
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara

keluarga serta masyarakat. Sehingga harus bersinergi dalam membentuk karakter


karakter siswa terbentuk melalui beberapa remaja sebagai penerus generasi berikutnya.
pihak yang memberikan kontribusi masing- Anak usia sekolah diharapkan
masing. mampu mengikuti pendidikan formal
Era digitalisasi sekarang, banyak dengan baik, karena akan berpengaruh bagi
fenomena yang terjadi di kalangan masa depan dan juga dapat mengurangi
pendidikan khusunya sekolah formal yang tingkat kemiskinan di Indonesia. Fasilitas
tidak lazim dilakukan oleh siswa. Misalnya, yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
ada peristiwa siswa yang menganiaya guru Kabupaten Sukoharjo yaitu dengan
hingga terluka bahkan menimbulkan korban memberikan sekolah gratis hingga tingkat
jiwa, seperti yang terjadi di SMA N 1 SMA/SMK/MA perlu dimanfaatkan dengan
Torjun, Sampang Madura. Seorang guru baik oleh warganya. Kesempatan tersebut
honorer dianiaya siswa hingga meninggal perlu digunakan sebaik mungkin untuk
dunia (Kompas, 2 Februari 2018). Kasus memberikan bekal pendidikan bagi anak
perkelahian yang terjadi di SMP N 273 usia sekolah agar mampu mengembangkan
Jakarta, yang berawal dari ejekan lewat kemampuan kognitif, akademik,
media sosial hingga berujung penganiayaan psikomotor dan afektif dengan optimal.
siswi di lingkungan sekolah (Kompas, 18 SDM yang berkualitas tidak
Juli 2017). Geng motor “Klitih” yang hanya dilihat dari sisi kecerdasan
terjadi di Klaten yang melakukan aksi intelektual saja melainkan juga kecerdasan
pembegalan mayoritas pelaku adalah spiritual dan emosional. Remaja menjadi
pelajar (Liputan 6, 17 Maret 2017). unsur utama yang perlu dipersiapkan
Data diatas merupakan bukti sebagai generasi penerus yang mampu
bahwa perilaku kenakalan remaja di era menularkan nilai dan norma yang berlaku
digital sudah mengarah kepada tindak dimasyarakat. Karakter yang perlu
kriminal yang melanggar hukum. Hal ditanamkan agar siswa menjadi pribadi
tersebut sangat bertentangan dengan tugas yang mandiri, mantap, dan
dan kewajiban remaja sebagai pelajar, yang bertanggungjawab.
berkesempatan untuk mengambangkan Di Sukoharjo, peristiwa
potensi akademik dan kepribadian melalui kenakalan remaja juga sering dijumpai di
lembaga formal maupun non formal demi sekolah-sekolah, maupun di lingkungan
masa depannya. Perilaku yang ditunjukkan sekitar misalnya, geng motor, bullying,
oleh remaja memang perlu dilihat penyebab minum minuman keras, bolos saat jam
yang melatarbelakanginya. Peran lembaga sekolah dan sebagainya. Hal tersebut
pendidikan, orang tua, dan masyarakat menjadi sebuah kerugian baik bagi diri

92
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara

siswa maupun juga orang lain. Oleh karena gambaran atau deskripsi terkait dengan
itu, perlu kita melihat dan mencari faktor faktor penyebab kenakalan remaja siswa
dominan yang menyebabkan anak SMP Se-Kecamatan Sukoharjo.
melakukan tindak kenakalan remaja agar Subyek penelitian ini adalah
mampu memberikan solusi untuk Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan
memecahkannya. Sukoharjo yang berstatus sekolah negeri
Kartono (2003) menyatakan sejumlah 7 sekolah. Sehingga guru
bahwa kenakalan remaja sebagai gejala bimbingan konseling dan siswa di sekolah
sakit (patologis) secara sosial pada anak akan dijadikan sebagai informan dalam
dan remaja yang disebabkan oleh satu penelitian ini. Teknik yang akan digunakan
bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka dalam penelitian ini yaitu dengan
mengembangkan bentuk perilaku yang melakukan wawancara terstruktur terhadap
menyimpang. Gunarsa (2004) kenakalan guru BK dan siswa, pengamatan (observasi)
remaja terjadi pada remaja yang dan dokumentasi.
mempunyai konsep diri lebih negatif Analisis data penelitian kualitatif
dibandingkan dengan remaja yang tidak pada penelitian ini mengunakan konsep
bermasalah, contoh remaja yang dibesarkan teori Miles dan Huberman dalam Moleong
di keluarga yang kurang harmonis memiliki (2007: 307) yaitu dengan menggunakan
keecenderungan menjadi remaja yang pengumpulan data, reduksi data, penyajian
bermasalah dalam perilaku dibandingkan data, dan pengambilan keputusan. Kegiatan
dengan remaja yang dibesarkan di keluarga diawali dengan pengumpulan data dari
yang harmonis. beberapa SMP Se-Kecamatan Sukoharjo.
Kemudian dilanjutkan mereduksi data
METODE dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis
Dalam penelitian ini menggunakan dan penyebab kenakalan remaja di Sekolah
metode kualitatif deskriptif. Peneliti Menengah Pertama Se-Kecamatan
menggunakan jenis penelitian ini Sukoharjo kemudian dikoding atau
dikarenakan data yang dikumpulkan berupa kategorisasi data yang telah didapatkan.
kata dan gambar bukan berupa angka.
Penelitian kualitatif fenomenologis PEMBAHASAN
mengedepankan untuk memahami peristiwa Fenomena kenakalan remaja di
yang terjadi dan kaitannya terhadap orang wilayah Kecamatan Sukoharjo beragam
yang berada dalam situasi tertentu bentuk misalnya terlambat masuk sekolah,
(Moleong, 2007: 17). Sehingga penelitian membolos, merokok, perkelahian antar
ini dimaksudkan untuk mengetahui siswa, mengendarai kendaraan bermotor ke

93
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara

sekolah, berpacaran, berkomunikasi kurang untuk bertanggungjawab atas apa yang


sopan dengan guru, merusak fasilitas dilakukan. Sanksi yang diberikan yaitu
sekolah, pemerasan, geng motor, dan ikut berupa wajib mengikuti kegiatan apel dan
kelompok “punk”, hingga kasus pencurian wajib lapor pagi selama seminggu,
yang dilakukan oleh siswa. Berbagai bentuk menanggung biaya pengobatan korban dan
kenakalan remaja tersebut ada yang membuat surat pernyataan diketahui oleh
dilakukan di lingkungan sekolah, namun orang tua siswa. Upaya pendampingan
juga terjadi di luar sekolah. Kenakalan dilakukan oleh guru BK dengan
remaja yang dilakukan di lingkungan memonitoring siswanya di kantor
sekolah, guru BK dan pimpinan sekolah kepolisian.
mencoba untuk menyelesaikan dengan Mayoritas bentuk kenakalan remaja
melibatkan orang tua siswa. Hal ini yang dilakukan dalam format kelompok,
dilakukan agar terjadi pembelajaran bagi dan jarang siswa melakukan kenakalan
berbagai pihak dari permasalahan yang remaja dalam format individu. Hal ini
dilakukan oleh siswa. sesuai dengan karakteristik remaja yang
Guru BK berperan aktif dalam suka berkelompok dan lebih percaya diri
menyelesaikan permasalahan atau kasus dan berani bila ada di dalam kelompok
kenakalan remaja yang terjadi di tertentu. Tahap remaja yang berbeda
lingkungan sekolah. Hal tersebut ditandai dengan tahap sebelumnya membuat
bahwa pernah terjadi kasus pengeroyokan individu harus menyesuaikan diri dan
siswa di sekolah hingga melibatkan pihak menerima perubahan ini dengan sikap yang
kepolisian. Guru BK dan pihak yang tepat. Menurut Oswalt (2010) keterlibatan
terlibat mencoba untuk menyelesaikan dalam hubungan sosial masa remaja lebih
kasus tersebut secara kekeluargaan dengan mendalam dan secara emosional lebih intim
kegiatan konferensi kasus. Namun pihak dibanding masa kanak-kanak. Komunitas
kepolisian tetap akan membawa pelaku kelompok remaja sangat berpengaruh
pengeroyokan dalam hal ini siswa ke kantor terhadap perilaku remaja di dalamnya.
polisi untuk diminta keterangan. Guru BK Beberapa bentuk kenakalan remaja
mencoba untuk mendampingi siswa yang memang terdapat faktor dari dalam diri
menjadi pelaku pengeroyokan. Kasus (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor
tersebut belum bisa diselesaikan secara dari dalam diri ini berkaitan dengan
hukum, karena pelaku masih dibawah karakteristik masa remaja dan kepribadian
umur, namun pihak kepolisian berupaya masing-masing remaja dalam menyikapi
untuk memberikan efek jera dengan setiap permasalahan yang muncul. Karakter
memberikan sanksi yang bersifat mendidik masa remaja yang masih mencari identitas

94
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara

diri dengan mencoba-coba sesuatu hal yang masa kanak-kanak. Peran orang tua dalam
baru yang terkadang menjadi penyebab mengontrol perilaku anak remaja belum
munculnya masalah. Rasa ingin tahu yang nampak jelas. Hal ini dibuktikan bahwa
tinggi dan mencoba untuk mempraktekkan orang tua justru memberikan kebebasan
peran dari orang dewasa menjadi ciri khas kepada anak untuk melakukan apa yang
masa remaja. Hal ini apabila tidak disertai diinginkan anaknya tanpa melihat dampak
dengan kontrol dari lingkungan sekitar yang ditimbulkan. Misal anak diberikan
maka akan mengakibatkan remaja yang fasilitas kendaraan bermotor oleh orang tua,
berperilaku menyimpang. Satu sisi siswa tanpa disertai dengan kontrol terhadap
ingin menunjukkan kemandirian dan pergaulan, sikap dan peningkatan prestasi
eksistensinya sebagai individu, namun akademiknya. Hal ini memicu terjadinya
terkadang siswa belum sepenuhnya mampu penyalahgunaan fasilitas yang dilakukan
mengarahkan diri sesuai dengan oleh remaja untuk kegiatan yang kurang
kepribadiannya serta berperilaku sesuai adaptif misal, geng motor, berkendara
nilai dan norma di masyarakat. secara ugal-ugalan, balap liar, dan lain
Faktor eksternal, faktor yang sebagainya.
mempengaruhi kenakalan remaja di Orang tua menjadi model anak
lingkungan di luar diri remaja, misalnya dalam berperilaku keseharian, dalam kasus
teman sebaya, orang tua, keluarga dan kenakalan remaja orang tua secara tidak
masyarakat secara luas. Menurut Siege dan langsung memberikan kesempatan bagi
Welsh (2011), keluarga yang bermasalah anak untuk melakukan salah satu bentuk
merupakan penyebab utama dalam kenakalan remaja. Misalnya, orang tua
pembentukan masalah emosional pada anak terlalu menuntut anaknya untuk berprestasi
dan dapat mengarah pada masalah sosial tinggi sedangkan kemampuan intelektual
jangka panjang. Sedangkan menurut anaknya terbatas. Maka anak mencoba
Suyanto dan Hariadi (2002) orang tua yang untuk meraih nilai tertinggi dengan
mengacuhkan atau tidak memenuhi berbagai cara ditempuh meskipun
kebutuhananak dengan baik akan melakukan kecurangan. Hal ini
meningkatkan resiko keterlibatan anak menandakan bahwa secara tidak langsung
dalam perilaku sosial yang tidak adaptif anak mulai berfikir bahwa yang terpenting
seperti agresi dan perilaku eksternal tidak mendapatkan hukuman dari orang tua
lainnya. meskipun dirinya dapat mewujudkan
Beberapa orang tua sudah tidak keinginan orang tua dengan cara yang tidak
mempedulikan dan memperhatikan tumbuh benar. Orang tua juga dapat memberikan
kembang anak remaja yang berbeda dengan pengaruh langsung kepada kenakalan

95
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara

remaja bila apa yang dilakukan orang tua Menurut Nunung dan Muslim
tidak mencerminkan sebagaimana tugas dan (2015) menyatakan bahwa dalam
peran orang tua bagi anaknya. Misalnya mengatasi kenakalan remaja perlu adanya
orang tua cederung sering bertengkar kolaborasi peran keluarga, sekolah, dan
dihadapan anak, maka kondisi psikologi lingkungan masyarakat. Keluarga
anak mulai terganggu dan muncul anggapan menciptakan kondisi harmonis antar
bahwa saat menghadapi masalah cenderng anggota keluarga dan orang tua menjadi
diselesaikan secara fisik. Orang tua yang figur model bagi anaknya. Sekolah
perokok aktif secara langsung memberikan memberikan ruang kepada anak untuk
pemahaman bahwa aktifitas itu wajar bila belajar disiplin dan bertanggungjawab atas
dilakukan oleh anak saat masuk remaja. perilaku yang dilakukan. Lingkungan
Menurut Jessor (2003) perilaku masyarakat memberikan kontrol bagi
kenakalan remaja dapat diminimalisir perilaku remaja agar perilakunya tidak
dengan adanya dukungan sosial keluarga, menyimpang dari nilai dan norma yang
sikap positif keluarga, dan memberikan diyakini masyarakat. Sekolah menjadi
contoh sikap yang benar kepada remaja. tempat bagi remaja untuk mengembangkan
Betapa pentingnya peran orang tua terhadap diri secara kognitif dan sosial. Di sekolah
perkembangan anaknya, sangat bermakna remaja berinteraksi dengan rekan sebaya
bagi sikap dan perilaku anaknya. Keluarga yang dapat saling mempengaruhi dalam
yang terbuka, hangat dan utuh serta berperilaku. Minat berinteraksi dalam
memberikan dukungan kepada anak untuk kelompok semakin tinggi, sehingga
bersikap baik dan memerankan perilaku penerimaan dari teman sebaya menjadi
yang adaptif menjadi kondidi yang idela prioritas utama untuk dicapai untuk
bagi anak untuk membentuk kepribadian menunjukkan eksistensinya. Sering kali
yang baik. Karena keluarga menjadi tempat uoaya remaja untuk menunjukkan
pertama bagia anak untuk mengenal dan eksistensinya dengan cara yang kuranng
mempelajari bagaimana cara bersikap tepat atau bahkan menyimpang dari norma.
dengan baik yang dicontohkan oleh figur Sekolah memberikan kesempatan
orang tua dan orang disekelilingnya. Maka bagi siswa untuk memahami pentingnya
jelas bahwa peran keluarga sangat besar menaati peraturan dan mendorong anak
bagi pembentukan sikap dan kepribadian untuk bertanggung jawab atas tindakannya.
anak. Namun keluarga bukan satu-satunya Tata tertib sekolah diupayakan untuk
yang berperan dalam membentuk sikap dan membentuk pribadi siswa yang cerdas dan
perilaku anak, melainkan terdapat faktor berkarakter. Semua personil sekolah peduli
sekolah dan lingkunga masyarakat. terhadap perkembangan siswanya,

96
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara

memberikan contoh teladan bagi siswa adanya sanksi sosial membuat perilaku
dalam berbagai hal, berpenampilan, kenakalan remaja semakin berani hingga
menyelesaikan masalah, dan berinteraksi mengarah kepada pelanggaran hukum.
satu sama lain. Penegakan disiplin juga Seakan masyarakat membiarkan remaja
perlu diperhatikan sebagai kontrol dan melakukan tidnakan yang beresiko
upaya mendidik siswa agar tetap menimbulkan permasalahan yang lebih
menjunjung tinggi norma dalam berperilaku komplek.
sehari-hari. Karena pendidikan tidak hanya Keikutsertaan berbagai pihak dalam
bertujuan mencerdaskan siswa saja meminimalkan frekuensi kenakalan remaja
melainkan membentuk siswa memiliki budi sangat diperlukan. Sinergi antar komponen
pekerti luhur, akhlak mulia, demokratis, keluarga, sekolah dan mayarakat harus
betrnaggung jawab, kreatif dan mandiri. saling melengkapi dan tetap memperhatikan
Semua guru dan pimpinan sekolah perkembangan perilaku remaja dalam
berupaya untuk memberikan pelayanan memenuhi tugas perkembangannya.
prima kepada siswa. Remaja yang diperhatikan oleh keluarga
Lingkungan masyarakat berupaya akan memberikan perasaan yang
sebagai pengawas sekaligus pengontrol menyenangkan, dan berdampak pada sikap
perilaku remaja. Namun peran tersebut di dan perilaku remaja. Komunikais keluarga
era sekarang ini tidak nampak, karena yang terbuka dan saling menghargai
masyarakat sekarang cenderung permissif pendapat membuat anak tidak merasa
terhadap sikap dan perilaku remaja. Sikap tertekan dan selalu disalahkan. Sekolah
acuh dan cuek terhadap tindak kenakalan yang peduli terhadap masa depan remaja
remaja nampak jelas terjadi disaat siswa dilihat dari perkembangan akademik, sosial
melakukan perilaku yang tidak semestinya dan perilaku keseharian memberikan kesan
dilakukan, mislanya merokok, membolos, menyenangkan kepada siswa. Komunikasi
berpacaran dan mengendarai kendaraan yang terbuka dengan seluruh komponen
bermotor tanpa memiliki surat ijin sekolah memberikan kesempatan yang luas
mengemudi dan cara mengendarai yang untuk merasakan bagiamana rasa dihargai
membahayakan pengendara lainnya. dan diperhatikan guru. Masyarakat yang
Aktivitas merokok dilakukan oleh siswa di menjunjung tinggi dan melestarikan kerifan
luar lingkungan sekolah seakan-akan budaya lokal dengan berdasarkan kepada
sesuatu hal yang biasa dan wajar dilakukan. nora agama, hukum dan kesopanan.
Hal ini dilakukan secara terang-terangan di Masyarakat yang tidak segan untuk saling
warung, tempat nongkrong dan tidak ada menegur, menyapa, dan meningatkan satu
upaya intervensi dari masyarakat. Tidak sama lain, memberikan suasana yang

97
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 4 No 2 (2019) ISSN 2541-0261
www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara

kondusif bagi remaja untuk mempelajari DAFTAR PUSTAKA


bentuk perilaku yang sesuai. Depdikbud. 2003. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang

KESIMPULAN Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional
Hasil penelitian menunjukkan
Kartini, Kartono. 2003. Patologi sosial II:
bahwa bentuk kenakalan remaja di wilayah
Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Kabupaten Sukoharjo beresiko mengarah
Persada
kepada tindak kriminal, hal ini ditandai
Moleong, Lexy, J. 2007. Metode Penelitian
dengan beberapa pelanggaran hukum yang Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
dijumpai di sekolah, misalkan pencurian, Rosdakarya
mengendarai kendaraan bermotor tanpa Oswalt A. (2010). An Introduction to
surat dan dengan membahayakan Adolescent Development (online).
pengendara lain, perkelahian antar siswa, Tersedia:http://www.mentalhelp.net/poc

ikut “geng” motor. Faktor yang /view_doc.php?type=doc&id=41149&cn


=1310
menyebabkan tindak kenakalan remaja
Santrock, John W. 2003. Perkembangan
banyak dilatar belakangi oleh keluarga yang
Remaja. Jakarta: Erlangga
kurang perhatian terhadap anaknya dan
Sarwono, WS. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta:
lingkungan masyarakat yang cenderung
PT Raja Grafindo Persada
acuh terhadap sikap dan aksi kenakalan Siegel, J. & Welsh, B. (2011). Juvenile
remaja. Maka hal yang perlu diperhatikan Delinquency The Core. California:
dalam mensikapi aksi kenakalan remaja Wadsworth
adalah peran serta keluarga dan masyarakat Suyanto, B., & Hariadi, S. (2015). Krisis dan

dalam memberikan kontrol bagi Child Abuse. Surabaya: Airlangga

perkembangan perilaku remaja. University Press.


Unayah, Nunung dan Muslim Sabarisman. 2015.
Fenomena Kenakalan Remaja Dan
Kriminalitas. Jurnal Sosio Informa.
Volume 01, Nomor 02. Kemensos.

98

Anda mungkin juga menyukai