Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN

PSIKOSOSIAL ANAK USIA


SEKOLAH (6-12 TAHUN)
FOCUS KASUS BULLYING
LATAR BELAKANG

• memiliki relasi positif dengan kawan sebaya sangat penting di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir
(john w santrock, 2012). terlibat dalam interaksi yang positif dengan kawan sebaya, menyelesaikan konflik
masa kanak-kanak pretangahan dan akhir tidak hanya memberikan hasil yang positif di masa kanak-
kanak, tapi juga terkait dengan relasi yang positif di masa remaja dan dewasa.
• ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar, hubungan timbal-balik menjadi hal yang penting
dalam relasi dengan kawan-kawan. anak-anak mendapat keuntugan dari melakukan aktivitas bersama
kelompoknya. mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam hubungan sosial dan
intimasi, serta memupuk rasa memiliki.
• perilaku-perilaku agresi menyebabkan terjadinya perilaku bullying yang marak terjadi di lingkungan
sekolah maupun lingkungan sosial lainnya. bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok terhadap orang-orang atau kelompok lain yang dilakukan secara berulang-
ulang dengan cara menyakiti secara fisik maupun mental (prasetyo. a.b.k, 2011)
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK
USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)

• perkembangan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah industry versus inferiority,
dimana anak bisa menyelesaikan tugas sekolah dan tugas rumah yang diberikan,
mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok, berperan dalam kegiatan kelompoknya.
• perkembangan seorang anak sangat di pengaruhi oleh pola asuh yang diberikan oleh orang
tua. pola asuh merupakan suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu
kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak.
• menurut Baumrind dalam Santrock (2011) pola asuh orang tua terbagi menjadi beberapa
macam, yaitu pola asuh demokratis, otoriter dan permisif.
Para ahli perkembangan menekankan pemeriksaan status sosiometrik, sebuah istilah yang
menggambarkan sejauh mana anak-anak disukai atau tidak disukai oleh kelompok sebaya
mereka. Para ahli perkembangan membedakan staus lima teman sebaya yaitu:
• Anak-anak populer (populer children) sering dinominasikan sebagai teman terbaik dan jarang
tidak disukai oleh temannya.
• Anak-anak biasa (averge children) menerima jumlah rata-rata, baik nominasi posistif maupun
negatif dari teman sebaya mereka.
• Anak-anak terabaikan (neglected children) jarang dinominasikan sebagai seorang sahabat,
tetapi bukan tidak disukai oleh teman sebaya mereka.
• Anak-anak yang ditolak (rejected children) jarang dinominasikan sebagai seorang sahabat
dan secara aktif tidak disukai oleh teman sebaya.
• Anak-anak kontroversial (controversial children) sering dicalonkan, baik sebagai sahabat
terbaik maupun yang tidak disukai.
BULLYING

• Bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang menganggu orang
lain yang lebih lemah (Susanti, 2006). Beberapa istilah dalam bahasa indonesia yang
sering dipakai untuk menggambarkan fenomena bullying di anataranya adalah
penindasan, penggencatan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, dan intimidasi.
• Bullying merupakan perilaku yang tidak bisa diterima secara sosial. Hasil studi oleh
intervensi bullying, Huneck (2007) mengungkapkan bahwa 10-60 % siswa di indonesia
melaporkan telah mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan
atau dorangan, sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu. Di indonesia, kasus
bullying di sekolah menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat ke komisi
perlindungan anak indonesia (KPAI) di sektor pendidikan (Huneck, 2007).
MACAM-MACAM BULLYING

• Bullying fisik terjadi ketika seseorang secara fisik dirugikan melelui tindakan.
• Bullying verbal adalah bullying yang dilakukan dengan mengancam, melakukan
panggilan bernada seksual, dan menyebarkan desas-desus palsu atau jahat.
• Bullying mental/psikologi adalah tindakan yang dilakukan dengan mengabaikan orang
lain, mengisolasi dan membuat siswa lain tidak menyukai seseorang.
FAKTOR TERJADINYA BULLYING
1. Faktor individu : terdapat dua kelompok individu yang terlibat secara langsung dalam
peristiwa bullying, yaitu pembuli dan korban bullying. Kedua kelompok ini merupakan faktor
utama yang mempengaruhi perilaku buli. Ciri kepribadian dan sikap seseorang individu
mungkin menjadi penyebab kepada suatu perilaku buli.
 Pembuli (bullies) : pembuli cenderung menggap dirinya senantiasa diancam dan berada dalam
bahaya. Pembuli ini biasanya bertindak menyerang sebelum diserang. Ini merupakan bentuk
pembenaran dan dukungan terhadap tingkah laku agresif yang telah dilakukannya.
 Korban buli (victims) : korban buli ialah orang yang dibuli atau sasaran pembuli. Anak-anak
yang sering menjadi korban buli biasanya menonjolkan ciri-ciri tingkah internal seperti bersikap
pasif, sensitive, pendiam, lemah dan tidak akan membalasnya sekiranya diserang atau diganggu.
2. Faktor keluarga : orang tua yang sering bertengkar atau berkelahi cenderung
membentuk anak-anak yang beresiko menjadi lebih agresif. Anak-anak yang mendapat
kasih sayang yang kurang didikan yang tidak sempurna dan kurangnya pengukuhan
yang positif, berpotensi untuk menjadi pembuli.
3. Faktor teman sebaya : kehadiran teman sebaya sebagai pengamat, secara tidak
langsung, membantu pembuli memperoleh dukungan kuasa, popularitas, dan status.
Dalam banyak kasus, saksi atau teman sebaya yang melihat, umumnya mengambil
sikap berdiam dan tidak mau campur tangan.
4. Faktor lingkungan sekolah : lingkungan, praktik dan kebijakan sekolah mempengaruhi
aktivitas, tingkah laku, serta interaksi pelajar di sekolah. Rasa aman dan dihargai
merupakan dasar kepada pencapaian akademik yang tinggi di sekolah. Jika hal ini tidak
dipenuhi, maka pelajar mungkin bertindak untuk mengontrol lingkungan mereka dengan
melakukan tingkah laku anti-sosial seperti melakukan buli terhadap orang lain.
Managemen dan pengawasan disiplin sekolah yang lemah akan mengakibatkan
lahirnya tingkah laku buli di sekolah.
PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING
• Program intervensi sosial : program pencegahan buli ialah usaha menyeluruh dan terpadu
pihak sekolah, yang dirancang dan didesain untuk menyampaikan pesan kepada murid
bahwa perilaku buli tidak diterima di sekolah. Program pencegahan dan intervensi perilaku
buli yang efektif tergantung kepada beberapa komponen pengurangan dan pencegahan
perilaku buli. Melalui supervisi dan monitoring, peraturan, diskusi dan bimbingan, program
intervensi yang mantap dapat mengembangkan dan membentuk lingkungan sekolah yang
nyaman dan aman.
• Program Pencegahan :
 Model Olweus : Program ini menggunakan kombinasi intervensi keseluruhan sekolah,
intervensi dalam kelas dan intervensi individu. Intervensi keseluruhan sekolah melibatkan
seluruh warga sekolah. Program ini dimulai dengan pembentukan kepanitiaan pencegahan
buli di sekolah bagi memantau keseluruhan program anti buli di sekolah.
• Model pemulihan citizens responsibility program
Pendekatan pemulihan merupakan proses intervensi yang memberikan gambaran yang
jelas kepada pembuli bahwa tingkah laku buli adalah tingkah laku yang tidak bisa
dibiarkan berlaku di sekolah. Pendekatan ini mengintegrasikan kembali murid yang telah
melakukan kesalahan ke dalam komunitas sekolah supaya menjadi murid yang
mempunyai daya tahan, serta menjadi anggota komunitas sekolah yang patuh dan
berpegang kepada peraturan dan nilai-nilai yang berlaku. Dalam intervensi ini, pembuli,
korban dan komunitas murid (rekan sebaya) dibawah bersama ke dalam program
intervensi.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai