Pengertian Bullying
Secara harfiah, kata bully berarti menggertak dan mengganggu yang lebih lemah. Istilah
bullying kemudian digunakan untuk menunjuk perilaku agresif seseorang atau sekelompok orang
yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap orang atau sekelompok orang lain yang lebih
lemah untuk menyakiti korban baik secara fisik maupun mental. Bullying merupakan masalah
internasional yang memiliki dampak negatif terhadap hak anak-anak untuk belajar di lingkungan
yang aman dan tanpa rasa takut. Bullying didefinisikan sebagai perilaku agresif yang dilakukan
oleh mereka yang mencoba mempertahankan posisi yang dominan atas orang lain dengan niat
yang terencana dan menyebabkan mental atau fisik orang lain menderita. (Buxton, Potter, &
Bostic, 2015). Olweous (dalam (Saracho, 2016) menyatakan bullying adalah interaksi dimana
orang yang mendominasi (pengganggu) terus menampilkan perilaku yang agresif untuk
menimbulkan kesedihan pada seseorang (korban).
Bullying dapat berupa kekerasan dalam bentuk fisik (misal: menampar, memukul,
menganiaya, melukai), mental/psikis (misal: memalak, mengancam, mengintimidasi,
mengucilkan), verbal (misal: mengejek, mengolok-olok, memaki) atau gabungan diantara
ketiganya.
Jurnal Bullying: young children's roles, social status, and prevention programmes,
Olivia N. Saracho
Olweous (dalam (Saracho, 2016) menyatakan bullying adalah interaksi dimana orang
yang mendominasi (pengganggu) terus menampilkan perilaku yang agresif untuk menimbulkan
kesedihan pada seseorang (korban). Bullying memiliki dampak negatif yang abadi bagi anak-
anak baik yang melakukan bullying maupun yang menjadi korban bullying (Banks, 2013).
Dalam pelatihan empat bulan guru tersebut, mereka mengadakan delapan pertemuan untuk
membahas isu-isu yang berkaitan dengan pencegahan intimidasi. Alsaker (2004) memberikan
contoh pelatihan ini (lihat Tabel 1).
Biasanya, tujuan program intervensi intimidasi terdiri dari (1) memodifikasi lingkungan sekolah,
(2) melatih guru dan staf sekolah lainnya, (3) menawarkan keterlibatan orang tua, dan (4)
melibatkan setiap orang (misalnya anak-anak, keluarga, masyarakat , Staf sekolah) dalam
program pencegahan. Sekolah yang ingin mengurangi intimidasi perlu mempraktikkan program
pencegahan intimidasi (Yerger & Gehret, 2011).
Banyak program pencegahan telah dikembangkan, diterapkan, tersedia, dan diteliti (Yerger &
Gehret, 2011) untuk mengurangi perilaku kekerasan atau agresif di sekolah-sekolah. Efektivitas
mereka telah dinilai dalam (a) mencegah intimidasi dan pengorbanan rekan (Bradshaw
& Johnson, 2011) dan (b) mengajari anak-anak keterampilan sosial dan emosional untuk
menghindari risiko. Program bullying telah terbukti lebih berhasil dengan anak-anak yang lebih
muda. Rigby dan Smith (2011) meninjau kembali studi bullying dari berbagai negara yang
diterbitkan antara tahun 1990 dan 2009. Mereka melaporkan bahwa setelah pelaksanaan program
anti-intimidasi di sekolah-sekolah di seluruh dunia, bullying tradisional telah menurun secara
signifikan di banyak negara. Sebaliknya, cyberbullying telah meningkat, yang mungkin
merupakan hasil teknologi seperti penggunaan telepon seluler dan internet (Smith et al., 2008).
Meskipun selama lebih dari empat dekade para peneliti di bullying sekolah telah berusaha untuk
memberikan pemahaman tentang kerumitan masalah dan tantangan dalam mengatasinya, masih
banyak pertanyaan daripada jawaban, yang menyarankan untuk menggunakan kutipan korban
untuk sebuah kesimpulan.
... tidak ada kesimpulan untuk apa anak-anak yang diganggu hidup bersama. Mereka
membawanya pulang dengan mereka di malam hari. Ia tinggal di dalam diri mereka dan
memakan mereka. Tidak pernah berakhir. Jadi tidak harus perjuangan kita untuk mengakhirinya.
(Hymel & Swearer,
2015, hal. 296)
Daftar Pustaka
Banks, R. (2013). Bullying in schools. School and Academics. Retrieved from
http://www.education.com/reference/article/ Ref_Bullying_Schools/
Jurnal Bullying di Sekolah dan dampaknya bagi masa depan anak. Ahmad Baliyo Eko Prasetyo
Bullying dapat terjadi di lingkungan yang terjadi interaksi sosial antar manusia, antara lain
sekolah (school bullying), kampus, tempat kerja (workplace bullying), dunia maya (cyber
bullying), lingkungan politik (political bullying), lingkungan militer (military bullying), dan
lingkungan masyarakat. Bullying di sekolah menyebabkan efek yang serius baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek. Dalam jangka pendek bullying dapat menimbulkan perasaan
tidak aman, takut pergi ke sekolah, merasa terisolasi, dan depresi. Bullying dalam jangka panjang
menyebabkan korban bullying menderita masalah gangguan emosional.