Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BAHASA INDONESIA MEMBUAT DAN MENGANALISIS TEKS EDITORIAL

OLEH :

IDA AYU FRITA CAHYANI DEWI

19

XII MIPA 2

TAHUN AJARAN 2020/2021


Perundungan Awal Tumbuhnya Pelaku Kriminal

Perundungan atau lebih populer disebut bullying, merupakan penggunaan kekuasaan atau
kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang, suatu perilaku mengancam,
menindas dan membuat perasaan orang lain menjadi tidak nyaman. Bullying merupakan suatu
kejadian yang seringkali terjadi di sekolah. Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban apabila
dia diperlakukan negatif (secara sengaja atau tidak sengaja membuat luka atau ketidaknyamanan
melalui kontak fisik, melalui perkataan atau dengan cara lain) dengan jangka waktu sekali atau
berkali-kali bahkan sering atau menjadi sebuah kebiasaan oleh seseorang atau lebih.

Sebenarnya mengapa tindakan perundungan ini terus terjadi padahal sudah ditetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mencegah perundungan alias bullying di
sekolah? Ini dikarenakan minimnya pengetahuan anak yang belum mendapatkan edukasi
mengenai perundungan yang tidak sebaiknya mereka lakukan. Perndungan merupakan tindakan
tercela, karena dapat menimbulkan luka fisik maupun batin bagi para korbannya. Seperti yang
terjadi pada Seorang gadis SMP di Solo menjadi korban bullying atau perundungan oleh kawan-
kawannya. Kejadian ini dikatakan berawal karena saling ejek hingga saling menghasut untuk
merundung temannya.

Pelaku perundungan semacam ini sebenarnya sangat merusak karakter dan moral anak,
mereka seakan-akan merasa berkuasa dan menganggap diri mereka “kuat” dan menyiksa korban
yang mereka anggap “lemah” sehingga para pelaku bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku
kriminal, jika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak melakukan bullying.

Bullying ternyata tidak hanya memberi dampak negatif pada korban, melainkan juga pada
para pelaku. Bullying, dari berbagai penelitian, ternyata berhubungan dengan meningkatnya
tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademik, dan tindakan bunuh diri. Bullying juga
menurunkan skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis para siswa.

Bagi si korban biasanya akan merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal,
tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam
jangka panjang emosi-emosi seperti ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri
bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban.
Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih
berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak
masuk sekolah.Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk
timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa
takut, depresi, bahkan ada kemungkinan rasa ingin bunuh diri.

Bagaimana mencegah dan menanggulangi perilaku bullying? Semua orang bisa menjadi
korban atau malah menjadi pelaku bullying. Diperlukan kebijakan menyeluruh yang melibatkan
seluruh komponen sekolah mulai dari guru, siswa, kepala sekolah sampai pada orang tua siswa,
yang tujuannya adalah untuk dapat menyadarkan seluruh komponen sekolah tadi tentang bahaya
terselubung dari perilaku bullying ini.

Kebijakan tersebut dapat berupa program anti bullying di sekolah antara lain dengan cara
menggiatkan pengawasan terhadap segala aktivitas siswa, pemahaman konsekuensi serta
komunikasi yang bisa dilakukan melalui sosialisasi dan kampanye stop bullying di lingkungan
sekolah dengan sepanduk, slogan, stiker dan workshop bertemakan bahaya bullying. Kesemuanya
ini dilakukan dengan tujuan paling tidak dapat meminimalisir atau bahkan menghentikan secara
keseluruhan perilaku bullying di sekolah.

Dengan adanya kebijakan seperti itu, diharapkan sekolah bukan lagi tempat yang
menakutkan dan membuat trauma tetapi justru menjadi tempat yang aman, nyaman dan
menyenangkan bagi siswa, merangsang keinginan untuk belajar, bebas bersosialisasi dan
mengembangkan semua potensi siswa baik akademik, sosial, emosinal dan spiritualnya. Sekolah
dapat menjadi tempat yang paling aman bagi siswa serta guru untuk belajar dan mengajar serta
menjadikan anak didik yang mandiri, berilmu, berprestasi dan berakhlak mulia sesuai dengan
tuntutan tujuan pendidikan kita.
 Menganalisis struktur teks editorial :
Struktur teks Paragraf ke- Kalimat
Pengenalan isu 1 Perundungan atau lebih populer disebut
bullying, merupakan penggunaan kekuasaan atau
kekuatan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang, suatu perilaku mengancam,
menindas dan membuat perasaan orang lain menjadi
tidak nyaman. Bullying merupakan suatu kejadian
yang seringkali terjadi di sekolah. Seseorang yang
bisa dikatakan menjadi korban apabila dia
diperlakukan negatif (secara sengaja atau tidak
sengaja membuat luka atau ketidaknyamanan melalui
kontak fisik, melalui perkataan atau dengan cara lain)
dengan jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan
sering atau menjadi sebuah kebiasaan oleh seseorang
atau lebih.
Penyampaian 2,3,4,5 dan 6 Sebenarnya mengapa tindakan perundungan
pendapat/argumen
ini terus terjadi padahal sudah ditetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk
mencegah perundungan alias bullying di sekolah? Ini
dikarenakan minimnya pengetahuan anak yang
belum mendapatkan edukasi mengenai perundungan
yang tidak sebaiknya mereka lakukan. Perndungan
merupakan tindakan tercela, karena dapat
menimbulkan luka fisik maupun batin bagi para
korbannya. Seperti yang terjadi pada Seorang gadis
SMP di Solo menjadi korban bullying atau
perundungan oleh kawan-kawannya. Kejadian ini
dikatakan berawal karena saling ejek hingga saling
menghasut untuk merundung temannya.
Pelaku perundungan semacam ini sebenarnya
sangat merusak karakter dan moral anak, mereka
seakan-akan merasa berkuasa dan menganggap diri
mereka “kuat” dan menyiksa korban yang mereka
anggap “lemah” sehingga para pelaku bullying
berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal, jika
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
melakukan bullying.
Bullying ternyata tidak hanya memberi
dampak negatif pada korban, melainkan juga pada
para pelaku. Bullying, dari berbagai penelitian,
ternyata berhubungan dengan meningkatnya tingkat
depresi, agresi, penurunan nilai akademik, dan
tindakan bunuh diri. Bullying juga menurunkan skor
tes kecerdasan dan kemampuan analisis para siswa.

Bagi si korban biasanya akan merasakan


banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal,
tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam)
namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka
panjang emosi-emosi seperti ini dapat berujung pada
munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak
berharga.

Kesulitan menyesuaikan diri dengan


lingkungan sosial juga muncul pada para korban.
Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari
sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di
sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi
akademisnya atau sering sengaja tidak masuk
sekolah.Yang paling ekstrim dari dampak psikologis
ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan
psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas
berlebihan, selalu merasa takut, depresi, bahkan ada
kemungkinan rasa ingin bunuh diri.
Penegasan 7,8 dan 9 Bagaimana mencegah dan menanggulangi
perilaku bullying? Semua orang bisa menjadi korban
atau malah menjadi pelaku bullying. Diperlukan
kebijakan menyeluruh yang melibatkan seluruh
komponen sekolah mulai dari guru, siswa, kepala
sekolah sampai pada orang tua siswa, yang tujuannya
adalah untuk dapat menyadarkan seluruh komponen
sekolah tadi tentang bahaya terselubung dari perilaku
bullying ini.

Kebijakan tersebut dapat berupa program anti


bullying di sekolah antara lain dengan cara
menggiatkan pengawasan terhadap segala aktivitas
siswa, pemahaman konsekuensi serta komunikasi
yang bisa dilakukan melalui sosialisasi dan
kampanye stop bullying di lingkungan sekolah
dengan sepanduk, slogan, stiker dan workshop
bertemakan bahaya bullying. Kesemuanya ini
dilakukan dengan tujuan paling tidak dapat
meminimalisir atau bahkan menghentikan secara
keseluruhan perilaku bullying di sekolah.

Dengan adanya kebijakan seperti itu,


diharapkan sekolah bukan lagi tempat yang
menakutkan dan membuat trauma tetapi justru
menjadi tempat yang aman, nyaman dan
menyenangkan bagi siswa, merangsang keinginan
untuk belajar, bebas bersosialisasi dan
mengembangkan semua potensi siswa baik
akademik, sosial, emosinal dan spiritualnya. Sekolah
dapat menjadi tempat yang paling aman bagi siswa
serta guru untuk belajar dan mengajar serta
menjadikan anak didik yang mandiri, berilmu,
berprestasi dan berakhlak mulia sesuai dengan
tuntutan tujuan pendidikan kita.

 Menganalisis Opini :

Kritik Pelaku perundungan semacam ini sebenarnya sangat merusak karakter dan
moral anak, mereka seakan-akan merasa berkuasa dan menganggap diri mereka
“kuat” dan menyiksa korban yang mereka anggap “lemah” sehingga para pelaku
bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal, jika dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak melakukan bullying.
Penilaian Sebenarnya mengapa tindakan perundungan ini terus terjadi padahal
sudah ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk
mencegah perundungan alias bullying di sekolah? Ini dikarenakan minimnya
pengetahuan anak yang belum mendapatkan edukasi mengenai perundungan
yang tidak sebaiknya mereka lakukan. Perndungan merupakan tindakan tercela,
karena dapat menimbulkan luka fisik maupun batin bagi para korbannya. Seperti
yang terjadi pada Seorang gadis SMP di Solo menjadi korban bullying atau
perundungan oleh kawan-kawannya. Kejadian ini dikatakan berawal karena
saling ejek hingga saling menghasut untuk merundung temannya.
Prediksi Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul
pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah
itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya
terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.Yang
paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya
gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu
merasa takut, depresi, bahkan ada kemungkinan rasa ingin bunuh diri.
Harapan Dengan adanya kebijakan seperti itu, diharapkan sekolah bukan lagi
tempat yang menakutkan dan membuat trauma tetapi justru menjadi tempat
yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi siswa, merangsang keinginan
untuk belajar, bebas bersosialisasi dan mengembangkan semua potensi siswa
baik akademik, sosial, emosinal dan spiritualnya. Sekolah dapat menjadi tempat
yang paling aman bagi siswa serta guru untuk belajar dan mengajar serta
menjadikan anak didik yang mandiri, berilmu, berprestasi dan berakhlak mulia
sesuai dengan tuntutan tujuan pendidikan kita.
Saran Bagaimana mencegah dan menanggulangi perilaku bullying? Semua
orang bisa menjadi korban atau malah menjadi pelaku bullying. Diperlukan
kebijakan menyeluruh yang melibatkan seluruh komponen sekolah mulai dari
guru, siswa, kepala sekolah sampai pada orang tua siswa, yang tujuannya adalah
untuk dapat menyadarkan seluruh komponen sekolah tadi tentang bahaya
terselubung dari perilaku bullying ini.

Kebijakan tersebut dapat berupa program anti bullying di sekolah antara


lain dengan cara menggiatkan pengawasan terhadap segala aktivitas siswa,
pemahaman konsekuensi serta komunikasi yang bisa dilakukan melalui
sosialisasi dan kampanye stop bullying di lingkungan sekolah dengan sepanduk,
slogan, stiker dan workshop bertemakan bahaya bullying. Kesemuanya ini
dilakukan dengan tujuan paling tidak dapat meminimalisir atau bahkan
menghentikan secara keseluruhan perilaku bullying di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai