Anda di halaman 1dari 3

Jamur Trichoderma sp.

Mikroba Multi Guna

Trichoderma sp. adalah jamur yang paling umum dijumpai dalam tanah khususnya tanah
dengan kandungan bahan organic yang tinggi. Jamur mempunyai ciri morfologi koloni berwarna
hijau muda sampai hijau tua, hifa bersekat, berukuran (1,5-12 µm), dan percabangan hifa
membentuk sudut siku pada cabang utama. Konidium berbentuk bulat, agak bulat sampai bulat
telur pendek, berukuran (2,8-3,2) x (2,5-2,8) µm, dan berdinding halus. Konidiofor bercabang
mendukung fialid, yang berjumlah 3 atau lebih secara bergerombol, dan agak ramping. Jamur
dapat hidup baik secara saprofit maupun parasit pada jamur lain, dan perkembangan secara
aseksual dengan menghasilkan konidium yang berkecambah membentuk individu baru
(Sudantha, 1997).
Trichoderma sp. akan tumbuh dengan baik jika lingkungan menguntungkan. Namun
demikian, jamur ini mempunyai kemampuan bertahan pada kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan dengan membentuk struktur tahan, seperti klamidospora (Sudantha, 1997). Suhu
optimum untuk pertumbuhan jamur ini adalah 15-350C, dengan suhu maksimumnya 30-360C
(Domsch et al., 1993). Trichoderma sp. termasuk jenis jamur tanah, sehingga sangat mudah
didapatkan di berbagai macam tanah, di permukaan akar berbagai macam tumbuhan, juga dapat
diisolasi dari kayu busuk atau seresah (Suwahyono dan Wahyudi, 2000).
Pemanfaatan Trichoderma sp. menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam membantu pertumbuhan tanaman merupakan peluang yang sangat besar dalam
melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah. Salah satu komponen ekosistem tanah adalah
mikroba, yang berperan penting dalam membantu pertumbuhan tanaman. Berbagai mikroba
hidup bersimbiosis dengan tanaman membentuk bintil akar (Rhizobium), mengoloni akar
(rhizobakteri), atau hidup di dalam jaringan tanaman (diazotrof endofit) dan di dalam tanah.
Mikroba tersebut berperan dalam penambatan nitrogen (Rhizobium, Azotobacter, Beijerinkia),
penghasil hormon tumbuh (Bacillus, Pseudomonas, Flavobacterium), pelarut fosfat (Bacillus,
Pseudomonas), dan pengurai bahan organik (Aspergillus, Trichoderma) (Tim Sintesis Kebijakan,
2008).
Pemberian jamur Trichoderma sp., seperti T. harzianum, ke dalam tanah dapat
mempercepat penguraian bahan organik, karena jamur ini dapat menghasilkan tiga enzim, yaitu
1) enzim celobiohidrolase (CBH), yang aktif merombak selulosa alami; 2) enzim endoglikonase
yang aktif merombak selulosa terlarut; dan 3) enzim glukosidase yang aktif menghidrolisis unit
selobiosa menjadi molekul glukosa. Enzim ini bekerja secara sinergis, sehingga penguraian dapat
berlangsung lebih cepat dan intensif (Salma dan Gunarto, 1996). Trichoderma sp. dikenal
sebagai jamur agensia pengendali hayati yang memiliki kisaran inang luas. Patogen yang mampu
dikendalikan oleh Trichoderma sp., antara lain: Rizoctonia solani, Fusarium oxysporum,
Candida albicans, Armillaria mellea, dan Pythium aphanidermatum (Soesanto, 2008).
Kemungkinan dihasilkannya senyawa hormon pemacu pertumbuhan oleh jamur
Trichoderma sp. didasarkan pada pendapat Salisbury dan Ross (1995), yang menyatakan bahwa
keberadaan hormon dan zat pengatur tumbuh tanaman tidak hanya didapatkan pada jaringan
tanaman tingkat tinggi saja, tetapi juga dapat disintesis pada tingkatan mikroba. Menurut hasil
penelitian Ousley et al. (1994), jamur Trichoderma sp. mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman seperti pada mentimun (Cucumis sativus), lada (Piper nigrum), tembakau (Nicotiana
sp.), dan tomat (Lycopersicum esculentum).

SUMBER

Domsch, K.H., Goms W., and T.H.Anderson. 1993. Compendium of Soil Fungi. IHW.
Verlag.Eching.325-328 p.

Ousley, M.A., Lynch J.M., and J.M. Whipps. 1994. Potential of Trichoderma spp. as consistent
plant growth simulators. J. Biol. Fertil Soils 17: 85-90.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3, Perkembangan Tumbuhan
dan Fisiologi Lingkungan, Edisi keempat. Terjemahan oleh D.R. Lukman dan
Sumaryono. 1995. Penerbit ITB, Bandung.343 hal.

Salma, S. dan L. Gunarto. 1996. AktivitasTrichoderma dalam perombakan selulosa. Penelitian


Bioteknologi Tanaman Pangan 15(1):43-47.

Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Rajawali Press. Jakarta.
573 hal.

Sudantha, I.M. 1997. Pengendalian patogen tular tanah pada tanaman kedelai secara hayati
menggunakan bahan organik dan jamur Trichoderma harzianum. Prosiding Kongres
Nasional XV dan Seminar Nasional PFI. Palembang. Hal. 197-203.
Suwahyono, U. dan P. Wahyudi. 2000. Trichoderma harzianum dan Aplikasinya. Penelitian dan
Pengembangan Agen Pengendali Hayati.(on-line).
repository.unib.ac.id/214/1/joko_akta_Vol12%20No.1.pdf. Diakses 28 Maret 2014.

Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan biota tanah untuk keberlanjutan produktivitas
pertanian lahan kering masam. Jurnal Pembangunan Inovasi Pertanian 1(2): 157-163.

Anda mungkin juga menyukai