KARYA TULIS
2 Materi orisinil yang diangkat untuk isu pembahasan di KONPIDA PD IPM SURAKARTA & MUSYDA 28 PD
IPM KOTA SURAKARTA.
Berdasarkan jenisnya, kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi beberapa jenis kekerasan seksual
yang dilakukan dengan cara :
Verbal
Non Verbal
Daring atau melalui teknologi di dunia maya
Pada dasarnya Kekerasan Seksual muncul karena adanya paksaan dari salah satu pihak untuk
memaksa pihak lain melakukan suatu hal yang merugikan. Baik pelaku maupun korban bisa saja
berkelamin laki-laki atau perempuan. Namun, faktanya banyak di masyarakat luas adalah seringnya
perempuan menjadi korban dari Kekerasan Seksual itu sendiri. Menurut KOMNAS Perempuan, data
yang diperoleh dari Januari – November 2022 ada 3.014 kekerasan berbasis gender terhadap
perempuan, termasuk 860 kasus di ranah publik dan 899 kasus ranah personal. Sementara itu,
Catatan Tahunan Komnas Perempuan periode 2012 – 2021 sekurangnya ada 49.762 laporan kasus
kekerasan seksual.
“Kesetaraan Gender”
What is Gender?
Sebelum jauh ke materi yang akan kita bahas, kita pahami dahulu definisi Gender.
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan
yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman. Atau bisa dikatakan juga, Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki
dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya.
Then, apa itu Kesetaraan Gender?
“Kesetaraan gender adalah pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan
yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka yang bersifat kodrati.”
Dikutip dari Wikipedia. Mudahnya, Kesetaraan Gender adalah keadaan dimana semua orang,
baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan perlakuan setara dan tidak ada diskriminasi.
Obrolan soal Kesetaraan Gender ini memang sudah ramai di Indonesia. Banyak juga opini-opini
yang menyatakan bahwa Kesetaraan Gender melekat pada kurangnya perilaku adil kepada
perempuan. Memang hal ini juga meradang di Indonesia. Tapi jauh dari itu, Kesetaraan Gender
tidak hanya berbicara tentang perempuan dan hak-haknya. Namun, juga laki-laki dan haknya.
Kesetaraan gender dibuat untuk membuat perempuan setara dengan laki-laki dalam hal
apapun.
Di Indonesia, RA Kartini pada tahun 1908 mengawali perjuangan Kesetaraan Gender.
Pada waktu itu, beliau mencoba menyetarakan tingkat dan kualitas Pendidikan di Indonesia
kepada perempuan harusnya sama rata dengan yang diberikan kepada laki-laki. Belum lagi,
persoalan perempuan yang dikenal selalu bergantung kepada laki-laki. RA Kartini akhirnya
mampu memerdekakan perempuan lewat berbagai usahanya yang tidak mudah. Di Indonesia
sendiri, masih banyak hambatan yang berkaitan dengan Kesetaraan Gender. Melekatnya budaya
Patriarki di Indonesia menjadi salah satu hambatan yang ada. Budaya Patriarki sendiri adalah
dimana struktur penempatan laki-laki sebagai pemegang peran utama. Yangmana hal ini
menjadikan perempuan sebagai makhluk kelas dua yang di posisikan mereka tidak mampu
melampaui standart kedudukan laki-laki. Contohnya adalah perempuan masih dianggap kurang
mampu untuk menjadi pemimpin.
Urgensi Kesetaraan Gender
Di Indonesia sendiri,ada banyak kasus diskriminasi kepada perempuan di banyak tempat.
Termasuk ruang terbuka sekalipun. Banyaknya kekerasan seksual dan pernikahan dini marak
terjadi dan lebih banyak perempuan yang menjadi korban. Kesetaraan Gender dibuat untuk
membuat perempuan maupun laki-laki dapat mendapatkan perlakuan yang sama dan setara.
Juga menghapuskan segala bentuk kekerasan, pelecehan, eksploitasi kepada perempuan dan
laki-laki. Selain itu, Kesetaraan Gender dibuat agar perempuan dan laki-laki mendapatkan hak
yang sama di ruang public.
Kenapa mengangkat soal isu Kesetaraan Gender?
Berangkat dari keresahan Tim Materi Musyawarah Daerah ke XXVIII PD IPM Kota
Surakarta soal kurangnya perhatian kepada makhluk kelas dua, yaitu perempuan dalam hal
apapun di lingkungan sekitar, menjadikan Materi Kesetaraan Gender menjadi salah satu materi
yang dibahas. Meski isu soal Kesetaraan Gender sudah banyak di tuliskan, namun faktanya di
lapangan pun masih kurang tersosialisasi dan terwujud. Banyak sekali persoalan-persoalan
perempuan yang belum terselesaikan. Di Lapangan, perempuan sering kali termarjinalkan
dalam hal kepemimpinan. Masih sedikit representasi perempuan di dunia kepemimpinan.
Dalam hal pendidikan, pekerjaan, Kesehatan belum ada upaya maksimal untuk perempuan.
Dalam beberapa sektor, suara perempuan masih kurang diperhatikan. Dalam salah satu vlog
Najwa Shihab, beliau membahas tentang kebanyakan barang diluncurkan untuk laki-laki. Mulai
dari besarnya ponsel genggam, keamanan dalam berkendara, semua nya di desain untuk laki-
laki. Hal itu menunjukkan bahwa perempuan masih kurang diperhatikan. Harusnya, kesetaraan
gender ini di buat agar kita tidak saling mengkotak-kotakkan hak perempuan dan laki-laki.
Isu soal Kesetaraan Gender adalah isu yang sudah ramai sejak dahulu. Kurangnya
perhatian dan sosialisasi dan masih maraknya budaya patriarki membuat isu Kesetaraan Gender
ini dianggap sebagai bukan hal utama. Kesetaraan Gender diciptakan untuk mewujudkan
keadaan setara dan sama kepada laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender juga bisa
membuat negara lebih berkembang dan mengurangi angka kemiskinan, serta mengurangi angka
kekerasan seksual, pelecehan, dan eksploitasi. Kesetaraan gender juga ada untuk
memberdayakan semua masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.