Kelas : Reguler 67 A Mata Kuliah : Business Ethics Dosen : Bpk. Supriyadi, M.Sc, C.M.A, Ph.D
RESUME CHAPTER 7 THE ETHICS OF JOB DISCRIMINATION
Diskriminasi ialah membedakan satu objek dari objek lain bukan berdasarkan kelebihan yang dimilikinya melainkan berdasarkan prasangka atau berdasarkan sikap- sikap yang secara moral tercela. Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen, yaitu: a. Ketidakpuasan yang merugikan pegawai karena bukan didasarkan paa kemampuan yang dimiliki, b. keputusan yang sepenuhnya diambil berdasarkan prasangka rasial atau seksual, stereotipe yang salah atau sikap lain yang secara moral tidak benar, c. keputusan yang memiliki pengaruh negatif pada kepentingan pegawai. Bentuk bentuk diskriminasi a. Tindakan diskriminasi dari seseorang yang dimana dilakukan karena adanya prasangka pribadi, b. Tindakan diskriminasi oleh sebuah kelompok yang dilakukan karena adanya prasangka pribadi para anggotanya, c. Prilaku dari seseorang yang secara tidak sengaja melakukan diskriminasi pada orang lain kaena ia melaksanakan praktik stereotipe dari masyarakat, d. Rutinitas dari organisasi perusahaan yang secara tidak sengaja memasukan prosedur-prosedur formal. Tingkat diskriminasi muncul apabila terjadi ketidak proporsionalan atas kelompok tertentu yang memgang jabatan yang kurang diminati dalam suatu institusi tanpa mempertimbangkan preferensi atau kemampuan mereka. Perbandingan penghasilan rata-rata terjadi pada kaum kulit putih dengan kaum minoritas serta antara perempuan dan laki-laki. Perbandingan kelompok penghasilan terendah berkolerasi dengan ras dan jenis kelamin. Perbandingan pekerjaan yang diminati dimenagkan oleh pria berkulit putih, sedangkan sisanya diisi oleh wanita dan kaum minoritas. Diskriminasi menurut pandangan utilitaria, hak dan kewajiban, adalah a. Menurut utilitarian, bahwa diskriminasi mengarahkan pada penggunaan sumber daya manusia secara tidak efisien, b. Argumen hak, menyatakan bahwa diskriminasi melanggar hak asasi manusia, c. Argumen keadilan, menyatakan bahwa diskriminasi mengakibatkan munculnya perbedaan distribusi keuntungan dan beban dalam masyarakat Praktik diskriminasi dalam dunia kerja digambarkan dalam beberapa tindakan, yaitu a. Perekrutan yang cenderung merekrut pegawai dari kelompok ras dan seksual yang sama dengan yang terdapat dalam perusahaan, b. Seleksi dianggap diskriminatif jika tidak relevan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, c. Kenaikan pangkat dianggap diskriminatif jika memisahkan evaluasi kerja proa kulit putih dengan pegawai perempuan dan pegawai dari kelompok minoritas, d. Pemberian gaji dinyatakan diskriminatif jika diberikan dalam jumlah yang tidak sama untuk orang-orang yang melakaanakan pekerjaan yang pada dasarnya sama, e. Melakukan PHK berdasarkan pertimbangan ras dan jenis kelamin. Tindakan afirmatif dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan kelompok minoritas. Namun tindakan afirmatif sebagai kompensasi, memiliki kelemahan yang dimana tindakan kompensasi yang dilakukan hanya dari individu- individu yang secara sengaja merugikan oranglain dan memberi kompensasi hanya pada individu-individu yang dirugikan. Keterkaitan tindakan afirmatif sebagai instrumen untuk mencapai tujuan sosial merupakan cara yang secara moral sah untuk mencapai tujuan keadilan, sekalipun mungkin bukan merupakan cara yang secara moral diperukan untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Keberhasilan atau pun kegagalan program tindakan afirmatif bergantung pada dukungan perusahaan pada kebutuhan untuk mencapai keberagaman secara rasial dan seksual dalam susunan tenaga kerja di suatu perusahaan, inilah penerapan tindakan afirmatif dan penanganan keberagaman. Program nilai sebanding bertujuan untuk mengatasi masalah gaji rendah yang selama ini cenderung diberikan perempuan. Dalam program ini, nilai yang akan didapatka oleh karyawan akan disesuaikan dengan tingkat kesulitan pekerjaan, persyaratan keahlian, pengalaman, akuntabilitas, risiko, pengetahuan, tanggungjawab, kondisi kerja serta faktor-faktor lain yang dianggap layak untuk memperoleh kompensasi.
ANALISIS KASUS WAL-MART’S WOMEN
Tanggal 26 April 2010, salah satu toko retail terbesar di dunia yaitu Wal-Mart menghadapi tuntutan dari enam orang pekerja wanitanya. Tuntutan yang dimana bahwa Wal-Mart telah melakukan tindakan diskiminasi gender. Tindakan diskriminasi yang dilakukan adalah perbedaan gaji dan upah kerja yang diberikan kepada karyawanwanita dan pria, perbedaan waktu promosi jabatan, pelecehan seksual terhadap wanita, tidak adanya penawaran training bagi karyawan wanita, Dalam hal rekruitmen Wal-mart lebih mementingkan penerimaan karyawan pria dan stereotype mengenai glass ceilling. Dalam proses peradilan ini, para penuntut Wal-Mart meminta bantuan kepada Richard Drogin untuk membantu mencari bukti-bukti yang menerangkan mengenai masalah diskriminasi ini. Dan Drogin pun mebemukan berbagai fakta yang nantnya akan memberatkan pihak Wal-Mart dalam proses peradilan. Sesuai dengan materi yang ada, bahwa Wal-mart telah melanggar etika bisnis yang dimana telah melakukan tindakan diskriminasi gender. Dilihat dari bentuk diskriminasi, yang dilakukan Wal-Mart ialah merupakan bentuk aspek institusional yang dengan sengaja melakukan diskriminasi berdasarkan prasangka pribadi pada anggotanya. Ini dibuktikan dengan berbagai pendapat dan pandangan dari para karyawan pria yang bekerja di Wal-Mart yang semuanya menyataan bahwa keberadaan wanita dalam industir retail tidaklah terlalu penting. Dalam pandangan utilitarian, yang menyatakan bahwa menggunakan faktor-faktor selain kualifikasi pekerjaan tidak akan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan menggunakan kualifikasi yang berkaitan dengan pekerjaan. Ini terbukti dengan dimana para pegawai wanita melakukan pekerjaan yang sama dengan apa yang dilakukan olh pegawai pria, bahkan mereka memiliki jam kerja yang lebih lama dibandingkan dengan jam kerja pria. Dalam pandangan hak, bahwa masing-masing individu memiliki hak moral untuk diperlakukan sebagai seseorang yang merdeka dan sejajar dengan semua orang dan bahwa semua individu memiliki kewajiban moral korelatif untuk memperlakukan satu sama lain. Sedangkan dalam kasus ini, jelas sekali tampak perbedaan pemberian hak moral terhadap karyawan wanita, tidak diberikannya tawaran untk training, waktu yang lebih lama untuk naik jabatan, gaji yang berbeda namun jenis pekerjaannya sama. Dalam pandangan keadilan bahwa ketidakadilan sosial dan ekonomi sudah seharusnya diatur sedemikian rupa sehingga dapat disalurkan pada pekerjaan-pekerjaan yang terbuka bagi semua orang dalam kondisi yang menjunjung kesamaan untuk memperoleh kesempatan. Dalam kasus ini dijelaskan bahwa hanya karyawan pria saja yang diberikan kesempatan untuk menempati jabatan manager maupun direktur, padahal tidak sedikit karyawan wanita yang meiliki kemampuan dan kualitas yang baik dimana dapat memenuhi kualifikasi posisi tersebut. Mengkaji dari beberapa pandangan diatas, dalam penggugatan yang dilakukan oleh para karyawan wanita ini dapat diperkirakan pihak penggugat akan memenangkan kasus tersebut dan pihak tergugat harus memberikan ganti rugi berupa dana kompensasi terhadao enam orang karyawati tersebut. Mengkaji dari deskripsi kasus diatas dan analisis yang dilakukan terkait dengan etika diskriminasi pekerjaan, hendaknya hal ini dijadikan pedoman Wal-Mart guna membentuk kebijakan-kebijakan baru dalam pengelolaan sumberdaya manusia yang bekeja di dalamnya.Hal hal yang perlu dikaji ulang ialah gaji karyawan, promosi jabatan, pembagian jobdesk yang sesuai, kesempatan pengembangan karir, sistem penerimaan karyawan serta perubahan stigma atau pola pikir negatif mengenai posisis wanita sebagai karyawan retail. Selain itu hendaknya pihak perusahaan melalukan tindakan afirmatf terhadap kaum wanita dengan memberikan kesempatan-kesempatan dan kepercayaan pada karyawan wanita guna mengembangkan karirnya. Dengan adanya upaya tersebut, diharapkan tidak ada lagi kesenjangan yang begitu berarti antara karyawan wanita dan karyawan pria.