OLEH :
KELOMPOK 2
1. AGUS NANDA YUDISTIRA
2. AA.NGURAH BAGUS DANENDRA
3. YENNY PRATIWI
4. G.A. WULANDARI KUSUMANINGAYU
5. EMY SUPMAYA DEWI
6. JEFRY EKO JUNIAWAN
7. DEWA NYOMAN REZA ADITYA
8. DEWA PUTU PRASETYA CAHYA UTAMA
9. I PUTU PUTRA ADI DARMAWAN
10. I GEDE OKA WIJAYA
1206205059
1206205115
1206205141
1206205143
1206205161
1206205006
1206205108
1206205111
1206205119
1206205168
KATA PENGANTAR
Puji
syukur
kehadirat
IDA
SANG
HYANG
WIDHI
WASA
karena
atas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. i
DAFTAR ISI... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
BAB III
KESIMPULAN
3.1
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tujuan pemasaran adalah untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan permintaan
1.2.Perumusan Masalah
1. Apa pengertian bauran pemasaran (marketing mix)?
2. Apa pengertian produk serta tingkatan dan klasifikasinya?
3. Apa perbedaan karakteristik antara jasa dan barang?
.3
1. Dapat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SIFAT DISKRIMINASI TENAGA KERJA
Diskriminasi adalah membedakan objek dari objek lainnya. Dalam pengertian ini
diskriminasi merupakan suatu tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat
disalahkan. Namun, dalam pengertian modern, istilah ini secara moral tidak netral karena
biasanya mengacu pada tindakan membedakan seseorang dari orang lain bukan
berdasarkan keunggulan yang dimiliki, tetapi berdasarkan prasangka atau berdasarkan
sikap-sikap yang secara moral tercela.
Dalam suatu organisasi tindakan diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
yaitu :
1. Sengaja.
Diskriminasi dilakukan secara sengaja dan sadar karena :
Prilaku pribadi individu yang ada dalam organisasi dan bukan merupakan
yang sama.
Perbandingan proposi dari anggota kelompok tersebut yang memgang jabatan
lebih mnguntungkan dengan proposi kelompok lain dalam jabatan yang sama.
A. utilitas
Argumen utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada
gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan berdasarkan
kompetensi (kebaikan). Namun, argumen ini dihadapkan pada dua keberatan. Pertama, jika
argumen ini benar, pekerjaan haruslah diberikan dengan dasar kualifikasi yang berkaitan
dengan pekerjaan, hanya jika hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kedua, argumen utilitarian harus menjawab tuntutan penentangnya yang menyatakan bahwa
masyarakat secara keseluruhan akan memperoleh keuntungan dari keberadaan bentuk
diskriminasi seksual tertentu.
Kaum utilitarian menanggapi berbagai kritik dengan menyatakan bahwa
menggunakan faktor selain kualifikasi pekerjaan tidak akan memberikan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan kualifikasi pekerjaan.
B. Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual salah
satunya menyatakan diskriminasi salah karena melanggar hak moral dasar manusia.
Diskriminasi melanggar hak prinsip ini dalam dua cara. Pertama, diskriminasi didasarkan
pada keyakinan suatu kelompok dianggap terlau rendah dibanding kelompok lain. Kedua,
diskriminasi menempatkan kelompok yang terdiskriminasi dalam posisi sosial dan ekonomi
yang rendah.
C. Keadilan
Argumen non-utilitarian kedua melihat diskriminasi melanggar prinsip keadilan.
Diskriminasi melanggar prinsip ini dengan cara menutup kesempatan bagi kaum minoritas
untuk menduduki posisi tertentu dala suatu lembaga dan berarti mereka tidak memperoleh
kesempatan yang sama dengan orang lain.
2.5 TINDAKAN AFIRMATIF.
sejauh usaha untuk memperoleh kesempatan yang sama secara moral juga masih dianggap
sah.
C. Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman
Kriteria lain selain ras dan jenis kelamin yang perlu dipertimbangkan saat
mengambil keputusan dalam program tindakan afirmatif. Pertama, jika hanya kriteria ras dan
jenis kelamin yang digunakan akan mengarah pada perekrutan pegawai yang tidak
berkualifikasi dan mungkin menurunkan produktivitas. Kedua, banyak pekerjaan yang
memiliki pengaruh penting pada kehidupan orang lain. Jika suatu pekerjaan memiliki
pengaruh penting, katakanlah pada jiwa orang lain, kriteria selain ras dan jenis kelamin harus
diutamakan dan lebih dipertimbangkan dibandingkan tindakan afirmatif.
Kontroversi sehubungan dengan kelayakan moral program tindakan afirmatif
belum berakhir. Tidak berarti program seperti itu tidak melanggar semua prinsip moral. Jika
argumen itu benar, program tindakan afirmatif setidaknya konsisten dengan prinsip moral.
2.6 PERATURAN YANG TERKAIT
Perlakuan diskriminasi sangat bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 beserta
amandemennya. UUD 1945 yang secara tegas mengutamakan kesetaraan dan keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan bidang
kemasyarakatan lainnya. Untuk itu UUD 1945 beserta amendemennya sangat penting untuk
menjadi acuan universal para penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Penguatan komitmen Pemerintah Indonesia Penolakan terhadap berbagai bentuk
diskriminasi sebagaimana tertuang dalam Konvensi Internasional tentang Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, 1965 (International Convention on the Elimination of All
Forms of Racial Discrimination, 1965) telah diratifikasi dengan UU Nomor 29 Tahun 1999;
Konvensi Internasional
Untuk memahami arti dari istilah diskriminasi, kami merujuk pada Konvensi ILO No. 111
Mengenai Diskriminasi Dalam Hal Pekerjaan dan Jabatan yang telah disahkan dengan UU
No. 21 Tahun 1999.
Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah
dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada Pasal 28 I
angka 2 ditetapkan bahwa setiap orang berhak bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan dari tindakan diskriminatif itu. Disebutkan
pula dalam pada Pasal 28 I angka 4 UUD 1945 bahwa negara terutama Pemerintah
bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan
hak asasi manusia. Sehingga sangat jelas disebutkan ketentuan bagi warga negara untuk
mendapatkan dan dilindungi hak-haknya sebagai warga negara tanpa ada diskriminasi.
Selanjutnya, Pasal 1 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan bahwa diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengecualian
yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar
agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin,
bahasa, keyakinan politik, yang berakibat, pengurangan, penyimpangan atau penghapusan,
pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam
kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial,
budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
Dengan pengertian itu, diskriminasi merupakan persoalan penting dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan umum, terutama dalam pemenuhan hak-hak dasar setiap warga
negara sebagaimana diatur di dalam UUD 1945.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Dalam bauran pemasaran terdapat empat variabel yang sangat penting dalam strategi
pemasaran, yaitu terdiri dari produk, harga, promosi dan tempat. Keempat variabel itu
diperlukan dalam bauran pemasaran dan keempat variabel ini harus saling berkaitan satu
sama lain. Hal ini bertujuan agar dapat mencapai tujuan dari strategi pemasaran yang berupa
keberhasilan menyeluruh. Yang sangat dipentingkan, bahwa pemilihan pasar target dan
pengembangan bauran pemasaran saling berkaitan. Kedua kegiatan ini diputuskan bersama.
Yang harus dibandingkan dengan tujuan perusahaan adalah strategi bukan pasar target
alternatif atau bauran pemasaran alternatif.