PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sungguh manusia di dunia memiliki hak untuk bisa mendapatkan
kenyamanan, keamanan dan hidup merdeka tanpa adanya rasa tertekan oleh
pihak manapun. Karena dalam pandangan agama islam pun, adanya
hubungan antar sesama manusia (mu’amalah) diatur dalam Q. S Al-Maidah
ayat 2, yang artinya :
“Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
Namun, faktanya di dunia ini masih ada perlakuan diskriminasi antar satu
kelompok dengan kelompok lain, antar gender satu dengan yang lainnya,
antara kelompok mayoritas dengan kelompok minoritas. Tentu hal ini akan
sangat merugikan bagi orang-orang yang mengalami diskriminasi. Tak
hanya dalam lingkup kualifikasi pekerjaan yang tak sesuai dengan
keahliannya, namun juga dalam kenaikan pangkat ataupun gaji.
Maka dari itu, makalah ini adakan membahas mengenai diskriminasi dalam
dunia pekerjaan dan bagaimana program afirmatif dalam menentang
diskriminasi tersebut.
I.3. Manfa’at
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana etika diskriminasi dalam
dunia pekerjaan. Dan bagaimana kita menentang tindakan tersebut, dengan
mengambil program tindakan afirmatif.
1
I.4. Metode Pembahasan
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data
dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun
informasi di internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam
suatu institusitanpa mempertimbangakan preferensi (hak untuk)
didahulukan dan diutamakan daripada yang lain;) ataupun kemampuan
mereka. Ada tiga perbandingan yang membuktikan distribusi semacam itu:
4
3. Perbandingan pekerjaan yang diminati, yaitu perbandingan proporsi
dari anggota kelompok terdiskriminasi yang memegang jabatan lebih
menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam jabatan yang
sama. Distribusi pekerjaan dapat dinilai dan dibuktikan dari
diskriminasi kelompok minoritas, rasial, dan seksual.
5
Namun, argumen ini dihadapkan pada dua keberatan.
Pertama, jika argumen ini benar, pekerjaan haruslah diberikan dengan
dasar kualifikasi yang berkaitan dengan pekerjaan, hanya jika hal
tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua, argumen
utilitarian harus menjawab tuntutan penentangnya yang menyatakan
bahwa masyarakat secara keseluruhan
akan memperoleh keuntungan dari keberadaan bentuk
diskriminasi seksual tertentu.
Kaum utilitarian menanggapi berbagai kritik dengan
menyatakan bahwa menggunakan faktor selain kualifikasi pekerjaan
tidak akan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan
dengan kualifikasi pekerjaan.
2. Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan
seksual salah satunya menyatakan bahwa diskriminasi salah karena
melanggar hak moral dasar manusia. Teori Kant, misalnya, menyatakan
bahwa manusia haruslah diperlakukan sebagai tujuan dan tidak boleh
hanya sebagai sarana. Kesimpulannya, prinsip ini menjunjung hak-hak
manusia untuk diperlakukan sebagai orang yang merdeka dan sejajar
dengan orang lain, dan bahwa semua individu memiliki kewajiban moral
korelatif untuk memperlakukan satu sama lain sebagai individu yang
merdeka dan sederajat. Diskriminasi melanggar hak prinsip ini dalam dua
cara. Pertama, diskriminasi didasarkan pada keyakinan suatu kelompok
dianggap terlalu rendah dibanding kelompok lain. Kedua, diskriminasi
menempatkan kelompok yang terdiskriminasi dalam posisi sosial dan
ekonomi yang rendah.
3. Keadilan
Argumen non-utilitarian kedua melihat diskriminasi melanggar
prinsip keadilan. Diskriminasi melanggar prinsip ini dengan cara
menutup kesempatan bagi kaum mnoritas untuk menduduki posisi
tertentu dala suatu lembaga dan berarti mereka tidak memperoleh
kesempatan yang sama dengan orang lain.
6
4. Praktik Diskriminasi
a. Rekrutmen, Perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada referensi
verbal para pegawai saat ini dalam merekrut karyawan baru
cenderung merekrut karyawan dari kelompok ras dan seksual yang
sama yang terdapat dalam perusahaan.
b. Seleksi, kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak
relevan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Kenaikan pangkat, dikatakan diskriminatif jika perusahaan
memisahkan evaluasi kerja pria kulit putih dengan pegawai
perempuan dan pegawai dari kelompok minoritas.
d. Kondisi pekerjaan, pemberian gaji akan diskriminatif jika dalam
jumlah yang tidak sama untuk orang yang melaksanakan pekerjaan
yang pada dasarnya sama.
e. PHK, memecat berdasarkan pertimbangan ras, dan jenis kelamin
merupakan diskriminasi.
5. Pelecehan Seksual
Kaum perempuan, seperti telah dicatat sebelumnya, merupakan
korban dari salah satu bentuk diskriminasi secara terang-terangan
dan koersif: mereka menghadapi kemungkinan pelecehan seksual.
Meskipun kaum pria, dalam contoh-contoh tertentu juga menjadi
korban pelecehan seksual, namun sejauh ini perempuanlah yang
sering menjadi korban. Pada tahun 1978, Equal Employment
Opportunity Commission memublikasikan serangkaian “pedoman”
untuk mendefiniskan pelecehan seksual dan menetapkan apa yang
menurut mereka sebagai tindakan yang melanggar hukum. Pedoman
tersebut menyatakan:
Rayuan seksual tidak di inginkan, permintaan untuk melakukan
hubungan dan kontak verbal atau fisik lain yang sifatnya seksual
merupakan pelecehan seksual bila:
a. Sikap tunduk terhadap tindakan tersebut secara eksplisit
ataupun implisit dikaitkan dengan situasi atau syarat-syarat kerja
seseorang.
7
b. Sikap tunduk atau penolakan terhadap tindakan tersebut
digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan yang
berpengaruh pada individu yang bersangkutan.
c. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengganggu pelaksanaan
pekerjaan seseorang atau menciptakan lingkungan kerja yang
diwarnai ke khawatiran, sikap permusuhan atau penghinaan.
Lebih jauh lagi, pedoman tersebut menyatakan bahwa pelecehan
seksual adalah dilarang dan bahwa pengusaha atau
perusahaanbetanggung jawab atas semua tindakan pelecehan seksual
yang dilakukan oleh para pegawai.
Pedoman ini secara moral adalah tepat, karena dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya situasi-situasi dimana seorang pegawai
dipaksa memenuhi permintaan seksual pegawai lainyang disertai
ancaman akan kehilangan kesempatan penting dalam pekerjaan,
misalnya kenaikan pangkat, gaji atau bahkan kehilangan pekerjaan.
Pemaksaan terhadap pegawai yang rentan dan tidak berdaya
menciptakan kerugian psikologis besar pada pegawai yang
bersangkutan, melanggar kebebasan dan martabatnya, dan
merupakan penyalahgunaan kekuasaan sangat tidak adil terhadap
pegawai, dan sekaligus merupakan pelanggaran atas standar moral
utilitarianisme, hak, keadilan dan perhatian.
6. Di Luar Ras dan Jenis Kelamin: Kelompok Lain
Age discrimination dalam Employment Act tahun 1967
melarang diskriminasi terhadap pegawai yang lebih tua berdasarkan
usia. Selain diskriminasi pada orang yang lanjut usia, adapula
diskriminasi pada penderita cacat. Meskipun telah di berlakukan
suatu hukum yang melindungi kedua jenis pegawai tersebut, namun
nyatanya masih terus terjadi di sebagian negara. Selain pegawai
lanjut usia dan penderita cacat, terdapat pula diskriminasi pada pria
gay, transseksual, pengidap AIDS dan orang-orang gemuk.
8
IV. TINDAKAN AFIRMATIF
9
3.Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman
Pedoman yang diusulkan sebagai salah satu cara untuk memasukkan
berbagai pertimbangan ke dalam program tindakan afirmatif ketika kaum
minoritas kurang terwakili dalam suatu perusahaan, sebagai berikut:
a. Kelompok minoritas dan bukan minoritas wajib direkrut atau
dipromosikan hanya jika mereka telah mencapai tingkat kompensasi
minimum atau mampu mencapai tingkat tersebut dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan.
b. Jika kualifikasi calon dari kelompok minoritas hanya sedikit lebih
rendah (atau sama atau lebih tinggi) dibandingkan dari yang bukan
kelompok minoritas, maka calon tersebut harus lebih diutamakan.
c. Jika calon dari kelompok minoritas dan bukan minoritas sama-sama
berkuaifikasi atas suatu pekerjaan, namun calon dari kelompok yang
bukan minoritas jauh lebih berkualifikasi, maka:
Jika pelaksanaan pekerjaan tersebut berpengaruh langsung pada
kehidupan atau keselematan orang lain atau jika pelaksanaan
pekerjaan tersebut memiliki pengaruh penting pada efisiensi
seluruh perusahaan, maka calon dari kelompok bukan minoritas
yang jauh lebih berkualifikasi harus lebih diutamakan.
Jika pekerjaan tersebut tidak berkaitan dengan aspek
keselamatan dan tidak memiliki pengaruh penting pada efisiensi
perusahaan, maka minoritas harus lebih diutamakan.
d. Preferensi juga harus diberikan pada calon dari kelompok minoritas
hanya jika jumlah pegawai minoritas dalam berbagai tingkat jabatan
dalam perusahaan tidak proporsional dengan ketersediaan dalam
populasi.
4. Gaji yang Sebanding untuk Pekerjaan yang Sebanding
Nilai sebanding yang diusulkan berbagai kelompok
dimaksudkan untuk mengatasi masalah gaji rendah yang oleh
mekanisme pasar selama ini cenderung selalu diberikan pada kaum
perempuan. Program nilai sebanding diawali dengan memperkirakan
nilai setiap pekerjaan terhadap suatu organisasi (dalam kaitannya
10
dengan persyaratan keahlian, pendidikan, tugas, tanggungjawab, dan
karakteristik lain yang menurut perusahaan layak memperoleh
kompensasi) dan memastikan bahwa pekerjaan dengan nilai yang
sebanding gajinya juga sebanding, tidak peduli apakah pasar tenaga
kerja eksternal memberi gaji yang sama atau tidak untuk pekerjaan-
pekerjaan tersebut.
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Simpulan
Arti diskriminasi adalah membedakan satu objek dari objek lainnya,
tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan.
Berbeda dengan pengertian modern, istilah ini secara moral tidak netral.
Karena membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan
keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan prasangka atau sikap yang
secara moral tercela
Bentuk-bentuk diskriminasi antaralain :
1. Aspek Kesengajaan
2. Aspek Institusional
Tingkat diskriminasi adalah sebagai berikut :.
1) argumen utilitarian
2) argumen hak
3) argumen keadilan
Argumen yang digunakan untuk membenarkan program-program
tindakan afirmatif dalam menghadapi kecaman dari pihak-pihak tertentu
dapat di kelompokkan ke dalam dua bagian:
1) Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
2) Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan
Sosial
12
2. Saran
Diskriminasi merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai bukan
hanya dari pandangan barat, namun juga menurut pandangan islam. Semua
manusia tentunya memiliki hak untuk mendapatkan apa yang seharusnya
mereka dapatkan.
Begitu juga dalam hal pekerjaan, karena setiap manusia telah Allah
karuniakan kelebihan dan potensi masing-masing. Sehingga mereka juga
berhak untuk bekerja sesuai kualifikasi di bidangnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://rowchie.blogspot.com/2010/03/etika-diskriminasi-pekerjaan.html
di akses hari rabu, 1 juni 2016 pkl 7;38
Ardliyanto, Arif. 2014. Bank Jatim Tolak Calon Pegawai Berhijab. Diakses
darihttp://ekbis.sindonews.com/read/846227/34/bank-jatim-tolak-calon-
pegawai-berhijab-1395319035 pada tanggal 20 Maret 2016.
14