PEMBAHASAN
1
a. Sengaja
Diskriminasi dilakukan secara sengaja dan sadar karena:
Perilaku pribadi indivisu yang ada dalam organisasi dan bukan merupakan
praktek yang dikehendaki organisasi. Misalnya, suatu perusahaan tidak
bermaksdu melakukan diskriminasi, tetapi peugas pewawancara yang
ditunjuk saat rekrutmen secara sengaja dan sadar melakukan diskriminasi
karena prasangka yang buruk.
Perilaku rutin organisasi yang secara historis melakukan praktek
diskriminasi karena prasangka pribadi para anggotanya sehingga praktek
tersebut akhirnya melembaga. Misalnya, pada suatu perusahaan dulu sampai
sekarang hanya menerima pria sebagai tenaga keamanan, karena
beranggapan wanita tidak cocok sebagai tenaga keamanan. Tindakan ini
akhirnya melembaga dan dilakukan terus menerus.
b. Tidak Sengaja
Suatu organisasi mungkin saja tidak pernah bermaksud melakukan diskriminasi,
tetapi secara tidak sengaja dan tidak sadar telah melakukannya karena:
Menerima praktek stereotip tradisonal dari masyarakat sekitarnya.
Misalnya, di suatu lingkungan masyarakat terdapat anggapan bahwa wanita
tidak pantas menjadi pemimpin, sehingga wanita tidak lumrah menduduki
posisi atau jabatan penting.
Menjalankan prosedur formal perusahaan. Misalnya, suatu petusahaan
wajib mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam melakukan
rekrutmen. Tetapi prosedur ini ternyata mengakibatkan adanya kelompok
tertentu menjadi terdiskriminasi.
Kebetulan. Misalnya, jumlah pekerja yan diterima dalam suatu perusahaan
mayoritas pria, karena kebetulan yang mlamar kerja dan yang memenuhi
standar kelulusan sebagian besar pria.
2
a. Perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok
yang terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata yang diberikan oleh kelompok
lain dalam pekerjaan yang sama.
b. Perbandingan atas proporsi kelompok terdiskriminasi yang terdapat dalam tingkat
pekerjaan paling rendah dengan proporsi kelompok lain dalam tingkat yang sama.
c. Perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang jabatan
lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam jabatan yang sama.
3
1.6. Perbandingan Pekerjaan yang Diminati
Bukti diskriminasi rasial dan seksual yang diperoleh dari penilaian kuantitatif yang kita
lihat sejauh ini dapat dikembangkan secara kualitatif dengan mempelajari distribusi
pekerjaan dari kelompok minoritas, rasial dan seksual. Pada semua kelompok pekerjaan
besar, persentase pria kulit putih yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi
juga lebih besar, sementara kaum minoritas dan perempuan sebagian besar memiliki
pekerjaan dengan gaji kecil dan kurang diminati seperti halnya pekerjaan – pekerjaan yang
lebih diminati dimiliki oleh orang-orang kulit putih sementara yang kurang diminati
dimiliki orang-orang kulit hitam.
Fakta bahwa perempuan dan kelompok minoritas memperoleh penghasilan lebih kecil
dibandingkan kulit putih tidak sepenuhnya dapat diperjelasdalam kaitannya dengan tingkat
pendidikan mereka yang lebih rendah. Perbedaan antara pria kulit putih dengan perempuan
atau kelompok minoritas juga tidak dapat dijelaskan sepenuhnya menurut preferensi,
kadang ada yang menyatakan bahwa perempuan secara sukarela memilih pekerjaan –
pekerjaan dengan gaji dan pretise yang rendah. Kadang ada juga yang mengatakan,
misalnya perempuan percaya bahwa hanya pekerjaan – pekerjaan tertentu saja.
Salah satu penelitian menemukan bahwa hanya separuh perbedaan penghasilan tersebut
yang dapat dikaitkan dengan pilihan-pilihan kaum perempuan, sementara peneliti-peneliti
lain juga menyatakan hal yang kurang lebih sama. Akan tetapi, semua penelitian
menunjukan bahwa hanya sebagian perbedaan penghasilan yang dapat dikaitkan dengan
perbedaan tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kontinuitas kerja, pembatasan kerja, dan
tingkat absensi. Sejumlah kecenderungan yang muncul di awal tahun 1990an memperbesar
hambatan – hambatan yang dialami kaum perempuan dan kelompok minoritas dipasar
tenaga kerja.
a. Sebagian besar tenaga kerja baru yang memasuki pasar kerja, bukan kelompok
pria kulit putih, namun perempuan dan kelompok minoritas.
b. Saat tenaga kerja perempuan memperoleh kemajuan karier, mereka menghadapi
hambatan yang disebut dinding kaca saat mereka berusaha meraih jabatan
manajemen tinggi.
c. Perempuan yang sudah menikah dan ingin punya anak, berbeda dengan pria
yang sudah menikah dan ingin punya anak, saat ini menghadapi hambatan –
hambatan besar dalam perkembangan karier mereka.
Jadi, tampak jelas bahwa kaum perempuan dan minoritas, yang sekarang mewakili
sebagian besar tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, memperoleh posisi yang sangat
4
tidak menguntungkan, keadaan yang tidak menguntungkan ini, apalagi kalau bukan
merupakan bentuk lain dari diskriminasi yang sistematis yang terinstitusionalisasi.
Berbagai perbandingan statistik serta berbagai macam hasil penelitian yang menunjukan
bahwa perbedaan – perbedaan tersebut tidak hanya disebabkan oleh perbedaan dalam
preferensi atau kemampuan kaum perempuan dan minoritas.
Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan tertentu diskriminatif atau tidak, kita perlu
memerlukan sejumlah perbandingan antara berbagai tingkat ekonomi dan pekerjaan dalam
masyarakat, dan untuk mendukung dilakukannya perbandingan semacam itu, para
pengusaha diminta memberikan laporan pada pemerintah berapa banyak warga minoritas
dan perempuan yang bekerja ditempat mereka dalam sembilak kategori : pejabat dan
manajer, profesional, teknisi, tenaga penjualan, pegai kantor dan tata usaha, pegawai ahli,
pegawai setengah ahli, tenaga kasar, dan pegawai bidang jasa.
6
Pendekatan lain terhadap moralitas diskriminasi yang juga melihat diskriminasi sebagai
salah satu bentuk ketidakadilan, mendasarkan pandangan pada “prinsip keadilan formal”
individu-individu yang setara dalam segala hal yang berkaitan misalnyapekerjaan harusnya
diperlakukan secara sama sekalipun mereka berbeda dalam aspek-aspek yang tidak relevan
lainnya.
10
BAB II
KESIMPULAN
2.1. Kesimpulan
Satu hal yang cukup penting adalah fakta bahwa hanya ada sebagian kecil calon tenaga
kerja yang berasal dari kelompok pria kulit putih. Sebagian besar pegawai baru di masa
mendatang adalah kaum perempuan dan minoritas. Kecuali jika perubahan-perubahan
besar dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengankarakteristik mereka,
maka mereka tetap tidak akan dapat masuk dengan “nyaman” kedalam dunia kerja.
Dalam kaitannya dengan kecerendungan demografi masa mendatang, kepentingan diri
yang semakin tinggi juga akan mendorong usaha bisnis memberikan ada kaum perempuan
dan minoritas. Biaya atau akibat dari sikap tidak membantu/mendukung datangnya
gelombang tenaga kerja perempuan dan minoritas dengan kebutuhan-kebutuhan mereka,
tidak akan hanya dirasakan oleh perempuan dan minoritas.
Banyak usaha bisnis, yang menyadari bahwa kecerendungan tersebut, telah
melaksanakan program-program untuk mempersiapkan diri guna merespon kebutuhan
kaum perempuan dan minoritas. Untuk merespons kebutuhan kaum perempuan, misalnya
banyak perusahaan yang menyediakan pelayanan perawatan anak dan jam kerja yang
fleksibel agar pegawai perempuan yang punya anak berkesempatan merawatnya.
Perusahaan lain malaksanakan sejumlah program tindakan afrmatif yang cukup agresif
untuk mengintegrasikan kelompok-kelompok minoritas kedalam perusahaan dimana
mereka diberi pendidikan, pelatihan kerja, keahlian, konseling, dan bantuan lain yang
dimaksudkan agar mereka mampu berasimilasi dengan pegawai lain.
Menilai dan menangani tenaga kerja yang beragam adalah lebih dari tindakan yang
benar secara etis dan moral. Demografi tenaga kerja untuk decade selanjutnya
menunjukkan dengan jelas bahwa perusahaan-perusahaan yang gagal melaksanakan tugas
merekrut, malatih, dan mempromosikan kaum perempuandan minoritas tidak aka mampu
memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja.
11
DAFTAR PUSTAKA
- Dewi, Sutrisna. 2016. Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi dan Kasus. Cetakan
Kedua. Bali: Udayana University Press.
- Nurjanah, Siti.2017. Etika Bisnis dan Profesi.
https://www.academia.edu/36148410/MAKALAH_ETIKA_BISNIS_DAN_PROFESI
(19 Oktober 2019)
12