Anda di halaman 1dari 9

TEMU 13: ETIKA ATAS DISKRIMINASI PEKERJAAN

Kelompok 3:

Luh Gde Yurika Regi SP 09


Eko Rimbawa Mnune 10
Ni Putu Ariani 11
Putu Sri Sukmawati 12

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
KELAS H1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
MIND MAP...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
A. Etika atas Diskriminasi Pekerjaan......................................................................................4
B. Diskriminasi Pekerjaan: Sifatnya........................................................................................4
C. Diskriminasi: Luasnya........................................................................................................5
D. Diskriminasi: Kegunaan, Hak, dan Keadilan......................................................................6
E. Praktek diskriminasi...........................................................................................................6
F. Tindakan Afirmatif.............................................................................................................6
G. Review Artikel & Kasus.....................................................................................................7
H. Kesimpulan.........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
Diskriminasi: Kegunaan, Hak, dan Keadilan MIND MAP
Etika atas Diskriminasi Pekerjaan
Terdapat beberapa argumen yang menentang diskrimasi, yaitu: Diskriminasi sering kali dialami oleh kelompok minoritas,
1. Utilitarian arguments
2. Right-based arguments ketidaksetaraan terhadap perempuan, dan kerugian yang
3. Justice-based Discrimination dialami oleh kaum kulit putih atau laki-laki akibat preferensi
yang diberikan kepada perempuan dan kelompok minoritas.
Praktek diskriminasi Hal ini tidak dapat dihindari karena diskriminasi ras dan
seksual telah memiliki sejarah panjang dalam bisnis, dan
Terdapat konsekuensi yang dipahami bahwa hukum secara keberagaman kini menjanjikan manfaat yang signifikan bagi
keseluruhan berubah untuk menanggapi kebutuhan moral ini
dan terdapat pemahaman yang bertumbuh dengan berbagai Diskriminasi Pekerjaan: Sifatnya
cara dimana diskriminasi dalam tenaga kerja terjadi.
Diskriminasi ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar,
yakni:
Tindakan Afirmatif
1. Keputusan diambil tidak berdasarkan kemampuan yang
ETIKA ATAS dimiliki.
Tindakan afirmatif merupakan usaha untuk mengembangkan DISKRIMINASI 2. Keputusan yang sepenuhnya atau sebagian berdasarkan
suatu pendekatan sistematis untuk membuka pintu gerbang prasangka rasial atau seksual, stereotip yang salah atau
PEKERJAAN
pendidikan, ketenaga kerjaan dan pengembangan peluang sikap lainnya yang secara moral tidak benar.
bisnis bagi individu yang berpotensi dan kebetulan mengalami 3. keputusan yang memiliki pengaruh negatif atau
diskriminasi. merugikan pada kepentingan pegawai.
Bentuk diskriminasi dapat berupa: (1) sengaja dilakukan
Review Artikel & Kasus karena adanya prasangka pribadi, (2) bagian dari perilaku
rutin, (3) tidak sengaja dilakukan, dan (4) bagian dari rutinitas
sistematis yang tidak sengaja masuk dalam prosedur formal.
Dalam artikel dibahas membahas konflik antara buruh
perempuan dengan PT. AICE terkait kebijakan perusahaan
yang tidak responsif terhadap gender. Dalam penelitian ini Diskriminasi: Luasnya
ditemukan bahwa kebijakan perusahaan tidak memenuhi hak-
hak buruh perempuan, menyebabkan penurunan motivasi dan Indikator diskriminasi timbul apabila terdapat proporsi yang
mogok kerja. Hal ini mencerminkan masalah yang lebih luas tidak seimbang atas anggota kelompok tertentu. Ada tiga
dalam upaya mencapai kesetaraan gender di tempat kerja. perbandingan yang mungkin bisa membuktikan distribusi
Sistem kapitalisme juga dieksplorasi sebagai faktor yang seperti ini.
mengeksploitasi dan tidak memperhatikan hak perempuan, 1. Perbandingan penghasilan rata-rata
terutama dalam hal reproduksi. Perusahaan tidak responsif 2. Perbandingan kelompok penghasilan terpisah
terhadap buruh perempuan, tidak memberikan perlindungan 3. Perbandingan pekerjaan yang diminati
bagi perempuan hamil, dan tetap mempekerjakan perempuan
pada shift malam
3
PEMBAHASAN

A. Etika atas Diskriminasi Pekerjaan


Dalam pembahasan terkait etika atas diskriminasi pekerjaan yang menajadi
perhatian khusus adalah pembedaan apa yang dapat dilakukan perusahaan secara wajar
terhadap pelamar kerja tanpa melakukan diskriminasi, seberapa luas dikriminasi dalam
lingkup pekerjaan, alas an mengapa melakukan diskriminasi dalam pekerjaan itu salah,
dan apa yang dimaksud dengan tindakan alternatif yang dilakukan dalam diskriminasi dan
alasan mengapa tindakan ini kontroversial. Perdebatan mengenai kesetaraan,
keberagaman, dan diskriminasi telah berlangsung lama dan sengit. Kontroversi terus
berputar seputar kondisi penderitaan kelompok minoritas, ketidaksetaraan terhadap
perempuan, dan kerugian yang dialami oleh kaum kulit putih atau laki-laki akibat
preferensi yang diberikan kepada perempuan dan kelompok minoritas. Perdebatan yang
terus berlanjut mengenai keragaman ras dan seksual sering kali berfokus pada bisnis dan
kebutuhannya. Hal ini tidak dapat dihindari karena diskriminasi ras dan seksual telah
memiliki sejarah panjang dalam bisnis, dan keberagaman kini menjanjikan manfaat yang
signifikan bagi bisnis. Lebih dari isu sosial kontemporer lainnya, diskusi publik mengenai
diskriminasi dan keberagaman jelas mendekati subjek ini dari sudut pandang etika karena
kata-kata keadilan, kesetaraan, rasisme, hak asasi manusia, dan diskriminasi pasti akan
menjadi perdebatan.
B. Diskriminasi Pekerjaan: Sifatnya
Diskriminasi adalah membedakan satu objek dengan objek lainnya. Secara moral
tindakan ini adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Akan tetapi, dalam dunia
modern,istilah ini secara moral tidak netral lagi karena biasanya mengacu pada tindakan
membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki,
namun berdasarkan prasangka atau berdasarkan sikap-sikap yang secara moral tercela.
Diskriminasi semacam ini umumnya terjadi dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan.
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar. 1) keputusan yang
merugikan seorang pegawai atau calon pegawai karena keputusan diambil tidak
berdasarkan kemampuan yang dimiliki. 2) keputusan yang sepenuhnya atau sebagian
berdasarkan prasangka rasial atau seksual, stereotip yang salah atau sikap lainnya yang
secara moral tidak benar. 3) keputusan yang memiliki pengaruh negatif atau merugikan
pada kepentingan pegawai. Diskriminasi ketenagakerjaan di Amerika Serikat secara
historis telah diarahkan pada kelompok agama (seperti Yahudi dan Katolik), kelompok

4
etnis (seperti Italia, Polandia, dan Irlandia), kelompok ras (seperti kulit hitam, Asia, dan
Hispanik), dan kelompok seksual (seperti perempuan dan homoseksual).
Bentuk diskriminasi (aspek disengaja dan kelembagaan) dapat dilihat dari
beberapa aspek. 1) Tindakan diskriminasi mungkin merupakan bagian dari perilaku
terpisah dari seseorang yang dengan sengaja dan sadar melakukan diskriminasi karena
adanya prasangka pribadi. 2) Tindakan diskriminasi mungkin merupakan bagian dari
perilaku rutin dari sebuah kelompok yang terinstitusionalisasi, yang dengan sengaja dan
sadar melakukan diskriminasi berdasarkan prasangka pribadi para anggotanya. 3)
Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku yang terpisah dari
seseorang yang secara tidak sengaja dan tidak sadar melakukan diskriminasi terhadap
orang lain karena dia menerima dan melaksanakan praktik-praktik dan stereotipe
tradisional dari masyarakatnya. 4) Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian
dari rutinitas sistematis dari organisasi perusahaan atau kelompok yang secara tidak
sengaja memasukkan prosedur formal yang mendiskriminasikan kaum perempuan atau
kaum minoritas.
C. Diskriminasi: Luasnya
Indikator diskriminasi timbul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang atas
anggota kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu
institusi tanpa mempertimbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka. Ada tiga
perbandingan yang mungkin bisa membuktikan distribusi seperti ini.
1) Perbandingan Penghasilan Rata-Rata. Perbandingan penghasilan rata-rata
menunjukkan tingkat diskriminasi dengan melihat perbandingan penghasilan
beberapa golongan kaum dalam masyarakat, misalnya berdasarkan ras dan gender.
Perbandingan penghasilan memberikan indikator paling sugestif atas diskriminasi,
misalnya perbedaan rata-rata penghasilan antara kulit putih, kulit hitam dan
hispanik di Amerika. Perbandingan penghasilan juga dapat menunjukkan
diskriminasi berbagai kesenjangan antara gender. Misalnya rata-rata penghasilan
kaum kulit putih di Amerika jauh lebih tinggi dibanding kaum kulit putih dan
Hispanic.
2) Perbandingan kelompok penghasilan terendah. Perbandingan kelompok
penghasilan terendah ini merupakan upaya untuk melihat tingkat diskriminatif
dengan melihat banyaknya persentase dari setiap golongan yang masuk dalam
kategori miskin atau berpenghasilan terendah. Misalnya persentase kaum hispanik

5
dan kulit hitam yang berada dibawah garis kemiskinan jauh lebih besar
dibandingkan dengan kaum kulit putih.
3) Perbandingan pekerjaan yang diminati. Perbandingan pekerjaan yang diminati
merupakan upaya untuk melihat tingkat diskriminatif dengan melihat persentase
distribusi jenis pekerjaan apa yang paling diminati oleh setiap golongan baik
golongan minoritas, rasial dan seksual. Misalnya untuk jenis-jenis pekerjaan
dengan gaji tinggi sering sekali dipegang oleh pria dibandingkan perempuan.
D. Diskriminasi: Kegunaan, Hak, dan Keadilan
Terdapat beberapa argumen yang menentang diskrimasi, yaitu :
a. Utilitarian arguments. Diskriminasi mengarahkan pada penggunaan sumber daya
manusia secara tidak efisien.Utilitarian arguments memiliki 2 keberatan yaitu (1)
Jika alasannya benar, pekerjaan harus diberikan dengandasar kualifikasi yang
berkaitan dengan pekerjaan. (2) Argumen juga harus menjawab isu bahwa
masyarakatdapat mengambil keuntungan dari berbagai bentuk diskriminasi gender.
b. Right-based arguments. Diskriminasi melanggar hak asasi manusia; Manusia
seharusnya diperlakukansebagai tujuan dan tidak boleh hanya sebagai
sarana/media. Pada tingkat minimum, prinsip ini menginginkanbahwa manusia
harus diperlakukan sama. Diskriminasi diyakini bahwa satu kelompok adalah
berkuasa atas kelompok lain.
c. Justice-based Discrimination. Argumen ketiga tentang diskriminasi menyatakan
bahwa diskriminasi merupakanpelanggaran atas prinsip keadilan. Diskriminasi ini
sebagai hasil dari ketidakadilan distribusi manfaat danbeban Diskriminasi dalam
pekerjaan salah karena melanggar prinsip dasar keadilan dengan
membedakanantara orang-orang berdasarkan (sex atau ras) yang tidak relevan
dengan tugas yang harus dikerjakan
E. Praktek diskriminasi
Terlepas dari permasalahan yang terjadi di beberapa argumentasi yang menentang
diskriminasi, terdapat alasan kuat mengapa mempertahankan atau membela praktek
diskriminasi adalah sebuah kesalahan. Terdapat konsekuensi yang dipahami bahwa
hukum secara keseluruhan berubah untuk menanggapi kebutuhan moral ini dan terdapat
pemahaman yang bertumbuh dengan berbagai cara dimana diskriminasi dalam tenaga
kerja terjadi.

6
F. Tindakan Afirmatif
Tindakan afirmatif sangatlah penting dalam mengatasi diskriminasi gender dan
ras. Hal ini menjadi kontraversiyang hangat sehingga kita sering kali mengabaikan prinsip
yang berdasarkan pada kesamaan hak, keadilan dan hukum bukan pada kebaikan dan
prestasi. Tindakan afirmatif merupakan usaha untuk mengembangkan suatu pendekatan
sistematis untuk membuka pintu gerbang pendidikan, ketenaga kerjaan dan
pengembangan peluang bisnis bagi individu yang berpotensi dan kebetulan mengalami
diskriminasi. Kelemahan prinsip ini mensyaratkan kompensasi hanya dari individu yang
secara sengaja merugikan orang lain, dan memberikan kompensasi hanya dari individu
yang dirugikan.
G. Review Artikel & Kasus
Penelitian ini membahas konflik antara buruh perempuan dengan PT. AICE
terkait kebijakan perusahaan yang tidak responsif terhadap gender. Penelitian
menggunakan metode studi pustaka dan menemukan bahwa kebijakan perusahaan tidak
memenuhi hak-hak buruh perempuan, menyebabkan penurunan motivasi dan mogok
kerja. Hal ini mencerminkan masalah yang lebih luas dalam upaya mencapai kesetaraan
gender di tempat kerja. Sistem kapitalisme juga dieksplorasi sebagai faktor yang
mengeksploitasi dan tidak memperhatikan hak perempuan, terutama dalam hal
reproduksi. Perusahaan tidak responsif terhadap buruh perempuan, tidak memberikan
perlindungan bagi perempuan hamil, dan tetap mempekerjakan perempuan pada shift
malam. Penelitian ini menekankan bahwa perusahaan wajib memberikan hak-hak kepada
buruh perempuan, namun di PT. AICE, buruh perempuan tidak mendapatkan hak-hak
tersebut sepenuhnya. Konflik ini mencerminkan ketidaksetaraan gender di tempat kerja,
memunculkan isu diskriminasi gender dan perlakuan tidak adil terhadap buruh
perempuan. Saran-saran konkret termasuk mendorong dialog dan negosiasi, peningkatan
perlindungan hukum, peningkatan kesadaran dan pelatihan, serta pembentukan komite
atau lembaga pengawas independen. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang isu buruh
perempuan di industri atau perusahaan tertentu, seperti PT. AICE, juga dianggap penting
untuk mendukung perjuangan buruh perempuan. Penelitian ini memberikan gambaran
yang jelas mengenai konflik antara buruh perempuan dengan PT. AICE yang
mencerminkan ketidaksetaraan gender di tempat kerja. Konflik ini memunculkan isu
diskriminasi gender dan perlakuan tidak adil terhadap buruh perempuan. Pendekatan teori
feminis sosial digunakan untuk memahami akar permasalahan ini.

7
H. Kesimpulan
Permasalahan etika menjadi sangat relevan dan mendesak akhir-akhir ini.
Diskriminasi pekerjaan yang melibatkan gender, seperti yang dialami oleh buruh
perempuan dalam kasus pada PT. AICE, mengungkapkan ketidaksetaraan yang
merugikan di lingkungan kerja. Etika perusahaan seharusnya mencegah diskriminasi dan
memastikan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama dalam peluang pekerjaan dan
perlakuan yang adil di tempat kerja.
Diskriminasi seperti ini juga mencerminkan budaya patriarki yang masih berakar
dalam sektor ketenagakerjaan. Untuk mengatasi hal ini, penting bagi perusahaan untuk
mengadopsi praktik-praktik etis yang mencakup kebijakan nondiskriminatif, kesetaraan
gaji, dan dukungan terhadap kebutuhan karyawan, termasuk hak-hak khusus seperti cuti
haid. Selain itu, pemerintah memiliki peran penting dalam mengawasi dan menegakkan
etika di tempat kerja melalui regulasi yang jelas dan pengawasan yang efektif. Dengan
menghormati hak-hak individu tanpa memandang jenis kelamin atau karakteristik
lainnya, kita dapat membangun lingkungan kerja yang lebih etis dan inklusif.

8
DAFTAR PUSTAKA

Velasquez, M.G. (2014), Business Ethics Concepts and Cases, United States of America:
Pearson Education Limited, 2014.
Tobing, dkk. (2023). Analisis Konflik Buruh Perempuan dengn PT.AICE: Studi Kasus
Kebijakan Perusahaan Tidak Responsif Gender Tahun 2017. Jurnal Polinter Prodi Ilmu
Politik UTA’45 Jakarta, Vol. 9 N0. 1 2023.

Anda mungkin juga menyukai