Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dilingkungan masyarakat diskriminasi sering kali terjadi, tindakan yang
membeda-bedakan orang terkadang membuat orang yang tersebut dirugikan. Di
dalam bisnis juga begitu, sering kali manajer membedakan pegawai satu dengan
yang lainnya dan menaiki pangkat pegawainya yang tidak sesuai kemampuannya.
Hal tersebut merupakan tindakan yang tidak perlu dicontoh karena dapat
merugikan karyawan yang lainnya.
Diskriminasi terjadi karena sengaja maupun tidak sengaja di dalam
perusahaan. tindakan ini biasanya dilakukan oleh manajer tingkat atas untuk
menghakimi bawahanya dan membuat perintah agar para karyawan patuh.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sifat diskriminasi pekerjaan?
1.2.2 Apa saja tingkat diskriminasi?
1.2.3 Apa saja praktek-praktek diskriminasi?
1.2.4 Apa yang dimaksud diskriminasi yang berkaitan dengan utilitas, hak dan
keadilan?
1.2.5 Bagamana tindakan afirmatif tersebut?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sifat diskriminasi pekerjaan.
1.3.2 Untuk mengetahui tingkat diskriminasi.
1.3.3 Untuk mengetahui praktek-praktek diskriminasi.
1.3.4 Untuk mengetahui apa itu diskriminasi yang berkaitan dengan utilitas, hak
dan keadilan
1.3.5 Untuk mengetahui tindakan afirmatif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat Diskriminasi Pekerjaan

Arti diskriminasi adalah membedakan satu objek dari objek lainnya,


dalam pengertian ini diskriminasi merupakan suatu tindakan yang secara moral
adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Berbeda dengan pengertian modern,
istilah ini secara moral tidak netral. Karena membedakan seseorang dari orang
lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan prasangka
atau sikap yang secara moral tercela.
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar.
Pertama, keputusan yang merugikan seorang pegawai atau calon pegawai bukan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Kedua, keputusan yang sepenuhnya atau
sebagian diambil berdasarkan prasangka rasial atau seksual, streotip yang salah,
atau sikap lain yang secara moral tidak benar terhadap anggota kelompok tertentu.
Ketiga, keputusan yang merugikan pada kepentingan pegawai.

2.2 Tingkat Diskriminasi


Indikator pertama diskrimnasi muncul apabila terdapat proporsi yang tidak
seimbang atas anggota kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang
diminati dalam suatu institusi tanpa mempertimbangkan preferensi ataupun
kemampuan mereka. Ada tiga perbandingan yang membuktikan distribusi
semacam itu.
a. Perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok
yang terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata yang diberikan pada
kelompok lain.
b. Perbandingan atas proporsi kelompok yang terdiskriminasi yang terdapat dalam
tingkt yang sama

2
c. Perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang jabatan
yang lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain pada jabatan yang
sama.

2.3 Praktek – Praktek Diskriminasi


a. Rekrutmen, Perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada referensi verbal
para pegawai saat ini dalam merekrut karyawan baru cenderung merekrut
karyawan dari kelompok ras dan seksual yang sama yang terdapat dalam
perusahaan.
b. Seleksi, kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak relevan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Kenaikan pangkat, dikatakan diskriminatif jika perusahaan memisahkan
evaluasi kerja pria kulit putih dengan pegawai perempuan dan pegawai dari
kelompok minoritas.
d. Kondisi pekerjaan, pemberian gaji akan diskriminatif jika dalam jumlah yang
tidak sama untuk orang yang melaksanakan pekerjaan yang pada dasarnya
sama
e. PHK, memecat berdasarkan pertimbangan ras, dan jenis kelamin merupakan
diskriminasi.

2.4 Diskriminasi : Utilitas, Hak dan Keadilan


1. Utilitas
Argumen utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual
didasarkan pada gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika
pekerjaan diberikan berdasarkan kompetensi (’kebaikan’).
Namun, argumen ini dihadapkan pada dua keberatan. Pertama, jika
argumen ini benar, pekerjaan haruslah diberikan dengan dasar kualifikasi yang
berkaitan dengan pekerjaan, hanya jika hal tersebut akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kedua, argumen utilitarian harus menjawab tuntutan

3
penentangnya yang menyatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan
memperoleh keuntungan dari keberadaan bentuk diskriminasi seksual tertentu.
Kaum utilitarian menanggapi berbagai kritik dengan menyatakan bahwa
menggunakan faktor selain kualifikasi pekerjaan tidak akan memberikan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan kualifikasi pekerjaan.
2. Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual
salah satunya menyatakan diskriminasi salah karena melanggar hak moral
dasar manusia. Diskriminasi melanggar hak prinsip ini dalam dua cara.
Pertama, diskriminasi didasarkan pada keyakinan suatu kelompok dianggap
terlau rendah dibanding kelompok lain. Kedua, diskriminasi menempatkan
kelompok yang terdiskriminasi dalam posisi sosial dan ekonomi yang rendah.
3. Keadilan
Argumen non-utilitarian kedua melihat diskriminasi melanggar prinsip
keadilan. Diskriminasi melanggar prinsip ini dengan cara menutup kesempatan
bagi kaum monoritas untuk menduduki posisi tertentu dalam suatu lembaga
dan berarti mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan orang
lain.

2.5 Tingkat Afirmatif


Akibat praktek diskriminasi masalalu, kaum minoritas dan perempuan saat
ini tidak mempunyai keahlian yang sebanding dengan kaum mayoritas dan pria.
Untuk menghapus hal tersebut, banyak perusahaan yang melaksanakan program
tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih
representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum
perempuan dan minoritas.
Inti dari program ini adalah suatu penyelidikan yang mendetail atas
semua klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan. Tujuan penyelidikan untuk
menentukan apakah jumlah pegawai perempuan dan minoritas dalam klasifikasi

4
kerja tertentu lebih kecil dibandingkan yang diperkirakan dari tingkat
ketersediaan tenaga kerja kelompok ini di wilayah tempat mereka direkrut.
Namun tindakan afirmatif dikritik dengan alasan bahwa upaya
memperbaiki kerugian diskriminasi masa lalu diatasi justru dengan melakukan
diskriminasi kebalikan yaitu dengan memberikan preferensi kepada kaum
minoritas dan perempuan. Preferensi yang tidak relevan ini dianggap melanggar
keadilan.
Disisi lain terdapat sejumlah argumen yang mendukung tindakan afirmatif
yaitu:
1. Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Keadilan kompensatif mengimplementasikan bahwa seseorang wajib
memberikan kompensasi terhadap orang yang dirugikan secara sengaja.
Selanjutnya, program tindakan afirmatif diinterpretasikan sebagai salah satu
bentuk ganti rugi yang diberikan kaum pria kulit putih kepada perempuan dan
kaum minoritas karena telah merugikan mereka di masa lalu.
Kelemahan argumen yang mendukung tindakan afirmatif yang
didasarkan pada prinsip kompensasi adalah prinsip ini mensyaratkan hanya
dari individu yang sengaja merugikan orang lain, dan hanya memberikan
kompensasi kepada individu yang dirugikan.
2. Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Keadilan kompensatif mengimplementasikan bahwa seseorang wajib
memberikan kompensasi terhadap orang yang dirugikan secara sengaja.
Selanjutnya, program tindakan afirmatif diinterpretasikan sebagai salah satu
bentuk ganti rugi yang diberikan kaum pria kulit putih kepada perempuan dan
kaum minoritas karena telah merugikan mereka di masa lalu.
Kelemahan argumen yang mendukung tindakan afirmatif yang
didasarkan pada prinsip kompensasi adalah prinsip ini mensyaratkan hanya
dari individu yang sengaja merugikan orang lain, dan hanya memberikan
kompensasi kepada individu yang dirugikan.
3. Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman

5
Kriteria lain selain ras dan jenis kelamin yang perlu dipertimbangkan
saat mengambil keputusan dalam program tindakan afirmatif. Pertama, jika
hanya kriteria ras dan jenis kelamin yang digunakan akan mengarah pada
perekrutan pegawai yang tidak berkualifikasi dan mungkin menurunkan
produktivitas. Kedua, banyak pekerjaan yang memiliki pengaruh penting pada
kehidupan orang lain. Jika suatu pekerjaan memiliki pengaruh penting,
katakanlah pada jiwa orang lain, kriteria selain ras dan jenis kelamin harus
diutamakan dan lebih dipertimbangkan dibandingkan tindakan afirmatif.
Kontroversi sehubungan dengan kelayakan moral program tindakan
afirmatif belum berakhir. Tidak berarti program seperti itu tidak melanggar
semua prinsip moral. Jika argumen itu benar, program tindakan afirmatif
setidaknya konsisten dengan prinsip moral.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diskriminasi adalah tindakan yang membeda-bedakan antara objek yang
satu dengan objek yang lainnya. Didalam bisnis diskriminasi tenaga kerja berarti
membuat keputusan yang bisa membuat kerugian pada pegawai di perusahaan.
Untuk mengatasi diskriminasi tersebut perusahaan melakukan tindakan afirmatif,
tindakan yang diambil untuk mencapai distribusi yang lebih referensif dalam
perusahaan dengan memberikan preferensi kepada kaum minoritas.

3.2 Saran
Sebaiknya tindakan diskriminasi tenaga kerja tidak dilakukan lagi
karena dapat merugikan pegawai dan perlakuan lah pegawai dengan adil sesuai
kemampuan mereka.

7
Daftar Pustaka

Sutrisna Dewi, 2011, Etika Bisnis : Konsep dasar implementasi & kasus, Cetakan
Pertama, Udayana University Press, Denpasar.
http://rowchie.blogspot.com/2010/03/etika-diskriminasi-pekerjaan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai