Anda di halaman 1dari 4

RESUME HUMAN RESOURCE MANAGEMENT

“KESETERAAN DAN NON-DISKRIMINASI.”

Tiara Khairunnisa (1707622085)

A. Konsep Dasar Kesetaraan - EEO


Definisi dasar dari Equal Employment Opportunity/EEO (Kesempatan Kerja Sama untuk
Semua) ialah ide tentang ‘Kesetaraan’ – dimana semua orang harus diberlakukan adil serta setara
dalam semua bidang di dunia kerja. Termasuk dalam keputusan – keputusan perusahaan yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan seperti proses perekrutan, promosi, pemutusan hubungan
kerja, kompensisi dan berbagai hal lainnya.
Equal Employment Opportunity menjelaskan bahwa pemberi kerja tidak boleh melakukan
diskriminasi terhadap kandidat berdasarkan karakteristik tertentu saat menerima atau menolak
mereka untuk bekerja. Hal ini bertujuan agar setiap kandidat yang bersaing untuk mendapatkan
pekerjaan memiliki hak yang sama untuk memperoleh pekerjaan tersebut, dan perusahaan hanya
memilih kandidat berdasarkan kualifikasi mereka yang sesuai dengan pekerjaan yang dibutuhkan
Equal employment opportunity memiliki prinsip dasar bahwa setiap orang memiliki hak yang
sama dalam mendapatkan pekerjaan dan penilaiannya hanya berdasarkan prestasi, bukan
berdasarkan karakteristik seperti ras, jenis kelamin, warna kulit, dan lain sebagainya. Sehingga
ini bisa berarti setiap orang berhak untuk mendapatkan pekerjaan terlepas dari ras, jenis kelamin,
dan warna kulit yang mereka miliki.

Perusahaan harus menjalankan praktik-praktik rekrutmen dan seleksi yang adil dan transparan,
dengan menekankan pada kemampuan dan keahlian individu daripada latar belakang mereka.
Selain itu, perusahaan harus menjamin bahwa setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama
untuk berkembang dan maju dalam karir mereka tanpa diskriminasi.
Penting untuk diingat bahwa EEO bukan hanya masalah moral, tetapi juga merupakan kewajiban
hukum bagi perusahaan untuk menjalankan praktik-praktik yang adil dan tidak diskriminatif di
tempat kerja. Dalam banyak negara, ada undang-undang yang mengatur EEO dan melarang
diskriminasi di tempat kerja. Jika perusahaan melanggar undang-undang tersebut, mereka dapat
dikenakan sanksi dan denda yang serius.
Dalam rangka mencapai kesetaraan kesempatan kerja yang lebih baik, perusahaan harus
menerapkan kebijakan yang progresif dan menjamin bahwa semua karyawan diperlakukan
dengan adil dan setara, tanpa memandang latar belakang mereka. Hal ini akan membantu
menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan beragam, yang pada gilirannya akan
membawa manfaat bagi perusahaan itu sendiri serta masyarakat secara keseluruhan.

B. Contoh Kasus Diskriminasi


Diskriminasi di tempat kerja bisa terjadi berlandaskan banyak hal. Bentuk fisik, kecantikan
wajah, jenis kelamin, kondisi kehamilan seseorang, status seseorang sebagai orang tua baru,
warna kulit, dan sebagainya.
Diskriminasi bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Diskriminasi secara langsung
umumnya bisa dilihat secara nyata dalam keputusan dan tindakan. Sedangkan diskriminasi tidak
langsung dapat dilihat secara tak langsung karena imbasnya nyaris samar.
Salah satu contoh kasus yang berkaitan dengan diskriminasi di organisasi adalah diskriminasi
rasial di tempat kerja. Diskriminasi rasial dapat terjadi ketika seseorang diperlakukan secara
tidak adil karena ras, etnis, atau warna kulit mereka, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Contoh diskriminasi rasial di tempat kerja meliputi pengambilan keputusan promosi
yang tidak adil, pembatasan akses ke peluang karir, dan pembatasan akses ke fasilitas dan
sumber daya organisasi.

Dari sisi kebijakan internasional, isu diskriminasi rasial telah diakui sebagai pelanggaran hak
asasi manusia dan diatur dalam berbagai perjanjian dan konvensi internasional, termasuk
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Racial (ICERD), dan Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (ICESCR). Perjanjian dan konvensi ini menetapkan bahwa negara-negara
harus mengambil tindakan untuk mencegah dan menghilangkan diskriminasi rasial di semua
bidang, termasuk di tempat kerja.

Di tingkat nasional, negara harus memiliki kebijakan dan undang-undang untuk melindungi hak-
hak individu dari diskriminasi rasial dan mempromosikan kesetaraan dan keberagaman.
Misalnya, di Amerika Serikat, Undang-Undang Hak Sipil tahun 1964 melarang diskriminasi
rasial di tempat kerja, serta memberikan wewenang kepada Komisi Hak Asasi Manusia untuk
menindak perusahaan-perusahaan yang melanggar undang-undang tersebut.

Organisasi juga harus mengambil tindakan untuk mencegah dan mengatasi diskriminasi rasial di
tempat kerja. Langkah-langkah ini meliputi pengembangan kebijakan anti-diskriminasi, pelatihan
untuk karyawan tentang kesetaraan dan keberagaman, serta pengimplementasian sistem
pengaduan dan investigasi yang efektif untuk melindungi pekerja yang menjadi korban
diskriminasi rasial.

Secara keseluruhan, diskriminasi rasial di tempat kerja merupakan pelanggaran hak asasi
manusia yang memerlukan aksi konkret dari negara dan organisasi untuk mencegah dan
mengatasi diskriminasi tersebut. Kebijakan internasional dan nasional serta praktik-praktik
organisasi yang adil dan inklusif harus diterapkan untuk memastikan kesetaraan dan
keberagaman di tempat kerja.

C. Tindakan afirmatif dalam menangani diskriminasi tersebut


Langkah-langkah tindakan afirmatif adalah langkah-langkah khusus yang bersifat sementara
untuk memperbaiki dampak diskriminasi di masa lalu atau yang masih berlanjut guna untuk
membangun kesetaraan kesempatan dan perlakuan di antara berbagai kelompok karyawan di
perusahaan. Seperti kelompok rasial yang terdiskriminasi. Dalam konteks tempat kerja, tindakan
afirmatif dapat digunakan untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi kelompok-kelompok yang
terdiskriminasi secara historis, seperti kelompok rasial minoritas.

Beberapa tindakan afirmatif yang dapat diterapkan untuk mengatasi diskriminasi rasial di tempat
kerja adalah:
1. Pelatihan dan edukasi yang menyoroti pentingnya keberagaman dan menghilangkan prasangka
terhadap kelompok-kelompok yang terdiskriminasi secara historis. Pelatihan ini dapat meliputi
memperkenalkan staf pada budaya dan pengalaman kelompok-kelompok yang terdiskriminasi
secara historis dan mengajarkan keterampilan untuk mengelola perbedaan yang mungkin timbul
di tempat kerja.
2. Membuka peluang pendidikan dan pelatihan untuk kelompok-kelompok yang terdiskriminasi,
seperti pelatihan keterampilan dan pendidikan lanjutan yang akan mempersiapkan karyawan dari
kelompok-kelompok tersebut untuk naik jabatan.
3. Membuat jaringan dan asosiasi karyawan yang melibatkan karyawan dari kelompok-kelompok
yang terdiskriminasi secara historis untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan ramah
bagi semua karyawan.

4. Menyusun kebijakan dan prosedur yang dapat mengatasi diskriminasi dan pelecehan rasial. Ini
termasuk memperkenalkan sistem pengaduan dan investigasi yang efektif untuk melindungi
karyawan dari diskriminasi, serta pengembangan kebijakan yang mendorong perlakuan yang adil
dan setara di tempat kerja.

Tindakan afirmatif adalah salah satu cara yang efektif untuk mengatasi diskriminasi rasial di
tempat kerja. Namun, tindakan afirmatif harus diimbangi dengan kebijakan dan praktik yang adil
dan inklusif bagi semua karyawan, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang merangsang
bagi semua karyawan, tanpa mengabaikan hak dan perlindungan kelompok-kelompok yang
terdiskriminasi secara historis.

Anda mungkin juga menyukai