Anda di halaman 1dari 7

Nama : Early Veramoy

NIM : 235030800111023

Fakultas : Fakultas Ilmu Administrasi

Cluster : 17

Mengungkap Ketidakseimbangan atau Diskriminasi Gender

Diskriminasi gender adalah masalah umum yang terus ada sepanjang sejarah,
membatasi peluang individu dan melanggengkan ketidaksetaraan berdasarkan
gender. Bersumber dari norma budaya yang tertanam secara kuat, dinamika
kekuatan yang tidak setara, diskriminasi gender membatasi peluang individu
dan membuat ketidaksetaraan antar gender menjadi lebih kuat. Esai ini akan
menyelidiki berbagai dimensi diskriminasi gender, asal-usul historisnya,
manifestasinya saat ini, dan konsekuensinya terhadap individu dan masyarakat.
Dengan mengamati penyebab dan konsekuensi dari diskriminasi gender, kita
dapat berusaha untuk mengatasi masalah yang meluas dan menciptakan dunia
yang lebih setara.

Esai ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai bentuk diskriminasi gender,


konteks historisnya, dan pengaruhnya terhadap individu, masyarakat, dan
ekonomi. Dengan memeriksa sebab dan akibat dari diskriminasi gender, kita
dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah ini dan
bekerja untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif.

Diskriminasi gender telah berakar kuat di masyarakat selama berabad-abad.


Secara historis, masyarakat telah mengabadikan gagasan superioritas atau
kepemimpinan laki-laki dan subordinasi perempuan melalui berbagai cara,
termasuk norma sosial, budaya, dan agama. Misalnya, dalam peradaban kuno
dan budaya awal, perempuan atau wanita secara sistematis ditolak hak dan
kesempatan dasarnya, terbatas pada peran domestik, dan dikecualikan dari
proses pengambilan keputusan. Diskriminasi sistematis ini telah membentuk
ekspektasi masyarakat dan terus memengaruhi dinamika gender kontemporer.

Diskriminasi gender terwujud dalam berbagai cara, baik secara terbuka maupun
halus. Secara sistemik, hal itu dapat diamati melalui kekerasan berbasis
gender, kesenjangan upah, ketimpangan di tempat kerja, kesempatan
pendidikan yang terbatas, dan bias budaya. Kekerasan berbasis gender,
seperti kekerasan dalam rumah tangga dan penyerangan seksual, secara tidak
proporsional memengaruhi perempuan, menciptakan iklim ketakutan dan
merusak kesejahteraan fisik dan mental mereka. Kesenjangan upah antara
laki-laki dan perempuan tetap ada secara global, di mana perempuan biasanya
mendapat penghasilan lebih sedikit untuk melakukan pekerjaan serupa,
berkontribusi terhadap kesenjangan ekonomi dan melanggengkan
ketidaksetaraan gender.

Diskriminasi gender masuk ke berbagai bidang kehidupan, baik secara


langsung maupun terselubung. Ini terwujud dalam berbagai bentuk, termasuk
perbedaan upah, kekerasan berbasis gender, peluang pendidikan yang
terbatas, pekerjaan di tempat kerja, dan stereotip budaya.

Diskriminasi di tempat kerja adalah bentuk signifikan lain dari ketidaksetaraan


gender, yang memengaruhi kemajuan karier perempuan, keterwakilan dalam
peran kepemimpinan, dan kekuatan pengambilan keputusan. Stereotip gender
dan bias budaya memainkan peran penting dalam memperkuat praktik
diskriminatif, karena perempuan sering dikucilkan ke dalam peran tertentu dan
diperlakukan sebagai kurang kompeten atau kredibel dibandingkan rekan laki-
laki mereka.

Kesenjangan upah bertahan secara global, dengan perempuan biasanya


berpenghasilan lebih rendah dari laki-laki padahal mereka melakukan pekerjaan
yang sama. Kesenjangan upah ini memperkuat ketidaksetaraan ekonomi dan
mengurangi secara kasar kemandirian finansial bagi perempuan. Selain itu,
kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan dalam rumah tangga,
pelecehan seksual, dan perdagangan manusia, secara tidak proporsional
mempengaruhi perempuan, menciptakan ketakutan dan membahayakan
kesehetan fisik dan mental mereka.

Selain itu, ketidaksetaraan pendidikan berkontribusi terhadap diskriminasi


gender dengan membatasi akses anak perempuan ke pendidikan berkualitas.
Faktor budaya dan faktor sosial ekonomi sering menghambat akses anak
perempuan ke pendidikan berkualitas, memperkuat peran gender tradisional,
dan membatasi prospek mereka untuk kemajuan sosial dan ekonomi.
Keyakinan tradisional dan faktor sosial ekonomi seringkali membatasi
kesempatan pendidikan anak perempuan, yang pada akhirnya melanggengkan
siklus kemiskinan dan mengurangi prospek pemberdayaan ekonomi.
Konsekuensi dari diskriminasi gender sangat luas dan merugikan individu dan
masyarakat. Diskriminasi menghambat pengembangan sumber daya manusia
dengan membatasi akses ke pendidikan dan peluang profesional bagi
perempuan. Ini tidak hanya menyebabkan pemborosan bakat tetapi juga
menghambat pertumbuhan ekonomi dan melanggengkan kemiskinan.

Selain itu, diskriminasi gender merusak kohesi sosial, karena memperkuat


stereotip gender yang berbahaya, yang menyebabkan perpecahan dan konflik
sosial. Selain itu, hal itu membatasi kebebasan dan hak individu,
melanggengkan ketidakseimbangan kekuatan yang berbahaya yang
menghambat kemajuan menuju kesetaraan gender. Diskriminasi gender juga
menimbulkan konsekuensi psikologis dan emosional yang parah bagi individu
yang menghadapi tantangan dan prasangka sehari-hari berdasarkan gender
atau identitas gender mereka.

Diskriminasi gender memiliki implikasi yang mendalam dan luas bagi individu
dan masyarakat. Pada tingkat individu, itu membatasi pengembangan pribadi
dan pemenuhan diri, membatasi aspirasi karir dan akses ke sumber daya.
Praktik-praktik diskriminatif memperparah ketidaksetaraan sosial, berkontribusi
pada siklus kemiskinan dan berkurangnya prospek pemberdayaan ekonomi,
terutama bagi perempuan.

Selain itu, diskriminasi gender menyebabkan ketidakseimbangan yang


berbahaya, memperkuat struktur patriarki dan menghambat kemajuan sosial. Ini
merusak lingkungan sosial dengan menumbuhkan divisi dan menyebabkan
konflik berdasarkan perbedaan gender. Korban psikologis dan emosional dari
diskriminasi gender tidak dapat diremehkan, karena individu tersebut
mengalami tantangan dalam sehari-harinya, prasangka, dan perilaku
diskriminatif berdasarkan gender atau identitas gender mereka.

Di Indonesia sendiri, diskriminasi dalam bentuk Kekerasan Berbasis Gender


(KBG) terhadap perempuan masih cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data
dari Komnas Perempuan, terjadi peningkatan signifikan kasus Kekerasan
Berbasis Gender (KBG) terhadap perempuan, dari 226.062 kasus di tahun
2020 menjadi 338.506 kasus pada tahun 2021. Komnas Perempuan juga
mencatat peningkatan pengaduan mencapai 80 persen, yaitu dari 2.134 kasus
pada 2020 menjadi 3.838 kasus di tahun 2021.

Untuk mengatasi diskriminasi gender memerlukan pendekatan multifaset dan


komprehensif. Perubahan kebijakan dan reformasi hukum sangat penting untuk
memastikan perlindungan badan hukum terhadap diskriminasi berbasis gender,
menjamin upah yang setara, dan mempromosikan keragaman gender dalam
posisi pengambilan keputusan. Pemerintah dalam negeri dan organisasi
internasional harus berkolaborasi untuk menegakkan undang-undang ini secara
efektif.

Membina kesetaraan gender di tempat kerja juga penting. Perusahaan harus


menerapkan inisiatif keragaman dan inklusi, menetapkan proses perekrutan
dan promosi yang transparan dan tidak memihak, serta menawarkan sistem
dukungan bagi karyawan yang menghadapi diskriminasi. Menawarkan
pengaturan kerja yang fleksibel, kebijakan untuk cuti melahirkan, dan program
pengembangan karir dapat mendorong kesetaraan gender yang lebih besar
dalam organisasi.

Mengatasi diskriminasi gender juga membutuhkan upaya bersama di tingkat


individu dan sistemik. Perubahan hukum dan kebijakan sangat penting dalam
mempromosikan kesetaraan gender, seperti menerapkan undang-undang
kekerasan dalam rumah tangga, menegakkan hukum upah yang setara, dan
memastikan keterwakilan gender dalam posisi pengambilan keputusan.
Pendidikan memainkan peran penting dalam memerangi diskriminasi gender
dengan menantang bias, meningkatkan kesadaran, dan memberdayakan
individu untuk mengadvokasi perubahan.

Mengubah norma-norma masyarakat dan menantang peran gender yang kaku


juga penting untuk mendorong kesetaraan. Mempromosikan pengasuhan yang
responsif gender dan mendorong keterlibatan laki-laki dalam pekerjaan
perawatan dapat berkontribusi untuk membongkar peran gender tradisional dan
menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Selain itu, mempromosikan
keragaman dan inklusi di tempat kerja dapat menantang praktik diskriminatif
dan meningkatkan keterwakilan dan kemajuan karier perempuan.

Diskriminasi gender tetap menjadi penghalang signifikan untuk mencapai


kesetaraan dan keadilan. Dengan memahami konteks historisnya, bentuknya
yang beragam, dan dampak yang mendalam, masyarakat dapat bekerja untuk
membongkar praktik-praktik diskriminatif dan mempromosikan inklusivitas.
Memerangi diskriminasi gender memerlukan tindakan kolektif, termasuk
reformasi hukum, prakarsa pendidikan, dan perubahan budaya. Hanya dengan
menantang dan mendobrak praktik-praktik diskriminatif kita dapat membangun
dunia yang lebih adil dan setara untuk semua jenis kelamin.
Diskriminasi gender tetap menjadi masalah yang mengakar, berdampak pada
individu dan masyarakat secara global. Dengan memahami konteks
historisnya, mengenali manifestasinya yang berbeda, dan mengakui
konsekuensinya, masyarakat dapat mulai membongkar praktik-praktik
diskriminatif. Memerangi diskriminasi gender membutuhkan upaya
berkelanjutan di semua tingkatan, mulai dari kerangka hukum dan reformasi
pendidikan hingga perubahan budaya dan inisiatif di tempat kerja. Hanya
melalui tindakan kolektif kita dapat memupuk masa depan dimana kesetaraan
gender berlaku, dan diskriminasi menjadi peninggalan masa lalu.

Namun pada beberapa situasi diskriminasi gender sudah jarang ditemukan


apalagi di kota kota besar. Sudah dapat terlihat bahwa beberapa pemimpin
dipegang oleh perempuan atau wanita. Keadilan harkat dan martabat wanita
sendiri sudah dinaikkan oleh Raden Ajeng Kartini seperti pada sejarah. Kita
sebagai generasi sekarang hanya perlu mewujudkan dan melestarikan apa
yang menjadi hak kita dan jangan melebihi ketentuan yang dibuat oleh agama
atau kepercayaan kita.
Ini Pentingnya Kesetaraan Gender Untuk Sebuah Negara. (2019, April 24).
Diambil pada 2 Oktober, 2020, dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia:
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-pentingnya-kesetaraan
genderuntuk-sebuah-negara/

Ketidakadilan Gender & Kekerasan Terhadap Perempuan Vol.II. (2018,


November 23). Diambil pada 8 Oktober, 2020, dari Masyarakat, Pemantau
Peradilan Indonesia:
https://mappifhui.org/2018/11/23/ketidakadilan-gender-kekerasan-terhadap-
perempuan-vol-ii/

Anda mungkin juga menyukai