Anda di halaman 1dari 4

Igon Nusuki_M.

Sc Management FEB UGM

MANAGEMANT AND ORGANIZATIONS


LEADERSHIP
Pada bab kepemimpinan ini cukup banyak hal yang sangat menarik untuk diulas lebih lanjut, m
engingat kepemimpinan merupakan soal yang holistik sekaligus abstrak. Pemimpin itu sendiri adalah
individu yang mampu mengerahkan pengaruh atas orang lain demi membantu mencapai tujuan kelom
pok atau organisasi (Jones dan George, 2022). Seorang pemimpin memotivasi pengikutnya untuk bek
erja melebihi tingkat yang diharapkan dengan kebutuhan tingkat tinggi, menumbuhkan kepercayaan, d
an mendorong mereka untuk melampaui kepentingan pribadi mereka untuk demi organisasi (Pillai, et.
al., 1999). Sedangkan kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu memberi pengaruh a
tas orang lain dan menginspirasi, memotivasi dan mengarahkan kegiatan mereka untuk membantu me
ncapai tujuan kelompok atau organisasi, (Jones dan George, 2022). Dalam kondisi dunia yang menggl
obal saat ini, organisisasi perlu meningkatkan perhatiannya terhadap perubahan-perubahan yang terjad
i, juga harus lebih fleksibel, dan mengurangi struktural (Bertocci, 2009). Terutama didunia yang komp
leks dan serba kompetitif ini, karenanya kepemimpinan menjadi salah satu aspek utama dan sangat be
gitu dibutuhkan dalam proses manajemen pada setiap organisasi. Merujuk pada Lussier dan Achua (2
016), kepemimpinan merupakan sebuah isu utama dalam manajemen dan telah ada semenjak ratusan t
ahun lalu. Hal ini disebabkan peran kepemimpinan yang begitu penting untuk meningkatkan dan men
capai tujuan organisasi, politik, dan masyarakat (Chow, Salleh, & Ismail, 2017).

Tujuan organisasi dapat dicapai apabila proses manajemen pada organisasi berjalan dengan bai
k, proses manajemen dapat berjalan dengan baik ketika kepemimpinan yang efektif diimplementasika
n oleh pemimpin. Cara-cara khusus yang dipilih seorang manajer untuk memengaruhi orang lain mem
bentuk cara manajer itu mendekati perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian (Jones dan Geor
ge, 2022). Selain itu kepemimpinan juga dipengaruhi oleh struktur dan kultur yang ada. Beberapa buk
ti menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan bervariasi tidak hanya di antara individu tetapi juga di ant
ara negara atau lintas budaya yang lebih besar (Jones dan George, 2022). Misalnya perbedaan budaya
n mengenai peran partisipasi karyawan, elemen yang berkontribusi pada pembelajaran organisasi (No
naka & Takeuchi, 1995). Dapat mempengaruhi karyawan terhadap struktur organisasi, terkait dengan
praktik manajemen partisipatif (Burns & Stalker, 1961). Akibatnya, efektivitas struktur organisasi tert
entu dalam memfasilitasi pembelajaran organisasi dapat bervariasi dalam kultur (Huang, et.al., 2011).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa manajer Eropa cenderung lebih humanistik atau fokus pada
orang, daripada manajer Amerika yang lebih mengedepankan orientasi jangka pendek dan Jepang ber
orintasi jangka panjang juga kolektivitas (Jones dan George, 2022).

Salah satu menjadi perhatian saya iyalah contingency model dikatakan bahwa seorang pimpinan
sosok yang tidak terlalu dipenting pada kondisi tertentu, pendapat atau contingency model cukup men
ggelitik dikarenakan dalam suatu keadaan pemimpin tidak diperlukan. Pernyataan dari pemodelan ini
dapat dibenarkan pada kondisi pekerjaan atau bisnis berbasis jasa. Sebagai contoh saya berikan pengal
aman pribadi yaitu sebagai kustomer di salah satu barbershop langganan untuk memotong rambut. Jad
i berdasarkan pengamatan dari penglaman tersebut saya berpendapat bahwa para pekerja yang bergera
k di bidang jasa dan telah sering berinterasi dengan kustomer secara langsung tidak lagi banyak memb
utuhkan peran seorang pemimpin. Dikarena telah sering bertemu dengan kustomer, kemudian dengan
mengetahui sifat ataupun karakteristik dan sudah memiliki pelanggan tersendiri, bagi setiap pekerja pa
stinya memiliki caranya masing-masing untuk melayani dengan cara yang terbaik dalam menarik juga
mempertahankan kustomer. Dalam konteks ini menjadi mudah karena mereka telah menjadi terlatih d
an terampil oleh pengalaman langsung mereka pada saat melayani pelanggan, misalnya lagi dalam me
ngkomunikasikan model rambut dan ekspetasi palanggannya. Sipekerja barbershop tahu betul keingin

1
Igon Nusuki_M.Sc Management FEB UGM

an dari orang-orang yang datang kepedanya, lalu memposisikan diri bukan sekedar memotong rambut
tapi sekaligus mengkonsultasikan masalah rambut lalu mencari solusi atau model rambut yang paling
tepat untuk sipelanggan.

Selain itu yang saya beri atensi adalah mengenai gender roles leadership. Stereotip yang bereda
r di masyarakat iyalah bahwa perempuan tempatnya di dapur, sumur dan kasur. Lebih keibuan dalam
arti lebih cocok mengurus anak, sebagai pendukung atau pengikut, dan memiliki kepedulian tinggi ter
hadap hubungan secara interpersonal dibanding pria atau juga biasa disebut sering melibatkan perasaa
n “tidak profesional”. Laki-laki secara stereotip dipandang lebih direktif dan fokus pada penyelesaian
tugas (Jones dan George, 2020). Sehingga perempuan dianggap tidak inisiatif dalam hal memimpin da
n mengambil keputusan, serta tidak memahami bawahannya secara profesional, perempuan diyakini
memiliki kecerdasan secara interpersonal saja. Banyak orang di tenga masyarakat juga tentu pelaku ut
amanya laki-laki, merasa keberatan dengan dipimpin oleh perempuan atau kebetulan jika pemimpinny
a berjenis kelamin perempuan, oleh karena itu dalam beberapa hal tindakan diskriminatif masih sering
terjadi. Ada bukti empiris bahwa upah laki-laki dan perempuan dibedakan, tentunya upah pria lebih ti
nggi dibanding perempuan. Upah masuk per jam untuk kenaikan upah yang ditawarkan secara usia ha
nya untuk pria, namun, tidak untuk wanita, yang sebagian dapat menjelaskan peningkatan kesenjanga
n gender dalam hal upah atau gaji (Humpert dan Pfeifer, 2013). Belum lagi soal sistem perhitungan ke
layakan gaji yang digunakan oleh departemen sumber daya manusia, misalnya pembalut tidak dimasu
kan sebagai salah satu item untuk menghitung gaji sedangkan rokok dimasukan, ini merupakan tindak
an mencederai rasa keadilan karena rokok pria dianggap sebagai kebutuhan sedangkan pembalut bagi
perempuan tidak diangap sebagai kebutuhan, padahal jelas-jelas menstruasi pada perempuan merupak
an siklus pasti tiap bulan dalam kehidupan perempuan, jika perempuan tidak mengalami menstruasi ti
ap bulan artinya terjadi gangguang kesehatan pada perempuan (DiKes Indonesia, 2022).

Pada banyak bidang kehidupan kita, tindakan diskriminasi “ketidak setaraan” terhadap perempu
a masih dapat ditemukan dengan sangat mudah di Indonesia, misal dalam bidang politik khususnya di
Indonesia sangat sedikit keterlibatan perempuan, baik di lembaga Yudikatif, Esekutif maupun Legislat
if. Sebenarnya sudah banyak aturan yang mendorong penghapusan ketiksetaraan gender salah atunya
Uandang-Undang Dasar Republik Indonesia. Semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecual
inya, (UUD Republik Indonesia, 1945). Dalam hal ini saya akan lebih fokus pada lembaga Legislatif.
Partisipasi politik menurut Closky, seperti dikutip R. Sihite dalam “Perempuan, Kesetaraan, Keadilan,
Suatu Tinjauan Berwawasan Gender” merupakan kegiatan sukarela dari warga negara melalui mana
mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukan kebijakan hukum (Sihite, 2007). Sejarah politik Indonesia perempuan menjadi suatu bag
ian yang tidak terpisahkan dari gerakan revolusi untuk demokrasi Global. Demikian juga telah ditetap
kan UU No. 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum (PEMILU) Aggota DPR, DPD dan DPRD yang
menetapkan kuota 30% keterwakilan perempuan pada lembaga legislatif (lihat pasal 65 ayat 1). Sedan
gkan dalam UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, kuota 30% keterwakilan perempuan ini di mapank
an dalam bentuk tindakan afirmatif (affirmative action) dalam lembaga penyelenggara pemilu ataupun
dalam kesempatan menjadi kontestan elektoral (kandidat/calon legisalatif). Bahkan untuk kandidasi te
rsebut, kebijakan afirmatif tersebut dilengkapi dengan sistem zipper sebagimana diatur dalam Pasal 24
6 ayat (2) dalam UU No. 7 Tahun 2017.

Sebagai kesimpulan dengan disepakatinya kuota 30% bagi perempuan untuk duduk di parlemen,
di satu sisi merupakan agenda besar bagi perempuan untuk menetapkan langkahnya berpartisipasi da
n turut serta dalam proses pengambilan keputusan di bidang politik, sekaligus menyuarakan aspirasi p
erempuan yang selama ini terpinggirkan juga mengubah kondisi masyarakat kearah yang lebih demok

2
Igon Nusuki_M.Sc Management FEB UGM

ratis, tetapi juga berbahaya bagi keberlanjutan Diskursus Egalitarianisme karena ini mengindikasikan
masih besarnya dominasi laki-laki atas ruang politik “dominasi politik pria” atau yang biasa disebut P
atriarkisme. Juga klausul tindakan afirmatif masih dianggap tidak mengikat, karena diksi afirmatif ce
nderung dimaknai “memperhatikan” belaka yang tidak memiliki konksekuensi hukum yang berarti “p
seudo” bagi yang melanggarnya. Misal saja pada Lembaga penyelenggara pemilu, KPU Kota Bogor y
ang anggotanya seluruhnya berjenis kelamin laki-laki (all mens commissioner). Pada struktur Bawaslu
juga banyak ditemukan hal sama pada. Begitupun di lembaga legislatif partisipasi perempuan sangat k
ecil, jadi tidak mengherankan bila kursi dewan lebih banyak pria, jika tidak sama sekali bisa disebut d
ikuasai pria. Harapannya dominasi pria atas perempuan tidak lagi ada dinegeri ini, kedepan seharusny
a hal semacam ini tidak terjadi lagi sebagai bentuk konsekuensi pengakuan berdemokrasi “liberte, eg
alite, freternite” sekaligus Republikan Indonesia.

3
Igon Nusuki_M.Sc Management FEB UGM

DAFTAR PUSTAKA

Bass, B. M., & Avolio, B. J. (1990). Transformational leadership: 1992 and beyond. International Jou
rnal of Learning and Intellectual Capital, 14(5), 21–27.

Bass, B. M., & Bass, R. (2008). The Bass Handbook of Leadership: Theory, Research, and Manageria
l Applications (4th ed.). New York: Free Press.

Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational Leadership (2nd ed.). Mahwah, New Jersey: L
awrence Erlbaum Associates.

BawasluBogor. 2019. Perempuan dan Partisipasi Politik Elektoral (Dalam Tinjauan Sejarah). https://
bogorkota.bawaslu.go.id/perempuan-dan-partisipasi-politik-elektoral-dalam-tinjauan-sejarah/
diakses pada 18 Mei 2023.

Halodoc. 2022. Gangguan Menstruasi. https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-menstruasi dia


kses pada 18 Mei 2023.

Jones, G.R., dan George, J.M. 2020. Contemporary Management. 11th Edition, McGrae-Hill, New Y
ork.
Nawawi, Hadari, & Martini. (2003). Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Press. Gadjah Mada
University.

Siagian P. Sondang. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Yukl, Gary. (2006), Leadership in Organizations, 6tn Ed. Upper SadleRiver, N.J: Pearson Prentice –
Hall.

Anda mungkin juga menyukai