Anda di halaman 1dari 7

Nama : Salwaa Inda Aulia

Nim : B021211046

Kelas : Budaya Birokrasi – A

TUGAS PENGGANTI FINAL TEST

Organisasi

Organisasi (birokrasi) terhadap perilaku para anggota organisasi sangat kuat, maka budaya
organisasi (birokrasi) mampu menetapkan tapal batas untuk membedakan dengan organisasi
(birokrasi) lain; mampu membentuk identitas organisasi dan identitas kepribadian anggota
organisasi; mampu mempermudah terciptanya komitmen organisasi daripada komitmen yang
bersifat kepentingan individu; mampu meningkatkan kemantapan keterikatan sistem sosial; dan
mampu berfungsi sebagai mekanisme pembuatan makna dan simbul-simbul kendali perilaku para
anggota Organisasi. Dalam perekrutan pegawai tidak jarang ditemukan dalam perekrutan suatu
jabatan yang didasarkan pada pertimbangan like and dislike pimpinan serta masih melekatnya
budaya paternalisme. Praktek birokrasi yang berbelit-belit, ditambah dengan maraknya pungutan
liar yang dilakukan sejumlah oknum pemerintah, aparat masyarakat, mengakibatkan biaya
ekonomi tinggi bagi pengusaha (Riaupos, 4 Juni 2007).

Dalam pengertian netral birokrasi dapat diartikan sebagai keseluruhan pejabat negara
dibawah pejabat politik, atau keseluruhan pejabat negara pada cabang eksekutif, atau birokrasi bisa
juga diartikan sebagai setiap organisasi yang berskala besar (every big organization is bureaucracy)
(Santoso, 1993). Budaya organisasi (birokrasi) yang kuat ditentukan oleh dua faktor yaitu :
Penyebaran nilai-nilai budaya secara efektif sehingga anggota organisasi mengetahui nilai-nilai
yang terkandung dalam organisasi, Tingkat komitmen anggota organisasi terhadap inti dari nilai-
nilai yang ada (core values), Perubahan budaya organisasi (Susanto ,1992). Kenyataannya
interaksi individu-individu (pegawai) dengan organisasi yang menggambarkan situasi problematis
budaya birokrasii di pemerintahan, masih ditemukan adanya tradisi dan tata pergaulan yang
bersifat paternalisme, misalnya dihadapan pimpinan dinas, seorang aparat bawahan sulit untuk
Menunjukan penolakannya atas suatu ide atau gagasan pimpinan.Kadang kala penolakan atas ide
pimpinan secara terbuka dapat berarti membuka konflik antara pimpinan dan bawahannya.
Bahkan, kendala yang dihadapi dalam rangka peningkatan profesionalisme aparatur adalah inovasi
dan kreativitas aparat birokrasi masih relatif rendah. Misalnya jika Pimpinan melakukan Tugas
(dinas) Luar, maka ada anggapan kendala yang dihadapi dalam rangka peningkatan
profesionalisme aparatur adalah inovasi dan kreativitas aparat birokrasi masih relatif rendah.
Misalnya jika Pimpinan melakukan Tugas (dinas) Luar, maka ada
Posisi Strategis Birokrasi

Strategi reformasi birokrasi pemerintahan daerah merupakan salah satu cara atau upaya
untuk memperkuat daerah dalam rangka menjalankan roda pemerintahannya sekaligus
memperkuat peran pemerintah daerah dalam menjalankan konsep desentralisasi sesuai dengan
amanat otonomi daerah. Pemerintah Daerah Kota Cimahi sebagai daerah otonom, dimana daerah
yang berhak, berwenang mengurus rumah tangganya sendiri, kepadanya diberikan urusan
pemerintahan dalam upaya mengelola sumber-sumber keuangan, penyediaan pelayanan publik,
dan pembangunan daerah, kongkritnya berdasarkan asas efisiensi dan efektivitas, daerah harus
dapat menggali sumber daya yang dimiliki yang dapat digunakan untuk mensejahterakan
masyarakat dengan cara menyediakan pelayanan, meningkatkan daya saing daerah sesuai dengan
potensi dan kekhasan serta keunggulan yang dikelola secara demokratis dan akuntabel.

Untuk mencapai hasil yang maksimal Pemerintah Daerah harus dapat memproses dan
melaksanakan hak dan kewajiban berdasarkan asas-asas kepemerintahan yang baik (good
Governance). dengan kebutuhan organisasi baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas
(memiliki jiwa profesionalisme, kompeten, beretika dan mempunyai etos kerja yang tinggi).
Terkait dengan Pemerintah Daerah Kota Cimahi saat ini faktor SDM masih merupakan hal yang
menarik dan masih menjadi pusat perhatian karena kalau dilihat secara kasat mata PNS Kota
Cimahi secara kuantitas terlihat banyak akan tetapi apabila berbicara tentang penempatan dalam
struktur organisasi yang ada di Cimahi ternyata masih kurang terbukti masih terdapatnya
penumpukan kewenangan yang harus dijalankan oleh salah satu instansi yang tidak diimbangi
dengan jumlah personil yang ada hal ini juga berdampak kepada pemberian pelayanan dan kinerja
dari organisasi pemeritahan. Begitu juga berbicara tentang kualitas dari SDM Kota Cimahi masih
terdapatnya SDM Kota Cimahi yang belum diimbangi dengan kemampuan dan kompetensi yang
mumpuni dan masih adanya penempatan SDM yang kurang relepan artinya penempatan SDM
yang tidak didasarkan kepada kompetensi yang dimilikinya sehingga hal ini juga berdampak
kepada proses penyelenggaraan roda pemerintahan. Hal ini terjadi karena keterbatasan SDM yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Cimahi baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.
Birokrasi dan politik

Pada awal pemerintahan demokrasi tahun 1998, ketika presiden dijabat BJ Habibie, banyak
undang-undang direvisi dan dibentuk. Sebut saja UU pemerintahan, UU kepegawaian, UU
kepartaian, UU pemilu, UU susunan dan kedudukan DPR, DPRD, MPR, dan diciptakan UU baru
tentang kebebasan pers atau UU tentang demokrasi.Sayang, saat itu terlambat tak diciptakan
hubungan kerja yang bisa mewujudkan pemerintahan demokrasi yang good government.
Akibatnya, sampai sekarang dirasakan hubungan keduanya dalam suatu pemerintahan yang
demokratis tidak mencerminkan hubungan yang co-equality, tetapi hubungan kekuasaan antara
pejabat yang memimpin dan pejabat yang dipimpin.Kekuasaan memang nyawa dalam suatu
organisasi, tetapi jangan diobral penggunaannya. Tak jarang dijumpai jika pejabat politik atau
menterinya melakukan korupsi, pejabat birokrasinya ikut terlibat. Ini juga terjadi di pemerintahan
daerah. Pendekatan kekuasaan di atas erat kaitannya dengan hubungan antara jabatan politik dan
jabatan karier birokrasi yang belum pernah ditata dengan baik. Posisi subordinasi pejabat birokrasi
pemerintah di bawah kendali jabatan politik menjadikan sangat sulit bagi pejabat birokrasi lepas
dari pengaruh politik pemegang jabatan politik yang jadi atasannya, Model hubungan kerja antara
pembuat keputusan dan pejabat yang merealisasikan keputusan tidak co-equality. Yang terjadi,
dalam setiap sistem organisasi kepemerintahan, gambaran yang ada adalah antara pejabat yang
berkuasa dan pejabat yang dikuasai, atau secara lebih eksplisit antara pejabat politik dan pejabat
birokrasi dikuasai oleh kekuasaan pejabat politik.

Dalam model Marxis yang dikenalkan oleh Karl Marx, atau model executive ascendancy
(AS), pejabat birokrasi dikuasai pejabat politik. Model ini pernah dilaksanakan selama lebih dari
32 tahun oleh Presiden Soeharto pada masa pemerintahan Orde Baru. Dalam pemerintahan Orde
Baru saat itu, hanya ada tiga kekuatan politik: dua berupa partai politik, dan satunya golongan
bukan partai politik, tetapi bertindak sebagai partai politik. Satu kekuatan politik yang tidak berupa
partai politik menguasai pemerintahan dan kenegaraan. Birokrasi pemerintah dikuasai oleh
kekuatan politik yang bukan partai politik. Ini termasuk model yang aneh, belum ada di negara
mana pun yang menggunakannya, tetapi bisa berjalan lama sekali selama 32 tahun pada
pemerintahan Orde Baru. Model yang belum pernah dicoba atau model yang masih menjadi angan-
angan adalah model di mana kekuatan birokrasi mempunyai kedudukan yang sama dengan
kekuatan politik (co-equality with the executive). Kekuatan birokrasi itu adalah kekuatan keahlian,
kekuatan kompetensi, dan kekuatan profesionalisme.
Budaya organisasi dan etika organisasi

Model hubungan kerja antara pembuat keputusan dan pejabat yang merealisasikan
keputusan tidak co-equality. Yang terjadi, dalam setiap sistem organisasi kepemerintahan,
gambaran yang ada adalah antara pejabat yang berkuasa dan pejabat yang dikuasai, atau secara
lebih eksplisit antara pejabat politik dan pejabat birokrasi dikuasai oleh kekuasaan pejabat politik.

Dalam model Marxis yang dikenalkan oleh Karl Marx, atau model executive ascendancy
(AS), pejabat birokrasi dikuasai pejabat politik. Model ini pernah dilaksanakan selama lebih dari
32 tahun oleh Presiden Soeharto pada masa pemerintahan Orde Baru. Dalam pemerintahan Orde
Baru saat itu, hanya ada tiga kekuatan politik: dua berupa partai politik, dan satunya golongan
bukan partai politik, tetapi bertindak sebagai partai politik. Satu kekuatan politik yang tidak berupa
partai politik menguasai pemerintahan dan kenegaraan. Birokrasi pemerintah dikuasai oleh
kekuatan politik yang bukan partai politik. Ini termasuk model yang aneh, belum ada di negara
mana pun yang menggunakannya, tetapi bisa berjalan lama sekali selama 32 tahun pada
pemerintahan Orde Baru.

Konsep Nilai Budaya Birokrasi

Konsep nilai yaitu keyakinan yang dipegang teguh dan tampil dalam tingkah laku dalam
arti harus yakin dalam memegang prinsip dan jujur dalam tingkah laku, Adapun nilai yang
mendukung atau biasa disebut espaused values nilai dan norma yang telah dibuat didalam suatu
organisasi misalnya keanekaragaman dalam organisasi Serta rasa hormat kepada sesama
organisasi atau atasan dan karyawan Dan nilai yang diperankan enacted values nilai dan norma
yang harus dimiliki oleh karyawan diukur dalam sejauh mana nilai atau rasa hormat tercermin
dalam perilaku setiap karyawan kepada atasan atau sesama nya Pengalaman organisasi atau
organizational experience merupakan faktor penentu utama terciptanya sebuah budaya organisasi
tertentu, , etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa
yang paling tepat dalam situasi tertentu memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang
ada dalam organisasi dan diri pribadi

Hakikat etika :

1. Merupakan konsep tata nilai dengan pengukuran terhadap sikap, perilaku atau ucapan yang
dianggap baik, lazim dan patut untuk dilakukan

2. Refleksi mengenai nilai nilai dan norma moral yang dipedomani seseorang atau kelompok
dalam mengatur pola sikap,perilaku ataupun ucapanny
Budaya kreativitas dan inovasi dalam birokrasi

Budaya kreativitas berpikir sesuatu yang baru dan kemampuan untuk mengembangkan ide
ide baru dan menemukan cara cara baru dalam memecahkan persoalan dalam menghadapi peluang
sebagai indikasi

-keterbukaan terhadap pengalaman arti kata menyebar luaskan semua pengalaman kreativitas atau
mencari pengalaman pengalaman baru

-melihat sesuatu dengan cara yang tidak biasa atau memandang sesuatu hal dari segi yang berbeda
agar lebih terlihat luar biasa

-keingin Tahuan toleransi terhadap ambigulitas

-kemandirian dalam penilaian pikiran dan tindakan

-memerlukan dan menerima otonomi

-kepercayaan terhadap diri sendiri

-ketersediaan untuk mengambil resiko yang diperhitungkan

Budaya inovasi spesifik dari perubahan di organisasi, karena adanya penerapan ide yang
dilakukan untuk meningkatkan suatu produk, proses Ataupun suatu pelayanan.

Kemampuan mengembangkan dan melaksanakan ide ide baru kreatifitas yang mendorong
ke arah jasa dan produk yang lebih baik serta ketangkasan beradaptasi dengan lingkungan yang
berubah atau landskap yang kompetitif.

Proses untuk mengkreasikan dan mengkombinasikan sesuatu yang baru, apakah dalam
bentuk produk, jasa, sistem dan kebijakan yang memberikan nilai tambah sosial dan ekonomis

Toleransi kesalahan sangat penting dalam pengembangan budaya organisasi yang


bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi. Menghargai keberhasilan dan mengenali
serta merayakan kegagalan mampu membuat orang-orang belajar dari kesalahan. Ketika karyawan
didorong untuk menghasilkan ide-ide baru tanpa dirugikan, maka akan ada inisiatif dari mereka
untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi. Dengan demikian, mereka merasa dikelilingi oleh
atmosfer tanggung jawab untuk selalu lebih inovatif setia harinya (Martins & Terblanche, 2003).

Inovasi

Inovasi Harga Mati”, Budaya inovasi merupakan seperangkat kebijakan atau aturan,
kebiasaan, sikap, kondisi lingkungan dan faktor-faktor organisasi yang memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya kreativitas dan inovasi secara progresif dan berkelanjutan dalam sebuah
organisasi.

Namun demikian, untuk menumbuhkan budaya inovasi dalam sebuah birokrasi tentu banyak
tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Selain ketegasan aturan, inovasi juga butuh
keberanian untuk membiasakan pembaruan dan memperbaharui kebiasaan. Sehingga diperlukan
sikap terbuka, adaptif, positif, optimis, apresiatif dan demokratis, Hal lain yang harus diperhatikan
untuk menumbuhkan budaya birokrasi yang inovatif adalah dukungan moril untuk menerima
resiko kegagalan dalam berinovasi, kemudian dukungan sumber daya baik sumber daya manusia,
keuangan dan perlengkapan lainnya. Perhatian terhadap pengetahuan dan kemampuan pegawai
yang berfikir kreatif dan berprestasi juga perlu diapresiasi dengan pemberian rewards. Sehingga
pegawai terbiasa dengan pengembangan bakat inovasi dan menghasilkan metode baru yang
semakin menyuburkan budaya inovasi.

Inovasi bukan hanya sekadar konsep maupun pengetahuan, melainkan inovasi harus
dijadikan sebagai budaya dalam bekerja sehingga diperlukan kerja keras, kerja cepat dan kerja
cerdas. Dengan banyaknya inovasi yang tercipta, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
yang berorientasi pada hasil yang nyata, bukan pada proses yang nihil.

Namun, mampukah para birokrat, administrator publik, atau pejabat melakukan inovasi
pelayanan publik sesuai kebutuhan masyarakat, mengingat kebutuhan dan ekspektasi masyarakat
terus meningkat seiring dengan ligatnya kemajuan teknologi informasi sekarang? Sedangkan di
lain sisi masih sering terdengar adanya pungutan liar (pungli), pengurusan izin yang lama,
pengurusan administrasi yang rumit, dan perilaku birokrat yang korupsi.

Inovasi secara umum dipahami sebagai perubahan perilaku atau inovasi juga sebuah ide
atau praktik bilamana mendengar akan dibutuhkan suatu inovasi yang baru dari sebelumnya, atau
inovasi adalah menawarkan barang atau jasa baik yang sifatnya baru lebih baik atau lebih murah
dibandingkan dengan yang tersedia sebelumnya.
Sistem merit dalam birokrasi dan manajemen ASN

Penerapan sistem merit memiliki tujuan agar manajemen ASN menjadi semakin baik yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja bersifat objektif, terukur, akuntabel,
partisipatif, serta transparan.

Ia menjelaskan, sistem merit merupakan salah satu sistem dalam manajemen sumber daya manusia
yang menjadikan kualifikasi, kompetensi dan kinerja sebagai pertimbangan utama dalam proses
perencanaan, perekrutan, penggajian, pengembangan, promosi, retensi, disiplin dan pensiun
pegawai.

“Tentunya hal ini berdampak baik dalam manajemen ASN yaitu meningkatnya indeks
efektivitas pemerintahan kemudian mencegah praktik KKN dalam manajemen ASN serta bisa
meningkatkan indeks reformasi birokrasi yang berdampak pada kepastian karir dan kompensasi
atau penghargaan bagi ASN,” ucapnya saat memberikan sambutan di acara Audiensi dengan tema
akselerasi penerapan sistem merit di instansi pemerintah daerah demi mewujudkan Indonesia
maju. Pemberlakukan sistem merit dalam birokrasi bertujuan untuk menghasilkan ASN yang
profesional dan berintegritas dengan menempatkan mereka pada jabatan-jabatan birokrasi
pemerintah sesuai kompetensinya. Selanjutnya pemberian kompensasi yang adil dan layak,
mengembangkan kemampuan ASN melalui bimbingan dan diklat, dan melindungi karier ASN dari
politisasi dan kebijakan yang bertentangan dengan prinsip merit.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sendiri sudah berupaya untuk menaikkan


penilaian sistem merit pada Pemerintah Provinsi Provinsi Kalteng di tahun 2022.

“Pada awal semester pertama nilai yang kami peroleh di aplikasi sipinter sebesar 20,64
dengan kualifikasi sangat buruk, namun setelah mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari
KASN sehingga pada semester kedua dari periode Juli hingga November 2022 nilanya meningkat
menjadi 80,5 walaupun masih dalam kategori yang rendah tapi sudah terlihat ada peningkatan,”
sambung Suhaemi.

Selain itu Pemprov Kalteng dalam setiap penyelenggaraan kegiatan, seperti pelaksanaan
seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi maupun jobfit selalu melakukan Konsultasi dengan
KASN, baik Via zoom meeting maupun tatap muka secara langsung sebagai pendampingan guna
pemenuhan dokumen yang seharusnya dilengkapi, agar pelaksanaannya tidak menyimpang dari
peraturan yang berlaku.

“Saat ini, dilakukan kembali Verifikasi Penilaian Mandiri Penerapan sistem merit dalam
Manajemen ASN di Tahun 2023. Kami berharap, penilaian mandiri yang dilakukan dapat
memenuhi segala aspek-aspek yang ada, sehingga dapat memperoleh kategori yang baik,

Anda mungkin juga menyukai