Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

HUMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) : TELAAH EKSISTENSI MULTI


PARTAI DALAM SYSTEM DEMOKRASI DAN OLIGARKI POLITIK
INDONESIA”
TEMA (C)
UNTUK MEMENUHI SYARAT MENGIKUTI INTERMEDIATE TRAINING
(LK II) HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG BOGOR

Di Susun Oleh:

Nama : Jumra Makassar

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

CABANG AMBON

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan banyak kenikmatan kepada kita, baik berupa nikmat iman, nikmat
Islam maupun nikmat kesehatan, sehingga pada hari ini kita masih bisa merasakan
nikmat dunia yang tidak terhitung nilainya (QS: Ibrahim: 34).
Shalawat teriring salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam,
sang revolusioner sejati yang telah membawa warna baru pada tatanan dunia yang
beberapa abad lalu diselimuti dengan krisis moral yang telah menjangkit bagian
terkecil pojok dunia ini, yakni Nabi Muhamad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya, dan tak lupa kepada kita selaku umatnya yang senantiasa taat pada
ajarannya, semoga di hari akhir nanti kita mendapat syafaat dari beliau. Amin
Akhirnya dengan kerja keras dan tetap bertawakal kepada Allah SWT makalah
yang berjudul Humpunan Mahasiswa Islam (Hmi) : Telaah Eksistensi Multi
Partai Dalam System Demokrasi Dan Oligarki Politik Indonesia”
dapat selesai tepat waktu.
Saya sadar dalam makalah ini tentu sedikit banyaknya terdapat kesalahan
baik dari segi teknis maupun substansinya. Namun harapanya, dengan tetap
berserah diri kepada Allah semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
bahan diskusi lebih lanjut.

Ambon, 23 Februari 2019

JUMRA MAKASSAR

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.I latar belakang

Sebagaimana telah menjadi budaya perkaderan di HMI, kini HMI cabang


sorong kembali melaksanakan budaya perkaderan tersebut, yaitu LK 2 tingkat
nasional yang akan diikuti oleh berbagai kader di HMI di seluruh cabang sesuai
mekanismenya. Selain budaya di HMI, LK 2 juga merupakan salah satu kegiatan
pembinaan generasi penerus bangsa, dimana peserta LK 2 akan dibina dengan
tujuan menambah sumberdaya manusia yang akan sangat berguna bagi
masyarakat dan negara. Untuk dapat mengikuti LK 2 HMI, ada syarat-syarat
wajibnya, yaitu benar-benar anggota HMI yang minimal telah selesai mengikuti
LK 1 selama enam bulan kemudian beberapa syarat administrasi lainya, salah satu
syarat wajibnya adalah membuat makalah sesuai dengan tema dan judul yang
telah di tetapkan. Karena itu, ini merupakan makalah saya sebagai calon peserta

LK 2 dengan judul makalah “TELAAH EKSISTENSI MULTI PARTAI


DALAM SYSTEM DEMOKRASI DAN OLIGARKI POLITIK INDONESIA”.
Di makalah ini, kita akan menemukan peran politik dan actor-aktor politik dalam
birokrasi di Indonesia dari orde lama sampai masa revormasi, dan letak
perjuangan HMI.

Tidak bisa dipungkiri di dalam negara yang mengikuti system demokrasi


kehadiran partai politik dalam birokrasi pemerintah tidak bisa dihindari.
Pergulatan antara suatu partai politik dengan partai politik dalam birokrasi
demokrasi di Indonesia memang sangatlah menarik untuk di bahas, mulai dari
bagi-bagi kekuasaan untuk mempertahan kekuasaan dan strategi untuk
mendapatkan kekuasaan sebagaiaman soekarno, soharto, Habibie, hingga Amin
rais dengan cantik memainkan seni politik hingga kekuasaan selanjutnya bisa
sampai jatuh ke tangan gusdur, dan kekuasaan selanjutnya.

iv
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peran partai politik dan actor politik dalam system demokrasi
di Indonesia pada
Orde Lama…
2. Bagaimana Peran partai politik dan actor politik dalam system demokrasi
di Indonesia pada Orde Baru
3. Bagaimana Peran partai politik dan actor politik dalam system demokrasi
di Indonesia pada Era Revormasi....
1.3 Tujuan dan Manfaat

v
6
BAB II
PEMBAHASAN

Di dalam negara yang mengikuti system demokrasi, kehadiran partai politik


dalam birokrasi pemerintah tidak bisa dihindari. Menurut teori liberal, birokrasi
pemerintah itu menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mempunyai
akses lansung dengan rakyat melalui mandate yang diperoleh dalam pemilihan.
Dengan demikian birokrasi pemerintah itu tidak hanya didominasi oleh pejabat-
pejabat birokrasi saja yang meniti karier didalamnya,melainkan pada pula bagian-
bagian lain yang ditempati oleh pejabat-pejabat politik. Demikian sebaliknya di
dalam birokrasi pemerintah itu bukan hanya dimiliki oleh pimpinan politik dari
partai politik saja melainkan ada juga pimpinan birokrasi karier yang professional
(Thohah miftah “birokrasi politik di indonesi” cetakan 2005)
Ketika kita berbicara tentang politik di indonesia, kita tidak akan terlepas dari
yang namanya birokrasi pemerintah, birokrasi pemerintah seringkali di artikan
sebagai offesialdom atau kerajaan pejabat. Pejabat adalah orang yang menduduki
jabatan tertentu dalam birokrasi pemerintah. Kekuasaan pejabat ini amat
menentukan, karena segala urusan yang berhubungan dengan jabatan itu maka
orang yang beraada dalam jabatan itu yang menentukan. Kehadiran partai politik
dalam pemerintahan membawah pengaruh besar dalam kehidupan birokrasi
pemerintah. Salah satu pengaruh itu ialah birokrasi pemerintah terakontaminasi
terhadap bermacam dan beragam perbedaan ideology yang di bawa oleh partai
politik. Tidak jarang terjadi bahwa suatu partai politik yang memimpin suatu
kementrian untuk sekian lama telah tertanam pengaruh partai dalam kementerian
tersebut.
Urayan berikut ini memberikan ilustrasi bagaimana praktik penggunaan
kekuasaan dalam pemerintahan selama ini. Kekuasaan birokrasi pemerintah
selama ini dipergunakan sangat sentralistis dan eksesif. Ada korelasi yang positif
antara tingkatan hierarki jabatan dalam birokrasi dengan kekuasaan (power).
semakin tinggi layer atau lapis hierarki jabatan dalam birokrasi, maka semakin
besar kekuasaannya, da semakin besar kekuassnnya, dan semakin rendah lapis

7
hierarkinya semakin tidak berdaya (powerless). adapun yang berada di luar lapi-
lapis hierarki

8
(beyond the hierarchy) adalah rakyat yang sama sekali tidak mempunyai kekuatan
untuk menghadapi kekuasaan birokrasi.
KOrelasi ini menunjukan bahwa penggunaan kekuasaan pada hierarki atas
sangat tidak seimbang denganpenggunaan kekuasaan di tingkat bawah. Dengan
kata lain sentralisasi kekuasaan yang berada di tingkat hierarki atas semakin
memperlemah posisi hierarki bawah dan tidak memberdayakan rakyat yang beada
di luar hierarki. Sekaligus korelasi semacam ini mengartikan bahwa hierarki
bawah dianggap kurang mampu mengatasi segala urusan, atau hierarki bawah
tidak berani melakukan tindakan kalau tanpa pengetahuan hierarki atas. Angapan
seperti inilah yang membuat birokrasi pemerintah sangat tergantung pada seseorag
yang amat berkuasa sekali lagi sentralisasi kekuasaan sangat kuat. Di sini pula
dapat membenarkan sebutan birokrasi pemerintah sebagai kerajaan pejabat seperti
ayng telah disinggung.
Rakyat yang semestinya mmeperoleh pelayanan dan birokrasi pemerintah
tidak didapatkan, karena konstealasi kekuasaa seperti itu maka situasinya dibalik,
rakyat melayani birokrat. Penggunaan kekuasaan seperti itu lebih memberikan
penekanan pada sisi power yang dilihat dari perspektif cacacity to act (Hindes,
1996). Oleh karena penekanannya pada kemampuan melakukan tindalkan, maka
kekuasaan dijadikan sebagai sarana dominasi. Birikrsi pemerintah mendominasi
rakyat melalui kekuasaan yang di sandangnya, sehingga terbentang hubungan yan
tidak imbang antara birokrasi pemerintah yang berkuasa dengan rakyat yang di
kuasai.
Konstalasi kekuasaan seperti ini yang membuat birokrasi tidak mempunyai
akuntabilitas terutma kepada rakyat dan masyarakat pada umumnya. Adapun yang
amat menonjol ialah diperkuatnya kewajiban untuk melakukan responsilitas
terhadap pejabat pada hierarki diatas. Pejabat birokrasi diangkat oleh pejabat yang
berkuasa pada hierarki tertinggi dalam departemennya. Oleh karena itu ada
semacam kewajiban untuk mutlak tunduk dan bertanggung jawap terhadap
hierarki atas tersebut. Mereka lupa bahwa rakyat mempunyai andil yang amat
besar terhadap eksistensibirokrasi pemerintah dengan membayar pajak. retrebusi,
dan pungutan-pungutan lainnya. Demikian juga jangan lupa mereka dijadikan

9
pejabat karena ada pemilu. Dan pemilu sangat ditentukan oleh suara rakyat, kalau
rakyat tidak ikut menyukseskan pemilu, jangankan jadi pejabat birokasi, jadi
wakil rakyat pun barangkali tidak. penggunaan kekuasaan dalam birokrasi
pemerintah seperti diutarakan diatas selama ini, tidak jauh bedanya dengan
aplikasi teori elit seperti yang dikenal dalam reverensi kehidupan politik dinegara-
negara maju. Teori ini menekankan bahwa kekuasaan itu tidak hanya berada di

10
tangan elit birokrasi pemerintah, akan tetapi pelaksanaan kekuasaan itu berada
ditangan elt yang tidak bertanggung jawab. Itulah sebabnya birokrasi pemerintah
tidak mempunyai akuntabilitas terhadap rakyat (Hunter, 1953; Mills 1959)
Konsepsi birokrasi yang dianut dalam organisasi pemerintahan
(government). Banyak memperlihatkan cara-cara officialdom diatas. Pejabat
birokrasi pemerintah adalah sentra dari penyelesayan urusan masyarakat. Rakyat
sangat tergantung pada pejabat ini, bukannya pejabat yang tergantung pada rakyat.
Pelayanan pada rakyat bukan di letakkan pada pertimbangan utama, melainkan
pada pertimbangan yang ke sekian. Pengalaman konsep birokrasi pemerintah
Weberian yang cenderung menjadikan kerajaan pejabat tersebut banyak
mendapatkan kritikan. Salah satu yang mengkritis pedas adalah Werren Bennis
(1967). Di tulisannya dimajalah personnel administration (1967) dia menulis
bahwa birokrasi Weberian sekitar 25 sampai 50 tahun yang akan dating (dihitung
semenjak tulisannya itu) kita bersama-sama akan menyaksikan jatuhnya birokrasi
weber dan diganti dengan system sosial yang baru yang sesuai dengan harapan
masyarakat pada abad ke-20 (thohah, 1984). Kritikan Benis ini di dasarkan pada
suatu prinsip evolusi bahwa setiap zaman tertentu akan mengembangkan suatu
bentuk tatanan system organisasi yang sesuai dengan zamanny. Dikatakan oleh
Bennis bahwa bentuk hiearki pyramidal yang dikenal oleh ahli sosiologi sebagai
birokrasi dan oleh businessman sebagai the damn bureaucracy (birokrasi
terkutuk) telah ketinggalan dari realita zaman sekarang. (Thohah miftah“birokrasi
politik di Indonesia” hal. 3-4. 2005)
Kar Mark merancang teorinya yang sarat dengan prinsip persamaan hak
diantara warga negara, khususnya dalam bidang hak-hak politik dan ekonomi,
maka tidak dibayangkan bahwa teori yang sangat humunis tersebut ketika
dipraktikkan di Rusia dan Cina melalui system Komunisnya, kemudian menjadi
semacam monster yang sangat kejam dan menakutkan yang merupakan pembunuh
jutaan ummat manusia dalam bentuk system pemerintahan Komunis yang
didukung oleh sector hukum yang baru (Dr. Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M.
“teori-teori dalam sosiologi hukum”, hal. 81. 2011) peran partai politik setiap
masa kepemimpinan di Indonesia sangatlah berbeda-beda, sebagaimana berikut:

11
2.1 Bagaimana Peran partai politik dan actor politik dalam system
demokrasi di Indonesia pada Orde Lama…
Bung Hata, setelah beliau pamit dan meninggalkan jabatan wakil presiden,
menulis sebaga berikut ini.
Sejarah Indonesia sjak sepuluh tahun terakhir ini banyak memperlihatkan
pertentangan antara idealism dan realita. Idealism yang menciptakan
suatupemerintahan yang adil dan akan melaksanakan demokrasi sebaik-baiknya,
serta kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya. Bertolak belakang dengan realita
dalam pemeritahan itu sendiri, karena pada kenyataan dan perkembangannya
kelihatan semakin jauh dari demokrasi yang sebenarnya.
Menurut saya ucapan diatas merupakan ungkapan rasa kekcewaan bung hata
ketika melihat teman-teman politiknya yang semula idealis telah berubah menjadi
penguasa yang tidak idealis lagi, sehingga beliau lebih memilih untuk pamit dan
meninggalkan jabatannya sebagai wakil presiden, membuat saya teringat dengan
sebuah kalimat “lebih baik di asingkan daripada hidup dalam kemunafikan” (soe
hok gie).
Kelihatan benar tindakan-tindakan pemerintah yang bertantangan dengan
undang-undang dasar. Presiden yang menurut UUDS 1950 adalah presiden
konstitusional yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat di ganggu gugat,
mengangkat dirinya sendiri sebagai furmatur cabinet.dengan itu ia melakukan
suatu tindakan yang tanggung jawab dan tidak memikul tanggung jawab.
Pemerintah yang dibentuk dengan cara yang ganjil tersebut diterima begitu saja
oleh perlemen, dengan tidak mengatakan keberatan yang prinsipil. Malahan ada
yang membela tindakan presiden itu dengan dalil “keadaan darurat”.
Seperti diketahui bahwa pemelihan umum pertama di Indonesia tahun 1955,
telah memilih anggota dewan perwakilanrakyat (DPR) dan anggota konstituente.
Konstituente adalah suatu lembaga untuk membentuk konstitusi atau undang-
undang dasar (yang permanen). Menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) tahun 1950. Pemerintah memberi kesempatan yang seluas-luasnya
kepada partai politik dan golongan yang ada untuk mengajukan konsep negara

12
sesuai dengan aspirasi politiknya untuk diperjuangkan di forum konstituente
secara terhormat dan konstitusional.
Dengan adanya kesempatan tersebut maka dimajelis konstituente muncul tiga
konsep usul dasar Negara Repoblik Indonesia.

13
Usul pertama, Pancasila, didukung Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan 16
anggota, Partai Kmunis Indonesia (PKI) termasuk fraksi Proklamasi dengan 80
suara. Partai Kristen Indonesia (PARKINDO) dengan 16 suara, partai katolik
dengan 10 suara, Partai Sosialis Indonesi (PSI) dengan 10 suara, ikatan
pendukung kemredekaan Indonesia (IPKI) dengan 8 suara, dan banyak partai kecil
lainnya, denga jumlah total 273 wakil atau suara.
Usul kedua, Islam, didikung Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)
dengan 112 suara, Nahdatul Ulama (NU) denga 91 suara, Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII) dengan 16 suara, Persatuan Tarbiah Islamia (PERTI) dengan 7
suara, dengan empat partai kecil lainnya, dengan jumlah suara seluruhnya 230
anggota.
Usul ketiga, Sosial Ekonomi, hanya didukung 9 anggota, lima orang dari
Partai Buruh, sedang sedang 4 orang lainnya dari partai murba.
Perjuangan menggolkan konsep Dasar negara itu oleh tiap-tiap golongan
dibenarkan oleh hukum yang berlaku. Situasi dan kondisi ketika itu mendukung
dan mengizinkan.
Keputusan kongres V HMI di medan, yang menuntut agar Islam dijadikan
dasar Negara Repoblik Indonesia. Jadi HMI bertindak secara legal, sesuai hukum
yang berlaku. Tuntutan HMI agar Islam dijadikan sebagai Dasar Negara Repoblik
Indonesi adalah perjuangan konstitusional, legal, bukan perjuangan
inkonstitusional dan illegal.
Tuntutan HMI ditujukan kepada Partai-Partai Islam, yaitu Masyumi, NU,
PSII, Perti, dan partai lain yang berjuang di majelis Konstituente, agar Islam
dijadikan sebagai dasar Negara Repoblik Indonesi. Tuntutan itu juga ditujukan
kepada konstituente sebagai suatu lembaga yang asecara konstitusional
berwenang memutuskan salah satu dari tiga konsep yang ada, untuk diusahakan
sebagai dasar Negara Repoblik Indonesia.
Untuk memperoleh keputusan yang mengikat, diperlukan suara 2/3 x 520
orang anggota konstituente + 1 orang, yakni 347 suara. Ternyata tidak ada satu
golongan pun dalam majelis konstituente yang mampu memperoleh dan
mengumpulkan suara yang diperlukan. Fraksi Islam yang terdiri atas Masyumi,
NU, PSII, perti dan Partai Islam lainnya hanya mendapat 230 suara, masih kurang

14
117 suara. Fraksi golongan Nasionalis yang terdiri dari PNI, PKI, Parkindo, Partai
Katolik, dan Partai-Partai lainnya memperoleh 273 suara, kurang 74 suara. Sedang
golongan sosialis (Partai Musrba) dan partai-partai lainnya yang memperoleh jauh
lebih kecil yang diperoleh fraksi Islam dan Nasionalis, yaitu 9 suara.

15
Menurut ukuran yang wajar, majelis Konstituente tidak dapat dikatakan gagal.
Namun diluar konstituente ada kekuatan politik lain, yang mempengruhi
perkembangan dalam konstituente, dan akhirnya menetuka nasibnya sendiri.
Kekuatan yang dimaksud adalah preiden soekarno. Tatkala pelantikan anggota
konstituente di bandung tanggal 1 november 1956, presiden soekarno mengatakan
bahwa siapa yang tidak menyesuaikan dirinya dengan arus revolusi pasti akan di
gilas arus revolusi. Setelai rumusan mengenai dasar negara menemui kemacetan
denganpemungutan suara, pemerinah mengajukan gagasan kembali ke UUD
1945(Sitompul Agussalim “Historiografi HMI. hal. 69)
Kemudian presiden soekarno membubarkan konstituente yang di pilih oleh
rakyat, sebelum pekerjaannya membuat undang-undang dasar yang baru selesai.
Kemudian dinyatakan suatu dektri berlaku kembali undang-undang dasar 1945.
Banyaknya partai oleh Bung Karno disebut sebagai salah satu penyebab tidak
adanya pencapaiyan hasil dalam pengambilan keputusan, karena di anggap terlalu
banyak debat bersitegang urat leher. Untuk merealisasikan demokrasi terpimpin
ini, kemudian di bentuk yang di kenal dengan nama front nasional. Jadi, apa yang
dimaksud dengan demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang bedasarkan system
pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan suatu
kekuasaan sentral di tangan satu orang (kencana Inu: “system administrasi negara
RI, hal. 61 dan 62. 2003)

2.2 Bagaimana Peran partai politik dan actor politik dalam system
demokrasi di Indonesia pada Orde Baru…
bahwa Presiden Soekarno adalah Seorang besar yang telah membawa
bangsa Indonesia menjadi negara merdeka dan kemudian melalui perjuangannya
membuat Indonesia berdiri sejajar dengan Negara-Negara lain, kenyataan ini tidak
ada yang membantahnya.kekuasaan di tangan presiden. terjadilah penyelewengan
terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Partai KOmunis Indonesia (PKI) semakin
berkuasa, sehingga terjadinya pertarungan kekuatan politik antara yang pro
Komunis dan yang antikomunis. kenyataan-kenyataan tersebut diatas juga sulit
dibantah realitas yang tercipta selama Demokrai terpimpin inilah yang yang
kemudian disebut dengan istilah Orde Lama.

16
Partai KOmunis Indonesia (PKI) adalah partai politik yang beridiologi
KOmunis-Marxisme-Leninnisme. lazim juga disebut indeologi pertantangan
kelas. PKI didirikan pada tahun 1920 oleh Semaun dan Darsono. Dua tokoh ini
adalah kader yang berhasil dibina oleh Sneevielt, orang yang pertama kali
menyebarkan paham KOmunis di Indonesia pada tahun 1913.
PKI didirikan sebagai bagian dari KOmunis Internasional (KOmintern),
sebuah organisasi tertinggi bagi partai-partai KOmunis yang tersebar diberbagai
negara. Prinsip Komintern adalah: perang rakyat, diktatur proletariat, pemerintah
Soviet, dan aksi internasional. Prinsip ini kemudian diprogramkan kedalam aksi-
aksi agitatif-propagandis baik dengan cara legal maupun illegal dan harus
dilaksanakan di negara-negara colonial.
sejak berdirinya, PKI boleh dikatakan tumbuh dengam begitu subur dan
berkembang dengan pesat dibawah pimpinan tokoh-tokoh kader yang terkenal
antara lain Semaun, Darsono, Alimin, Muso, Tan Malaka, Amir Sjarifudindan
sebagainya.
Dalam rangka aplikasi prinsip dan program Komunis itu, PKI pada tahun
1926-1927 mulai meluncurkan aksi-aksi massa dan pemberontakan-
pemberontakan terutama di pulai jawa, tetapi gagal. Sebagai akibatnya pemerintah
Kolonial semakin memperketat pengawasan terhadap aktivis-aktivis PKI. banyak
pimpinan PKI yang melarikan keluar negeri.
Meskipun gagal memberontak, kader-kader PKI tetap melaksanakan
gerakan-gerakan illegal atau gerakan dibawah tanah. Sementara itu dengan
bangkitnya fasisme di jerman dan italia yang dianggap lebih berbahaya dari
kapitalisme dan bisa menjai ancaman langsung buat Uni Soviet, maka prinsip
Komintern pun diubah . lahirlah apa yang di sebut doktrin Dimitrove (Pemimpin
Komentern tahun 1930). Inyi doktrin itu adalah bahwa kaum komunis harus
bekerja sama dengan kaum kapitalis untuk melawan fasisme.
Berdasarkan doktrin Dimitrove itu sikap PKI pun sudah mulai berubah.
mereka tidak lagi melencarkan agitasi-agitasi yang revolusioner tetapi lebih
memilih jalan kooperatif. pada tahun 1937 berdirilah Gerakan Rakyat Indonesia
(Gerindo). dari organisasi ini lahir tokoh-tokoh kader PKI seperti Mr. Amir
Sjarifudin dan DN Aidit. Amir Sjarifuddin tetap melaksanakan gerakan-gerakan

17
illegal antifasis, akan tetapi dengan kedatangan jepang ke Indonesia (192)
akhirnya gerakan illegal ini terbongkar juga dan Amir Sjarifudin di tangkap lalu
dipenjarakan.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus 1945, Amir Sjarifuddin keluar
dari penjara dan mulai tampil lagi di atas panggung politik. bahkan dalam cabinet
pertamaRI(19agustus–14

18
November 1945).
Amir sjarifudin menjabat sebagai Menteri penerangan. kesempatan posisi
strategis seperti itu tidak disiasiakan oleh PKI.
dengan menggunakan jabatannya yang strategis sebagai menteri penerangan
itu, Amir Sjarifudin mulai menggalang pengaruh KOmunis sembari melakukan
konsolidasi dikalangan pemuda dan buruh pada kongres pemuda 10-11 November
1945 di Yogyakarta, selaku menteri penerangan tampil berpidato mempengaruhi
kaum pemuda.
“ Hai pemuda, jika kamu memegang bedil ditangan kananmu, haruslah kamu
memegang palu di tangan kirimu, dan jika kamu memegang pedang di tangan
kananmu, peganglah arit di tangan krimu”, ujar Amir SJarifuddin.
Kongres tersebut menghasilkan fusi organisasi-organisasi pemudah kedalam
wadah baru yaitu Pemudah Sosialis Indonesia (Pesindo), yang didominasi dan
dimonopoli oleh golongan pemuda KOmunis binaan Amir Sjarifuddin.
sedangkan untuk kaum buruh , kaum kaum Komunis berusaha untul merebut
pososi pimpinan organisasi buruh. Seperti Sentral Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia (SOBSI). Orang PKI yang dipercayakan menggarap organisasi buruh
adalah Nyono. Di bidang politik, Amir Sjarifuddin melakukan konsolidasi partai.
Ia melakuka keraj sama dengan golongan sosialis yang ketika itu bosnya adlah
Sjahris.
Duet KOmunis-sosialis (Amir Sjarifuddin-Sjahrir) tersebut akhirnya
menguasai Badan Pekerja KOmite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) dan
Kabinet. Maka praktis pemerintahan didominasi oleh partai Sosialis. Meskipun
begitu Amir Sjarifuddin dan sjahrir tampak saling memanfaatkan untuk meraih
posisi dominan dalam politik dan pemerintahan.
pada bukan Mei 1946 PKI mengadakan kongres dan menghasilkan pernyataan
politik bahwa PKI tidak akan ikut dalam cabinet karena dengan masuknya PKI
kedalam cabinet akan memperlemah kedudukan RI. RI akan di cap sebagai sel
Moskow apabila PKI masuk cabinet. Meskipun tidak masuk cabinet, toh PKI
tetap mendukung pemerintah (cabinet sjahrir)
pada bulan juli 1947 kabinet sjahrir digantikan dengan cabinet Amir
Sjarifudin, yang melaksanakan perjuangan kelas dan memihak pada Rusia.

19
Hingga tahun 1948 PKI dibawah Amir Sjarifudin bokeh dikatakan berhasil
melaksanakan konsolidasi partai, baik dengan cara legalmaupun illegal. Lawan-
lawan PKI berhasil disingkirkansecara sistematis oleh Amir Sjarifudin.

20
Usia cabinet Amir sjarifuddin hanyalah setahun jagung, tanggal 23 1948
kabinet sjarifuddin jatuh. Ia kemudian melakukan gerakan oposisi terhadap
pemerintah dengan mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 26 februari
1948.
Sementara itu Muso, tokoh Komunis Indonesia yang lama bermukim di Rusia,
pulang ke Indonesia untuk melakukankoreksi terhadap PKI dengan mengambil
alih pimpinan PKI dan menduduki posisi sekjen politburo CC PKI. Menurut Muso
Revolusi Industri Indonesia harus lebih onfensif dengan membentuk Front
Nasional.
selain menguasai organisasi pemuda, orgaisasi buruh, dan berhasil melakukan
konsulidasi partai, PKI juga menyusun kekuasaan bersenjata. ketika itu menjabat
mentri keamanan rakyat dalam cabinet sjahrir (14 November 1945) Amir
Sjarifuddin mengajukan konsep ketentaraan sebagai berikut
 Tentara harus disusun menurut
model Red Army –Tentara
berwatak anti kapitalis-imperealis
 Tentara harus tpolitik dan dibinbing oleh opsir-opsir politik
Perjuangan menumbangkan Orde Lama dengan ujung tombaknya Mahasiswa,
pemuda, pelajar serta rakyat umumnya yang anti-PKI serta didukung oleh ABRI
yang pancasilais dan anti-komunis, telah membawa negara bangsa Indonesia
memasuki Orde Baru.

Pada kondisi seperti itu, HMI bersama-sama kekuatan Mahasiswa yang


antiPKi tampil mempelopori kebangkitan angkatan 66. langkah-langkah yang di
ambil dengan membubarkan

PPMI pada kongres VI di Jakarta 29 Desember 1965. wakil ketua PB HMI


Mar’ie Muhammad mengambil inisiatif mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1964 aksi masa berupa rapat umum 3
november 1965 di halaman fakultas kedokteran UniVersitas Indonesia jalan
salemba 6, dimana barisan HMI menunjukan superiorotasnya dengan massa
terbesar, adalah adalah massa aksi KAMI yang pertama kali. Tritura 10 januari

21
1966 berisikan tuntutan bubarkan PKI, retool Kabinet, turunkan harga, adalah hari
lembaran kedua dari buku sejara perjuangan KAMI yang menggemparkan. Hari
itu saat permulaan Demokrasi jalanan, parlemen jalanan, dimana forum terbuka
sepanjang jalan yang dilalui barisan demonstran yang langsung menyerang
kebijakan Menteri-Menteri. Dari aksi itulah lahirnya istilh “Menteri goblok”

22
yang menjadi populer diantara rakyat. Sholat ditengah jalanpun telah dilaksanakan
rakyat, suatu bukti bahwa perjuangan Mahasiswa adalah Ampera bagi Ilahi.

NIlai-nilai historis monumental episode tersebut terletak dalam tiga hal


berikut:

Pertama, dalam episode tersebut Revolusi politik Indonesia percaturan politik


kekuasaan antara presiden soekarno, Partai KOmunis Indonesia, dan ABRI serta
Masyarakat pancasilais yang anti terhadap kaum Komunis-PKI, terpaksa harus
dibayar dengan gugurnya 7 pahlawan revolusi dan pahlawan amanat penderitaan
rakyat (Ampera)

Kedua, berkat kegeniusan Mahasiswa dalam gagasan, strategi dan taktik


perjuangan politik, maka nama Arief Rahcman hakim yang gugur sebagai
pahlawan Ampera kemudian dijadikan sebagai simbolisasi bagi elan vital
kejuangan, semangat ppengorbanan, dan jiwa kepeloporan pemuda, Mahasiswa
serta pelajar. Berikut tetap eksisnya sosok institusional pemuda dalam bentuk
Arief Rahcman Hakim hingga sekarang ini sebagai riengkarnasi dari KAMI yang
dibubarkan oleh presiden soekarno.

Ketiga, presiden Soekarno disatu pihak, dan PKI dilain pihak pada masa itu
rupanya terlalu percaya akan kemahakuasaan diri mereka masing-masing untuk
meraih kemenangan dalam percaturan politik kekuasaan, sehingga kurang
memperhitungkan factor peran kepeloporan pemuda yang memang telah terbukti
sepanjang sejarah Indonesia (Dipodisarto Soemarno,

TRUTURA dan HANURA. hal. 2)

Orde Baru lahir setelah melewati tiga tahap penting. Tahap pertama dimulai
dengan TRITURA 10 januari yang merupakan embrio Orde Baru. Tahap kedua
adalah SUPERSEMER (surat perintah sebelas maret) 1966 yang merupakan awal

23
Orde baru. Tahap ketiga adalah dimulainya tahap Orde Baru dibawah
kepemimpinan Nasional Presiden Soeharto sejak 12 maret 1967.

Namun kemudian dalam perjalanannya, terutama sejak Dektrit Presiden 5 juli


1959 untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 dengan demokrasi terpimpin
dengan NASAKOM nya telah membawa bangsa Indonesia kedalam ekonomi
yang morat-marit. pembangunan ekonomi tidak berjalan, malah politik menjadi
panglima, mulai terjadi pemusatan

pada orde lama, partai komunis dominan di masa tersebut, dengan adanya
pengertian keberadaan Nasional, Agama dan Komunis (NASAKOM) maka partai
komunis mendapat posisi dominan, karena merupakan salah satu dari tiga unsur
utama disamping partai-partai agama yang ada di Indonesia dan Partai Nasional
Indonesia (PNI). Begitu pentingnya NASAKOM sehingga

24
mendapat tempat dalam peraturan pemerintah daerah, yaitu UU No. 18 tahun
1965 (kencana Inu:

“system administrasi negara RI, hal. 68. 2003)

orde baru, periode ini secara nasional yang membawa suasana baru dalam
kehidupan plitik, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Bagi kehidupan
HMI sendiri, di tandai berakhirnya fase tantangan dari PKI dan antek-
anteknya yang ingin membubarkan HMI. Suasana pengganyangan HMI
berubah menjadi suasana kebebasan tanpa tekanan dan intimidasi. Kalau pada
fase tantangan HMI yang di tuntut PKI dan antek-anteknya untuk dibubarkan,
tetapi tidak berhasil. Tetapi dengan pemberontakan PKI yang gagal. Yang
kemudian melahirkan orde baru, HMI berbalik untuk menuntut agar PKI dan
organisasi mantelnya di bubarkan dan dilarang, dan berhasil ( Sitompul
Agussalim Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-1993 hal.
56)

Tidak jarang terjadi bahwa suatu partai politik yang memimpin suatu
kementerian untuk waktu sekian lama telah tertanam pengaruh partai dalam
kementerian tersebut. Tidak pula jarang terjadi suatu depertemen yang
menterinya yang dari partai tertentu maka struktur jabatan dan pejabat yang
mendudukinya dari partai yang sama dengan partai menterinya dari pusat
sampai ke daerah.

Dalam beberapa kali pemelihan kepala negara di era orde baru, pak Harto
selalu dipertahankan menjadi Presiden, yaitu dengan ketetapan sebagai
berikut:

1. Tap MPR No. IX/MPR/1973 hasil pemilu 1971.

2. Tap MPR No. X/MPR/1978 hasil pemilu 1977

25
3. Tap MPR No. VI/MPR/1983 hasil pemilu 1982

4. Tap MPR No. V/MPR/1988 hasil pemilu 1987

5. Tap MPR No. VI/MPR/1993 hasil pemilu 1992

Strateginya adalah dengan menunjuk para anggota MPR khusus untuk


utusan daerah dan utusan golongan. Mereka yaitu para gubernur kepala daerah
tingkat I, para panglima komando daera meliter, para rektor perguruan tinggi
negeri, menteri cabinet, isteri dan anak menteri untuk duduk di lembaga
konstitusiini (yang sudah barang tentu dekat dengan beliau). Dengan
demikian, setiap pemeilihan umum beliau diangkat menjadi presiden, bahkan
dengankebulatan tekad (Kencana Inu Syafei“system administrasi negara RI”
hal. 64-65. 2003)

Walaupun pembangunan ekonomi cukup pesat tetapi hanya dinikmati oleh


segelintir orang-orang dekat beliau namun digombar-gemborkan sebagai
usaha tinggal landas setelah dari

26
pembangunan ke pembangunan. Politik hanya terkebiri, yang sudah barang tentu
tidak ada satupun kritik dari masyarakat melalui wakilnya di legeslatif terhadap
pemerintah yang berkuasa.

keberadaan Golkar yang merupakan perpanjangan tangan dari ABRI (khusus


AD waktu itu) di perkuat dengan masuknya tanpa pemilihan para pegawai negeri
sipil, ibu-ibu darma wanita, ibu-ibu darma pertiwi, dan keluarganya kedalam
Golkar yang berlambang pohon beringin ini.

Pada mulanya melitir dibentuk untuk mempertahankan negara, pada berbagai


pemerintahan sudah barang tentu melitir dibentuk dibawah eksekutif yang
panglimanya disesderajatkn dengan para menteri cabinet. Di negara-negara
moderat yang sudah maju dan demokratis, meliter melulu mengurus persoalan
pengamanan negara. sedangkan kepolisian dipegang oleh kepolisian., sehingga
tidak sedikit menteri pertahanan dipegang oleh orang sipil.

Hanya saja beberapa apparat melitier yang cukup provisional tidak menutup
kemungkinan untuk ikut berpolitik. sepanjang tidak menimbulkan dominasi
melitir yang berlebihian sebagaimanaa pernah terjadi di beberapa negara
berkembang di dunia mengkaji berbagai sumber kekuasaan maka sebagimana kita
ketahui bahwa kekuasaan dapat berawal dari kekuatan paksaan. Karena meliter
memiliki senjata dan sah terlegitimasi, maka akan merupakan kekuatan politik
untuk ditakuti.

Sejalan dengan itu pada pihak pemerintahan sipil juga terbuka kesempatan
untuk saling tuding, saling kolusi, dan tidak terkoordinasi dalam pembangunan.
dengan dalih menegakkan persatuan dan kesatuan inilah meliter mengambil
bagian di bidang politik pemerintahan.

Hanya sekarang moral anggota Meliter itu sendirilah yang dapat mejamin
apakah dwifungsi mereka disaat keadaan damai, benar-benar ikut dalam tugas

27
pembangunan atau hanya menjadi pelindung perjudian, pelacuran atau menakuti
rakyat sebagai penagih utang.

dengan dalih menjaga persatuan dan kesatua bangsa serta mempertahankan


Pancasila dan UUD 1945 dari kemungkinan perubahannya oleh MPR/DPR RI
maka ABRI ikut berpolitik, yaitu dengan menjadi anggota legeslaif dan konstitutif
tersebut. Hal ini di anggap bagian dari pengabdian mereka kepada bangsa dan
negara yang kemudian disebut sebagai dwifungsi ABRI.

memeang dalam UUD 1945 disebutkan bahwa anggota MPR terdiri dari
anggota DPR RI di tambah oleh utusan daerah dan utusan golongan, dengan
begitu ABRI menjadi utusan dari golongan, mereka diangkat tanpa dipilih dalam
pemilu. Hal ini juga berlaku pada setiap keanggotaan DPRD di daerah-daerah
baik di daerah tingkat I maupun di daerah tingkat II.

28
selain itu pemilihan umum pertama tahun 1971 dirancang untuk mengikut
sertakan ABRI melalui jalur Golongan Karya. Dengan demikian kemungkinan
ABRI untuk mejadi Gubernur kepala daerah tingkat I dan bupati kepala daerah
tingkat II diseluruh daerah lebih mudah. karena baik di DPRD maupun di pusat
mendagri akan mempermudahnya.

Di setiap rumah dinas pemerintah dan jabatan sipil, bila seorang pegawai
negeri sipil menyelesaikan masa baktinya dengan pensiun, mereka harus berhenti
dari jabatan dan hengkang dari rumah dinasnya. Sementara itu pension ABRI
dapat memulai karya barunya. Hal ini akan tentu lebih berkelebihan di lakukan
oleh ABRI yang masih aktif.

Itulah sebabnya di puncak dominasinya, tidak ada satu kantorpun yang lepas
dari control ABRI. Inilah yang kemudian dipertanyakan orang (baik kaum
intelektual maupun awam) apakah dalam negara demokrasi yang menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat, peranan ABRI seperti ini masih di perlukan. Apakah
aspirasi rakyat tergalih dengan system komando meliter tersebut..?

Ada yang berpendapat bahwa persoalan ABRI mempunyai kelebihan


kedesiplinan dalam bersikap dan berorganisasi dibandingkan para karyawan,
politisi dan pegawai negeri sipil. Hanya saja pada decade kedelapan puluhan dan
Sembilan puluhan aroganisme (kesombongan) menghinggapi mereka. Bahkan
fakta-fakta empiris di lapangan membantah kepercayaan bahwa ABRI lebih
disiplin seperti tesebut diatas.

Hal ini terbukti ada sejumblah anggota ABRI (mereka selalu beralibi untuk
hanya tindakan oknum tertentu) baik yang sudah pension maupun yang masih
aktif. Yang tidak disiplin ketika menjalankan fungsi sisial politik mereka.
Maraknya aksi-aksi demonstrasi menuntut sejumblah petinggi ABRI agar turun
dari jabatannya , baik dipemerintah pusat maupun di pemerintah daerah.

29
Abdul Rahim Ghazali dari majalah ummat Jakarta menulis bahwa bapak
bupati kepala daerah tingkat II Bantul, Kolonel Sri Rosso Soedarmo, terlibat
kasus kolusi, kolusi dan nepotisme berkenan dengan keinginannya untuk
pemilihan kepala daerah kedua kalinya didaerah tersebut. Selain itu yang
bersangkutan juga terkait kasus tewasnya wartawan Barnas. Fuad Muhammad
Fachrudin.

kemudian dengan dalih untk mempertahankan kesenambungan pembangunan


inilah, dunia menyaksikan nyaris tidak ada satupun celah di sekujur tubuh
pemerintahan yang kosong dari personal ABRI. Dengan begitu apabila masih ada
pejabat ABRI yang menganggap perlunya dwifungsi dan melihat benyaknya
manfaat yang diperoleh, maka yang dimaksud adalah manfaat bagi diri mereka
sendiri yang menikmati Indonesia merdeka.

30
Keyakinan bahwa dwifungsi ABRI akan selalu relefan karena merupakan jiwa
dan semangat ABRI untuk tetap bertahan memangku jabatan sipil, kiranya dapat
dirasakan sebagai usaha karena sudah terlalu menikmati hasil pembangunan itu
sendiri. Dengan demikian panggilan untuk kembali ke barak secara menyeluruh
dibayangkan sebagai suasana muram yang menakutkan.

Sewaktu tahun 1995 pemerintah Soeharto menyadari bahwa Megawati tidak


akan mentolerir bila golkar melakukan tindak kecurangan pada pemilihan uum
1997. Oleh karena itu, megawati yang terpilih menjadi ketua Umum DPP PDI
tanggal 23 Desember 1993 di Jakarta mulai didongkel. Karena dari pemilu
kepemilu walaupun merupakan rekayasa namun tetap merupakan alat untuk
meligitimasi keberadaan pemerintah secara abash.

itulah sebabnya rekayasa terhadap PDI di ulangi kembali dan kota yang di[ilih
tetap medan sebagai tempat yang cocok untuk membuat kisruh (1993 dan 1996).
entah beberapa biaya yang dikeluarkan pemerintah, seperti penggerakan ABRI
untuk pengamanan, bantuan dana untuk mendatangkan PDP, dan lai-lain. Kendai
untuk berbagai muktamar organisasi lain ayng mengkhawatirkan, pemerintah
berupaya mempersulitnya.

Tidak hanya cukup berpuas diri dengan memenagkan Suriyadi. Kantor DPP
PDI yang terletak di jalan Diponegoro Jakarta diserbu pemerintah dengan
memperggunakan kekuatan apparat dan preman yang berpakaiyan baju merah PDI
bergambar Suriyadi pada tanggal 27 juli 1996, agar terkesan bahwa yang terjadi
adalah bentrok antar-PDI. Sebagai penyerbu lain diarahkan untuk membuat
kerusuhan ditengah kota.

31
ABRI memang mengganyang PKI dan untuk keberadaanya mereka menuduh
orang-orang yang tidak disukainya sebagai PKI. Dalam suatu rapat yang dipimpin
oleh ABRI penulis mendengar sendiri mereka mengatakan: “pokoknya kalua
kepepet, tuduh saja PKI.” Bahwa seorang anak SMP yang terlambat menghadiri
latihan paskibraka, sampai hati mereka mengecapnya PKI. Ankak muda mana
yang mau dicap PKI, buruh menuntut kenaikan gaji dituduh PKI, supir truk yang
di kenakkan pungutan liar kalua menolak dituduh PKI, protes tukang becak dan
pedagang kaki lima juga dituding sebagai PKI (Syafei Kencana Inu “system
administrasi negara RI” hal. 66-67 2003)

tuduhan PKI terhadap kelompok prodemokrasi itu sebenarnya tugas intelijen,


aksi intelijen memang formatnya selalu begitu sebagai sering masuk dari laporan
intelijen itu sendiri, jadi harus di cermati benar-benar kata Hadimulyo Anggota
Komisi Irian DPR RI. Bahkan Hendardi (Direktur

32
PBHI) (Arif R.H momok PKI dalam detak (edisi KHusus) 29 September -5
Oktober 1998 no. 0012

tahun 2001) mengaku heran mengapa pemerintah masih memberikan stempel PKI
pada kelompok tertentu, bukankah anggota KOmunis di Indonesia sudah di
tangkap, diadili, dipukuli, dan dibunuh walaupun banyak pula yang ditahan
berpuluh-puluh tahun tanpa proses peradilan.

Sewaktu apparat keamanan dan ketertiban terlambat menaggulangi kasus


banyuwangi sehingga dalam waktu tidak sampai dua bulan jumblah korban telah
mencapai lebih dari 150 orang, para pakar teringat pada kata-kata Thomas R. Dye
bahwa yang namanya kebijakan pemerintah itu ada apa pun yang dipilih
pemerintah apakh mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu sama
sekali.

jadi ketika walikota KDH Tk. II Bandung lamban memadamkan kebakaran di


Palasiri maka rakyat menuduh apparat terlibat karena beberapa hari sebelumnya
ingin menggusur tempat tersebut. Ketika camat Edera lamban menurunkan harrga
barang, maka rakyat berburuk sangka bahwa bukankah isteri kepala wilayah ikut
bedagang. Begitu juga ketika polisi lamban mengejar pembantau guru mengaji
yang mayoritas warga NU itu, perlu di kurangi pengaruhnya terhadap kekuatan
Ulama menjelang pemilihan Umum.

Mengapa tidak, siapakah elit power yang mampu melepaskan 1.500 orang gila
dari rumah sakit. siapkh elit power yang mencegah agar semua korban dikubur
tanpa diotopsi. siapakh elit power yang mampu bergerak cepat dengan pakaian
ninja, tetapi senjatanya bayonet bukan celurit yang digotong, masyarakat
kebingungan. Kita lalu tidak dapat menolak bahwa sisa penguasa Orde Baru
sedang berusaha mengeruhkan suasana agar Pemilihan Umum gagal dan status
quo tetap dipertahankan.

33
Apalagi kata-kata Lord Acton yang mengatakan bahwa kekuasaan cenderung
disalahgunakan (power attempt to corrupt). b Bukankah dwifungsi ABRI bukan
lagi ikut serta mengabdi dan peduli pada keberadaan negara tetapi merupakan
multifungsi keserakahan mencari kekayaan.

Pada tanggal 21 mei 1998 Pak Harto akhirnya mengundurkan diri. Pengganti
Pak Harto adalah wakil presiden Prof. D.r. In. Bahrudein Jusuf Habibie dengan
mengucapkan sumpah di istana merdeka Jakarta. Karena tidak mungkin
melangsungkan di gedung Rakyat MPR RI yang sedang di duduki Mahasiswa.

2.3 Bagaimana Peran partai politik dan actor politik dalam system
demokrasi di Indonesia pada Era Revormasi…

34
Pada tanggal 21 mei 1998 Pak Harto akhirnya mengundurkan diri. Pengganti
Pak Harto adalah wakil presiden Prof. D.r. In. Bahrudein Jusuf Habibie dengan
mengucapkan sumpah di istana merdeka Jakarta. Karena tidak mungkin
melangsungkan di gedung Rakyat MPR RI yang sedang di duduki Mahasiswa.

Setelah itu desakan untuk mengadili mantan Presiden Soeharto sangat kuat. Setiap
hari ada saja aksi unjuk rasa, terutama oleh Mahasiswa dan LSM, yang menuntut
pemerintah agar segera diadili karena dugaan KKN yang dilakukannya selama
berkuasa, Euforia kebebasan sedang merasuki seluruh elemen masyarakat di
segenap pelosok nusantara setelah tumbangnya orde baru yang otoriter (lasmana
Tjipta “dari soekarno sampai SBY”, hal. 141 2008)

Pemerintahan Habibie, sebenarnya memang tidak sama dengan pemerintah


Soharto walaupun Habibie mengakui sebagai muridnya Soharto. Habibie adalah
seorang demokrasi yang ilmuan. Di masa beliaulah para tahanan politik di
bebaskan. Bahkan dimasa beliaulah untuk pertama kalinya 2 pemilihan umum
dilansungkan secara demokratis melebihi pemilihan umum ditahun 1955.

Pemeilihan Umum 1999 diikuti 48 partai yang bersaing ketat, walaupun hanay 21
partai yang mendapat kursi di DPR RI. PDI Perjuangan yang didukung oleh
rakyat jelata memang tidak menang mutlak karena golkar masih tetap
mengimbanginya terutama di indonesai bagian timur. Itulah sebabnya Prof. Dr,
Amien Rais M.A yang memimpin demonstrasi pada tanggal 20 mei 1998
mengatakan bahwa masyarakat Indonesia belum cukup pintar untuk mengerti arti
sebuah demokrasi di negara yang sebesar Indonesia. Prof. Dr, Amien Rais M.A
yang partainya menduduki urutan kelima ini mengalami kekecewaan, lalu melirik
kepada Partai Kebangkitan Bangsa yang didirikan oleh K.H Abdurrahman Wahid.

dalam suasana sidang istimewa MPR RI yang digelar dibawah pimpinan Amin
Rais dengan telak menolak pertanggung jawaban presiden RI ke-3, Prof. B.J

35
Habibie, dan setelah itu Golkar kehi;angan calon presidennya. Prof. Dr, Amien
Rais M.A lalu dengan cantik menggiring suara Golkar yang sakit hati untuk
beralih kepada Gus Dur, daripada memilih Megawati Soekarnoputri yang pernah
di pecundangi pada tanggal 27 juli 1996.

Gus Dur memang seorang ahli manajemen konflik karena dalam waktu sekejap
berhasil melemahkan kekuatan TNI Polri yang memang sudah ingin berganti
paradigma. Letjen Agus Wirahdikusuma yang Reformis diorbitkan untuk menjadi
Panglima Kostrad, sedangkan Prof. Dr.

36
Baharudin lopa S.H yang sangat jujur itu di giring menjadi jaksa agung, saying
keduanya meninggal di tengah perjalanan jihadnya.

Perseteruan Gus Dur dan lawan-lawan politiknya, memasuki tahun 2001 semakin
eskalatif, bahkan menjurus pada kian pastinya bagi MPR untuk menggelar sudang
istimewah. Hal ini tentu merisaukan dan membuat Gus Dur stress berat. Dalam
upaya mematahkan menuver-menuver politik lawan, Gus Dur teruus menerus
melontarkan FAC. Senin 2 uli 2001, misalnya, presiden di undang Lembaga
Ketahanan Nasional untuk memberikan ceramah didepan para peserta khusus
singkat khusus angkatan (KSKA) I. dalam ceramahnya, Gus Dur menuding semua
pihak memble. Apa maunya mereka? tentang Gus Dur. Ia menyatakan
kekhawatirannya massa pendukungnya akan datang dan membakar gedung
DPR/MPR, jika dirinya terus ditekan untuk mengundurkan diri. lalu, Ia
menyebutkan bahwa disamping telah pembakaran gedung DPRD, kalua ingin
damai, damai yang sungguh-sungguh. Jika masyarakat masih ingin melihat
Indonesia tetap satu, maka kebuntutan konstitusi harus dipecahkan. Caranya
dengan mempercepat pemilu.

Gus Dur memperingatkan lawan-lawan politiknya akan konsekuensi yang yang


tidak bisa dihindarkan jika mereka tetap berupaya menjatuhkan dirinya. Indonesia
akan pecah, jika presiden dijatuhkan. Massa akan menyerbu dan membakar
gedung DPR/MPR jika impeachment terhadap presiden tetap dilaksanakan.

Dalam kesempatan itu, Gus Dur juga mengecam Ketu DPR, Aknar Tandjung,
yang tidak percaya kalau beberapa daerah akan merdeka jika dirinya di
berhentikan. “Ya ALLAH! ini orangnya bagaimana sih? tidak kenal rakyatnya?”
Ia mengaku telah meminta sejumblah Teuku di Aceh, tokoh Tasawuf di Riau,
Pendeta di Irian Jaya dan kiyai-kiyai di jawa timur untuk mengecek kebenaran
berita ini.

37
Secara implisit, Gus Dur sebenarnya menuding perilaku orang-orang DPR tidak
ubahnya seperti anak kecil. Semua itu hanya pertanda bahwa DPR sebenrnya
tidak kuat. Yang kuat adalah kita, NU! maka, kita begitu interpretasi terhadap
pernyataan Gus Dur (Lasmana Tjipta “ dari Soekarno

sampai SBY”, hal. 191. 2008

Sejarah mencatat bahwa ketika Presiden Wahid akhirnya mengeluarkan Dekrit


pada 23 juli 2001 dini hari dan tatkala MPR menggelar sidang istimewa 8 jam
kemudian yang antara lain mengeluarkan Tap pemberhentian Gus Dur sebagai
presiden RI, tidak ada satupun propinsi atau daerah yang memproklamasikan
kemerdekaan14nya. juga tidak ada tindakan-tindakan anarkis dari

38
pendukung Gus Dur yang selama 6 bulan sebelumnya dikondisikan akan
“ngamuk” (misalnya:

membakar gedung DPR) jika Gus Dur di berhentikan...

Setelah Gus Dur di berhentikan, naiklah Megawati soekarnonputri menggantikan


kekuasaan Gus Dur. Sepanjang tahun 2002 dan 2003, di berbagai daerah
menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (pilkada). Isu Money Potitics
menghantam banyak partai politik. khususnya PDIP, kisruh dalam tibuh PDIP
tercermin dari perbedaan pandangan dan sikap antara fraksi PDIP di daerah
pemilihan dan pengurus pusat (DPP). kerap pengurus daerah (DPD) menolak
instruksi pusat untuk memenagkan satu pasangan calon. Adakalanya DPP PDIP
malah memerintahkan DPP PDIP untuk memilih pasangan yang bukan kader
PDIP tanpa memberikan alasn apapun. Ironisnya jago-jago PDIP dalam pilkada
tersebut umumnya rontok alias kalah.

suatu ketika menjelang pemilihan umum 2004. di depan para petinggi berlambang
banteng itu, tiba-tiba Bu Mega berkata: “saya juga nggak ngerti DPD itu apa sih,
itu kan jadi bikin pangeran-pangeran baru!”. yang membuat Roy herann Bu Mega
mati-matian berada dikubu yang berpandangan bahwa UUD 1945 harus berubah,
termasuk system pemilu yang ada, dan sebagainya. Tapi kenapa tiba-tiba dia
menggugat keberadaan DPD?

Sikap PDIP sendiri, awalnya, menentang amendemen ke-4 UUD 1945 (tahun
2002). Presiden Megawati pernah menyatakan keraguannya terhadap kesiapan
rakyat jika pemilihan presiden dan wakil presiden di lakukan secara langsung
pada 2004. sebagian besar anggota MPR dari fraksi PDIP ketika itu mengambil
inisiatif untuk menahan lajunya amendemen dengan mengumpulkan tandatangan.

39
Mereka berhasil mendapat dukungan sekitar 100 anggota MPR dari fraksi lain.
Tapi, entah bagaimana, gerakan ini kemudia melemah, sementara laju amendemen
bergerak lepas kendali. Tekanan dari partai-partai lain yang ingin menuntaskan
amendemen pada siding umum MPR 2002 rupanya juga sangat kuat. Maka di
tengah jalan, fraksi PDIP pun berubah sikap dalam upaya menghindari deablock:
dari semula menantang menjadi mendukung. Menurut seorang informan, salah
satu “pendukung fanatic” amendemen UUD 1945 dari PDIP berhasil
mempengaruhi Megawati sehingga Bu Mega dan suaminya Taufik Kiemas pun
diam-diam berubah sikap. BIsikan yang dimasukkan kedalam telinga Bu Mega
kira-kira begini: “amendemen

UUD 1945 justru menguntungkan posisi ibu. Dengan pemilihan Presiden secara
langsung nanti, peluang Ibu untuk menang akan lebih besar sebab nama Ibu sudah
dikenal luas oleh rakyat.

40
Ternyata prediksi fungsionaris PDIP yang membisiki megawati itu meleset, pada
putaran kedua, Bu Mega dikalahkan secara telak oleh oleh SBY. Pemilihan
Presiden secara langsung justru menguntungkan SBY sebab nama baik Mega dan
citra pemerintahannya ketika itu sudah anjlok.
Beberapa kali SBY ditanya oleh presiden megawati tentang kemungkinan
dirinya maju dalam pemilihan Presiden. SBY selalu menjawab dengan Bahasa
yang mengambang. “belum memikirkan soal itu Bu. Saya masih konsentrasi
dengan tugas selaku menteri kordinator politik dan keamanan,” kira-kira begitu
jawaban SBY. Namun tatkala itu SBY dipinggirkan oleh presiden mencuat ke
permukaan (tanggal 9 maret 2004 menteri politik dan keamanan, SBY, mengirim
surat kepada Presiden Megawati. Kenapa? “presiden megawati tampaknya telah
menempuh kebijakan yang harus dicocokkan dengan wewenang and tugas saya
sebagai menko polkam. Inilah yang saya sampaikan melalui surat, termasuk
bagaimana pikiran dan rekomendasi saya,” jawab SBY). Mega sudah mencium
aroma politik SBY. Muncul pula pernyataan Taufik Keimas yang emosional,
mengecam sikap SBY yang dinilai “seperti anak kecil”( sinar harapan , 3-3-2004,
hal. 1)

. Menurut keimas, “Dia menjadi Menko Polkam kan di angkat presiden, karena
itu, mestinya mestinya dia lapor ke presiden bahwa dia mau mencalonkan diri
sebagai capres.

Konflik Presiden Megawati dan Menteri kordinator politik dan keamanan berakhir
ketika pada 11 maret 2004, SBY menyatakan pengunduran dirinya dari cabinet
melalui sepucuk surat yang dilayangkannya kepada presiden. Hanya sehari setelah
mundur, SBY langsung berkampanye untuk partai democrat di banyuwangi, jawa
timur.

Apa arti semua ini? fakta jelas menunjukan bahwa SBY sesungguhnya sudah lama
berrencana dan memasang strategi untuk maju ke pemilihan presiden melalui
partai democrat, partai yang didirikannya bersama bebarap kawannya.

41
KOnfliknya dengan Presiden Megawati, boleh jadi sengaja di rekayasa dalam
upaya untuk menarik simpati masyarakat, khususnya media massa. Dalam konflik
ini, SBY seakan-akan telah dizalimi oleh presiden (“Presiden telah ambil alih
tugas Menko Polkam!” ucap SBY kepada pers, KOmpas, 10, 3 2004) maka
mediapun bersimpati pada

SBY. Semakin keras konflik berlangsung, semakin besar dukungan moril yang
diterima SBY dari berbagi elimen masyarakat; apalagi ketika itu sentiment anti-
Mega sudah meninggi, antara lain karena kegagalan mega menjalin hubngan baik
dengan pers nasional, Mega malah terkesan memerangi pers melalui pernyataan-
pernyataan yang bernada menghantam pers. Namun disisi

42
lain, rupanya ada semacam kesengajaan pada pihak SBY untuk mengulur-ulur
waktu pengunduran dirinya hingga satu atau dua hari sebelum dimulainya masa
kampanye pemilihan presiden.

Di mata Megawati, Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak lebih seorang


penghianat, bahkan seorang “brutus” yang sadis. tidak heran Megawati tidak mau
bertemu, apalagi berjabat tangan dengan SBY. Semenjak SBY menjabat Presiden
RI. bahkan dalam acara debat presiden dilayar televise tanggal 16 september 2004
pun megawati sudah jauh-jauh hari memberitahukan panitia tidak ada acara jabat
tangan antar calon presiden. MUngkin baru pertama kali ini dalam sejarah debat
presiden di mancanegara, para pesertanya tidak saling berjabat tangan sebelum
atau sesudah acara dimulai.

Meski jelas-jelas Mega dikalahkan oleh SBY dalam pemilihan presiden, kalah
dengan selisih suara telak pula, Mega tidak mau mengatakan fakta itu sebagai
suatu kekalahan, tapi semata-mata

“kurang suara”. Jargon kurang suara mengindikasikan sikapnya yang tidak rela
menerima kekalahan; sekaligus pesan kepada SBY bahwa Mega sesungguhnya
tidak mengakui kemenangan SBY.

Tema “merebut kembali kursi kepresidenan” kemudian diulang-ulang dalam


berbagai kesempatan. Di hadapan massa PDIP yang berkumpul di stadiom
Masohi, kabupaten Masohi, Maluku, Megawati dengan suaranya yang lantang
menyatakan kesiapannya mengambil alih kembali kursi kepresidenan tahun 2009.
Saya minta kerelaan Partai golkar untuk menyerahkan kembali kemenangan itu
kepada kita. Mega mungkin lupa pengantinya, Yudhoyono, bukanlah dari partai
Golkar melainkan Partai Demokrat. Keyakinan untuk bisa merebut kembali kursi
kepresidenan pada pemilu 2009 , antara lain, di dasarkan atas fakta bahwa PDIP
telah memenangka 42% pemilihan langsung kepala daerah , khususnya Bupati dan

43
walikota tahap pertama. SEdangkan dari 6 pilkada Gubernur, menurut Megawati,
PDIP sudah merebut 4 Gubernur.

Maka sejak hari itu, hari ketika SBY dilantik sebagai Presiden RI yang ke 6,
“genderang pernag” sudah ditabuh Megawati. Secara demonstratif Ia menyatakan
perang kepada SBY. Ia bertekad merebut kembali kursi kepresidenan yang
dikatakan “lepas” ke tangan SBY dalam Pemilu 20004.

44
Deklarasi “war starts again” impisit mengandung makna dendam. Dengan cara
apapun, SBY harus ditumbangkan pada pemilu 2009. Namun sayangnya itu
hanyalah usaha sia-sia karena pada pemilihan 2009 SBY tetap mempertahankan
dirinya sebagai presiden yang kedua kalinya…

45
BAB III

46
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan materi diatas dapat kita sumpulkan bahwa setiap massa ada orang
dan setiap orang ada massanya. Ketika Orde Lama dengan system demokrasi
trepimpin oleh Bung Karno dengan NASAKOM nya akhirnya di runtuhkan juga
oleh kekuatan Mahasiswa, Pelajar, dan ABRI. Kekuasaan orde baru selama 32
tahu dengan segala taktiknya, memimpin dengan gaya tiraninya akhirnya
dilengserkan juga oleh kekuata Mahasiswa. mahasiswa memang kekuatan yang
sangat di takuti oleh penguasa, karena perjuangan Mahasiswa terbukti sepanjang
sejarah. Namun akhir-akhir ini Mahsiswa seperti telah terjangkik firus pragmatis
dan mungkin setiap pergerakan yang di lakukan telah di setir oleh pemerintah.
Sebagai organisasi pengkaderan, HMI harus tetap menjaga Independensinya,
karena itu adalah dasar seorang kader dalam berkiprah. Mencermati dinamika
keberagaman di Indonesia Khususnya menyangkkut Umat Islam sepanjang era
revormasi sampai sekarang.

Yang perlu dilakukan kader-kader HMI adalah; pertama, kembali mengkaji


semangat sejarah dan motivasi kelahirannya agar tidak kehilangan orientasi
gerakan. kedua, disebabkan gerakan HMI dinafasi dengan nilai-nilai
keislamannya, sejatinya HMI secara simultan melakukan pendalaman pemahaman
terhadap NDP HMI dengan melengkapinya dengan tafsir local dan analysis kasus-
kasus konkrti di masyarakat. ketiga, HMI tidak perlu gamang, khawatir dengan
gerakan keislama
selama ini yang diusung oleh KAMMI dan LDK(Tarigan Akmal “jalan ketiga
pemikiran HMI”, hal.
73. 2008)
3.2 Saran

HMI harus banyak di kritik agar supaya bangun dari kebesaran masa
lalunya, untuk itu

47
saya sangat mengharap kritikan dan sarannya agar kita sama-sama menyadari
bahwa HMI kini

harus bangkit mengembalikan semangat perjuangannya.

yakin usaha sampai…

billahitaufik wal hidayah wassalaualaiqum warahmatullahiwabarakatu….

48
DAFTAR PUSTAKA

Thohah miftah “birokrasi politik di indonesi” cetakan 2005

Hindes, 1996

Hunter, 1953; Mills 1959

thohah, 1984

Thohah miftah “birokrasi politik di Indonesia” hal. 3-4. 2005

Dr. Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M. “teori-teori dalam sosiologi hukum”, hal. 81.
2011

Sitompul Agussalim “Historiografi HMI. hal. 69

kencana Inu: “system administrasi negara RI, hal. 61 dan 62. 2003

Dipodisarto Soemarno, TRUTURA dan HANURA. hal. 2

kencana Inu: “system administrasi negara RI, hal. 68. 2003

Sitompul Agussalim Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-1993


hal. 56

49
Kencana Inu Syafei“system administrasi negara RI” hal. 64-65. 2003

Syafei Kencana Inu “system administrasi negara RI” hal. 66-67 2003

Arif R.H momok PKI dalam detak (edisi KHusus) 29 September -5 Oktober 1998
no. 0012 tahun 2001

lasmana Tjipta “dari soekarno sampai SBY”, hal. 141 2008

Lasmana Tjipta “ dari Soekarno sampai SBY”, hal. 191. 2008

Tarigan Akmal “jalan ketiga pemikiran HMI”, hal. 73. 200

50
51

Anda mungkin juga menyukai