Anda di halaman 1dari 8

JURNAL MULTIDISIPLIN MADANI (MUDIMA)

Homepage: https://journal.formosapublisher.org/index.php/mudima
ISSN: 2808-5639 (Online)
Research Article
Volume 2, No 10, October (2022) DOI: https://doi.org/10.55927/mudima.v2i10.1617 Page: 3851-3858

Netralitas Birokrasi: Menjernihkan Pola Hubungan Pemerintah dan


Birokrasi
Sri Chatun
Jurusan Ilmu Politik
Fisip Universitas Nusa Cendana Kupang NTT
Corresponding Author: Sri Chatun qdank_xkur@yahoo.co.id

ARTICLE INFO ABSTRACT


Kata kunci: Hubungan Pemerintah, Politik, kekuasaan, dan birokrasi dalam dinamika pemerintahan Indonesia bagaikan
Birokrasi kesatuan yang tidak terpisahkan. Tarik-menarik politik dan kekuasaan berpengaruh
kuat terhadap pergeseran fungsi dan peran birokrasi selama ini. Birokrasi yang
Received : 5 October seharusnya bekerja melayani dan berpihak kepada rakyat berkembang menjadi
Revised : 8 October
melayani penguasa dengan keberpihakan pada politik dan kekuasaan. Pengaruh kuat
Accepted : 28 October
pemerintah terhadap birokrasi membuat sulitnya mesin birokrasi memberi pelayanan
©2022The Author(s): This is an open- publik yang profesional. Sementara itu, masyarakat selama ini masih berpandangan
access article distributed under the terms bahwa birokrasi (administrasi negara) sama dengan pemerintah. Kekeliruan itu
of the Creative Commons Atribusi 4.0 membuat peran eksekutif tetap dominan dan berkuasa penuh atas birokrasi beserta
Internasional. sayap-sayapnya yang menjangkau seluruh lembaga-lembaga negara. Tulisan ini
mencoba meluruskan kekeliruan itu dengan mendorong pemahaman ideal bahwa
birokrasi bukan bawahan atau kepanjangan tangan pemerintah. Birokrasi merupakan
alat negara yang perlu memiliki aturan main sendiri dan didukung oleh perundang-
undangan tersendiri. Oleh karenanya, relasi antara birokrasi dan eksekutif harus diatur
sedemikian rupa sehingga birokrasi menjadi sungguh-sungguh bekerja sebagai abdi
negara dan bukan sebagai abdi kekuasaan. Politik birokrasi, kalau boleh dikatakan
demikian, adalah politik kenegaraan dan bukan politik kekuasaan. Salah satu
gagasan untuk mengembalikan peran birokrasi dalam fungsinya yang ideal adalah
dengan mendorong netralitas birokrasi. Netralitas birokrasi berarti menempatkan
posisi birokrasi pada wilayah yang seharusnya, yakni sebagai alat negara yang
menjalankan tugas-tugas kenegaraan.

PENDAHULUAN pernikahan, usaha, hingga urusan kematian,


I. Birokrasi Indonesia: Sebuah Kemelut masyarakat tidak bisa menghindar dari urusan
Netralitas birokrasi.
Di Indonesia atau kebanyakan negara Birokrasi menguasai akses ke sumber daya
berkembang di Asia, baik karena kelemahan kelas alam, anggaran, pegawai, proyek-proyek, serta
menengah yang produktif, atau preferensi ideologi menguasai akses pengetahuan dan informasi yang
kanan maupun kiri, birokrasi pemerintah menjadi tidak dimiliki pihak lain. Birokrasi juga memegang
alat pembangunan yang utama (Soedjatmoko, 1986). peranan penting dalam perumusan, pelaksanaan, dan
Sebagai alat utama pembangunan, birokrasi pengawasan berbagai kebijakan publik, termasuk
memiliki posisi dan peran yang sangat strategis evaluasi kinerjanya. Adalah logis apabila pada setiap
karena menguasai berbagai aspek hajat hidup perkembangan politik, selalu terdapat upaya menarik
masyarakat. Mulai dari urusan kelahiran, birokrasi pada area permainan politik. Birokrasi

3851
dimanfaatkan untuk mencapai, mempertahankan, berkembang tuntutan luas dari publik bagi
atau memperkuat kekuasaan oleh partai tertentu atau penegakan netralitas politik birokrasi.
pihak pemegang kekuasaan. Tuntutan reformasi ini sebenarnya telah
Ini terjadi pada masa Demokrasi Parlementer direspon sebagian oleh rezim pemerintahan pasca-
tahun 1950-an di mana partai politik menjadi aktor Soeharto. Hubungan antara birokrasi dengan
sentral dalam sistem politik Indonesia. Pemilihan kekuatan politik praktis mulai dipangkas, termasuk
umum pertama yang demokratis berlangsung dalam keterkaitan birokrasi dengan Golkar bersama kino-
periode ini. Dan birokrasi, secara massif, telah kino derivasinya. Sementara Korps Pegawai
menjadi objek pertarungan kepentingan dan arena Republik Indonesia (Korpri), sebagai satu-satunya
perlombaan pengaruh oleh partai politik, sehingga wadah pegawai negeri, disingkirkan sebagai wadah
menimbulkan polarisasi dan fragmentasi birokrasi. korporatik yang merantai aparat birokrasi.
Sementara peralihan ke masa Demokrasi Pasca reformasi, ikhtiar untuk melepaskan
Terpimpin (1959-1966) tidak menghasilkan birokrasi dari kekuatan dan pengaruh politik gencar
perubahan mendasar dalam birokrasi, kecuali dilakukan. Kesadaran pentingnya netralitas birokrasi
perubahan peta kekuatan politik. Pergeseran politik mencuat terus-menerus. BJ Habibie, Presiden saat
ke arah otoritarianisme saat itu menyebabkan itu, mengeluarkan PP Nomor 5 Tahun 1999 (PP No.5
peran partai mulai termarjinalkan. Semua Tahun 1999), yang menekankan kenetralan pegawai
kehidupan politik yang sudah berkembang negeri sipil (PNS) dari partai politik. Aturan ini
sebelumnya, diberangus dengan menempatkan diperkuat dengan pengesahan UU Nomor 43 Tahun
Presiden Soekarno sebagai patron kekuasaan. Saat 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian untuk
itu, satu-satunya partai yang dapat menarik menggantikan UU Nomor 8 Tahun 1974.
keuntungan karena kedekatannya dengan Presiden Intinya membolehkan PNS berafiliasi dengan
Soekarno adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). partai, namun bila menjadi anggota partai tertentu,
Namun Soekarno, PKI, dan sayap militer maka ia dilarang aktif dalam jabatannya di partai
angkatan darat yang dimobilisir Soeharto terlibat politik. Ketentuan yang sama juga berlaku bagi unsur
dalam pergolakan politik yang mencapai militer (TNI) dan kepolisian (Polri).
puncaknya pada peristiwa Gerakan 30 September Meski demikian wajah birokrasi di Indonesia
(G30S). Ini tentu menimbulkan fragmentasi dalam sepertinya tidak pernah berubah dalam hal pelayanan
birokrasi. Peralihan ke Orde Baru (1966-1998) ini terhadap publik. Dari dulu belum ada perubahan
merupakan peristiwa perubahan konfigurasi politik yang berarti. Birokrasi tetap diliputi berbagai praktik
yang cukup drastis. Terjadi polarisasi politik yang penyimpangan dan inefisiensi. Birokrasi dalam
diperketat menuju ke pola dominasi militer dan banyak hal masih menunjukkan ”watak buruknya”
Golongan Karya (Golkar). Hal ini menyebabkan seperti enggan terhadap perubahan (status quo),
kekuatan militer pada masa Orde Baru berhasil eksklusif, kaku, dan terlalu dominan.
mendominasi struktur birokrasi, termasuk Indikator lain yang merefleksikan potret buruk
memperalatnya sebagai sarana represif. birokrasi adalah tingginya biaya yang dibebankan
Bedanya dengan masa sebelumnya, birokrasi untuk layanan publik baik yang berupa legal cost
masa Orde Baru tidak lagi terfragmentasi oleh maupun illegal cost, seperti waktu tunggu yang lama,
pertarungan kepentingan partai-partai, tetapi banyaknya pintu layanan yang harus dilewati, atau
terjebak dalam hegemoni kekuasaan rezim service style yang tidak berperspektif pelanggan.
otoritarian Orde Baru yang didominasi militer. Penyebab lainnya adalah rendahnya kompetensi
Selama masa pemerintahan Orde Baru, birokrasi birokrat yang disinyalir disebabkan oleh
benar-benar sempurna menjadi alat politik rezim renggangnya kualitas rekrutmen dan rendahnya
patrimonialistik dan militeristik Presiden Soeharto. kualitas pembinaan kepegawaian serta dominannya
Tidak heran, setelah keruntuhan Orde Baru 1998, kepentingan politis dalam kinerja birokrasi.
3852
Buruknya kinerja birorkasi ini pada akhirnya profesi). Birokrasi dalam hal ini, menurut Hegel,
mempengaruhi gerak pembangunan dan daya saing harus netral (Anshori, 2004). Sedangkan menurut
bisnis. Menurut Human Development Index (HDI) Wilson, birokrasi sebagai lembaga pelaksana
yang dipaparkan United Nations Development kebijakan politik, dalam kaitannya dengan netralitas
Programme (UNDP) pada 2004, Indonesia berada di birokrasi, berada di luar bagian politik. Sehingga
peringkat ke-111 dari 177 negara, setingkat di atas permasalahan birokrasi/administrasi hanya terkait
Vietnam dan jauh di bawah negara tetangga lainnya dengan persoalan bisnis dan harus terlepas dari
macam Singapura atau Malaysia. Sementara segala urusan politik (the hurry and strife of politics).
merujuk laporan Global Competitiveness Report Konsep dasar yang diletakkan Wilson
2003-2004 yang meliputi aspek pertumbuhan dan kemudian diikuti para sarjana ilmu politik lainnya
bisnis, indeks daya saing pertumbuhan Indonesia seperti D. White, Willoughby dan Frank Goodnow.
turun ke peringkat 72 dari 102 negara pada tahun Menurut Goodnow, ada dua fungsi pokok
2003, dibandingkan dengan peringkat ke-69 pada pemerintah yang amat berbeda satu sama lain, yaitu
2002. politik dan adiministrasi. Politik menurut Goodnow
harus membuat dan merumuskan kebijakan-
II. Netralitas Birokrasi, Prasyarat Reformasi kebijakan, sementara administrasi berhubungan
Birokrasi dengan pelaksanaan kebijakan. Konsekuensinya,
Wacana seputar netralitas birokrasi sebenarnya birokrasi pemerintah perlu dilibatkan dalam proses
bukan pemikiran yang baru. Tema ini sudah menjadi pembuatan kebijakan agar muncul tanggung jawab
pembicaraan lama di antara para ahli. Kritik Karl serta bisa meneguhkan posisi birokrasi di hadapan .
Marx terhadap filsafat Hegel tentang negara Untuk menghindari munculnya birokrasi yang
sedikitnya menggambarkan bahwa netralitas otoriter (the authoritarian bureaucracy), maka
birokrasi itu penting, sekalipun dalam kritiknya, kontrol yang kuat harus benar-benar dilakukan oleh
Marx hanya mengubah "isi" dari teori Hegel tentang kekuatan sosial dan politik yang ada melalui lembaga
tiga kelompok dalam masyarakat; yaitu kelompok legislatif agar birokrasi pemerintah tidak kebal kritik,
kepentingan khusus (particular interest) yang dan merasa tidak pernah salah, serta arogan.
diwakili oleh para pengusaha dan profesi, kelompok Sedangkan sebagai lembaga pelayanan publik, agar
kepentingan umum (general interest) yang diwakili pelayananannya kepada masyarakat dan
oleh negara, dan kelompok birokrasi. pengabdiannya kepada pemerintah lebih fungsional,
Marx menyatakan bahwa birokrasi sebaiknya maka birokrasi perlu netral, dalam artian birokrasi
memposisikan dirinya sebagai kelompok sosial tidak memihak kepada atau berasal dari satu
tertentu yang dapat menjadi instrumen kelompok kekuatan politik tertentu yang dominan. Selain itu,
dominan/penguasa. Kalau sebatas hanya sebagai birokrasi pemerintah perlu dilibatkan dalam proses
penengah antara negara yang mewakili kelompok pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan.
kepentingan umum dengan kelompok kepentingan Di Indonesia, upaya melepas birokrasi dari
khusus yang diwakili oleh pengusaha dan profesi, pengaruh politik bukan lagi sekedar wacana. Seperti
maka birokrasi tidak akan berarti apa-apa. Dengan sudah disinggung di atas, pada masa kePresidenan
konsep seperti ini, Marx menginginkan birokrasi Habibie, telah dikeluarkan PP No. 5 Tahun 1999
harus memihak kepada kelompok tertentu yang yang menekankan bahwa PNS harus netral dari
berkuasa. partai politik. Meskipun usaha itu merupakan
Sedangkan Hegel dengan konsep tiga kelompok langkah maju, namun belum mampu mewujudkan
dalam masyarakat di atas menginginkan birokrasi birokrasi yang netral dan independen mengingat
harus berposisi di tengah sebagai perantara antara birokrasi di Indonesia belum lepas dari pengaruh
kelompok kepentingan umum (negara) dengan pemerintah (eksekutif) yang merupakan kekuasaan
kelompok kepentingan khusus (pengusaha dan politik.
3853
Dalam konteks Indonesia, aspek kenegaraan Administrasi negara sebagai organ birokrasi di
dan pemerintah seringkali tidak jelas. Indonesia tampaknya akan sulit bersikap independen
Menurut Istkantrinah (2003), dalam sistem dan netral. Di Indonesia, adminisrasi negara berada
pemerintahan Indonesia, Presiden memiliki dua di bawah kekuasaan pemerintah, dan karenanya
kedudukan, sebagai salah satu organ negara yang disebut administrasi pemerintahan. Posisi ini
bertindak untuk dan atas nama negara, dan sebagai membuat birokrasi senantiasa dalam bayang-bayang
penyelenggara negara/adminsitrasi negara. Pada kuat pemerintahan, baik Presiden-Wakil Presiden,
prakteknya, seringkali terjadi pencampuradukan Menteri, serta Kepala Daerah provinsi dan Kepala
antara Presiden sebagai kepala negara dan kepala Daerah kabupaten/kota. Merujuk pada Rancangan
pemerintahan. Peran eksekutif yang dimainkan Undang Undang (RUU) Administrasi Pemerintahan
Presiden seringkali dialamatkan kepada kepala yang dikeluarkan oleh kantor Menteri
negara, begitu sebaliknya. Ketidakjelasan peran ini Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan);
mengakibatkan birokrasi yang seharusnya menjadi Administrasi Pemerintahan adalah semua
institusi negara, lalu menjadi institusi pemerintah. tindakan hukum dan tindakan materiil pemerintahan
Campur aduknya birokrasi negara dan yang dilakukan oleh instansi Permerintah dan
birokrasi pemerintah membuat birokrasi di Pejabat Administrasi Pemerintahan serta badan
Indonesia tak pernah benar-benar netral. Pemerintah, hukum lain yang diberi wewenang untuk
yang notabene pejabat politik, memiliki kekuasaan melaksanakan semua fungsi atau tugas
yang sangat besar terhadap birokrasi. Bahkan, pemerintahan, termasuk memberikan pelayanan
pengaruh pemerintah (eksekutif) menjangkau publik terhadap masyarakat berdasarkan peraturan
hampir seluruh lembaga negara karena seluruh perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan
lembaga negara (legislatif, yudikatif dan lembaga instansi Pemerintah adalah semua lembaga
lain yang dibentuk atas dasar konstitusi) terdapat pemerintah adalah semua lembaga pemerintah yang
unsur birokrasi (melalui sekretariat jenderal). Pada melaksanakan fungsi administrasi pemerintahan di
posisi ini, pengaruh pemerintah sangat dominan dan lingkungan ekskutif baik di pusat maupun daerah
merancukan konsep trias politika di mana masing- termasuk komisi-komisi, dewan, badan yang
masing lembaga negara seharusnya saling mendapat dana dari APBN/APBN. (RUU
independen antara satu dengan yang lainnya. Administrasi Pemerintahan, draft XI B, januari
Pola hubungan bawahan-atasan antara birokrasi 2006)
dan pemerintah rentan untuk disalahgunakan. Rumusan di atas mempertegas posisi
Presiden dapat mengeluarkan kebijakan apa saja administrasi pemerintahan yang berada di bawah
terhadap birokrasi yang sesungguhnya menjadi “area kekuasaan eksekutif (pemerintah). Pandangan itu
kerja” internal birokrasi. Presiden bisa memasukkan dikukuhkan dengan sistem Presidensiil yang dianut
dan mendudukkan “orang-orangnya” di jajaran di Indonesia di mana Presiden dan Wakil Presiden
birokrasi. Begitu pula yang terjadi di lingkungan merupakan institusi penyelenggara kekuasaan
pemerintahan daerah. Akibatnya di berbagai ekskutif negara yang tertinggi di bawah konstitusi.
wilayah, Kepala Daerah bersikap layaknya raja yang Dalam sistem ini tidak dikenal dan tidak perlu
bertindak bebas terhadap birokrasi. Bahkan, Kepala dibedakan adanya kepala negara dan kepala
Daerah (Bupati dan Walikota) bisa “memainkan” pemerintahan. Keduanya adalah Presiden dan Wakil
birokrasi seperti melakukan mutasi, merekrut dan Presiden. Dalam menjalankan pemerintahan negara,
memasang orang-orang kepercayaan, serta kekuasan dan tanggung jawab politik berada di
memanfaatkan seluruh instrumen birokrasi untuk tangan Presiden (concentration of power and
kepentingan-kepentingan politis jangka pendek. responsibility upon the President) (Asshiddiqie,
2003).
III. Jalan Menuju Netralitas Birokrasi
3854
Pemahaman seperti itu memunculkan sumpah pegawai negeri tapi tanpa kata Pemerintah
kekeliruan kerangka pemikiran yang sudah jamak sebagaimana tertuang dalam Pasal 35 dan 36
dibangun, yakni; Undang-undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang
1. Kepala pemerintah/daerah adalah penguasa Tentara Nasional Indonesia, yaitu:
dan penanggung jawab pemerintahan. ”Demi Allah, saya bersumpah/berjanji: bahwa
2. Birokrasi (administrasi pemerintahan) berada saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik
di wilayah eksekutif dan merupakan aparat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
pemerintah. undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
3. Pemerintah (Presiden-Wakil, Menteri, 1945.”
Kepala Daerah) memiliki kewenangan dan tanggung Melihat besarnya pengaruh pemerintah
jawab sepenuhnya untuk menjalankan roda terhadap birokrasi yang terus berlangsung hingga
administrasi pemerintahan. sekarang, maka penting untuk mengartikulasikan
Pola hubungan atasan-bawahan antara kembali tuntutan netralisasi birokrasi, bahwa
administrasi negara dengan pemerintah juga terlihat birokrasi harus lepas dari pengaruh pemerintah,
jelas dalam aturan Kewajiban, Kesetiaan dan birokrasi harus independen dan bekerja dalam
Ketaatan Pegawai Negeri. UU No.43 Tahun 1999 kaidah-kaidah profesional. Birokrasi harus lepas dari
Tentang Perubahan atas UU No.8 Tahun 1974 pengaruh kekuasaan dan memposisikan dirinya
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, menyebutkan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dan bukan
bahwa setiap Pegawai Negeri setia dan taat kepada abdi pemerintah. Sebagai abdi negara, birokrasi
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan harus fokus pada tugas-tugas kenegaraan yang
pemerintah serta wajib menjaga kesatuan bangsa dibebankan kepadanya sesuai dengan aturan-aturan
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. yang ditetapkan.
Kata Pemerintah dalam pasal tersebut Pertanyaan penting yang perlu dilontarkan
menunjukkan adanya pola hubungan yang jelas adalah bagaimana mewujudkan netralitas birokrasi
antara pegawai negeri selaku pejabat administrasi itu sendiri? Atau dengan kata lain, bagaimana
pemerintahan dengan pemerintah. Hubungan melepas pengaruh kuat pemerintah (eksekutif)
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah terhadap birokrasi? Model birokrasi macam apakah
merupakan atasan pegawai negeri sehingga yang dapat menjadi rujukan? Bagaimana hal itu
pegawai negeri harus setia terhadap pemerintah. bisa diwujudkan dan langkah-langkah apa yang
Pola hubungan yang sama juga terlihat pada susunan mesti dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut?
kata sumpah pegawai negeri sebagaimana tertuang Sebagai alat negara, organ birokrasi negara
dalam UU No 43 tahun 1999 Tentang Perubahan menjalankan tugas-tugas kenegaraan dan hanya
Atas UU no 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok tunduk kepada negara. Meski dalam praktek,
Kepegawaian, pasal 26.1 yang berbunyi: administrasi negara menjalankan tugas pemerintah
”Demi Allah, saya bersumpah/berjanji: bahwa sebagai atasan formal, namun tidak berarti
saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pemerintah bisa semaunya menjalankan ’mesin’
akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, birokrasi yang bernama administrasi negara.
Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Administrasi negara menjalankan tugas pemerintah
Pemerintah.” sejauh tugas itu telah dimandatkan UU.
Kata Pemerintah di atas menunjukkan aspek Administrasi negara berhak menolak perintah
keharusan taat dan patuh pegawai negeri terhadap pemerintah jika aturan itu tidak tertera dalam UU,
pemerintah. Berbeda dengan hubungan antara apalagi melanggar ketentuan UUD. Pada posisi ini,
pemerintah (eksekutif) dan Tentara Nasional idealnya aministrasi negara memiliki rujukan pada
Indonesia (TNI) yang bukan ’atasan bawahan’. konstitusi. Dengan adanya payung hukum tertinggi,
Susunan sumpah kesetiaan TNI hampir sama dengan maka atasan administrasi negara yang sesungguhnya
3855
adalah UUD sehingga posisinya sebagai alat negara menambah pasal-pasal baru tentang administrasi
sangat kuat. negara. Konstitusi Jerman mengatur dengan jelas
Model administrasi negara sebagai alat negara tentang hubungan administrasi negara dengan
dan bukan aparat pemerintah ini dapat dilihat pada pemerintah, termasuk status pegawai negeri sebagai
administrasi negara Jerman, yang juga dijadikan administrasi negara. Dengan adanya payung
rujukan oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur hukum konstitusi, maka posisi dan keberadaan
Negara dalam penyusunan RUU Administrasi administrasi negara akan kuat dan lebih independen.
Pemerintahan (Undang-undang Tata Kelola Persoalannya kemudian, mungkinkah amandemen
(prosedur) Administrasi Negara Jerman.). dilakukan di tengah kondisi sosial politik sekarang
Di Jerman, administrasi negara bukan aparat ini, sementara amandemen keempat UUD telah
pemerintah, meskipun secara formal administrasi menguras energi, waktu, tenaga dan biaya yang tidak
negara menjalankan tugas-tugas pemerintah. Hal ini kecil?
karena, selain menjalankan tugas pemerintah, Memang perlu perjuangan yang berat untuk
administrasi negara di Jerman juga menjalankan mengamandemen UUD, meskipun bukan sesuatu
mandat konstitusi secara otonom. Dalam yang mustahil. Selain tidak ada momentum besar
menjalankan tugas pemerintah, administrasi negara yang mendorong amandemen, dukungan
Jerman tidak harus tunduk dan taat kepada masyarakat luas terhadap isu independensi
pemerintah. Hubungan antara keduanya diatur administrasi negara dari pemerintah masih kurang.
sedemikian rupa sehingga administrasi negara dapat Kalaupun bisa dilakukan, perlu usaha yang besar dan
menyanggah perintah pemerintah melalui proses yang panjang termasuk menghadapi resistensi
mekanisme yang disebut dengan remonstrasi (UU pihak-pihak tertentu yang berusaha menjaga
Pusat tentang Pegawai Negeri Federal, 14 Juli 1953 kemurnian UUD.
dengan perubahan terakhir 27 Desember 2004 pasal Alternatif lain yang lebih moderat untuk
56.1 dan 56.2.). Sedangkan di Indonesia, mendorong independensi administrasi negara adalah
pemerintah dan administrasi negara merupakan melalui langkah kedua, yakni penyempurnaan aturan
satu kesatuan yang tak terpisahkan sehingga perundang-undangan. Langkah ini sejalan dengan
administrasi negara betul-betul merupakan aparat usaha-usaha mendorong independensi lembaga
pemerintah. eksekutif lainnya di bawah pemerintah seperti Bank
Berkenaan dengan pelaksana undang-undang, Indonesia, TNI, Kepolisian dan Kejaksaan Agung,
eksekutor undang-undang di Jerman adalah sebagaimana dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie
administrasi negara, sedangkan di Indonesia (2003):
eksekutor undang-undang adalah pemerintah ”...muncul kesadaran yang makin kuat bahwa
dengan aparat administrasi pemerintahan. Di Jerman, badan-badan negara tertentu seperti organisasi
dasar hukum posisi pegawai negeri sebagai petugas Tentara, organisasi Kepolisian dan Kejaksaan
administrasi negara adalah undang-undang dan Agung, serta Bank Sentral harus dikembangkan
konstitusi (UUD Jerman (Grundgeset) pasal 33). secara Independen. Independensi lembaga-lembaga
Konstitusi Jerman membahas secara rinci mengenai ini diperlukan untuk kepentingan menjamin
pegawai negeri, termasuk hubungannya dengan pembatasan kekuasaan dan demokratisasi yang lebih
administrasi negara dan pemerintah (UUD Jerman efektif. Dari keempatnya, yang selama ini telah
pasal 30, 83, 84, 86, 87). menikmati kedudukan yang independen adalah
Bila ingin mencontoh Jerman, maka langkah organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI),
pertama dimulai dengan memberikan dasar pijakan Kepolisian Negara (Polri) dan Bank Indonesia
bagi posisi administrasi negara dalam konstitusi. sebagai Bank Sentral. Sedangkan Kejaksaan Agung
Ini merupakan pilihan yang ideal sekaligus berat sampai sekarang belum ditingkatkan kedudukannya
karena perlu melakukan amandemen UUD yang menjadi yang independen.”
3856
Hal serupa mestinya juga terjadi pada perundang-undangan yang berkaitan dengan
administrasi negara. Luputnya agenda independensi pegawai negeri dan administrasi negara bertujuan
administrasi negara disebabkan karena minimnya mendorong independensi atau netralitas birokrasi
kesadaran dan pemikiran akan pentingnya sekaligus meningkatkan kinerja dan kualitas
independensi lembaga ini dari pemerintah. pelayanan publik. Setidaknya ada tiga peraturan
Jangankan masyarakat atau birokrat, di kalangan perundang-undangan yang menjadi target advokasi,
akademisi pun hanya sedikit yang memiliki yaitu RUU Administrasi Pemerintahan, RUU
kompetensi dan menyuarakan pentingnya Pelayanan Publik dan revisi UU Kepegawaian. Saat
melepaskan administrasi negara dari pengaruh ini, dua RUU yang pertama sedang dalam proses
pemerintah. penyusunan dan pembahasan di kantor Menpan,
Ada dua langkah penting untuk mendorong sedangkan revisi UU Kepegawaian masih sebatas
penyempurnaan peraturan perundangan yang wacana (Pusat Kajian Lembaga Aparatur Negara,
mengarah pada independensi administrasi negara. 2005).
Pertama, membangun dan memperluas wacana Pihak-pihak yang memiliki komitmen terhadap
independensi administrasi negara dari pemerintah. reformasi birokrasi perlu melakukan pengawalan
Kedua, mengawal proses pembahasan dan serius terhadap ketiga pembahasan perundang-
penyempurnaan undang-undang yang berkaitan undangan di atas agar proses reformasi birokrasi
dengan administrasi negara dan pegawai negeri. mendapatkan akselerasi melalui pijakan peraturan
Membangun dan memperluas wacana yang lebih jelas.
independensi administrasi negara dimaksudkan agar
publik semakin terbuka pikirannya, bahwa; DAFTAR PUSTAKA
1. Administrasi negara (instansi dan pegawai Asshiddiqie, Jimly, 2003. Struktur
negeri) adalah abdi negara yang tunduk pada Ketatanegaraan Inndonesia Setelah Perubahan
kepentingan negara dan bukan abdi/bawahan Keempat UUD 1945.
pemerintah yang tunduk pada kepentingan
pemerintah sebagai lembaga yang sarat kepentingan Dwijowijoto, Riant Nugroho, 2001.
politik dan kekuasaan. Reiventing Indonesia Menata Ulang Manajemen
2. Administrasi negara sebagai organ birokrasi Pemerintahan untuk Membangun Indonesia Baru
negara selama ini tidak pernah bekerja maksimal dengan Keunggulan Global. Jakarta: Penerbit PT
karena besarnya pengaruh politik dan kekuasaan.
Elex Media Komputindo.
Belajar dari sejarah, besarnya pengaruh politik dan
kekuasan dalam birokrasi menjadi sumber utama Goodnow, Frank, J., 1967. Politic and
penyebab korupsi, buruknya layanan dan inefisiensi.
Administration, A Study in Government. New York:
3. Administrasi negara harus dilepaskan dari
pengaruh besar pemerintah agar birokrasi mampu Russel and Russel.
memberikan pelayanan publik yang profesional dan
Hendarto, Agung, Suhendra, Nizar, 2002.
tidak rentan terhadap pengaruh tarik-menarik
kepentingan politis dan kekuasaan. Good Governance dan Penguatan Institusi Daerah.
4. Administrasi negara harus independen untuk Jakarta: Masyarakat Transparansi Indonesia.
menjamin pembatasan kekuasaan dan efektivitas
Jakarta: Makalah Seminar Pembangunan
demokrasi.
Harapannya, dukungan publik terhadap Hukum Nasional VIII, Tema: Penegarakan Hukum
penyempurnaan undang-undang yang berkaitan Dalam Era Pembangunan berkelanjutan.
dengan independensi administrasi negara Diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum
semakin besar. Sedangkan kegiatan advokasi
3857
Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi
Manusia RI.

Kuntowijoyo, 1994. Demokrasi dan Budaya


Birokrasi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Osborne, David, Plastrik, Peter, 1997.


Burnishing Bureaucracy, the five strategies for
reinventing government. Reading MA: Wesley
Publishing Company

Pipit R. Kartawijaya, 1996. Pemerintah


Bukanlah Negara, Studi Komparasi Administrasi
Pemerintahan RI dengan Negara Jerman. Jerman:
Henk Publishing.

Rourke, Francis, E., 1984. Bureaucratic,


Politics and Public Policy. Boston, MA: Little
Brown. Soedjatmoko, 1986. Dimensi Manusia dalam
Pembangunan. Jakarta: Cetakan III. LP3ES.

Santoso, Budi Priyo, 1997. Birokrasi


Pemerintahan Orde Baru, Persfektif Kultural dan
Struktural. Jakarta: PT . Raja Grafindo Persada.

3858

Anda mungkin juga menyukai