Anda di halaman 1dari 3

Buku yang merupakan karya seorang Guru Besar di Fisipol UGM

dan di Pasca Sarjana UGM bernama Prof. DR. Miftah Thoha, MPA ini
berisi tentang birokrasi pemerintahan dan politik berinteraksi dalam
kehidupan pemerintahan di Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia
interaksi kehidupan partai politik dan birokrasi tidak bisa dihindari

Dalam bab pertama Bab pertama dari buku ini menjelaskan


birokrasi pemerintah. Praktik kekuasaan tidak dapat dipisahkan dari
birokrasi pemerintah dimana dalam hal ini merupakan officialdom atau
kerajaan kekuasaan atau pejabat. Penyebab dari adanya pertumbuhan
kekuasaan birokrasi pemerintah adalah adanya perkembangan fungsi
sosioekonomi, tekanan ideology dan politik untuk mengembangkan
pendapatan, serta pengaruh kelasifikasi dari kegiatan kebijakan public,
dan kenaikan bujet dan bertambahnya personel dalam mengerjakan
kegiatan-kegiatan pemerintah.

Dalam bab pertama terdapat teori birokrasi oleh pemikiran Max


Weber sampai dengan classical views dari Marxis dan Hegelian. Selain itu
pada bab ini juga dijelaskan model dalam membangun pemerintahan dan
penjelasan tentang demokrasi presidensial dan parlementer. Pejabat
birokrasi pemerintah dikatakan sebagai sentra dari penyelesaian urusan
masyarakat. Rakyat memiliki tingkat ketergantungan rakyat yang tinggi
pada pejabat, bukannya pejabat yang bergantung pada rakyat.

Lalu pada bab kedua terdapat pembahasan birokrasi dan administrasi


public. Dalam pemerintahan kedudukan administra si public tidak hanya
terpaku pada aturan legalistic yang kaku saja, namun melaksanakan
aturan legal yang berorientasi dinamis. Dalam menata kepemerintahan
yang amanah, demokratis, dan baik maka administrasi public jangan
hanya membicarakan hal-hal abstrak yang tidak membuimi di kehidupan
masyarakat.
2

Oleh karena itu, konsep-konsep dan model yang diajukan oleh ilmu
administrasi public antara lain tata kepemerintahan yang baik (democratic
state) dan tata good governance.

Lalu pada Bab ketiga terdapat penjelasan penjelasan tentang birokrasi


dan partai politik. Bab ini menyatakan bahwa system merit Di dalam
kalangan jabatan karier birokrasi,terdapat system merit yaitu menerapkan
untuk mengisi jabatan-jabatan politik, seperti anggota DPR/D, ketua dan
wakil-wakil ketua DPR, dst. System merit yang berkembang dipengaruhi
secara mendalam oleh aspirasi demokrasi dan mobilitas sosial dari
msyarakatnya, terutama dipengaruhi oleh pemikiran tentang persamaan
kesempatan (the idea of equality of opportunity). Dibahas pula mengenai
kekuasaan dalam pemerintahan yang cenderung tidak terbatas (absolute),
tetapi kekuasaan itu perlu dibatasi. Ideology yang menyatakan bahwa
kekuasaan pemerintahan itu harus dibatasi agar bisa melindungi hak-hak
asasi manusia, disebut dengan istilah konstitusionalisme. Dengan
demikian, konstitusi adalah suatu sarana demokrasi untuk membatasi
kekuasaan yang dijalankan dalam pemerintahan. Dan demokrasi dalam
pemerintahan itu adalah pemerintahan yang dijalankan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Kehadiran partai politik dalam birokrasi
pemerintah tidak bisa dihindari. Masuknya partai politik dalam kekuasaan
pemerintahan harus melalui pemilihan umum. Bagi partai politik yang
memenangkan suara terbanyak dari rakyat berhak baginya untuk memipin
pemerintah dan hadir di tengah-tengah birokrasi pemerintah.

Bab ke empat membahas tentang partai politik dan birokrasi pemerintah


Indonesia. Di dalam bab ke empat ini duraikan tentang perkembangan
cabinet semenjak pertama kali merdeka sampai sekarang ini. Kehidupan
partai politik dan birokrasi pemerintah dapat diketahui melalui jatuh
bangunnya susunan cabinet selama kehidupan Negara dan pemerintahan
kita mulai merdeka sampai sekarang. Bentuk-bentuk cabinet, siapa yang
bisa diangkat sebagai menteri baik pada zaman demokrasi liberal maupun
zaman pemerintahan Orde Baru dan sekarang, berikut netralitas birokasi
3

diuraikan dalam bab ini. Ketika Maklumat X Wakil Presiden tahun 1945
dikeluarkan, ketika itu pula mulai dikenal kehidupan partai politik.
Kehadiran partai politik memberikan legitimasi dari kehadiran mereka
dalam pemerintahan. Kehadiran mereka dimulai dari hadirnya para
menteri yang memipin kementrian dalam susunan kabinet pemerintah.

Bab terakhir adalah bab lima yang menguraikan tentang aspek


kelembagaan dalam birokrasi pemerintahan sipil madaniah. Dimulai dari
menerjemahkan istilah civil society (masyarakat madani) yang no agreed
meaning. Namun, dapat ditarik sedikit definisi mengenai masyarakat sipil,
yakni masyarakat yang di dalamnya peradaban dijunjung tinggi. Dalam
masyarajat madani, yang ingin diciptakan selain demokrasi, juga
terciptanya suatu masyarakat yang peradaban itu menjadi acuan utama
dan dijunjung tinggi. Bisa dikatakan, model masyarakat madani adalah
paradigm baru yang memandang bahwa demokrasi yang berintikan pada
kedaulatan rakyat dan pengakuan adanya moral perbedaan
mencerminkan adanya pengakuan atas kemajemukan, kesetaraan,
transparansi, dan yang menjunjung tinggi hukum dilaksanakan secara
konsekuen. Pemerintahan madani dan kelembagaan birokrasi madani
sebagai lembaga yang akan mewujudkan masyarakat madani harusnya
dikelola oleh orang-orang yang berakhlakul-karimah. Peradaban yang
menjunjung tinggi keadilan dan hukum menjadi acuan dan factor dominan
dalam menata kelembagaan pemerintahan madani. Oleh karena itu, moral
yang berakar dari tuntunan agama harus menerangi pelaku individu dan
system pemerintahan madani. Secara konkrit, masyarakat madani dapat
diwujudkan dengan meningkatkan kualitas dari partai politik, sehingga
iklim dan suasana demokrasi dapat berkembang dengan baik, kemudian
paradigma madani bisa direalisasikan.

Anda mungkin juga menyukai