Anda di halaman 1dari 9

Kepemimpinan Perempuan Dalam Kemajuan Universitas Mulawarman

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik


(Studi kasus Organisasi dan Birokrasi Mahasiswa Internal Kampus)

BAB I
PENDAHULUAN

Sepanjang perjalanan Indonesia dari zaman penjajahan pergerakan dan


perjuangan menuju Indonesia merdeka sampai saat ini tentu menjadi jalan panjang
atas pengabdian dan perjuangan serta peran putra putri bangsa. Seperti yang
tertuan dalam kesepakatan yang kita kenal dengan wujud sumpah pemuda, maka
dapat kita cermati bahwa kesempatan untuk berjuang dan berparisipasi untuk
kemajuan bangsa memberi peluang yang sama antar kaum laki-laki maupun
perempuan. Hal ini dapat diperkuat oleh UU Republik Indonesia No. 39 tahun
1999 tentang hak asasi manusia pasal 46 “Yang dimaksud dengan “keterwakilan
wanita” adalah pemberian kesempatan dan kedudukan yang sama bagi wanita
untuk melaksanakan peranannya dalam bidang eksekutif, yudikatif, lesgislatif,
kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan kesetaraan gender”

Pria maupun wanita sama-sama berkedudukan sebagai subjek atau pelaku


pembangunan. Dalam kedudukan sebagai subjek pembangunan, pria dan wanita
mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, memantau
dan menikmati hasil pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan
misalnya, anak pria dan wanita mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti
pendidikan sampai ke jenjang pendidikan formal tertentu. Sepanjang sejarah
peradaban manusia, persoalan ketidakadilan sosial umumnya menimpa kaum
perempuan. Perempuan yang semata-mata diposisikan pada peran domestik dan
reproduksi sangat menghambat kemajuan mereka menggeluti dunia publik dan
produksi. Hal tersebut merupakan rekayasa kultur dan tradisi yang menciptakan
pelabelan atau stereotipe tertentu pada perempuan yang telah mengakar kuat
dalam masyarakat. Berbagai perangkat hukum telah dikeluarkan dan ditetapkan
untuk melaksanakan proses menuju kesetaraan dan keadilan gender dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Akan tetapi
realita yang terjadi bahwa semua itu belumlah cukup untuk berfungsi sebagai
piranti kekuatan yang menghantarkan kaum perempuan menjadi mitra sejajar
dengan kaum laki-laki. Sudah cukup banyak landasan hukum yang dibuat baik
formal maupun tidak formal, berupa undang-undang, aturan dan konvensi di
tingkat nasional maupun internasional yang membahas tentang
peranan/penyertaan hak antara laki-laki dan perempuan pada semua bidang,
misalnya INPRES Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa “seluruh departemen maupun
lembaga pemerintah non departemen di pemerintah nasional, propinsi, maupun
kabupaten/kota harus melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun pemantauan dan evaluasi pada kebijakan dan program
pembangunan”, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
CEDAW (Convention on the Elimination of Form Deskrimination Against
Woman) UU No.7 tahun 1984 tentang pengesahan konvensi penghapusan
deskriminasi terhadap perempuan.

Penduduk perempuan Indonesia secara kuantitatif jumlahnya hampir


menyamai jumlah penduduk laki-laki yang merupakan aset potensial dan strategis
bagi pembangunan. Dengan jumlah yang besar tersebut, apabila didukung oleh
kualitas yang tinggi, maka penduduk perempuan akan merupakan potensi
produktif dan menjadi modal bagi pembangunan nasional.

Dalam era globalisasi, pengembangan sumber daya manusia yang melibatkan


laki-laki dan perempuan merupakan hal yang sangat esensial. Perbedaan fisik
antara perempuan dan laki-laki merupakan takdir, dan relasi antar dua jenis
kelamin yang berbeda itu bukan takdir, tetapi dikonstruksi secara sosial. Sinergi
dari dua karakteristik fisik dari perempuan dan laki-laki akan melahirkan
kehidupan harmoni yang saling mendukung satu sama lain. (Khofifah Indar
Parawansa. 2006).

Kepedulian terhadap sumber daya perempuan dengan peran kekhalifahannya


di muka bumi ini dengan acuan pada nilai-nilai agama dan nilai luhur budaya
bangsa, perlu disinergikan dalam konteks dimensi publik dan domestik sekaligus.
Dimensi publik menyangkut peran perempuan di bidang iptek, ekonomi,
ketenagakerjaan, politik dan ketahanan nasional. Dimensi domestik menyangkut
aspek kesejahteraan keluarga, kesehatan, hubungan keluarga yang simetris dan
lain-lain. Oleh karena itu masalah pengembangan sumber daya manusia baik laki-
laki maupun perempuan merupakan faktor dominan yang sangat menentukan
kesuksesan pembangunan di segala bidang. Dengan strategi pengembangan
sumber daya manusia akan dapat memasuki tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tidak tergantung pada persediaan sumber daya alam. Di samping itu
diharapkan adanya akumulasi modal manusia yang kompetitif.( Krisnina Akbar
Tanjung.1997)

Kepemimpinan merupakan konsep mempengaruhi dalam menentukan tujuan


organisasi, motivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi
interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sesama
kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang luar, kelompok atau
organisasi.

Pada dasarnya kepemimpinan tidak membedakan siapa pelakunya, baik itu


laki-laki maupun perempuan. Hal yang terpenting adalah bagaimana seorang
pemimpin menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama. Perempuan memiliki
hak-hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang, salah satunya adalah
menjadi pemimpin. Kepemimpinan merupakan sebuah sikap bagaimana
mempengaruhi orang lain untuk dapat mencapai sebuah tujuan dengan visi dan
misi yang kuat, hal tersebut tidak terbatas dalam menjadikan perempuan sebagai
pemimpin bahkan melalui kemampuannya perempuan dapat lebih diperhitungkan
jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal terpenting bukanlah tentang siapa yang
memimpin tetapi apa yang dapat dilakukan sebagai seorang pemimpin sehingga
tidak ada pemarjinalan terhadap kaum perempuan selagi mereka mampu.
Perempuan adalah salah satu agent of change yang tidak bisa dipandang sebelah
mata. Keberadaannya sangat menentukan peradaban suatu bangsa.

Kepemimpinan laki-laki dan perempuan memang berbeda. Karena pada


dasarnya perempuan dan laki-laki terlahir dengan penuh perbedaan. Perempuan
memiliki beberapa perbedaan dari sosok laki-laki yang terbangun dari struktur
otak, hormon dan juga skill untuk membangun efektivitas kemampuan. Sering
kali perbedaan ini membuat banyak kaum meragukan kepemimpinan seorang
perempuan. Terlepas dari pandangan agama tentang pemimpin perempuan,
berbagai pendapat (dengan berbagai alasan) menilai perempuan tidak akan
mampu memimpin dengan baik.Salah satu aspek yang mendukung kepemimpinan
perempuan yang natural adalah kemampuan verbal. Kemampuan mengolah kata-
kata merupakan salah satu perangkat yang dimiliki oleh perempuan. Perempuan
memiliki kemampuan menemukan kata yang tepat secara cepat. Mereka pun dapat
mempengaruhi pikiran dan hati pihak lain melalui kata-kata dan suara mereka. Ini
didukung dengan kemampuan dalam hal menunjukkan postur dan gerakan yang
mendukung, mampu membaca kompleksitas emosi wajah serta mampu
mendengarkan perubahan tekanan di dalam suara. Rata-rata perempuan memiliki
rasa yang lebih baik di dalam selera, sentuhan, penciuman dan pendengaran
sehingga dengan demikian wanita lebih mampu mengerti berbagai hal yang
tersirat. (studiilmu.co.id)

Manajemen organisasi yang efektif lebih selaras dengan gaya kepemimpinan


feminin daripada maskulin. Atribut keperempuanan seperti keibuan, sensitif,
empatik, intuitif, kompromis, atentif, kooperatif, dan akomodatif semakin
diasosiasikan dengan pengelolaan sekolah efektif. Meskipun sifat-sifat ini adalah
innate (bawaan) dan sangat berharga, perempuan yang memiliki ciri-ciri
pemimpin yang baik masih tetap menghadapi hambatan yang besar dan mobilitas
karir yang lambat khususnya di perguruan tinggi. Kaum perempuan harus
menerima hambatan seksisme ketika harus menapak menuju kepemimpinan
puncak. Megawati merupakan contoh kasus nyata betapa banyak kritik bernada
seksis dilayangkan padanya saat-saat eleksi kursi kepresidenan pada pemilu 1999
beberapa tahun lalu Kondisi ini diperparah dengan keadaan bahwa organisasi
senantiasa berusaha mengisi posisi, khususnya pada level tertinggi, dengan orang
yang paling sesuai dengan ‘norma’ yang ada, yaitu norma laki-laki. Gaya
komunikasi dan kepemimpinan laki-laki sangat dihargai dalam organisasi dan
dijadikan standard untuk mengukur gaya semua pemimpin.

Karena gender merupakan hambatan bagi pemimpin perempuan, sebagian


perempuan merasa berkeharusan untuk memimpin dengan cara dan gaya yang
dianggap norma; yaitu, gaya yang dipakai laki-laki memimpin. Menggunakan
metode kepemimpinan laki-laki merupakan cara termudah bagi perempuan untuk
diangkat di posisi administratif atau posisi kepemimpinan apa saja, khususnya
karena gaya kepemimpinan ini senantiasa dianggap yang diterima oleh publik dan
sangat efektif untuk menarik promosi dan ketenaran. Dengan demikian tidak
diberikannya perempuan posisi kepemimpinan lebih karena persoalan
kepercayaan bahwa perempuan kurang memenuhi syarat-syarat kepemimpinan
yang diperlukan. Perempuan tidak sesuai dengan norma yang ada yaitu norma
laki-laki. Perempuan yang memiliki posisi yang didominasi laki-laki
mengharuskan dirinya memiliki kualifikasi lebih daripada laki-laki lawannya.
Kenyataannya, untuk mendapat posisi kepemimpinan, perempuan harus kerja
keras dan menerima tanggung jawab dan tugas-tugas lebih dari yang lain (laki-
laki).

Para perempuan yang memiliki keinginan untuk memiliki jabatan tertentu


menemukan lembaganya dan kantor dinasnya tidak memilih atau merekrut mereka
untuk mengikuti progam-program pengembangan profesi, akademik, atau karir.
Sebaliknya lembaga lebih senang dan sering mengirim laki-laki untuk mengikuti
pelatihan, seminar, workshop, dan semacamnya. Ini maknanya dengan sendirinya
lembaga telah membatasi perempuan untuk siap-siap merebut posisi
kepemimpinan.(Nur Kholis. 2006)

Universitas Mulawarman merupakan salah satu perguruan tinggi yang ada di


Kalimantan Timur tepatnya di Kota Samarinda, yang terdiri dari 14 Fakultas yang
ada dan salah satunya adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Di fakultas
Ilmu sosial dan Ilmu Politik memiliki 7 program studi yaitu, Ilmu Administrasi
Negara, Administrasi Bisnis, Ilmu Pembangunan Sosial, Ilmu Komunikasi, Ilmu
Pmerintahan, Hubungan Internasional, Psikologi. Dari masing-masing program
studi terdapat masing-masing organisasi kemahasiswaan Yaitu Himpunan
Mahasiswa Jurusan. Dan selain dari Himpunan Mahasiswa juga terdapat
Organisasi Minat dan Bakat (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa dan Dewan
Perwakilan Mahasiswa. Minat mahasiswa dalam berorganisasi Di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik sangatlah tinggi dan kemudian kultur dan sosial masing-
masing lembaga sangatlah berbeda-beda dalam menjalankan tongkat estapet
keorganisasian. Persepsi mahasiswa Fisipol Unmul dalam memilih pemimpin
sangat banyak perbedaan, ada yang masih membudayakan pemimpinnya harus
laki-laki dan ada juga yang tidak mempermasalahkan pemimpin perempuan.
pemimpin lembaga mahasiswa yang ada di kampus lebih dominan seorang
perempuan, mulai dari Presiden BEM dan Himpunan Mahasiswa Jurusan dan
birokrasi kampus lebih dominan perempuan maupun administratif maupun
akademik.

Ini tentu saja sangat mendukung aspek kepemimpinan penting lainnya, yaitu
kemampuan membangun dan menjaga networking. Perempuan mampu dengan
baik melakukan kolaborasi dan menampakkan empati. Dalam berperan sebagai
pemimpin, para perempuan enggan untuk bertindak sendirian. Mereka banyak
menggalang kerja sama dengan berbagai pihak untuk mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan. Mereka sadar bahwa tujuan akan lebih mudah dicapai jika
dilakukan dengan dukungan dari banyak pihak. Mereka juga sadar bahwa masalah
akan terasa lebih ringan jika ditanggung bersama. Untuk itulah, dalam
menjalankan tugas-tugas kepemimpinan mereka, para perempuan lebih banyak
menjalin kerja sama dalam tim dari pada melakukan segala sesuatunya sendirian.
Dengan berbagai hal tersebut perempuan memiliki kecenderungan untuk
mempraktekkan sharing power dari pada laki-laki yang cenderung lebih hirarkis
dan melihat power sebagai jenjang dan status. (studiilmu.co.id)
Berdasarkan uraian diatas dan gejala-gejala yang ada, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih jauh mengenai gejala tersebut, dengan mengambil tema
penelitian “Kepemimpinan Perempuan Dalam Kemajuan Universitas
Mulawarman Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (studi kasus Organisasi Dan
Birokrasi Mahasiswa Internal Kampus)”

1.1 Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah langkah yang penting untuk membatasi

masalah yang akan diteliti. Untuk itu dalam perumusan masalah ini perlu

dibatasi masalahnya sehingga menjadi suatu permasalahan pokok, yang

nantinya dapat lebih mengarah penelitian ini. Berdasarkan latar belakang

diatas maka perumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pengaruh Gaya Kepemimpinan Perempuan Dalam

Melaksanakan Tugasnya Untuk Kemajuan Universitas Mulawarman

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (Studi Kasuk Organisasi Dan

Birokrasi Mahasiswa Internal Kampus)?

2. Apakah Yang Menjadi Penghambat Pemimpin Perempuan Dalam

Pelaksanaan Program Dan Pelayanan Mahasiswa Untuk Kemajuan

Universitas Mulawarman Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik?

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini diharapkan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan diteliti, adapun tujuan penulisan dalam

melaksanakan penelitian ini adalah:


1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Perempuan Dalam Melaksanakan Tugasnya Untuk Kemajuan

Universitas Mulawarman Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (Studi

Kasus Organisasi dan birokrasi Mahasiswa Internal Kampus)?

2. Untuk Mengetahui Apakah Yang Menjadi Penghambat Pemimpin

Perempuan Dalam Pelaksanaan Program Dan Pelayanan Mahasiswa

Untuk Kemajuan Universitas Mulawarman Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik?

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu untuk memberikan manfaat, baik untuk

diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu

pengetahuan. Untuk itu, yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh cakrawala dan wawasan

pengetahuan yang lebih mendalam tentang kepemimpinan perempuan

dalam persepsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Mulawarman (studi kasus organisasi internal kampus) kepada

penulis dan juga pembaca serta dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan teori ilmu- ilmu sosial khususnya sosiologi gender dan

politik.
2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Mulawarman (studi kasus organisasi internal kampus) dan khususnya

penelitian ini dapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat

berguna bagi peneliti berikutnya, terutama masalah dibidang

kepemimpinan.

Anda mungkin juga menyukai