Anda di halaman 1dari 18

Peran Kepemimpinan Perempuan Dalam Organisasi di Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya

Erisa Anggun Putri Winanto1, Cantika Febriyanti2, Ave Regina Caeli3

Program Studi Perpajakan, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Email: erisaanggun48@student.ub.ac, cantikafeb@student.ub.ac.id,


averegina@student.ub.ac.id

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan zaman, peningkatan peran dan kepemimpinan perempuan kian
meningkat pada abad ke-21 semenjak kesetaraan gender dan hak asasi manusia disuarakan
oleh aktivis feminisme. Namun, isu kesetaraan gender dan budaya patriarki yang cenderung
ditemukan dalam lingkungan universitas menyebabkan masih minimnya peran perempuan
sebagai pemimpin dalam organisasi kemahasiswaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: 1) bagaimana peran kepemimpinan perempuan dalam organisasi kemahasiswaan
dan 2) bagaimana persepsi mahasiswa terhadap peran kepemimpinan perempuan di
organisasi. Melalui metode penelitian kuantitatif dan analisa deskriptif dengan pendekatan
teori kesetaraan gender, teori equilibrium, teori feminisme, teori peran, dan teori
kepemimpinan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survei
dengan alat penelitian berupa kuesioner Google Form dan responden yang menjadi subjek
dalam penelitian berjumlah 55 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya akses
keterbukaan peran dan hak perempuan di Organisasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya. Semua perempuan memiliki peluang yang sama dalam organisasi
untuk berpartisipasi, mengutarakan pendapat, mengambil keputusan, memilih, dan dipilih
sebagai pemimpin. Hal ni menunjukkan bahwa peran dan hak perempuan semakin setara
dengan laki-laki.

Kata kunci: Peran dan Hak Perempuan, Kesetaraan Gender, Kepemimpinan, Organisasi
Kemahasiswaan.

ABSTRACT

Along with the times, the increasing role and leadership of women has increased in the 21st
century since gender equality and human rights were voiced by feminist activists. However,
issues of gender equality and patriarchal culture that tend to be found in university
environments result in the minimal role of women as leaders in student organizations. This
research aims to find out: 1) what is the role of women's leadership in student organizations
and 2) what are students' perceptions of the role of women's leadership in organizations.
Through quantitative research methods and descriptive analysis with approaches to gender
equality theory, equilibrium theory, feminist theory, role theory, and leadership theory. The
data collection technique in this research used a survey method with research tools in the form
of a Google Form questionnaire and the respondents who were the subjects of the research
were 55 students. The research results show that there is open access to women's roles and
rights in the Student Organization of the Faculty of Administrative Sciences, Brawijaya
University. All women have equal opportunities in organizations to participate, express
opinions, make decisions, vote, and be elected as leaders. This shows that women's roles and
rights are increasingly equal to men's.

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman, peningkatan peran dan kepemimpinan


perempuan kian meningkat pada abad ke-21 semenjak kesetaraan gender dan hak asasi manusia
disuarakan oleh aktivis feminisme. Kesetaraan gender berarti keadaan di mana laki-laki dan
perempuan memiliki kesempatan dan hak yang sama sebagai manusia untuk berpartisipasi
dalam berbagai bidang (Febrianto, 2016). Sementara, menurut Daalimoenthe (2011) feminisme
merupakan konsep yang lahir karena adanya suatu perubahan sosial (social change) untuk
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan secara umum sebagai kelas sosial. Namun, isu
kesetaraan gender dan budaya patriarki masih sering diperdebatkan dan ditemukan di berbagai
lingkungan sosial seperti negara, masyarakat, tempat kerja, universitas, organisasi, dan
keluarga.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) (2020-2022) Kota Malang, dengan judul
“Jumlah Mahasiswa S1 Universitas Brawijaya (UB) Menurut Fakultas dan Jenis Kelamin”
yang diupdate tanggal 5 April 2023 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa S1 Universitas
Brawijaya di Fakultas Ilmu Administrasi pada tahun 2020-2022 sebanyak 16.618 orang,
dengan mahasiswa laki-laki sejumlah 5.912 orang dan mahasiswa perempuan 10.706 orang.
Data tersebut menunjukkan bahwa adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Namun, dari sekian banyaknya mahasiswa perempuan,
pemimpin organisasi kemahasiswaan masih didominasi oleh laki-laki. Walaupun tidak semua
organisasi , tetapi kejadian tersebut hampir tampak dalam setiap organisasi kemahasiswaan di
universitas.

Di lingkungan universitas, sebuah sarana atau wadah bagi seluruh mahasiswa untuk
mengembangkan potensi dan kapabilitas individu disebut sebagai organisasi kemahasiswaan
atau ormawa. Hal ini dapat berupa menemukan minat dan bakat atau memberikan gagasan, ide,
dan opini melalui berbagai kegiatan terkait dengan tujuan pendidikan nasional dan visi misi
universitas itu sendiri. Sehingga antara setiap mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan
perlu mempunyai peran dan hak yang setara sekaligus sinergi hubungan kerja sama yang baik
untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Berkaitan dengan teori equilibrium atau teori
keseimbangan, untuk merealisasikan keharmonisan dan keselarasan dalam berbagai hal seperti
keluarga, masyarakat, dan negara maka diperlukan hubungan kerja sama yang seimbang antara
laki- laki dan perempuan. Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama
dalam memimpin suatu organisasi, hal ini diatur pada Pasal 49 Ayat (1) yang berbunyi “Wanita
berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai dengan
persyaratan dan peraturan perundang-undangan”.

Menurut Miftah Thiha (2003) kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi


perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun
kelompok yang merupakan inti dari suatu organisasi. Namun, pada kenyataannya di lingkungan
universitas saat ini masih menggambarkan belum tercapainya target pemenuhan dalam
kesetaraan dan keadilan gender yang dibuktikan dengan masih minimnya kedudukan dan peran
perempuan sebagai pemimpin. Jika diperhatikan, pemimpin perempuan belum begitu
diterapkan dalam lingkungan Organisasi Fakultas Ilmu Administrasi, perempuan masih berada
pada posisi anggota kepengurusan seperti sekretaris, bendahara, dan anggota/staff daripada
menjadi pemimpin organisasi .

Penelitian yang dilakukan oleh Putri, N., & Fatmariza (2020) tentang Perempuan dan
Kepemimpinan di Organisasi Mahasiswa Universitas Negeri Padang menghasilkan belum
terciptanya kesetaraan gender karena beberapa faktor seperti pengetahuan, pemahaman,
percaya diri, tanggung jawab serta persepsi sosial kultural seperti tradisi, kemampuan, dan
relasi hal ini dibuktikan dari data hasil penelitian bahwa hanya 5,88% kedudukan perempuan
dalam kepemimpinan mahasiswa Universitas Negeri Padang.
Selain itu, Nurbayan, St., & Irfan (2018) melakukan penelitian mengenai keterlibatan
perempuan dalam organisasi kemahasiswaan di STKIP Bima. Hasil yang didapat adalah peran
laki-laki masih mendominasi dalam organisasi sementara peran perempuan dalam memegang
posisi pemimpin masih minim ditemukan karena perempuan dinilai belum memiliki kesadaran
penuh sehingga jarang dilibatkan dalam kepengurusan organisasi kemahasiswaan di STKIP
Bima.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purwanti, I., dkk (2022) tentang Peran
Kepemimpinan Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi (Studi Kasus Pada Amal
Usaha Muhammadiyah Kabupaten Lamongan) menunjukkan bahwa AUM Muhammadiyah
Lamongan telah mencapai kesetaraan gender, hal ini dibuktikan dengan jabatan eksekutif yang
dipegang perempuan sebagai bentuk peran kepemimpinan perempuan dalam peningkatan
kinerja organisasi.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul ”Peran Kepemimpinan Perempuan Dalam Organisasi Mahasiswa Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi praktik
kesetaraan gender dengan memperoleh gambaran secara objektif tentang peran perempuan
dalam kepemimpinan di lingkup organisasi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana peran kepemimpinan
perempuan dalam organisasi kemahasiswaan? dan 2) Bagaimana persepsi mahasiswa
terhadap peran kepemimpinan perempuan di organisasi?

KAJIAN TEORI

A. Gender
Menurut Doyle (1985) teori “gender” dipakai untuk mendeskripsikan
dismilaritas sosial budaya antara laki-laki dan perempuan, ini merujuk pada elemen
sentimental dan intelektual sebagai keistimewaan sosial di mana hubungan antara laki-
laki dan perempuan dibangun dengan cara dan di tempat yang berbeda dari satu waktu
ke waktu yang akan datang. Sedangkan menurut Nugroho (2011) Gender merupakan
teori yang mengacu pada bentuk kontribusi dan hubungan yang terjadi antara
perempuan dan laki-laki yang tidak ditetapkan oleh perbedaan biologi tapi ditentukan
oleh lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Untuk mengidentifikasi peranan antara
perempuan dan laki-laki dilakukan sebuah analisis gender. Analisis gender merupakan
metode menganalisis data secara terstruktur tentang laki-laki dan perempuan guna
mengidentifikasi dan menyatakan jabatan, fungsi, kewajiban, dan tanggung jawab laki-
laki dan perempuan, serta komponen-komponen yang mempengaruhinya.

B. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan reproduksi yang berguna secara biologis, misalnya
perempuan mempunyai rahim untuk memproduksi telur dan saluran melahirkan, vagina
dan alat menyusui, sedangkan laki-laki mempunyai penis, mempunyai jakala dan
mengeluarkan sperma. Alat reproduksi tersebut menyatu pada diri laki-laki dan
perempuan dan merupakan ketentuan dari Tuhan yang tidak bisa tergantikan karena
sifatnya kodrat.

C. Teori Kesetaraan Gender


Miftahuddin, dkk (2010) mengatakan Kesetaraan Gender artinya laki-laki dan
perempuan mempunyai peluang dan hak yang setara sebagai manusia. Hal ini
mengharuskan mereka untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam berbagai bidang,
seperti politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan keamanan nasional,
serta merasakan hasil dari kemajuan ini.
Untuk mencapai kesetaraan gender secara merata di masyarakat, termasuk
organisasi kemahasiswaan, maka ketidakadilan gender seperti subordinasi, pembatasan
tugas, pandangan stereotype, dan kewajiban rangkap harus dihilangkan. Hal itu
dikarenakan untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan gender tidak boleh ada
diferensiasi baik pada laki-laki maupun perempuan, sehingga laki-laki dan perempuan
mempunyai peluang yang setara untuk mendapatkan keuntungan pembangunan.

D. Teori Equilibrium
Teori equilibrium yang dikembangkan Pilcher dan Whelehan (2004) berfokus
pada kedudukan gender di masyarakat. Menurut konsep ini, hubungan antara
perempuan dan laki-laki harus seimbang dan harmonis dalam melakukan hubungan
kerja sama guna menciptakan keselarasan dan ketenangan hidup dalam berbagai hal,
seperti keluarga, masyarakat, dan negara. Konsep ini tidak bermaksud untuk
mengontraskan peran antara perempuan dan laki-laki (Dalimoentthe, 2021:36).
Sebaliknya, konsep ini menjelaskan perempuan dan laki-laki itu masing-masing
mempunyai keunggulan dan kemampuan yang dapat dipertanggungkan dan dapat
menjadi sebuah perpaduan yang baik jika di satukan. Dipercaya bahwa perempuan
memiliki kesempatan yang sama dan layak untuk menjadi pemimpin seperti laki-laki
(Dalimoentthe, 2021:36). Sehingga hubungan keduanya tidak perlu karena alasan
struktural fungsional.

E. Teori Feminisme
Dalimoenthe (2021:14) mengatakan bahwa teori feminisme adalah paham yang
muncul sebab adanya perubahan sosial (social change), sehingga timbul upaya yang
mendesak agar perempuan memperoleh kesetaraan hak dengan laki-laki di kelas sosial.
Teori feminisme ini bermaksud untuk mengetahui sifat ketidakseimbangan gender
dengan mengamati peran sosial dan pengalaman hidup perempuan. Dalam paham
feminisme, gender lebih mendasarkan pada persamaan hak, kontribusi perempuan
dalam pekerjaan, pendidikan, kebebasan seksual, dan hak reproduksi.

F. Teori Peran
Menurut Nugroho (2011) Peran adalah kumpulan tingkah laku yang diharapkan
ada di dalam diri seseorang yang menjabat di masyarakat sesuai jabatannya dalam
struktur yang dipengaruhi kondisi sosial yang konstan. Sedangkan jika dilihat dari
perilaku organisasi, peran adalah salah satu elemen dari struktur sosial organisasi selain
etika dan budaya organisasi dengan 5 aspek penting, yaitu: 1) peran bersifat impersonal,
2) peran berkaitan dengan pengarahan, 3) peran sulit dikontrol, 4) peran bisa dipelajari
dengan cepat dan akan mengakibatkan perubahan perilaku utama, 5) peran dan
kewajiban itu berbeda. (Kartini, 2009)

G. Teori Kepemimpinan
Menurut Robbins, S.P & Judge, T.A (2015) kepemimpinan merupakan sebuah
kapabilitas untuk memaksa suatu golongan guna menggapai tujuan atau visi tertentu.
Sedangkan, Desler (1998) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan yang
mengajak orang untuk berupaya menggapai tujuan golongan secara sukarela.
Kepemimpinan dipandang sebagai suatu aspek dalam pemisahan peran. Dalam
organisasi, kepemimpinan adalah elemen yang sangat penting untuk memastikan
pencapaian tujuan yang telah dibuat oleh organisasi.
METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah bentuk penelitian kuantitatif
dengan analisa deskriptif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan sejauh mana peran
kepemimpinan perempuan yang dijadikan sebagai objek penelitian. Adapun, penelitian ini
menggunakan data dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer diperoleh dengan
mengumpulkan data dari responden melalui metode survei yang menggunakan kuesioner.
Sedangkan, sumber sekunder berupa data yang diperoleh dari situs, artikel, dan jurnal yang
relevan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode survei sebagai teknik
pengumpulan data. Survei adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk populasi
besar atau kecil untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan masa lalu atau masa kini. Alat
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, yaitu alat pengumpul data
yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diisi oleh subjek sesuai dengan
kondisinya. Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah Google Form dengan
mengambil sampel penelitian dari 55 responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN

Pemilihan responden merujuk pada pendekatan studi kasus. Responden dalam


penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya dengan jumlah 55 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dari
program studi yang beragam.
Gambar 1. Gender

Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah responden didominasi oleh perempuan


sebesar 74.5% yaitu 41 mahasiswa dan mahasiswa laki-laki sebesar 25.5% yaitu 14
mahasiswa.

Gambar 2. Program Studi

Gambar 2 menunjukkan persentase program studi mahasiswa yang menjadi


responden, dengan jumlah mahasiswa dari program studi Administrasi Bisnis
berjumlah 13 orang, Perpajakan 30 orang, Pariwisata 3 orang, Administrasi Publik 7
orang, Administrasi Pendidikan 2 orang.
Gambar 3. Apakah selama menjadi mahasiswa Anda mengikuti organisasi?

27.3% responden dengan jumlah 15 orang (11 perempuan dan 4 laki-laki) pernah
mengikuti organisasi selama menjadi mahasiswa, 36.4% responden dengan jumlah
20 orang (17 perempuan dan 3 laki-laki) sedang mengikuti organisasi selama menjadi
mahasiswa, dan 36.4% responden dengan jumlah 20 orang (11 perempuan dan 9 laki-
laki) tidak pernah mengikuti organisasi selama menjadi mahasiswa.

Gambar 4. Apakah Anda pernah menjadi pemimpin (ketua) dalam suatu program kerja di
organisasi yang Anda ikuti di Fakultas Ilmu Administrasi?

92.7% responden dengan jumlah 51 orang tidak pernah menjadi pemimpin


(ketua) dalam suatu organisasi yang mereka ikuti di FIA. Sedangkan 7.3% dengan
jumlah 4 orang (1 laki-laki dan 3 perempuan) pernah menjadi pemimpin (ketua)
dalam suatu organisasi yang mereka ikuti di Fakultas Ilmu Administrasi.
Gambar 5. Apakah Anda memperhatikan gender ketika memilih seorang pemimpin
dalam suatu organisasi?

10.9% responden dengan jumlah 6 orang memperhatikan gender ketika


memilih seorang pemimpin dalam suatu organisasi. 70.9% responden dengan jumlah
39 orang tidak memperhatikan gender ketika memilih seorang pemimpin dalam suatu
organisasi, dan 18.2% responden dengan jumlah 10 orang menjawab mungkin
memperhatikan gender ketika memilih seorang pemimpin dalam suatu organisasi.

Gambar 6. Seberapa sering Anda melihat peran perempuan sebagai pemimpin di


organisasi Fakultas Ilmu Administrasi?

32.7% responden dengan jumlah 18 orang sering melihat peran perempuan


sebagai pemimpin di organisasi FIA. 41.8% responden dengan jumlah 23 orang
menjawab kadang-kadang melihat peran perempuan sebagai pemimpin di organisasi
FIA. 18.2% responden dengan jumlah 10 orang jarang melihat peran perempuan
sebagai pemimpin di organisasi FIA, dan 7.3% responden dengan jumlah 4 orang
tidak pernah melihat peran perempuan sebagai pemimpin di organisasi FIA.
Gambar 7. Jika sering, seberapa baik perempuan dalam memimpin suatu organisasi di
Fakultas Ilmu Administrasi?

21.8% responden dengan jumlah 12 orang menilai bahwa perempuan sangat baik
dalam memimpin suatu organisasi. 52.7% responden dengan jumlah 29 orang menilai
bahwa perempuan baik dalam memimpin suatu organisasi. 23.6% responden dengan
jumlah 13 orang netral dalam menilai seberapa baik perempuan dalam memimpin
suatu organisasi, dan 1.8% responden dengan jumlah 1 orang menilai perempuan
kurang baik dalam memimpin suatu organisasi.

Gambar 8. Apakah Anda pernah melihat kegiatan yang mendukung peningkatan peran
perempuan dalam kepemimpinan di Fakultas Ilmu Administrasi?

21.8% responden dengan jumlah 12 orang sering melihat kegiatan yang


mendukung peningkatan peran perempuan dalam kepemimpinan di FIA. 41.8%
responden dengan jumlah 23 orang kadang-kadang melihat kegiatan yang
mendukung peningkatan peran perempuan dalam kepemimpinan di FIA. 23.6%
responden jarang melihat kegiatan yang mendukung peningkatan peran perempuan
dalam kepemimpinan di FIA. 12.7% responden dengan jumlah 7 orang tidak pernah
melihat kegiatan yang mendukung peningkatan peran perempuan dalam
kepemimpinan di FIA.

Gambar 9. Jika pernah, seberapa efektif kegiatan di Fakultas Ilmu Administrasi tersebut
dalam mendukung kesetaraan gender?

12.7% responden dengan jumlah 7 orang menilai kegiatan di FIA sudah sangat
efektif dalam mendukung kesetaraan gender. 43.6% responden dengan jumlah 24
orang menilai kegiatan di FIA sudah efektif dalam mendukung kesetaraan gender.
32.7% responden dengan jumlah 18 orang netral dalam menilai keefektifan kegiatan
di FIA dalam mendukung kesetaraan gender. 5.5% responden dengan jumlah 3 orang
menilai kegiatan di FIA kurang efektif dalam mendukung kesetaraan gender, dan
5.5% responden lainnya dengan jumlah 3 orang menilai kegiatan di FIA sangat tidak
efektif dalam mendukung kesetaraan gender.

Gambar 10. Apakah Anda merasa bahwa perempuan memiliki peluang yang sama
dengan laki-laki dalam mencapai posisi pemimpin di Fakultas Ilmu Administrasi?
85.5% responden dengan jumlah 47 orang berpendapat bahwa perempuan
memiliki peluang yang sama dengan laki-laki dalam mencapai posisi kepemimpinan
di FIA. Namun 14.5% responden dengan jumlah 8 orang berpendapat mungkin atau
mereka belum yakin bahwa perempuan memiliki peluang yang sama dengan laki -
laki dalam mencapai posisi kepemimpinan di FIA.

Gambar 11. Apakah menurut Anda pemimpin perempuan dan laki-laki memberikan hasil
kinerja yang berbeda?

41.8% responden dengan jumlah 23 orang setuju dengan pemimpin perempuan


dan laki-laki memberikan hasil kinerja yang berbeda. 23.6% tidak setuju dengan
pemimpin perempuan dan laki-laki memberikan hasil kinerja yang berbeda, dan
34.5% berpendapat mungkin pemimpin perempuan dan laki-laki memberi hasil
kinerja yang berbeda.

Gambar 12. Apakah menurut Anda peran kepemimpinan perempuan dapat menjadi
inspirasi bagi mahasiswa di Fakultas Ilmu Administrasi?
60% responden dengan jumlah 33 orang berpendapat bahwa peran
kepemimpinan perempuan sangat menginspirasi mahasiswa di FIA. 27.3%
responden dengan jumlah 15 orang berpendapat bahwa peran kepemimpinan
perempuan menginspirasi mahasiswa di FIA. 7.3% responden dengan jumlah 4 orang
netral. 3.6% responden dengan jumlah 2 orang berpendapat bahwa peran
kepemimpinan perempuan kurang menginspirasi mahasiswa di FIA, dan 1.8%
responden dengan jumlah 1 orang berpendapat bahwa peran kepemimpinan
perempuan tidak menginspirasi mahasiswa di FIA.

2. PEMBAHASAN
Peran Perempuan dalam Lingkup Organisasi di Fakultas Ilmu Administrasi
Bagi Perempuan, keberadaan peran gender yang berbeda secara tidak langsung
menyebabkan ketidakadilan gender sehingga menjadi hal yang harus diperjuangkan.
Pada umumnya di masyarakat, sesuatu yang seseorang lakukan atau mainkan sesuai
dengan statusnya yang mencakup posisi dan penampilan disebut sebagai peran. Secara
tidak langsung pemisahan karakteristik mencakup sifat dan perilaku antara laki-laki dan
perempuan dapat membentuk normatif di masyarakat yang menghambat kebebasan
perempuan untuk mengekspresikan dirinya.
Pada tanggal 18 Desember 1979 sebagai bagian dari upaya internasional untuk
mewujudkan kesetaraan gender dan Hak Asasi Perempuan secara khusus, Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Konvensi CEDAW (Convention on
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) yaitu konvensi mengenai
penghapusan segala bentuk dsikriminasi terhadap perempuan. Melalui UU No. 7 Tahun
1984, Indonesia telah mengangkat atau mengadopsi Konvensi CEDAW yang
mengharuskan untuk bertanggung jawab dan menerapkan hal-hal yang terkandung di
dalamnya untuk memastikan hak-hak perempuan dalam mendapatkan akses penuh ke
berbagai hal. Namun, peraturan perundang-undangan yang dibuat berdasarkan
konvensi internasional tersebut sampai saat ini belum sepenuhnya melindungi hak-hak
perempuan di Indonesia.
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa adalah individu yang akan
menentukan bagaimana Indonesia akan berjalan di tahun-tahun mendatang. Sudah
semestinya bagi mahasiswa untuk tertarik dan bergabung dengan organisasi sebagai
wadah yang membantu mereka mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan baik itu
softskill maupun hardskill. Tentunya dalam organisasi terdapat struktur kepengurusan
yang peran dan haknya harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa bukan hanya laki-laki
melainkan juga perempuan.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembagian
peran perempuan pada organisasi di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
tidak lagi dominan di laki-laki saja. Perempuan sudah memperoleh peran dan hak yang
seimbang dan adil dengan laki-laki dalam kepengurusan organisasi. Dari 17 organisasi,
ada 14 organisasi yang ditemukan keterlibatan dan peran perempuan sebagai pemimpin
dalam kepengurusannya, yakni BEM, HIMABIS, HIMAPAJAK, HIMADIKA,
HIMAPAR, HMPIP, HUMANISTIK, RSC, AEC, AC, MAFIOSO, SEC, SSM,
FORKIM. Dalam 14 organisasi tersebut, perempuan menempati posisi Ketua Umum
atau Wakil Ketua Umum, Ketua Departemen/Divisi/Biro. Selain itu, pada beberapa
organisasi terdapat laki-laki yang menempati posisi Sekretaris Umum dan Bendahara
Umum, yang mana awamnya hal ini jarang dijumpai karena posisi tersebut identik
dengan peran perempuan.
Dalam kegiatan organisasi di Fakultas Ilmu Administrasi, perempuan mulai
dilibatkan sepenuhnya melalui pembagian yang adil terkait peran dan hak, perumusan
peraturan, pengambilan keputusan, mengutarakan opini saat rapat atau bermusyawarah
dan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.
Kesadaran dan keterbukaan pemikiran mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi
mempengaruhi keterlibatan perempuan untuk mencapai posisi pemimpin dan
memperoleh peran yang setara dengan laki-laki dalam memangku jabatan di suatu
organisasi sehingga dapat meminimalisir terjadinya ketidaksetaraan gender.
Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 10, lebih banyak mahasiswa yang menganggap
bahwa perempuan dipercaya memiliki potensi yang sama dan layak untuk menjadi
pemimpin seperti laki-laki di Fakultas Ilmu Administrasi.
Dalam teori feminisme (Daalimoenthe, 2021), fokus gender adalah pada
persamaan hak, partisipasi perempuan dalam pekerjaan, pendidikan, kebebasan seksual,
dan hak reproduksi. Ketika perempuan menuntut hak yang sama dengan laki-laki,
muncullah gagasan feminisme. Perempuan percaya bahwa kondisi dan posisi
perempuan di masyarakat dapat diubah dan setara dengan kondisi laki-laki di lingkup
sosial. Sementara itu, teori equilibrium (Pilcher & Whelehan, 2004) menjelaskan
hubungan antara laki-laki dan perempuan harus seimbang dan harmonis jika mereka
bekerja sama untuk mewujudkan keserasian dan keharmonisan dalam berbagai hal,
seperti keluarga, masyarakat, dan negara.
Sehingga untuk meningkatkan kinerja kepengurusan organisasi, antara laki-laki
dan perempuan dapat bekerja sama dan mengandalkan hubungan satu sama lain dengan
lebih baik jika peran dan hak yang diberikan kepada mereka diperluas karena masing-
masing memiliki kelebihan dan kekuatan yang tidak dapat didefinisikan secara objektif
dan tidak perlu dipisahkan karena alasan struktural fungsional.
Fakta bahwa perempuan diberi peran dan hak untuk mendapatkan keadilan
berarti bahwa perolehan peluang dan akses tidak bergantung pada gender lagi. Oleh
karena itu, kesetaraan gender didefinisikan sebagai peluang bagi laki-laki dan
perempuan untuk berkontribusi terhadap pengembangan dan pembangunan organisasi
dengan memanfaatkan hak dan potensi mereka secara optimal. Sehingga tidak hanya
laki-laki, tetapi juga perempuan harus berkolaborasi untuk menciptakan hubungan
harmonis dalam mewujudkan organisasi yang baik.

KESIMPULAN

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, terdapat total keseluruhan


organisasi kemahasiswaan sejumlah 17 ormawa. Berdasarkan hasil penelitian, peran dan hak
yang diterima oleh mahasiswa perempuan FIA UB sudah dianggap cukup adil dan setara.
Dari total 17 organisasi mahasiswa FIA UB, 14 di antaranya telah memperkenankan peran
penuh bagi perempuan, memberikan hak yang setara dengan laki-laki, dan bahkan
menunjukkan keberadaan perempuan sebagai ketua atau wakil ketua dalam ormawa dan
sebagai ketua departemen, divisi, atau biro.

Meskipun demikian, untuk mencapai kesetaraan gender yang diinginkan, diperkukan


banyak upaya, proses, dan waktu yang cukup lama. Ini disebabkan oleh adanya perspektif
atau pemahaman yang telah lama ada sehingga membatasi kebebasan peran dan hak
perempuan. Budaya patriarki yang berakar sejak masa penjajahan hingga saat ini
menyebabkan kesetaraan gender belum tercapai sepenuhnya di Indonesia. Terjadinya
berbagai bentuk subordinasi, stereotip, dan diskriminasi dari masyarakat menyebabkan
kekerasan yang merugikan posisi perempuan. Padahal, perempuan memiliki peran penting
dan setara dengan laki-laki dalam lingkungan sosial. Oleh karena itu, diperlukan upaya-
upaya untuk mencapai keadilan bagi perempuan, seperti dengan mengintegrasikan
perspektif gender dalam usaha mencapai keadilan gender.

Diharapkan, penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran


mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya tentang
pentingnya kesetaraan gender, serta membuka diri terhadap konsep ini untuk menciptakan
organisasi yang lebih inklusif dan adil.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. N., Nur, A., & Dinda, A. M. (2021). Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Organisasi
Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya Tahun 2021. Archetype: Jurnal
Ilmiah Psikologi & Terapan, 4(2).

Astuti, T., & Stevany, A. (2022). Realitas Peran Dan Hak Perempuan Dalam Lingkup
Organisasi Hmj Di Fkip Untirta (Perspektif Sosiologi Gender). Sosial Khatulistiwa:
Jurnal Pendidikan IPS, 2(2), 39-50.

Batjo, S. N., & Nuraeni. (2022). Peran Kepemimpinan Perempuan Pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Maluku: Studi Pada Subag Ortala & Kub. Hipotesa -
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 16(2), 1–11.

Desri, S., & Vinda, P. Y. (2023). Peran Politik Kepemimpinan Perempuan dalam Sistem
Matrilineal di Minangkabau Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Ekonomi Manajemen dan
Akuntansi MH Thamrin, 4(2), 87-98.

Fatmariza, N. P. (2020). Perempuan dan Kepemimpinan di Organisasi Mahasiswa Universitas


Negeri Padang. Journal of Civic Education, 3(3).

Fibrianto, A. S. (2016). Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Organisasi Mahasiswa Universitas


Sebelas Maret Surakarta Tahun 2016. Jurnal Analisa Sosiologi, 5(1), 10-27.

Fitriani, A. (2015). Gaya Kepemimpinan Perempuan. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi
Politik Islam, 11(2), 1-22.

Imawati, R., & Radhiya, B. (2011) Pengaruh Ideologi Peran Jender terhadap Pemberian
Dukungan kepada Calon Pemimpin Perempuan pada Organisasi Kemahasiswaan.
Jurnal Al-azhar Indonesia Seri Humaniora, 1(2).
Marina, A., & Puti, A. U. (2019). Gaya Kepemimpinan Perempuan Ditinjau Dari Peran
Optimisme Dan Efikasi Diri di Universitas Dharma Andalas. Jurnal Menara
Ekonomi: Penelitian Dan Kajian Ilmiah Bidang Ekonomi, 5(3).

Meizara, E., Puspita, D., & Basti. (2016). Analisis Kompetensi Kepemimpinan Wanita. Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan, 4(2), 175–181.

Nurbayan, St., & Irfan. (2018). Gender dan Organisasi Kemahasiswaan (Studi Pada
Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi Kemahasiswaan Di STKIP Bima).
EduSociata: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 1(2), 28-37.

Purwanti, I., Rohmatul, F., Ninin, N., & Maya, D. (2022). Peran Kepemimpinan Perempuan
Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi (Studi Kasus Pada Amal Usaha
Muhammadiyah Kabupaten Lamongan). Anterior Jurnal, 21(2), 20–29.

Anda mungkin juga menyukai