Anda di halaman 1dari 3

FEMINISME: EKSISTENSI ISU KESETARAAN GENDER

DIKALANGAN MAHASISWA
Oleh: Anisa Pratiwi N.

Gender adalah pandangan atau keyakinan yang dibentuk masyarakat


tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkah laku
maupun berpikir. Misalnya Pandangan bahwa seorang perempuan ideal harus
pandai memasak, pandai merawat diri, lemah-lembut, atau keyakinan bahwa
perempuan adalah mahluk yang sensitif, emosional, selalu memakai perasaan.
Sebaliknya seorang laki-laki sering dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung,
kepala rumah-tangga, rasional, tegas dan sebagainya. Gender tidak bersifat
biologis, melainkan dikontruksikan secara sosial. Karena gender tidak dibawa
sejak lahir, melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh sebab itu gender dapat
berubah. Dalam berbagai masyarakat atau kalangan tertentu dapat kita jumpai
nilai dan aturan agama ataupun adat kebiasaaan yang dapat mendukung dan
bahkan melarang keikutsertaan anak perempuan dalam pendidikan formal, sebagai
akibat ketidaksamaan kesempatan demikian maka dalam banyak masyarakat dapat
dijumpai ketimpangan dalam angka partisipasi dalam pendidikan formal. Ketika
gender membahas kesetaraan laki-kali dan perempuan, maka gerakan kaum
perempuan yang memperjuangkan kesetaraan tersebut sering disebut dengan
gerakan feminisme. Pada dasarnya, feminisme adalah paham yang beragam,
bersaing dan bahkan bertentangan dengan teori-teori sosial, gerakan politik dan
falsafah moral. Kebanyakan paham ini dimotivasi dan difokuskan perhatiannya
pada pengalaman perempuan, khususnya dalam istilah-istilah ketidakadilan sosial,
politik dan ekonomi.
Feminisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum
perempuan dan laki-laki. Gerakan ini bertujuan untuk mengubah sudut pandang
atau stigma masyarakat awam tentang posisi perempuan dalam kehidupan
bermasyarakat. Perempuan selalu saja dibanding-bandingkan dengan kaum laki-
laki dalam banyak hal. Memang tak dapat dipungkiri bahwa secara kodrati
perempuan dan laki-laki itu berbeda, mulai dari fungsi produktifitas hingga
karakter dan sifat perempuan diciptakan berbeda dengan laki-laki. Dari perbedaan
tersebut seharusnya menjadi motivasi bagi keduanya untuk saling melengkapi dan
menutupi kekurangan. Bukannya saling mengunggulkan jenisnya dan
merendahkan lawan jenis, karena pada dasarnya perempuan memiliki hak yang
setara dengan laki-laki, baik dalam menerima pendidikan, mendapatkan upah
yang adil, serta memegang jabatan publik. Feminisme menjadikan perempuan
menuntut kesetaraan hak terhadap laki-laki. Hal ini membuat perempuan memiliki
hak istimewa. Berupa kesetaraan gender dengan mencakup ranah yang lebih luas
seperti partisipasi politik, ekonomi, pendidikan, keadilan sosial, dan lain-lain.
Islam telah mengajarkan konsep kesetaraan gender dengan hak, peran, dan
posisinya masing-masing dalam kehidupan. Islam juga sangat menjunjung tinggi
harkat dan martabat kaum perempuan, sehingga kedudukan perempuan dan laki-
laki adalah sama. Di antaranya, kesamaan dalam asal muasal penciptaannya. Juga
kesamaan dalam menerima kewajiban dan ganjaran, kesamaan dalam hal
posisinya sebagai seorang hamba, dan lain sebagainya. Terdapat pula sebuah
hadits sahih yang menjelaskan; diriwayatkan oleh Abu Daud, yang artinya:
“Sesungguhnya perempuan itu adalah saudara sekandung laki-laki.”
Berdasarkan pada kesamaan persaudaraan ini, maka pada dasarnya setiap apapun
yang ditetapkan sebagai hukum bagi kaum laki-laki. Juga berlaku sepenuhnya
bagi kaum perempuan. Kecuali, jika ada keterangan dari nash syariat yang
menerangkan tentang kekhususannya. Maka teks-teks nash itulah yang menjadi
pengecualian dari hadits di atas.
PMII menyadari bahwa anggotanya perlu diberdayakan semaksimal
mungkin. Selama ini kader putri PMII dirasa belum banyak yang diberi
kesempatan untuk memaksimalkan potensinya, padahal jumlah anggota putri
PMII terbilang banyak. Untuk itu, konstitusi PMII mensyaratkan keberadaan
kader putri dalam setiap tingkatan kepengurusan PMII diberi kuota minimal 1/3
(dari PB sampai Rayon). Keberadaan wanita dalam organisai PMII juga
memberikan dampak dan pengaruh yang sangat besar. Korps PMII Putri (KOPRI)
memberikan warna tersendiri dalam kehidupan berorganisasi. Mungkin
sekelompok organisasi akan terlihat keren dan lebih membara apabila anggotanya
terdiri dari sekumpulan orang laki-laki. Namun, tanpa adanya sosok wanita akan
membuat organisasi tersebut mudah goyah dan tidak akan berkembang lebih jauh.
Karena keberadaan wanita memberikan semangat tersendiri bagi kaum laki-laki,
bukan masalah nafsu dan hasrat duniawi melainkan suatu energi positif yang
saling bersinergi dan memberikan dorongan satu sama lain untuk berkembang
lebih maju. Dengan adanya KOPRI, Kader PMII Putra akan lebih semangat
berproses dan berkembang dalam PMII. Begitu juga sebaliknya, kader KOPRI
akan nyaman berada di dalam PMII karena merasa dihargai dan tidak dipandang
sebelah mata. Karena dalam PMII kesetaraan gender selalu diperhatikan.
Kehadiran kesetaraan gender dalam Islam yang kemudian
diimplementasikan dalam kehidupan berorganisasi di kalangan kader PMII
memiliki maksud untuk memberikan kemuliaan pada perempuan. Tentu dalam
bingkai kehidupan yang berorientasi pada kehidupan akhirat setelah berkiprah di
dunia. Pada intinya, stop menilai serta merendahkan martabat perempuan. Ingat
bahwa perempuan memiliki harkat dan martabat yang perlu dijunjung tinggi
dalam pandangan Islam. Karena pada dasarnya Islam mengajarkan bahwa
perempuan dan laki-laki adalah sama. Yang membedakan antara keduanya
hanyalah ketaqwaan masing-masing individu. Laki-laki dan perempuan sama-
sama mengemban amanah dari Tuhan. Tujuannya diciptakannya manusia adalah
untuk beribadah kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai