Anda di halaman 1dari 12

KEPEMIMPINAN

WANITA DALAM
PERSPEKTIF GENDER

Dosen Pengampu : Dr. Mustiqowati Ummul Fithriyyah, M.Si


Oleh Kelompok 8

 Alviana Dewi Aisah (12070526770)


 Natasya (12070526767)
 Zahratul Husna (12070526485)
A. Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi atau institusi, lazimnya masih didominasi pria sebagai pemimpin masih begitu kuat
(Fitriani, 2018: 2) Perkembangan pemikiran dari kaum perempuan dari tahun ketahun mengalami perkembangan
yang pesat dengan zaman sekarang. Hal ini terlihat semakin banyaknya kaum perempuan yang ikut dalam kanca
politik maupun organisasi yang dapat mewakili kaum perempuan diberbagai jenis kegiatan di masyarakat. Namun
berbeda pada zaman dahulu, perempuan memiliki kemampuannya yang minim wawasan dan pengalaman yang bisa
dikatakan rendah. langkah seorang Wanita dalam berorganisasi seperti dua sisi mata uang yang sangat dilematis. Di
satu sisi Wanita berjuang sedemikian rupa untuk merealisasikan dan memaksimalkan kapasitas, sehingga hak dan
pengakuan mampu didapatkan. Di sisi lain, terdapat banyak pihak yang masih memperdebatkan terlebih
menyudutkiankan posisi wanita.
Pada dasarnya potensi yang dimiliki oleh wanita sebagai makhluk religius, individu, sosial dan budaya sebenarnya
tidak berbeda dengan laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
tentang kemampuan dasar potensial dari kedua jenis laki-laki dan perempuan (Habibah, 2015: 105). Akan tentapi
pada konteks pola dan gaya kepemimpinannya setiap orang pasti berbeda baik laki-laki maupun perempuan. Pola
kepemimpinan organisasi bisnis berbeda dengan pola kepemimpinan partai politik, berbeda pula dengan pola
kepemimpinan organisasi sosial
Teori

1. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. (annisa fitriani). Jadi
pengertian kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap Upaya seseorang atau perilaku
kelompok yang bertindak dalam suatu manajemen dalam Upaya umtuk mencapai suatu tujuan.
Kepemimpinan bisa berupa sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola
interaksi, hubungan Kerjasama antar peran, kedudukan dari satu jabatan administrative , dan
persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh. (wahjosumidjo 2003).
Teori

kepemimpinan di bagi menjadi tiga, yaitu :

1.Self Leadership yaitu memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal dalam menjalani hidup

2.team Leadership adalah sebagai memimpin orang lain

3.Organizational leadership yaitu suatu organisasi yang dipimpin oleh pemimpin organisasi yang
mampu memahami nafas bisnis Perusahaan yang dipimpinya, membangun visi dan misi
pengembangan bisnisnya —
Teori

2. gender

Gender merupakan pendapat atau persepsi seseorang terhadap perempuan atau laki-laki,
bukan berdasarkan perbedaan biologis alamiah antar jenis kelamin. Gender dalam setiap aspek
kehidupan manusia menimbulkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki, termasuk
konstruksi sosial yang menempatkan perempuan lebih rendah statusnya dibandingkan laki-laki.
Misalnya, seorang wanita dikenal lembut, cantik, penyayang, atau keibuan. Sedangkan laki-laki
dianggap kuat, rasional, maskulin dan berpendirian tangguh.
Teori

Gender merupakan atribut yang diberikan oleh masyarakat untuk mewakili perbedaan sifat,
kepribadian, karakteristik, dan fungsi tertentu antara laki-laki dan perempuan (seperti keyakinan bahwa
laki-laki rasional dalam hidup). Ketika perempuan hidup secara emosional; laki-laki berada di ruang
publik (berbuat penghidupan) sedangkan perempuan bersifat lunak, oleh karena itu bagi para feminis
gender tidak dapat dipisahkan dari bentukan atau hasil kerja konstruksi sosial, demikianlah makna
ungkapan gender sebagai konstruksi sosial. Kajian gender lebih memperhatikan aspek maskulinitas atau
feminitas seseorang. Peran gender tidak terisolasi tetapi dikaitkan dengan identitas dan karakteristik
berbeda yang diasumsikan masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang melampaui perbedaan
fisiologis dan meluas ke semua nilai.
Metode

Penyusunan artikel ini dilakukan dengan menggunakan metode literatur review(studi


pustaka)dalam membahas kepemimpinan Wanita dalam perspektif gender. Literatur review
adalah kajian ilmiah dimana memberikan gambaran yang focus mengenai suatu topik tertentu,
dengan begitu maka akan mengidentifikasi suatu teori atau metode terhadap suatu penelitian.


Hasil

Eagly dan Johnson (1990) menemukan bahwa Gaya kepemimpinan perempuan cenderung
menggunakan pendekatan yang mengajak bawahan untuk ikut mengembangkan pemikirannya
dan pemimpin ikut serta melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan, sedangkan hal ini berbeda
dengan gaya kepemimpinan Laki-laki yang cenderung hanya sekedar hubungan antar atasan
Dan bawahan dimana bawahan mengikuti perintah atasan tanpa ada kontak emosional antara
bawahan dan atasan.
Hasil
Oleh sebab itu, salah satu alasan mengapa Wanita sulit dipercaya untuk menjadi pemimpin adalah stereotip gender. Salah
satu studi menemukan bahwa ketimpangan gender masih sering ditemukan di tempat kerja. Studi yang dilakukan oleh
university of Buffalo School of Management ini telah menganalisis 136 kasus dengan melibatkan 19 ribu responden, selama 59
tahun terakhir. Peneliti menyimpulkan bahwa ketimpangan gender memang semakin berkurang dibeberapa dekade terakhir, tapi
bukan berarti benar-benar menghilang.

Memang hakikatnya seorang laki-laki adalah pemimpin, minimal sebagai pemimpin keluarga. Seorang lelaki sebagai
pemimpin juga dijelaskan di dalam firman Allah SWT, hadist Nabi Muhammad SAW, bahkan sholat berjamaah yang menjadi
imam adalah seorang laki-laki. Dari sini sudah jelas bahwa laki-laki memang diciptakan sebagai seorang pemimpin. Hal ini
karena sifat sebagaimana seorang laki-laki cenderung tegas dan dominan serta berani mengambil keputusan dan cenderung
berpikir secara logika, sementara perempuan dihubungan dengan hal-hal yang bersifat mengasihi dan mengasuh serta cara
berpikir perempuan cenderung mengedepankan perasaannya. Sikap laki-laki yang lebih vocal dan sering mengutarakan
pendapatnya dalam dalam rapat kerja, dianggap memiliki kriteria sebagai pemimpin. Sedangkan sifat feminim perempuan
membuat mereka tidak terlalu dipandang sebagai pemimpin.
Diskusi
•Kepemimpinan itu di pandang dengan jenis kelamin itu menimbulkan ketidak adilan. Lalu kepemimpinan
itu tidak di pandang siapa yang memegangnya, baik itu laki-laki maupun Wanita sekalipun. Tergantung
dengan kemampuannya yang dimiliki, visi, misi yang hendak dicapai dan mempunyai dedikasi yang kuat. Dan
yang pastinya bertanggungjawab. Wanita menjadi pemimpin bukanlah hal yang salah. Karna perempuan itu
multitasking dia bisa melakukan hal yang bersamaan di satu waktu .

•Sebenarnya kepemimpinan pria dan Wanita sama saja asalkan mereka yang memimpin memiliki :

1. Jiwa kepemimpinan yaitu pemimpin yang dapat menyakinkan orang lain dalam membangun organisasi
2. Pemimpin yang efektif yaitu seseorang yang dengan kekuasaannya mampu membuat pengikutnya untuk
mencapai kinerja yang memuaskan
3. Pemimpin yang jujur yaitu jujur terhadap iri sendiri, bertanggung jawab, tulus berpengetahuan dan berani
Kesimpulan
•Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan, yaitu

1. kepemimpinan adalah proses yang mempengaruhi orang lain baik dari segi individu ataupun kelompok. Seorang pemimpin ialah
orang yang aktif, memiliki kemampuan mempengaruhi, memiliki visi dan misi yang dicapai dan memiliki dedikasi yang kuat
2. Maskulin dan feminim adalah dua perilaku yang dimiliki oleh pria dan wanita. Prilaku tersebut berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan oleh tiap individu pria dan wanita ke dalam organisasi, kelompok dan masyarakat.
3. Gaya kepemimpinan Wanita dan Pria sangat berbeda. Baik dari segi sifat dan cara berpikirnya. Wanita yang dihubungan dengan
hal-hal yang bersifat mengasihi dan mengasuh serta cara berpikir perempuan cenderung mengedepankan perasaannya. Sementara
Pria cenderung tegas dan dominan serta berani mengambil keputusan dan berpikir secara logika,
4. Pria dan Wanita sebenarnya memiliki kemampuan yang sama untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif. Perbedaan gender
bukanlah menjadi suatu masalah, karena yang terpenting adalah memiliki efektifitas dan kredibelitas dalam memimpin agar dapat
mencapai tujuan organisasi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai