Anda di halaman 1dari 7

Perilaku Keorganisasian

MESLO PARDEDE, S.E., M.M.


0422066401
Materi pada pertemuan ini:
Kepemimpinan

Mahasiswa diharapkan mampu:


1. Meringkas kesimpulan dari teori sifat
2. Membuat batasan teori perilaku
3. Menerangkan perbedaan gender dalam gaya kepemimpinan
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
untuk mencapai tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara frontal seperti
tingkat manajerial pada suatu organisasi. Hanya karena hak tertntu diberikan
oleh organisasi terhadap manajerial tidak menjamin bahwa mereka mampu
memimpi secara efektif. ‘Nonsanctioned Leadership’ merupakan kemampuan
untuk memberi pengaruh diluar struktur formal organisasi yang kepentingannya
sama atau bahkan melebihi pengaruh struktur formal. Dengan kata lain, seorang
pemimpin dapat saja muncul dalam suatu kelompok walaupun tidak diangkat
secara formal.
Teori Sifat
Bila seseorang merinci sosok pemimpin dengan anggapan umum yang diwakili oleh media saat
ini, ia mungkin akan mencapai kualitas-kualitas seperti intelejensi, kharisma, keyakinan
membuat keputusan, kekuatan, keberanian, integritas, keyakinan diri, dan seterusnya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang efektif itu harus merupakan bagian dari Pramuka dan
dua bagain dari Jesus Christ. Pencarian akan sifat tersebut untuk membedakan pemimpin dan
yang bukan pemimpin telah dilakukan oleh para ahli psikolog yang memperlajari masalah
kepemimpinan. Penelitan terhadap pembatasan sifat-sifat ini telah menemukan jalan buntu.
Namun, usaha untuk mengidentifikasi sifat-sifat secara konsisten dapat dihubungkan dengan
masalah kepemimpinan terbukti lebih berhasil. Enam sifat yang membedakan sifat antara
pemimpin dan bukan pemimpin adalah (1) semangat dan ambisi, (2) keinginan untuk memimpin
dan mempengaruhi orang lain, (3) kejujuran dan intregritas, (4) percaya diri, (5) pintar, dan (6)
mengetahui pengetahuan teknis yang berhubungan dengan area tanggung jawab mereka. Sifat-
sifat sendiri masih belum cukup untuk menjelaskan tentang kepemimpinan. Kelemahan
utamanya adalah sifat-sifat tersebut mengabaikan faktor keadaan.
Teori Perilaku
Ketidakmampuan untuk menuai emas dalam “ladang ‘traits’” memicu para peneliti untuk
melihat perilaku yang ditujukkan oleh sebagian pemimpin. Mereka ingin mengetahui sesuatu
yang unik dari cara para pemimpin efektif berperilaku. Pendekatan individu tidak hanya dapat
menghasilkan jawaban yang lebih definitive tentang hakikat kepemimpinan. Namun, jika sukses
akan membawa sedikit perbedaan dibanding dengan pendekatan sifat. Bila teori karakter
memang bisa diakui, dan hal itu berarti menjadi pemimpin memang bakat dari lahir. Dengan
kata lain, jika ada perilaku khas yang dapat mengidentifikasikan para pemimpin, kemudian kita
dapat mengajarkan tentang kepemimpinan-kita dapat mendesain program yang menanamkan
pola perilaku tersebut pada individu-individu yang diharapkan untuk menjadi pemimpin yang
efektif. Hal ini secara meyakinkan dapat memberikan arti dalam meningkatkan suplai pemimpin.
Jika pelatihannya berjalan dengan baik, kita dapat memperolehpemimpin yang fektif dalam
jumlah tak terbatas. Sejumlah studi mengacu kepada gaya perilaku. Sekilas mari lihat dua studi
yang sangat popular yaitu Studi Ohio State dan Studi Universitas Michigan.
Studi Ohio dan Universitas Michigan
Studi Ohio State Yang paling komperhensif dan mirip dengan teori perilaku dihasilkan
oleh penelitian yang dimulai di Universitas State Ohio di sekitar akhir tahun 1940-an.
Studi ini ditujukan untuk mengidentifikasi dimensi bebas dari perilaku pemimpin. Dari
penelitia yang lebih luas, yang didasarkan pada batasan, ditemukan bahwa pemimpin
dalam initiating structure dan consideration cenderung lebih sering mencapai kinerja
dan kepuasan yang lebih tinggi.
Studi Universitas Michigan Pemimpin yang berorientasi pekerja dijelaskan sebagai
orientasi yang menekankan pada hubungan antarpersonel. Pemimpin yang berorientasi
produksi pada keadaan berbeda, cenderung menekankan pada aspek teknis atau tugas
kerja. Kesimpulan yang didapat oleh para peneliti Michigan mendukung tipe pemimpin
yang berorientasi pekerja dalam perilaku mereka. Pemimpin yang berorietntasi produksi
cenderung dihubungkan dengan kepuasan dan produktivitas kerja kelompok yang
rendah.
Gender Sebagai Suatu Variabel
Kontinjensi
Suatu tinjauan yang luas terhadap literature memberikan dua kesimpulan yang berhubungan
dengan gender dan kepemimpinan. Kesimpulan pertama, kesamaan antara pria dan wanita
dalam gaya kpemimpinan cenderung melebihi perbedaannya. Kesimpulan kedua, perbedaannya
adalah wanita cenderung memilih gaya kepemipinan yang demokratis, sedangkan pria lebih
senang dengan gaya instruksi. Kenyataannya bahwa pria secara historis memegang sebagian
besar jabatan dalam organisasi, menarik kita untuk mengasumsikan bahwa eksistensi pekerjaan
pria dan wanita cendrung secara otomatis membuat wanita bekerja meniru pria. Kenyataannya
tidak. Pada organisasi sekarang, fleksibilitas, kerja tim, kepercayaan dan penyebaran informasi
mengubah struktur, individualisme yang kompetitif, control dan kerahasiaan. Para manajer
terbaik mendengar, memotivasi dan memberikan tukungan terhadap anggotanya. Tampaknya
banyak wanita justru melakukan hal ini lebih baik dari pria. Gaya kepemimpinan wanita biasanya
mampu membuat mereka lebih baik dari pria dalam hal negosiasi karena mereka sepertinya
tidak berfokus pada menang, kalah, dan persaingan. Mereka cenderung melakukan negosiasi
Dalam konteks hubungan berlanjut.

Anda mungkin juga menyukai