Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

KEPEMIMPINAN DALAM SEKTOR PUBLIK

OLEH
LA ODE SAFARUDIN
NIM : S1A117033

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI

2019
1. Good Governance Dan Pembaruan Hukum Di Indonesia:
Refleksi Dalam Penelitian Sosio-Legal

Good Governance merupakan suatu nutrisi yang tepat untuk mengatasi


kelemahan sistem hukum Indonesia, birokrasi yang korup, dan kepemimpinan
politik predatoric. Dalam hal ini, harus dilihat lebih dekat, apa yang sebenarnya
keunggulan yang dimiliki saat GG adalah berbicara? Jelas, hukum adalah salah
satu alat untuk memastikan pengoperasian mantra dalam pelaksanaannya, dan
didasarkan pada penelitian utama yang dilakukan pada tahun 2005-2006, dengan
fokus pada isuReformasi Hukum dengan menerapkan pendekatan sosio-legal.
fakta yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan cita-cita bangunan politik
atau diformalkan atau terwujud hukum dan kebijakan. Sebagai contoh, satu studi
menunjukkan bahwa GG dalam konteks reformasi hukum di Indonesia
sebenarnya sangat menakutkan dan melemahnya jaminan hak asasi manusia.
Hukum, khususnya produk legislasi dan lembaga, sertatransmisi mesin yang
dominan dalam mengadvokasi pasar bebas (pasar reformasi hukum ramah gratis).
Mungkin, kesimpulan tidak populer di tengah-tengah pidato ejaan bising GG dan
proyekproyeknya. Namun demikian, Indonesia saat ini menunjukkan kelanjutan
dari korupsi besar-besaran, pelanggaran HAM, impunitas dan semua situasi non-
perlindungan dalam sistem hukum Indonesia.

Kata Kunci: Pembaharuan Hukum, Reformasi Hukum, Pendekatan Sosio Legal

Daftar Pustaka: Abrahamsen, Rita (2000) Disciplining Democracy: Development


Discourse and Good Governance in Africa. New York : Zed Books.

2.Mengejar Pemimpin Ideal( Memompa ban kempes)


berkali – kali indonesia mengalami pergantian pemimpin, baik level lokal
maupun nasioanal, tetapi seakan masih jauh dari konsep kepemimpinan yang
ideal.soekarno lahir sebagai bapaknegara yang menggebrak, tetapi pada akhirnya
dia tergelincir pada kediktatoran. Soeharto hadir membawa konsep.ironisnya dia
juga lengah dan akhirnya terperangkap dalam sistim orde baru yang
korup.Habibie, Gus Dur, Megawati, Hingga SBY pun akhirnya belum mampu
mempersentasikan konsep kepemimpinan ideal yang berhasil dan dapat diterima
oleh semua pihak. Dan pada tahun 2014 Indonesia mengadakan pemilihan
presiden. Dengan memperhadapka bapak Jokowi dan Bapak Prabowo.yang
dimana keduanya memiliki kelebiahan masing – masing dan pada kahirnya KPU
mengumumkan Bpk Jokowi sebagai presidden terpilih.
Pemimpin yang ideal diibaratkan sebuah motor, ada dua ban yang
bergerak. Kedua ban ini harus sama-sama mendapatkan angin yang cukup. Jika
hanya ban depan saja bertekanan udara bagus, sementara ban belakangnya
kempis, maka motor itu tidak akan berjalan dengan baik.Ban depan
merepresentasikan pihak yang menjalankan pemerintahan. Sementara ban
belakang mewakili pihak oposisi. Maka ban belakang harus dipompa agar sama
kuatnya dengan ban depan. Artinya kaum oposan harus senantiasa dikuatkan agar
dapat menjadi kekuatan penyeimbang bagi jalannya pemerintahan.

Kata Kunci :Mengejar Pemimpin Ideal

Daftar Pustaka:Rachmanto, R. (2016). Mengejar Pemimpin Ideal. Jurnal


Kawistara, 4(1), 104–105. https://doi.org/10.22146/kawistara.5236

3. Kajian Hukum Terhadap Representasi Kepemimpinan


Wanita Sebagai Wujud Birokrasi Yang Profesional
Gender merupakan hasil sosialisasi dan enkulturasi seseorang atau Gender
merupakan hasil konstruksi sosial yang terdiri dari sifat, sikap dan perilaku
seseorang pelajari. Gender mempelajari berbagai sifat dan perilaku yang dianggap
pantas bagi dirinya karena ia berjenis kelamin perempu tiga faktor yang menjadi
lemahnya kedudukan dan peran perempuan sebagai berikut : Faktor Budaya,
Faktor Individual, dan struktur kelembagaan. Indonesia menjadi Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi engenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. Berkaitan dengan
ratifikasi Konvensi Perempuan ini antara lain berarti mempromosikan seluas
mungkin hak-hak perempuan, Indonesia menjamin bagi wanita, atas dasar
persamaan dengan pria, untuk terlindungi hak-haknya. Penelitianan ini
mefokuskan pada kajian hukum berkaitan dengan dampak ratifikasi tersebut
dalam mewujudkan kontribusi peran perempuan dalam kontribusi Metode yang
digunakan adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan kasus untuk
menyelesaikan permasalah terhadap representasi kepemimpinan wanita sebagai
wujud birokrasi yang profesional setelah Indonesia meratifikasi konvensi
perempuan tersebut. Bentuk pelaksanaan dari undangundang yang merupakan
ratifikasi konvensi perempuan internasional tersebut tidak dilaksanakan dalam
setiap kehidupan bangsa dan negara, masih banyak penyalahgunaan dan ketidak
adilan terhadap peran perempuan dalam birokasi di Indonesia. Ratifikasi tersebut
mengharuskan pemerintah mengutamakan hak perempuan sebagai pemimpin
untuk mewujudkan birokasi yang profesional.

Kata Kunci :Birokrasi, Diskriminasi, Gender, Kepemimpinan Wanita, Profesional.

Daftar Pustaka:Nurita, R. F. (2018). Kajian Hukum Terhadap Representasi


Kepemimpinan Wanita Sebagai Wujud Birokrasi Yang Profesional. Jurnal
Cakrawala Hukum, 8(2), 201–210. https://doi.org/10.26905/idjch.v8i2.1675

4. PERKEMBANGAN NU DI TANAH MANDAILING

Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Sumatera Utara berdiri setelah


ndonesia merdeka, yaitu pada tahun 1947 di Padangsidimpuan Tapanuli Selatan.
Proses pendirian organisasi ini disponsori oleh para lulusan Madrasah
Musthafawiyah Purbabaru dan didukungsepenuhnya oleh Syekh Musthafa Husein
sebagai ulama terkemuka pada waktu itu. Sebelum berdirinya NU di daerah ini,
telah berdiri organisasi-organisasi Islam seperti Al Jam’iyatul Washliyah, Sarekat
Islam (SI), Muhammadiyah dan Al-Ittihadiyah Islamiyah Indonesia (AII) yang
berpusat di Purbabaru. AII adalah organisasi yang bersifat lokal dan lebih tepat
dinamakan semacam perkumpulan, karena anggotanya hanya para lulusan dan
murid Madrasah Musthafawiyah. Pada waktu NU didirikan, Al-Ittihadiyah
Islamiyah Indonesia dilebur ke dalam Nahdlatul Ulama, begitu juga sebagian kecil
tokoh Al Washliyah. Proses berdirinya NU di Sumatera Utara dimulai dari
pemikiran untuk melaksanakan tabligh akbar di Panyabungan sebagai pernyataan
dan syukuran atas kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Atas
prakarsa sejumlah tokoh, di antaranya M. Nuddin Lubis, dari pemuda Islam yang
umumnya adalah lulusan Madrasah Musthafawiyah, dan kegiatan ini dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari Syekh Musthafa Husein Purbabaru dan ulama
lainnya di Mandailing, di antaranya Syekh Ja’far Abdul Kadir.Tabligh akbar ini
dilakukan pada tahun 1946 bertempat di Madrasah Mardiyah Islamiyah (MMI)
Panyabungan (Madrasah yang dibangun dan diasuh Syekh Ja’far Abdul Kadir
berdiri tahun 1935). Pembinaan dan pengembangan NU di Sumatera Utara pada
awal berdirinya tahun 1947-1953 adalah dilakukan melalui jalur kultural dan
struktural. Pendekatan kultural adalah melalui para ulama yang berpusat di
Purbabaru Mandailing, juga keterlibatanguru-guru agama yang umumnya adalah
lulusan Madrasah Musthafawiyah.
Kata Kunci :Nahdlatul Ulama,politik, Mandailing, Pesantren Musthafawiyah

Daftar Pustaka:Pulungan, A. (2018). NAHDLATUL ULAMA DI LUAR JAWA:


Perkembangan di Tanah Mandailing. Journal of Contemporary Islam and Muslim
Societies, 2(1), 91. https://doi.org/10.30821/jcims.v2i1.1747

5.studi kasus pengembangan kapasitas kelembagaan pemerintah kabupaten


Sragen
Studi kasus pengembangan kapasitas kelembagaan pemerintah kabupaten
sragen dilakukan berdasarkan konsep reformasi dan dalam penataan berlangsung
tiga tahap. Tahap pertama the efesiensi drive yang dilaksanakan menutup celah
ketidakpastian hal ini bisa dilihat dari perizinan dan non perizinan masyarakat
mendapat kepastian tentang jangka waktu penyelesaian berkas, jumlah biaya dan
prosedur pelayanan. Tahap kedua dowsizin desentrazilation yang di berikan pada
tahap pemberian kewenangan pada kepala BPT di bidang perizinan oleh bupati
melalui keputusan bupati no 22A thn 2002 dan tahapketiga yaitu inseal of
excelence yng melakukan revormasi dengan cara merubah tata nilai yang
mencakup polapikir, perilaku dan cara kerja melalui pemahaman – pemahaman
nilai kerja baru dan semangat publik.
Kata Kunci :Reformasi birokrasi, pembangunan kapasistas, layanan publik,
desentralsasi

Daftar Pustaka :Rihandoyo, R., & Djumiarti, T. (2007). Studi Kasus


Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sragen. Jurnal
Ilmu Sosial, Vol. 6, pp. 42–57.
6. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektivitas Organisasi
Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika Kota Medan

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan yang merupakan bagian


atau sub sistem dari sistem birokrasi negara, dengan sendiriya tidak luput dari
tuntutan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola sumber daya dan dana
baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun yang berasal dari daerah sendiri.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
(1) untuk menganalisis seberapa besar faktor kepemimpinan berhubungan dengan
efektivitas organisasi,
(2) untuk menganalisis seberapa besar faktor motivasi berhubungan terhadap
efektivitas organisasi,
(3) untuk menganalisis seberapa besar faktor kemampuan personal berhubungan
terhadap efektivitas organisasi,dan
(4) Untuk menganalisis seberapa besar faktor kepemimpinan, motivasi dan
kemampuan personal berhubungan terhadap efektivitas organisasi

Kata Kunci :Efektivitas Organisasi, Kepemimpinan, Motivasi, dan Kemampuan


Persona

Daftar Pustaka :Simarmata, A. P., Sihombing, M., & Suryadi, A. (2016). Analisis
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektivitas Organisasi Pada Dinas
Komunikasi Dan Informatika Kota Medan Analysis Of Related Factors With
Organization Effectiveness Of Communication And Informatics Medan City.
Jurnal Administrasi Publik, 6(1), 31–40.

7. Penerapan ICT dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Bantul

Transformasi birokrasi menjadi keharusan. Salah satu cara transformasi


birokrasi dalam pelayanan publik adalah penerapan teknologi informasi dan
komunikasi (ICT) dalam pelayanan publik. Praksarsa dan implementasi Teknologi
Informasi Komunikasi di pemerintah daerah harus mengu-bah birokrasi
pemerintah daerah dalam pelayanan publik. Di Bantul, bagaimanapun, Praksarsa
dan Implementasi ICT belum berhasil mengubah birokrasi pemerintah daerah
dalam pelayanan publik. Penelitian ini akan dinilai pada dampak Prakarsa dan
Implementasi ICT pada transformasi birokrasi dalam pelayanan publik. Metode
penelitian campuran yang terpilih untuk menjawab dan analisis fenomena.
Penelitian ini menemukan bahwa pengaruh Prakarsa ICT pada transformasi
birokrasi di Kabupaten Bantul hanya 18%. Pengaruh rendah dari pelaksanaan
sistem ICT di kota-kota dipengaruhi oleh budaya yang Patronase yang kuat,
struktur organisasi hirarkis dan regulasi terpusat pada struktur pemerintah daerah,
kapasitas rendah e-kepemimpinan middle leader, dan tidak ada delegasi dari top
leader ke middle management.

Kata Kunci :pelayanan publik; birokrasi; transformasi; budaya; ICT

Daftar Pustaka:Supardal, S. (2017). Penerapan ICT dalam Pelayanan Publik di


Kabupaten Bantul. Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan, 6(2), 120.
https://doi.org/10.26618/ojip.v6i2.272

8. Prospektif Kepemimpinan Pelayanan dan Budaya Organisasi dalam


Mewujudkan Birokrasi Pertanahan yang Berkinerja (Studi di Kantor
Pertanahan Kabupaten Madiun)

Kepemimpinan pelayanan yang diterapkan dengan baik dalam suatu


organisasi, diyakini dapat membawa dampak yang baik bagi organisasi (Sendjaya
dan Sarros, 2002). Kepemimpinan pelayanan dapat diimplementasikan pada
organisasi sektor prifat maupun publik, dia model kepemimpinan yang
mempersatukan antara konsep pemimpin dan pelayan. Pada konteks
pemerintah/organisasi publik, kepemimpinan pelayanan adalah salah satu jawaban
untuk meningkatkan pelayanan publik karena paling dekat dengan etos pelayanan
yang menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah/birokrasi. Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagai institusi pemerintah
pusat dan penyelenggara pelayanan publik bidang pertanahan, pada masa Kabinet
kerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, dengan semangat reformasi
birokrasi mempopulerkan tagline “Senang Memudahkan”, sebuah kalimat
sederhana yang dijiwai semangat pelayanan kepada masyarakat. penerapan
kepemimpinan pelayanan pada budaya organisasi di Kantor Pertanahan
Kabupaten Madiun, kemudian penerapan kepemimpinan pelayanan juga
berpengaruh signifikan pada kinerja aparatur/pegawai. Penelitian juga
menyimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan budaya organisasi pada kinerja
pegawai/aparatur, jadi semakin kuat budaya organisasi maka akan semakin
meningkatkan kinerja birokrasi.

Kata kunci: Kepemimpinan pelayanan, budaya organisasi, kinerja,


birokrasi, pertanahan.
Daftar Pustaka :Amrullah, M. N. K., & Riani, A. L. (2019). Prospektif Kepemimpinan
Pelayanan dan Budaya Organisasi dalam Mewujudkan Birokrasi Pertanahan yang
Berkinerja (Studi di Kantor Pertanahan Kabupaten Madiun). Al Tijarah, 4(1), 1.
https://doi.org/10.21111/tijarah.v4i1.2369

9. Efektifitas Kepemimpinan Dalam Manajemen Berbasis madrasah

Kepemimpinan mempengaruhi perilaku orang lain kearah tujuan tertentu


sebagai indikator keberhasilan seesorang pemimpin. Penerapan kepemimpinan
kepala madrasah sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan
anggota/bawahan dan sumber daya pendukung organisasi. Kepemimpinan dalam
bidang pendidikan lebih mengarah kepada pemberdayaan seluruh potensi
organisasi dan menempatkan bawahan sebagai penentu keberhasilan pencapaian
organisasi, maka sentuhan terhadap faktor-faktor yang dapat menimbulkan moral
kerja dan semangat untuk berprestasi menjadi perhatian utama. Tujuan utama
manajemen berbasis madrasah (MBM) adalah meningkatkan efisiensi mutu dan
pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi dicapai melalui keleluasaan
mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan
birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan
pengelolaan sekolah, peningakatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan
hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan
suasana yang kondusif. Kementerian Pendidikan Nasional mendeskripsikan
bahwa tujuan pelaksanaan MBM adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif madrasah dalam mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia, meningkatkan kepedulian warga madrasah dan masyarakat
dalam peyelenggaran pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama,
meningkatkan tanggung jawab madrasah kepada orang tua, masyarakat dan
pemerintah tentang mutu madrasahnya, serta meningkatkan kompetensi yang
sehat antar madrasah tetang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Kata kunci:Efektifitas, Kepemimpinan dan Manajemen Berbasis Madrasa

Daftar Pustaka:Ajefri, F. (2017). Efektivitas gaya kepemimpinan dalam manajemen


berbasis madrasah. (I).
10. Reformasi Birokrasi Ala Pemerintah Kota Pontianak Bureaucratic
Reform By The Government Of Pontianak City

Reformasi birokrasi diperlukan agar birokrasi sebagai bagian dari institusi


penyelenggara pemerintahan selalu menempatkan kepentingan publik sebagai
panglima. Bahwa birokrasi dan aparaturmya harus peduli terhadap kepentingan
publik dan selalu menjadikan kepentingan publik sebagai kriteria utama dalam
pengambilan keputusan. pengambilan keputusan peran kepemimpinan yang kuat
dari Walikota Sutarmidji dan faktor interaksi publik dengan penyelenggara
pemerintahan menjadi elemen penting dalam pelaksanaan reform di tubuh
birokrasi Kota Pontianak. Adapun pendekatan manajemen perubahan yang
diterapkan dalam rangka percepatan reformasi birokrasi di lokus penelitian ini
adalah pendekatan kekuasaan-koersif dan pendekatan normatif-reedukatif. Kedua
pendekatan ini telah berhasil mengubah wajah birokrasi Kota Pontianak menjadi
lebih melayani publik, prima, cepat, murah dan bahkan gratis, aman, mudah,
transparan, dan adil
Kata Kunci : Reformasi Birokrasi, Pemerintah Kota Pontianak

Daftar Pustaka:Rustan, A., Wismono, F. H., Ramdhani, L. E., & Aziza, T. N.


(2014). Reformasi Birokrasi ala Pemerintah Kota Pontianak. Jurnal Borneo
Administrator, 10(2), 167–191.

11. Reformasi di Kementerian Pertahanan RI

Reformasi bidang pertahanan yang dialami Indonesia sejak disahkan UU


Pertahanan Negara dan UU TNI hingga kini belum selesai karena beberapa faktor
yang cukup menghambat reformasi ini. Beberapa faktor yang menghambat, yaitu
masih ada budaya paternalistik dalam birokrasi, masih ada ketidakjelasan
kedudukan antara menteri pertahanan dan panglima TNI dalam pembagian
wewenang khususnya terkait hubungan sipil-militer dan kepemimpinan sipil yang
lemah dalam mengelola reformasi di Kementerian Pertahanan. Hingga saat ini
implementasi supremasi sipil masih samar di Kementerian Pertahanan, walaupun
secara faktual menteri pertahanan berasal dari sipil, tapi di sisi lain dominasi
militer dalam jabatan pengambilan keputusan masih terjadi. Padahal supremasi
sipil seharusnya direpresentasikan dalam wujud nyata bukan hanya dari hanya
dari satu posisi pimpinan, yakni bagaimana otoritas sipil secara dominan dapat
mengambil keputusan politik yang otonom sesuai dengan kebijakan negara yang
dimandatkan oleh UU dan aturan yang ada.
Kata Kunci :reformasi pertahanan, hubungan sipil militer, supremasi sipil.

Daftar Pustaka:Sukadis, B. (n.d.). Reformasi di Kementerian Pertahanan RI.


189–204

12.KEPEMIMPINAN EFEKTIF DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH

Kepemimpinan mempengaruhi perilaku orang lain kearah tujuan tertentu


sebagai indikator keberhasilan seesorang pemimpin. Penerapan kepemimpinan
sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan anggota/bawahan dn sumber
daya pendukung organisasi. Perasaan dihargai, dilibatkan dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan bidang tugasnya dan perhatian pimpinan
terhadap keluhan, kebutuhan, saran dan pendapat bawahan merupakan pra syarat
bagi terciptanya iklim kerja yang kondusif. Melaksanakan program-program
untuk merealisasikan rencana jangka pendek manajemen berbasis sekolah. Dalam
pelaksanaan, semua input yang diperlukan untuk berlangsungnya proses
(pelaksanaan) manajemen berbasis sekolah harus siap. Jika input tidak siap/tidak
memadai, maka tujuan situasional tidak akan tercapai. Yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan adalah pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, dan
pengelolaan proses belajar mengajar. Tujuan utama manajemen berbasis sekolah
(MBS) adalah meningkatkan efisiensi mutu dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi dicapai melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang
ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu
diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah,
peningakatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol,
serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif.
Menurut Kustini Hardi, ada tiga tujuan manajemen berbasis sekolah (MBS).
Pertama, mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur
komite sekolah dalam aspek manajemen berbasis sekolah (MBS) untuk
meningkatkan mutu sekolah. Kedua, mengembangkan kemampuan kepala
sekolah bersama guru dan unsur komite sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
setempat. Ketiga, mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif dalam
masalah umum persekolahan dari sekolah untuk membantu peningkatan mutu
sekolah. Kementerian Pendidikan Nasional mendeskripsikan bahwa tujuan
pelaksanaan MBS adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian
dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
peyelenggaran pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama,
meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya, serta meningkatkan kompetensi yang sehat
antar sekolah tetang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Kata Kunci :kepemimpinan efektif dan manajemen berbasis sekolah

Daftar Pustaka:Daryanto, H.M, Administrasi Pendidikan, Jakarta, Rineka

13.Konsep Kepemimpinan Dalam Reformasi Birokrasi:Aktualisasi


Pemimpin Dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance
Pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang sama dalam
mengelolalembaga negara melalui reformasi birokrasi, untuk membangun pola
Perbaikansecara Bersama Dengan Prinsip-Prinsip Keadilan Dan Kebaikan.
Perkembangan reformasi birokrasi menunjukkan bahwa pelayanan publik masih
lemah. Hal inidipengaruhi oleh struktur birokrasi yang gemuk dan jumlah
pegawai yangberlebih, sehingga terjadi tumpang tindih fungsi dan wewenang.
Tingginyaangka Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh
oknumbirokrat juga menjadi pemicu lambannya pencapaian tujuan reformasi
birokrasi. pemimpin berpengaruh terhadap lemahnya kinerja birokrasi diberbagai
tingkatan dan level. Sementara itu, pemimpin yang kompeten dan profesional
belum banyak. Masih berkembangnya model patrimonialisme (dimana pemimpin
harus dilayani dan bukan melayani, memunculkan pegawai yang bekerja atas
dasar keinginan pemimpin dan bukan kesadaran dari dalam dirinya), akan
berdampak terhadap lemahnya pelayanan. Peran pemimpin sebagai agen
perubahan yaitu harus mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
manajemen dan pengelolaan birokrasi. Peran ini dilakukan melalui transparansi,
akuntabilitas, kompetensi, dan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya.
Kepemimpinan seperti ini bertujuan menciptakan organisasi birokrasi yang adil
dan baik sebagai aktualisasi pemimpin dalam penguatan kapasitas lembaga negara
terhadap tujuan pemerintahan, yaitu good governance.
Kata Kunci :kepemimpinan, reformasi birokrasi, pelayanan publik, good
governance

Daftar Pustaka:Hayat, H. (2014). Kosep Kepemimpinan Dalam Reformasi


Birokrasi: Aktualisasi Pemimpin Dalam Pelayanan Publik Menuju Good
Governance. Jurnal Borneo Administrator, 10(1), 59–84. Retrieved from
http://samarinda.lan.go.id/jba/index.php/jba/article/view/165

14. REVIEW JURNAL FENOMENA KEPEMIMPINAN FENOMENAL


The Phenomenon of Phenomenal Leadership
Joko Widodo, Tri Rismaharini dan Ridwan Kamil adalah tiga nama yang
beberapa tahun belakangan ini namanya sering muncul dan menghiasi media
berkat keberhasilan kepemimpinannya di Solo, Surabaya dan Bandung.Studi ini
selain bertujuan untuk mengungkapkan bahwa faktor kepemimpinan mereka
menjadi faktor utama dalam perubahan positif yang terjadi di daerah masing-
masing, juga ingin memotret seperti apa pendekatan perubahan serta gaya
kepemimpinan yang mereka gunakan di masing-masing daerah tersebut. Studi ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data
dikumpulkan melalui pendekatan studi kepustakaan dengan mengumpulkan
berbagai bahan dari buku, jurnal, hasil penelitian, koran, bulletin, serta data dan
informasi lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jokowi dan Emil
mempunyai model pendekatan yang sama yaitu gabungan antara pendekatan
Rasional-Empiris dan Normatif-Reedukatif, sedangkan Risma menggunakan
model pendekatan Normatif-Reedukatif dan Lingkungan-Adaptif. Untuk model
kepemimpinan, ketiganya menganut gaya kepemimpinan transformasional, tetapi
Emil memadukannya dengan gaya kepemimpinan karismatik. Meski ada sedikit
perbedaan, namun model pendekatan dan gaya kepemimpinan tersebut
menjadikan ketiganya sebagai pemimpin yang berhasil dengan tingkat
keberhasilan yang paling tinggi, yang berhasil menjadikan daerahnya mengalami
perubahan positif dari waktu ke waktu dalam kerangka perwujudan percepatan
reformasi birokrasi.
Kata Kunci :kepemimpinan, pendekatan perubahan, fenomenal, kepemimpinan

Daftar Pustaka:Ramdhani, L. E. (2015). Fenomena kepemimpinan fenomenal 1.


11(3), 268–296

15. ANALISIS KINERJA APARATUR BIROKRASI


(Studi pada Bagian Sekretariat Daerah Kabupaten Labuhanbatu)

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat


(publik) merupakan perwujudan dan fungsi aparatur negara sebagai pelayan
masyarakat (abdi), disamping sebagai abdi negara. Dalam konteks ini masyarakatlah
sebagai aktor utama (pelaku) pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban
untuk mengarahkan membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang
kegiatan-kegiatan dari masyarakat tersebut. Kinerja aparatur pada sekreteriat Daerah
Kabupaten Labuhan Batu sangat dipengaruhui oleh factor budaya dan kepemimpinan
yang ditunjukan para pemimpin kepada pegawai melalui sikap dan keteladanan serta
etos kerja yang tinggi dapat mempengaruhi perilaku aparat serta memberikan
motivasi dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa
untuk mencapai visi misi seketariat Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Sistem
komunikasi yang diterapkan sangat komunikatif artinya telah sesuai dengan norma-
norma dan tika atara pimpinan dan staf.

Kata kunci :Analisis Kinerja, Prilaku aparatur birokasi

Daftar Pustaka:Arikunto Suharsimi, (1996), Prosedur Penelitian, Jakarta,


Rineke Cipta.

16. PERILAKU BIROKRASI PEMERINTAH DALAM PELAYANAN


PUSKESMAS DI KOTA MAKASSAR

Puskesmas merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi melakukan


pelayanan kesehatan dasar menuju paradigma sehat. Pelayanan kesehatan terdiri
dari pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
dengan kegiatan bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. perilaku
birokrasi dengan prinsip rasionalitas universal belum inovatif melakukan program-
program pelayanan kesehatan sehingga pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kesehatan
berlangsung apa adanya, perilaku birokrasi dengan prinsip hirarki kurang terkoordinasi
baik sehingga beban tugas ganda menjadi kurang terkendali, dan perilaku birokrasi
dengan prinsip diskresi kurang memperoleh kebebasan menjalankan kewenangan sesuai
kebutuhan riil Puskesmas dari kebijakan yang bersifat top-down. Aspek kualitas
pelayanan puskesmas, tersedianya sarana dan prasarana pendukung program pelayanan
kurang terjangkau, kepuasan masyarakat dari kualitas yang diterimanya ditentukan oleh
kondisi masyarakat setempat. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penerapan perilaku
birokrasi puskesmas yang dapat berlangsung efisien mendukung proses penyelenggaraan
pelayanan melalui kepemimpinan transformasional, birokrasi profesional dan
kewenangan khusus.
Kata Kunci :Pelayanan Publik, Instansi Pemerintah

Daftar Pustaka:Hamzah, O. S. (2014). Perilaku birokrasi pemerintah dalam pelayanan


puskesmas di kota makassar onno sahlania hamzah. 4(1).

17. NEGOSIASI OTORITAS KEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN


PABELAN MASA KEPEMIMPINAN KYAI HAMAM DJA’FAR 1965-1993

Pesantren merupakan lembaga di mana kepemimpinannya berdasarkan


keturunan dari pendiri. Namun dengan adanya perkembangan zaman, pondok
pesantren sudah mulai mengalami perubahan sistem di dalamnya dengan adanya
birokrasi di pesantren. Birokratisasi pesantren ini tentunya berdampak pada
otoritas kyai di mana kepemimpinan berdasarakan keturunan berubah menjadi
kualifikasi tertentu. Adanya birokratisasi pesantren tidak menghilangkan otoritas
tradisional yang ada. Hal ini dikarenakan di dalam birokrasi tersebut terdapat
beberapa anggota keluarga yang menjabati posisi tertentu, sehingga antara otoritas
tradisional dan legal tetap berlaku di dalam pondok pesantren modern. Gabungan
antara otoritas tradisional dan otoritas legal sudah menjadi tuntutan untuk
keberlangsungan hidup pesantren. Adanya otoritas tradisional disebabkan budaya
yang ada di masyarakat, sementara otoritas legal sudah menjadi kebutuhan dari
perkembangan zaman.
Kata Kunci :pesantren, keturunan, birokrasi dan otoritas

Daftar Pustaka:Far, D. J. A. (2017). Negosiasi Otoritas Kepemimpinan Pondok


Pesantren Pabelan ...11(April), 141–156.
18. MENCIPTAKAN GOOD GOVERNANCE MELALUI INOVASI
PELAYANAN PUBLIK DI KOTA SURAKARTA

Kinerja optimal pelayanan publik sangat penting dalam rangka


meningkatkan daya aing daerah serta mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik. Keberhasilan dari pembangunan ditentukan oleh implementasi
kebijakan yang benar dan sesuai. Mewujudkan iklim kompetitif sebagai
pengejawantahan sebuah konsepsi inovasi merupakan bagian tidak terpisahkan
bagi kemajuan suatu daerah.Oleh karena itu pengembangan budaya inovasi
menjadi salah satu aspek budayabirokrasi yang sangat penting bagi keberhasilan
reformasi birokrasi.Keberhasilan Kota Surakarta dalam mengembangkan inovasi
menjadi daya tarik, meskipun sudah berganti kepemimpinan. Program inovatif
terus bergulir seperti pemeliharaanpelayanan KTP satu jam, dan yang lainnya.
Adanya kerjasama dengan stakeholders dan masyarakat membuat program
inovatif tersebut menjadi menjadi unggulan dan kebanggaan pemerintah kota
Surakarta. Perencanaan program serta anggaran merupakan faktor pendukung
dalam keberlangsungan program perbaikan pelayanan publik.

Kata Kunci :pelayanan publik, inovasi, Kota Surakarta, good governance

Daftar Pustaka:Governance, G., Good, C., Through, G., In, I., Service, P., &
Surakarta, A. T. (2016). Good governance. 12(3), 239–258.

19. Gaya Kepemimpinan Kepala Perputakaan Di Dinas Perputakaan


Umum Dan Arsip Kota Malang
gaya kepemimpinan yang di lakukan kepala perpustakaan DPAD dalam
memecahkan masalah dan mengambil keputusan ialah dengan cara mjusyawarah.
Dalam pengambilan keputusan kepala perpustakaan akan berdiskusi dengan
bawahan tak lain ialah sekertaris dan kepala bidang . namun jika pemasalahan
belum bisan di pecahkan dan perlu berdiskusi dengan tenaga operasionl dan staff
maka akan di adakan rapat seluruh pegawai.dalam kepemimpinannya kepala
perpustakaan DPAD kota malang ketiaka rapat organisasi menunjukan siakp
menerima dan menampung semua pendapat kritik dan saran di sampaikan ioleh
bawahan untuk kepentingan lembaga.

Kata Kunci :gaya kepemimpinan bentuk motivasi,Dampak kepemimpinan


perpustakaan umum
Daftar Pustaka:gaya kepemimpinan bentuk motivasi,Dampak kepemimpinan
perpustakaan umum. (n.d.).

20.KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH DAERAH


(Kasus Pelayanan IMB pada KPTSA Kabupaten Bone)

Kualitas pelayanan publik di Kantor Pela- yanan Terpadu Satu Atap


(KPTSA) Kabupaten Bone dapat dikatakan masih rendah, hal ini disebabkan
antara lain; Masih tidak konsis- tennya antara waktu tunggu dengan waktu
penyelesaian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai
konsumen., Belum adanya sistem yang terkomputerisasi dan terintegrasi online
dengan instansi terkait. Pelayanan kepada masyarakat dilayani dengan tanggap
dan cepat, namun daya inisiatif dan kreativitas masih kurang, terlalu prosedural.
Mengukur kualitas pelayanan publik dalam Izin Bangunan di kantor pelayanan satu atap
Kabupaten Bone, dengan menggunakan indikator kemampuan aparatur, sistem layanan
dan faktor yang berpengaruh dalam pelayanan Membangun izin untuk mengetahui
gambaran struktur organisasi, pendidikan dan pelatihan, kemampuan untuk bekerja
selesai sesuai jadwal, kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, kejelasan layanan
informasi, keamanan dan perlindungan kepada konsumen di Kantor Pelayanan Satu Atap
(KPTSA) Kabupaten Bone. Faktor- faktor yang mempengaruhi pelayanan publik Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), antara lain; ketepatan waktu, kemudahan pengajuan,
akurasi pelayanan, biaya pelayanan. Faktor adalah barometer konsumen atau penggunaan
layanan, sehingga apakah layanan yang diberikan oleh pemerintah kembali ke hal-hal
tersebut di atas. Dalam layanan publik lebih lanjut harus mengembangkan kualitas
sumber daya manusia dan demokratisasi, model kepemimpinan harus bergeser dari
kekuasaan ke pendekatan keahlian (dari macho untuk maestro) dan berjiwa demokratis,
dekat dengan bawahan dan menerapkan model birokrasi humanistik adalah meletakkan
manusia dalam proporsinya.

Kata Kunci :Kualitas, Pelayanan Satu Atap, Pemerintah Daerah

Daftar Pustaka :Yunus, R. (2017). Kualitas Pelayanan Publik Pemerintah


Daerah (Kasus Pelayanan IMB pada KPTSA Kabupaten Bone). Otoritas :
Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1(2). https://doi.org/10.26618/ojip.v1i2.28
21. Politisasi Pejabat Struktural Eselon II di Lingkungan Sekretariat Daerah
KabupatenMuna Sulawesi Tenggara
Pelaksanaan pemerintahan di lingkungan Sekretariat
Daerah Kabupaten Muna belum berjalan optimal Ini karena
pengawasan yang lemah oleh lembaga-lembaga terkait baik
tingkat provinsi maupun pusat, termasuk pengawasan dari
Badan Kepegawaian Negara (BKN), Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), masyarakat maupun internal Pegawai
NegeriSipil (PNS) atas berlakunyaUndang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah danUndang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dalam
hal politisasi birokrasi.Politisasi birokrasi yangterjadi di
lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Muna Sulawesi
Tenggara telah menimbulkan dampak yang serius bagi kinerja
birokrasi .Hal ini dapat terjadi di lingkungan birokrasi
lainnya.Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, beberapa
masukan untuk Mencegah terjadinya politisasi birokrasi terutama
di lingkungan sekretariat daerah dapat menjadi perhatian:
 Pertama,ptimalisasiperansekretariatdaerahsebagailembagater
tinggidalambirokrasidaerahterhadappenyelesaianmasalahpeja
batstrukturalbersamainstansiterkait,masyarakatdanlembaga-
lembagaindependen.
 Kedua,perluadanyaefektivitasdalampelaksanaanfungsikoordin
asidansinkronisasiterhadappelaksanaantugasdanfungsipokokS
ekretariat Daerah.
 Ketiga, proses
rekrutmendanpenempatanpejabatdenganmekanismeFit and
Proper Test sehinggaprofesionalitasdapatterjamin.
 Keempat,proses pengan gkatandan pemindahan pejabat
struktural berpedoman pada prinsip the right man in the right
place and theright man in the right job,memperhatikan
prestasi kerja dan disiplin,
sehinggapengangkatandanpemindahanpejabatstrukturalberda
sarkankebutuhanorganisasidanmerupakanupayauntukmewuju
dkangood governance.
 Kelima peningkatan efektivitas pengawasan lembaga
Inspektorat dan Baperjakat serta memperkuat fungsi
koordinasi dan kerjasama organisasi perangkat daerah
dalam rangka menjalan kan tugas dan fungsi aparaturPNS.
 Keenam, untuk membangun kepemimpinan yang profesional,
diperlukan komitmen pemimpin dalam membangun organisasi
yang sesuai dengan visi dan misi organisasi, maka
kepemimpinan pejabat struktural perlu dibenahi dan dibekali
denga denga, kecakapan, keterampilan dan pengalaman.
Untuk itu, pejabat sanga perlu mengikuti diklat
kepemimpinan untuk menduduki jabatan struktural.

Kata Kunci :Otonomi Daerah, politisasi, patologi birokrasi, Sekretariat


Daerah

Daftar Pustaka :Tol, B. panjang jalan. (2014). Politisasi Pejabat Struktural


Eselon II di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Muna Sulawesi
Tenggara
.https://www.bps.go.id/dynamictable/2018/05/18/1337/persentase-panjang
jalan-tol-yang-beroperasi-menurut-operatornya-2014.html

22. ANALISIS KINERJA APARATUR BIROKRASI

Analisa terhadap kinerja birokrasi sampai saat ini menjadi sangat penting
karena memiliki nilai yang sangat strategis. Pengukuran kinerja aparatus dapat
diterjemahkan sebagai suatu kegiatan evaluasi yang menilai atau melihat
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas dan fungsi yang diemban. Di sisi
lain pengukuran keberhasilan maupun kegagalan instansi pemerintah dalam
menjalankan tuas dan fungsinya sulit dilakukan secara objektif, disebabkan karena
belum diterapkannyasistem pengukuran kinerja yang dapat menginformasikan
tingkat keberhasilan secara objektif dan terukur dari pelaksanaan program-
program suatu instansi pemerintah. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan
terhadap data-data penelitian guna mengungkap dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang berhubungan analisis kinerja aparatur pada Sekretariat
Daerah Kabupaten Aceh Timur, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kinerja aparatur pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Timur yang dilihat
dari aspek efektivitas yaitu pemahaman terhadap tugas yang dberikan kepada
pegawai, tingkat kualitas pelayanan aparat yang diberikan terhadap masyarakat
pengguna jasa serta relevansi program-program kegiatan yang dilaksanakan dalam
organisasi dapat disimpulkan baik.
2. Kinerja aparatur pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Timur sangat
dipengaruhi oleh faktor budaya dan kepemimpinan yang ditunjukkan para
pemimpin kepada pegawai melalui sikap dan keteladanan serta etos kerja yang
tinggi dapat mempengaruhi perilaku aparat serta memberikan motivasi dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa untuk mencapai
visi misi Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Timur.
3. Sistem komunikasi yang diterapkan sangat komunikatif artinya telah sesuai
dengan norma-norma dan etika antara pimpinan dan staf.

Kata Kunci :Kinerja aparatur, Kepemimpinan, budaya kerja.

Daftar Pustaka :Global, A., Global, A., Global, A., & Global, A. (2011).
ANALISIS KINERJA APARATUR BIROKRASI (Studi pada Sekretariat
Daerah Kabupaten Aceh Timur). (1), 2008–2010.
https://doi.org/10.3969/j.issn.1006-8082.2011.06.013

23. SUKSESI KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

Suksesi kepemimpinandi indonesia di anggap sebagai simbool kekuatan


yang memaksa untuk tunduk terhadap aturan yang di buat oleh pemimpin dengan
kata lain pemimpin bukan dari hasil konsesus bersama akan tetapi merupakan
unsur dominasi unsur pemimpin akan masyarakat. Dimana di dalam teori sosial
movement niell smesher mengungkapkan pentingnya pemimpin dalam
memobilisir suatu pergerakan sosial dan politik. Pemimpin atau penguasa ketika
memegang kekuasaan cenderung menggunakan berbagai kehidupan masyarakat
untuk di eksploitasi untuk memperoleh kepentingannya.

Kata Kunci :kepemimpinan di Indonesia

Daftar Pustaka :Supriyadi, B. (1997). Suksesi Kepemimpinan Di Indonesia.


Perspektif, 2(3), 61–66
24. Perilaku Aparat Birokrasi dalam Pelayanan Elektronik Kartu Tanda
Penduduk
pelaksanaan program e-KTP di Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat
sudah berjalan baik dengan tingkat ketercapaian perekaman data e-KTP sampai
dengan bulan September 2016 sebesar 83,4%.. Pelaksanaan program e-KTP di
Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat terdapat beberapa proses dalam
pelaksanaannya. Hal tersebut telah diatur oleh pemerintah Kabupaten Langkat.
Berikut ini adalah proses dalam pelaksanaan program e-KTP: Sosialisasi,
kebijakan pelaksanaan program e-KTP merupakan kebijakan yang baru dibuat
oleh pemerintah. Perilaku birokrasi pemerintahan dalam pelayanan e-KTP
meliputi kepedulian, kedisiplinan dan tanggung jawab di Kecamatan Selesai
Kabupaten Langkat sudah berjalan baik tetapi belum diterapkan secara optimal.
Kepedulian aparat birokrasi di Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat sudah
tanggap dalam melayani, memberi kenyamanan dalam pelayanan e-KTP dan peka
pada lingkungan kerja, tetapi sebagian masyarakat masih merasa bahwa
kepedulian masyarakat masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal
ketanggapan melayani masyarakat. Kedisiplinan aparat birokrasi Kecamatan
Selesai Kabupaten Langkat sudah taat pada aturan, hadir tepat waktu, patuh
kepada pimpinan, bekerja sesuai dengan budaya organisasi, dan memiliki etos
kerja yang baik, namun demikian sebagian masyarakat masih merasa bahwa
kedisiplinan aparat birokrasi masih perlu ditingkatkan. Tanggung jawab aparat
birokrasi Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat sudah baik meliputi tanggung
jawabpada tupoksi, pimpinan, organisasi dan publik.Tetapi sebagian masyarakat
merasa bahwatanggung jawab masih perlu ditingkatkan lagi karena menganggap
tanggung jawab aparat birokrasi tidak baik.

Kata Kunci :perilaku, Aparat Birokrasi, Pelayanan e-KTP

Daftar Pustaka:Kurniawan, B., Sembiring, P., Kusmanto, H., Tarigan, U.,


Aparat, P., Kurniawan, B., … Area, U. M. (2016). Jurnal Administrasi Publik
Perilaku Aparat Birokrasi dalam Pelayanan Elektronik Kartu Tanda Penduduk
The Behavior of Bureaucratic Apparatus in the Electronic Services of Identity
Card. 6(2), 97–106.

25. MODEL REFOMASI BIROKRASI DI KABUPATEN TANAH BUMBU


Kabupaten Tanah Bumbu merupakan kabupaten hasil pemekaran dari
Kabupaten Kotabaru. Model birokrasi di kabupaten tanah bumbu merupakan
Upaya reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah KabupatenTanah Bumbu
berlangsung dipicu adanya reformasi mind-set sebagai buah kepemimpinan yang
kuat dari Bupati sebelumnya yang terkenal dengan nama Manajemen Ilahiyyah
Perkembangan pembangunan di Tanah Bumbu diakui Gubernur Kalsel
berkembang cukup pesat, baik dinamika pembangunan di bidang Pendidikan dan
kesehatan , d a n infrastruktur serta pembangunan di bidang lainnya Peningkatan
kinerja birokrasi Kabupaten Tanah Bumbu ini terjadi utamanya karena mind-set
aparaturnya, yang direfleksikan melalui penerapan “Manajemen Ilahiyah” yang
optimal dan tertanam rapi dibenak aparaturnya dalam bekerja melayani publik.
Pembinaan akhlak ini menjadi 'kunci' perbaikan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan diKabupaten Tanah Bumbu.

Kata Kunci :Reformasi Birokrasi, Manajemen Ilahiyah, Kepemimpinan

Daftar Pustaka:Mayahayati, K., Wildan, L., Lia, R., Sartika, D., & Hidayah, K.
(2014). Model Refomasi Birokrasi Di Tanah Bumbu Regency. Jurnal Borneo
Administrator, 10(3), 353–374

26. PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH


GUNA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Penyelenggaraan pemerintahan otonomi daerah, keberhasilannya sangat
tergantung pada niat baik para penyelenggara negara, aparatur birokrasi di pusat
maupun di daerah untuk bersama-sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menciptakan kesejahteraan rakyat dengan cara yang
demokratis. Antara para penyelenggara negara, yaitu antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah memerlukan penyamakan persepsi terlebih dahulu tentang isi
otonomi daerah yang meliputi; kewenangan, aset, kelembagaan, personil,
keuangan, unsur perwakilan (DPRD) dan manajemen pelayanan publik. Dalam
implimentasi kebijakan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat antara lait
terkait di bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ketenagakerjaan, tidak semata-mata
didasarkan atas pendekatan pembagian kekuasaan yang cenderung dimaknai
kedaulatan, akan tetapi harus diperhatikan dan dipahami melalui pendekatan
kesejahteraan untuk rakyat daerah dan semakin baiknya penyelenggaraan fungsi-
fungsi pemerintahan di daerah serta dalam mendukung integritas dan eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kata Kunci :Penyelenggaraan Pemerintahan Otonomi Daerah

Daftar Pustaka:Rangkasa, E. (2017). Penyelenggaraan otonomi daerah guna


mewujudkan kesejahteraan masyarakat. 4, 617–636

27. Profesionalisme Aparatur Birokrasi

Profesionalisme aparatur birokrasi publik sangat erat kaitannya dengan


penyelenggaraaan pemerintahan yang baik (good governance) dan bagi siapa saja
yang berhadapan dengan birokrasi dalam pelayanan publik. Pentingnya
mencermati profesionalisme aparatur birokrasi di Indonesia karena aparatur
birokrasi publik seringkali bertindak reaktif terhadap perubahan lingkungan
(kebutuhan masyarakat dan kemajuan teknologi) bahkan cenderung tidak
responsif, inovatif dan bersikap masa bodoh dalam menyelenggarakan pelayanan
publik. Penelitian memperlihatkan bukti konkrit tentang fenomena tersebut,
dimana penelitian ini mengambil tempat pada Dinas Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Catatan Sipil Kabupaten Labuhan Batu. Dalam penelitian tersebut
ditemukan berbagai patologi yang telah mendarah daging pada diri aparatur dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsi organisasi. Seperti patologi red tape, pungli,
menunggu petunjuk atasan, dan lainnya. Dalam penelitian ini juga ditemukan
faktor utama yang menghambat profesionalisme aparatur birokrasi publik yaitu
keberadaan aturan formal yang secara kaku mengatur tentang peran dan tugas
masing masing bagian sehingga aparatur Dinas Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Catatan Sipil Kabupaten Labuhan Batu dalam menjalankan tugas
dan fungsi organisasi tidak berorientasi kepada apa yang menjadi misi organisasi
tapi lebih cenderung kepada aturan formal dan petunjuk atasan. Konsekuensi dari
kekakuan tersebut membuat aparat menjadi tidak responsif dan inovatif dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan. Sedangkan faktor faktor yang
mempengaruhi profesionalisme aparatur menurut tesis ini adalah keberadaan
sistem di mana birokrasi beroperasi seperti: visi-misi organisasi, struktur
organisasi, faktor kepemimpinan dan sistem penghargaan.

Kata Kunci :Profesionalisme, Aparatur Birokrasi

Daftar Pustaka:Global, A., Global, A., Global, A., & Global, A. (2011).
rofesionalisme Aparatur Birokrasi (Studi pada Dinas Dinas Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Catatan Sipil Kabupaten Labuhan Batu)P.1(1), 2008–
2010. https://doi.org/10.3969/j.issn.1006-8082.2011.06.013

Anda mungkin juga menyukai