Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU


FAKTOR TERSELENGGARANYA SISTEM POLITIK INDONESIA YANG BAIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Budaya dan HI
Dosen Pengampu : Drs. Fathuddin Yusuf, MA.

Disusun Oleh :

1. Aufa Pradana S. 21102022080

2. Muhammad Zulkifli 21102021064

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami

panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-

NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan

manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai

pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan

terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan

baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang

dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah

ilmiah ini.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang

membantu menyelesaikan dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami

yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

tugas ini

Semarang 16 maret 2022

Penyusun
Kel 9
IGO AMMAR ILHAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut sistem

demokrasi tentunya mengalami berbagai dinamika hingga menjadi negara saat ini. Saat ini,

Indonesia telah mengalami berbagai perubahan sistem demokrasi yang turut mempengaruhi

sistem politk itu sendiri. Dimulai pada masa Demokrasi Parlementer (1945-1949), Demokrasi

Terpimpin (1959-1965), Demokrasi Pancasila (1965-1998), serta Demokrasi Pasca Reformasi

(1998-sekarang).

Dari berbagai dinamika perubahan sistem Demokrasi tersebut tentunya

mengakibatkan silih bergantinya sistem politik yang meyesuaikan sistem demokrasi saat itu.

Sistem politik di Indonesia selama ini selalu bersumber pada Undang-Undang 1945

walaupun dalam penerapannya setiap masa pemerintahan demokrasi berbeda beda. Saat ini

sistem politik Indonesia mengandung pengertian sebagai kumpulan atau keseluruhan

berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum

termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan,

seleksi dan penyusunan skala prioritasnya. Instrumen politik di Indonesia sendiri terdiri dari

lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif


Ketiga lembaga ini diatur dalam konstitusi negara yang di dalamnya mengatur

mengenai tugas dan wewenang dalan menyusun infrastruktur serta suprastruktur perpolitikan

Indonesia. Agar sistem perpolitikan Indonesia dapat berjalan baik dan sesuai dengan

Konstitusi UUD 1945, maka diperlukan adanya tanggung jawab bersama ketiga lembaga

tersebut. Faktor Integritas menjadi faktor pendorong utama bagi terciptanya iklim sistem

politik Indonesia yang baik.

Salah satu faktor yang dapat menciptakan sistem politik Indonesia yang baik yakni

dengan adanya partisipasi politik masyarakat Indonesia. Dengan adanya keaktifan masyarakat

dalam partisipasinya di ranah politik. Peningkatan partisipasi partisipasi masyarakat juga

dapat menjadi kontrol yang efektif bagi sistem politik Indonesia agar berjalan sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam u

Undang-Undang Dasar 1945

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Sistem Politik?

2. Bagaimana Peran Partisipasi Masyarakat Dalam mewujudkan sistem politik Indonesia

Yang Baik?

3. Seberapa Penting Kah Peran Partisipasi Masyarakat Dalam Mewujudkan Sistem Politik

Indonesia Yang Baik


BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Politik Masyarakat Indonesia

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (Setkab RI) menyelenggarakan Focus Group

Discussion (FGD) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Konstitusi Sekolah Hukum

Universitas Islam Indonesia (PSHK FH UII) untuk meningkatkan partisipasi politik

masyarakat Indonesia. . FGD bertema "Peran Partai Politik dan Ormas Dalam Mendorong

Partisipasi Politik Indonesia", digelar pada Selasa (26/10) di Gedung Fakultas Hukum UII.

Dalam FGD tersebut, Sekretariat Kabinet RI diwakili oleh Darmawan Sutanto, Direktur

Bidang Politik dan Organisasi Kemasyarakatan, didampingi oleh Kasubbag Politik dan

Kasubbag Sosial Lembaga Negara. Sementara itu, PSHK FH UII dipimpin oleh Dr. Jamaluddin

Ghafur, S.H., M.H. dan Allan Fatchan Gani Wardhana, Direktur PSHK FH UII. Keduanya juga

dosen di FH UII.

Partisipasi sangat penting dalam negara demokrasi, kata Jamaluddin. Jadi, untuk

mencapai partisipasi politik, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, harus

ada persaingan dalam arti harus ada persaingan untuk jabatan publik. Kedua, partisipasi untuk

mempengaruhi kebijakan pemerintah. Ketiga, kebebasan berpendapat, di mana pemerintah

tidak boleh menghalangi kegiatan kelompok atau organisasi masyarakat. Partisipasi dengan

demikian memiliki peran penting bagi setiap orang, baik untuk mengontrol dan memantau

kebijakan pemerintah untuk menghindari penyalahgunaan yang dapat merugikan masyarakat,


dan untuk memungkinkan pemerintah untuk mengukur seberapa tinggi atau rendah institusi

demokrasi suatu negara. .

Dalam pelaksanaannya, menurut Jamaluddin, ada beberapa jenis dan mode partisipasi, antara

lain: 1) otonom, yaitu partisipasi yang secara sadar ditujukan untuk mempengaruhi pemerintah,

2) tradisional, partisipasi langsung seperti pemilihan umum, pemilihan kepala daerah. , 3) Non-

pemerintah.-konvensional, Partisipasi dilakukan seperti petisi, demokrasi, reformasi, dll, 4)

Driven, Partisipasi dilakukan atau dipromosikan dalam lembaga-lembaga gerakan, salah

satunya adalah partai politik ( partai) terlibat sebagai warga organisasi Institusi utama dan

pusat. Bahkan ada ahli yang mengatakan bahwa partai politik memiliki kekuatan yang sangat

besar dalam mengorganisir warga negara dibandingkan dengan organisasi lain. Partai politik

adalah lembaga sentral demokrasi dan memiliki hak eksklusif untuk mendapatkan kekuasaan,

meskipun nanti kita dapat menunjukkan bahwa situasinya buruk. , ”katanya.

Jamaluddin mengatakan, selama pelaksanaannya, partai politik Indonesia sangat

hegemonik dengan kekuasaan ketua partai. Bahkan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga (AD/ART) sering dijadikan alat (alat perlindungan hukum) untuk melegitimasi

kekuasaan ketua partai untuk melanggengkannya. Oleh karena itu, dapat dipahami jika partai

politik dipandang sebagai lembaga sentral demokrasi, secara internal mereka tidak demokratis.

Oleh karena itu, dalam pandangan Jamaluddin, untuk mencapai demokrasi dalam sebuah partai

memerlukan berbagai upaya, yang dapat dicapai melalui tiga cara, yaitu: 1) bagaimana partai

menyeleksi dan menyeleksi calon publik, dan 2) bagaimana partai memilih kepemimpinan.

kekuasaan, 3) bagaimana partai politik membuat kebijakan. Terakhir, Jamaluddin

mengusulkan ada dua cara untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat melalui Parpol,

yaitu: Pertama, dengan meniru model Amerika, dimana Dewan Petinggi Parpo berkedudukan

sebagai manager. Ia hanya mengatur soal internal paprol, tetapi tidak ikut campur dalam
kekuasaan publik. Sehingga, harus ada pemisahan antara siapa yang fokus ke pejabat publik

dan siapa yang fokus untuk mengurus interna Parpol.

Kedua, meniru modal Eropa, dimana Ketua Umum Perpol tetap memiliki kekuasaan penuh,

namun harus ada prosedur suksesinya yang diatur dalam UU, meliputi: 1) Pencalonan, minimal

harus ada dua calon dalam proses pemilu, tidak dibolehkan ada calon tunggal. 2) Pemilih, harus

dilakukan oleh yang berhak, yaitu anggota Parpol. 3) Mekanisme Pemilihan, Pemilihan harus

tegas dilakukan dengan pemilihan langsung, tidak boleh aklamasi, dan 4) Ada Pembatasan

Masa Jabatan Pimpinan Parpol, harus diatur terkait pembatasan masa jabatan Pimpinan Parpol.

Selanjutnya, Allan Fatchan menyampaikan bahwa Organisasi Masyarakat (Ormas) memiliki

beberapa fungsi, diantaranya: 1) Electoral Activity, yaitu aktivitas Ormas untuk mengorganisir

masyarakat, seperti banyak para pemimpin Ormas yang berlomba untuk mencari massa. 2)

Lobbying, yaitu kegiatan Ormas untuk melakukan lobby ke pemerintah, terkait dengan

kebijakan yang dikeluarkan. Dan 3) Organizational Policy Making dan Social Empowering,

yaitu kegiatan Ormas untuk mengawal pembuatan kebijakan pemerintah dan agenda politik

pemerintah.

Dari ketiga fungsi Ormas tersebut, fungsi ketiga merupakan fungsi yang kerap kali tidak

dilaksanakan oleh Ormas-Ormas di Indonesia. Dari sekian banyak Ormas yang ada, hanya

seidikit yang menjalankannya. Hal ini dikarenakan, tidak banyak Ormas yang mau terlibat

dalam pembuatan kebijakan, dan mengawal agenda politik pemerintah.

“Banyak yang berpikir bahwa politik hanya soal kekuasaan, padahal lebih dari itu. Esensi

politik kan sebenarnya adalah usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.

Allan Fatchan menyampaikan, definisi Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk

oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,


kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya

tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adapun terkait tujuan dan fungsi Ormas hal ini telah diatur dalam Pasal 5 dan 6 UU Ormas.

Dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) juga telah memberikan kebebasan

dan melindungi kedudukan Ormas. Namun, permasalahannya bukan dalam segi pengaturan,

melainkan dari kemauan Ormas itu sendiri untuk mau berkiprah turut mengkritisi kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan bidang yang digelutinya.

Allan Fatchan mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi eksistensi Ormas,

Pertama, regulasi. Negara tidak boleh melakukan intervensi pada kegiatan Ormas, sepanjang

kegiatannya tidak mengganggu ketertiban atau keamanan negara. Kedua, sumber daya manusia

(SDM)/ kapasitas. Penting bagi suatu Ormas untuk diisi oleh orang-orang yang memiliki

kapasitas dan kompetensi yang memadai, dengan demikian Ormas dapat lebih aktif dalam

merespon isu-isu sosial.

Berikutnya, Ketiga, kelembagaan dan program nyata. Ada agenda nyata yang dilaksanakan

oleh Ormas-Ormas itu sendiri, dan keempat, terkait pendanaan/keuangan. Dalam hal ini

menurutnya Ormas memiliki perhatian lebih untuk merespon isu-isu terkait pendanaan, sebab

hal ini berkaitan dengan kebutuhannya.

“Ketika kami mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait Peraturan Daerah (Perda)

tertentu, jarang ada Ormas yang hadir. Tapi kalau perda yang mengatur mengenai bantuan

keuangan Ormas, datang semua. Tapi kalau soal isu-isu lingkungan, tata ruang, tidak ada

satupun yang hadir, daftar hadir kosong,” ujarnya.


Untuk mengatasi persoalan tersebut, Allan menyebutkan beberapa gagasan yang dapat

dilakukan Ormas untuk turut berpartisipasi aktif dalam negara demokrasi, yaitu: 1) Ormas

harus turut aktif dalam perubahan sosial dan penyelesaian berbagai persoalan bangsa. Hal ini

dapat dilakukan dengan melakukan advokasi, mengekspresikan gagasan melalui forum media,

diskusi, dan ruang publik lainnya.

Selanjutnya, 2) Ormas tidak boleh berpangku tangan melihat kondisi sosial yang jauh dari

ekspektasi publik. Hal ini dapat dilakukan dengan terus menawarkan gagasan dan melakukan

tindakan untuk memperbaiki situasi sosial dan politik tanah air. 3) Gagasan dan tindakan

Ormas harus didasari oleh ideologi yang sesuai dengan realitas dan cita-cita kebangsaan.

Setalah pemaparan dari pemateri, forum dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab antara anggota

Setkab RI dengan para Dosen FH UII terkait persoalan pasrtisipasi publik dalam partai politik

maupun Ormas.

BAB III

PENUTUP

1.3 KESIMPULAN

Partisipasi politik masyarakat memiliki andil yang cukup besar bagi

terselenggaranya sistem politik Indonesia yang baik. Banyaknya partisipasi

politik masyarakat dapat berimplikasi pada penghasilan keputusan atau

kebijakan oleh pemerintah. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran
partisipasi masyarakat itu sendiri dalam mengontrol dan mengawasi

kebijakan pemerintah agar terhindar dari tindakan penyelewenangan yang

dapat merugikan masyarakat, maupun bagi pemerintahan untuk mengukur

tinggi atau rendahnya sistem demokrasi di suatu negara

1.4 SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan

makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan

makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan

kritik yang bisa membangun dari para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai