Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
membantu menyelesaikan dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini
Penyusun
Kel 9
IGO AMMAR ILHAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut sistem
demokrasi tentunya mengalami berbagai dinamika hingga menjadi negara saat ini. Saat ini,
Indonesia telah mengalami berbagai perubahan sistem demokrasi yang turut mempengaruhi
sistem politk itu sendiri. Dimulai pada masa Demokrasi Parlementer (1945-1949), Demokrasi
(1998-sekarang).
mengakibatkan silih bergantinya sistem politik yang meyesuaikan sistem demokrasi saat itu.
Sistem politik di Indonesia selama ini selalu bersumber pada Undang-Undang 1945
walaupun dalam penerapannya setiap masa pemerintahan demokrasi berbeda beda. Saat ini
berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum
seleksi dan penyusunan skala prioritasnya. Instrumen politik di Indonesia sendiri terdiri dari
mengenai tugas dan wewenang dalan menyusun infrastruktur serta suprastruktur perpolitikan
Indonesia. Agar sistem perpolitikan Indonesia dapat berjalan baik dan sesuai dengan
Konstitusi UUD 1945, maka diperlukan adanya tanggung jawab bersama ketiga lembaga
tersebut. Faktor Integritas menjadi faktor pendorong utama bagi terciptanya iklim sistem
Salah satu faktor yang dapat menciptakan sistem politik Indonesia yang baik yakni
dengan adanya partisipasi politik masyarakat Indonesia. Dengan adanya keaktifan masyarakat
dapat menjadi kontrol yang efektif bagi sistem politik Indonesia agar berjalan sesuai dengan
B. Rumusan Masalah
Yang Baik?
3. Seberapa Penting Kah Peran Partisipasi Masyarakat Dalam Mewujudkan Sistem Politik
masyarakat Indonesia. . FGD bertema "Peran Partai Politik dan Ormas Dalam Mendorong
Partisipasi Politik Indonesia", digelar pada Selasa (26/10) di Gedung Fakultas Hukum UII.
Dalam FGD tersebut, Sekretariat Kabinet RI diwakili oleh Darmawan Sutanto, Direktur
Bidang Politik dan Organisasi Kemasyarakatan, didampingi oleh Kasubbag Politik dan
Kasubbag Sosial Lembaga Negara. Sementara itu, PSHK FH UII dipimpin oleh Dr. Jamaluddin
Ghafur, S.H., M.H. dan Allan Fatchan Gani Wardhana, Direktur PSHK FH UII. Keduanya juga
dosen di FH UII.
Partisipasi sangat penting dalam negara demokrasi, kata Jamaluddin. Jadi, untuk
mencapai partisipasi politik, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, harus
ada persaingan dalam arti harus ada persaingan untuk jabatan publik. Kedua, partisipasi untuk
tidak boleh menghalangi kegiatan kelompok atau organisasi masyarakat. Partisipasi dengan
demikian memiliki peran penting bagi setiap orang, baik untuk mengontrol dan memantau
Dalam pelaksanaannya, menurut Jamaluddin, ada beberapa jenis dan mode partisipasi, antara
lain: 1) otonom, yaitu partisipasi yang secara sadar ditujukan untuk mempengaruhi pemerintah,
2) tradisional, partisipasi langsung seperti pemilihan umum, pemilihan kepala daerah. , 3) Non-
satunya adalah partai politik ( partai) terlibat sebagai warga organisasi Institusi utama dan
pusat. Bahkan ada ahli yang mengatakan bahwa partai politik memiliki kekuatan yang sangat
besar dalam mengorganisir warga negara dibandingkan dengan organisasi lain. Partai politik
adalah lembaga sentral demokrasi dan memiliki hak eksklusif untuk mendapatkan kekuasaan,
hegemonik dengan kekuasaan ketua partai. Bahkan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) sering dijadikan alat (alat perlindungan hukum) untuk melegitimasi
kekuasaan ketua partai untuk melanggengkannya. Oleh karena itu, dapat dipahami jika partai
politik dipandang sebagai lembaga sentral demokrasi, secara internal mereka tidak demokratis.
Oleh karena itu, dalam pandangan Jamaluddin, untuk mencapai demokrasi dalam sebuah partai
memerlukan berbagai upaya, yang dapat dicapai melalui tiga cara, yaitu: 1) bagaimana partai
menyeleksi dan menyeleksi calon publik, dan 2) bagaimana partai memilih kepemimpinan.
mengusulkan ada dua cara untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat melalui Parpol,
yaitu: Pertama, dengan meniru model Amerika, dimana Dewan Petinggi Parpo berkedudukan
sebagai manager. Ia hanya mengatur soal internal paprol, tetapi tidak ikut campur dalam
kekuasaan publik. Sehingga, harus ada pemisahan antara siapa yang fokus ke pejabat publik
Kedua, meniru modal Eropa, dimana Ketua Umum Perpol tetap memiliki kekuasaan penuh,
namun harus ada prosedur suksesinya yang diatur dalam UU, meliputi: 1) Pencalonan, minimal
harus ada dua calon dalam proses pemilu, tidak dibolehkan ada calon tunggal. 2) Pemilih, harus
dilakukan oleh yang berhak, yaitu anggota Parpol. 3) Mekanisme Pemilihan, Pemilihan harus
tegas dilakukan dengan pemilihan langsung, tidak boleh aklamasi, dan 4) Ada Pembatasan
Masa Jabatan Pimpinan Parpol, harus diatur terkait pembatasan masa jabatan Pimpinan Parpol.
beberapa fungsi, diantaranya: 1) Electoral Activity, yaitu aktivitas Ormas untuk mengorganisir
masyarakat, seperti banyak para pemimpin Ormas yang berlomba untuk mencari massa. 2)
Lobbying, yaitu kegiatan Ormas untuk melakukan lobby ke pemerintah, terkait dengan
kebijakan yang dikeluarkan. Dan 3) Organizational Policy Making dan Social Empowering,
yaitu kegiatan Ormas untuk mengawal pembuatan kebijakan pemerintah dan agenda politik
pemerintah.
Dari ketiga fungsi Ormas tersebut, fungsi ketiga merupakan fungsi yang kerap kali tidak
dilaksanakan oleh Ormas-Ormas di Indonesia. Dari sekian banyak Ormas yang ada, hanya
seidikit yang menjalankannya. Hal ini dikarenakan, tidak banyak Ormas yang mau terlibat
“Banyak yang berpikir bahwa politik hanya soal kekuasaan, padahal lebih dari itu. Esensi
politik kan sebenarnya adalah usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.
Allan Fatchan menyampaikan, definisi Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Adapun terkait tujuan dan fungsi Ormas hal ini telah diatur dalam Pasal 5 dan 6 UU Ormas.
Dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) juga telah memberikan kebebasan
dan melindungi kedudukan Ormas. Namun, permasalahannya bukan dalam segi pengaturan,
melainkan dari kemauan Ormas itu sendiri untuk mau berkiprah turut mengkritisi kebijakan
Allan Fatchan mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi eksistensi Ormas,
Pertama, regulasi. Negara tidak boleh melakukan intervensi pada kegiatan Ormas, sepanjang
kegiatannya tidak mengganggu ketertiban atau keamanan negara. Kedua, sumber daya manusia
(SDM)/ kapasitas. Penting bagi suatu Ormas untuk diisi oleh orang-orang yang memiliki
kapasitas dan kompetensi yang memadai, dengan demikian Ormas dapat lebih aktif dalam
Berikutnya, Ketiga, kelembagaan dan program nyata. Ada agenda nyata yang dilaksanakan
oleh Ormas-Ormas itu sendiri, dan keempat, terkait pendanaan/keuangan. Dalam hal ini
menurutnya Ormas memiliki perhatian lebih untuk merespon isu-isu terkait pendanaan, sebab
“Ketika kami mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait Peraturan Daerah (Perda)
tertentu, jarang ada Ormas yang hadir. Tapi kalau perda yang mengatur mengenai bantuan
keuangan Ormas, datang semua. Tapi kalau soal isu-isu lingkungan, tata ruang, tidak ada
dilakukan Ormas untuk turut berpartisipasi aktif dalam negara demokrasi, yaitu: 1) Ormas
harus turut aktif dalam perubahan sosial dan penyelesaian berbagai persoalan bangsa. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan advokasi, mengekspresikan gagasan melalui forum media,
Selanjutnya, 2) Ormas tidak boleh berpangku tangan melihat kondisi sosial yang jauh dari
ekspektasi publik. Hal ini dapat dilakukan dengan terus menawarkan gagasan dan melakukan
tindakan untuk memperbaiki situasi sosial dan politik tanah air. 3) Gagasan dan tindakan
Ormas harus didasari oleh ideologi yang sesuai dengan realitas dan cita-cita kebangsaan.
Setalah pemaparan dari pemateri, forum dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab antara anggota
Setkab RI dengan para Dosen FH UII terkait persoalan pasrtisipasi publik dalam partai politik
maupun Ormas.
BAB III
PENUTUP
1.3 KESIMPULAN
kebijakan oleh pemerintah. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran
partisipasi masyarakat itu sendiri dalam mengontrol dan mengawasi
1.4 SARAN
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.