Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN USAHA TANI

KOMODITAS TERONG (Solanum melongena L.)


DAN KANGKUNG (Ipomoea reptans)

Disusun oleh :
Kelompok 22
1. Ainina Nurul F H3418003
2. Andi Mawamulan P H3418005
3. Fitriana Melani R H3418021
4. Michael Wiand P H3418032
5. Ririn Nofitasari H3418038
6. Zul Rifqi Hasani H3418048

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN USAHA TANI


KOMODITAS SOLANUM MELONGENA L.
DAN IPOMOEA REPTANS
Disusun dan diajukan oleh :
Kelompok 22
1. Ainina Nurul Fajriyah H3418003
2. Andi Mawamulan P H3418005
3. Fitriana Melani R H3418021
4. Michael Wiand P H3418032
5. Ririn Nofitasari H3418038
6. Zul Rifqi Hasani H3418048

Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk penilaian akhir

Surakarta, April 2019


Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Agribisnis Dosen Koordinator Praktikum

Raden Kunto Adi, S.P., M.P. Mei Tri Sundari, S.P., M.Si.
NIP. 197310172003121002 NIP.197805032005012002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan hasil praktiukum Manajemen Usaha Tani ini. Penulisan laporan hasil
praktikum Manajemen Usaha Tani ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Usaha Tani.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Raden Kunto Adi, S.P., M.P. selaku Kepala Program Studi
Diploma III Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Ibu Mei Tri Sundari, S.P., M.Si. selaku Dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Usaha Tani, yang telah membimbing kami.
3. Assisten Manajemen Usaha Tani atas bantuan dan pengarahannya.
4. Anggota kelompok dan semua pihak yang telah membantu penulisan
Laporan praktikum Manajemen Usaha Tani.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
I. BUDIDAYA TERONG...........................................................................
A. Perencanaan Usaha Tani Terong.........................................................
B. Analisis Usaha Tani Terong................................................................
II. BUDIDAYA KANGKUNG.....................................................................
A. Perencanaan Usaha Tani Kangkung....................................................
B. Analisis Usaha Tani Kangkung...........................................................
III. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. BUDIDAYA TERONG
A. Perencanaan Usaha Tani Terong
Tabel 1. Perencanaan usahatani Terong (Solanum melongena L.)
N URAIAN
PELAKSANAAN Jenis
O KEGIATAN
1 Persiapan Benih dan Lahan  
a. Pengadaan Bibit Minggu 21 April 2019 Terong
Pembuatan
b. Persiapan Lahan Rabu 10 April 2019 bedeng
Persiapan Media dan
2
Penanaman  
a. Pemupukan Dasar Sabtu 13 April 2019 Pupuk Kandang
  Sabtu 13 April 2019 Dolomit
  Sabtu 20 April 2019 Pupuk SP36
b. Pemasangan Mulsa dan
Minggu 21 April 2019 Mulsa PHP
Penanaman
c. Ajir Sabtu 11 Mei 2019 Ajir Bambu
3 Perawatan  
a. Penyiraman  Setiap satu hari sekali
b. Pemupukan Susulan  
7 HST Minggu 28 April 2019 NPK
14 HST Minggu 5 Mei 2019 NPK
21 HST Minggu 12 Mei 2019 NPK
30 HST Minggu 19 Mei 2019 NPK
40 HST Sabtu 1 Juni 2019 NPK
50 HST Minggu 9 Juni 2019 NPK
60 HST Minggu 16 Juni 2019 NPK
70 HST Sabtu 29 Juni 2019 NPK
b. Penyemprotan  
Matador, perekat,
7 HST Minggu 28 April 2019
gandasil D
14 HST Minggu 5 Mei 2019
21 HST Minggu 12 Mei 2019
30 HST Minggu 19 Mei 2019
40 HST Sabtu 1 Juni 2019
50 HST Minggu 9 Juni 2019
60 HST Minggu 16 Juni 2019
70 HST Sabtu 29 Juni 2019
4 Panen Minggu 16 Juni 2019
Solanum melongena L. merupakan nama tumbuhan atau terong yang
dikenal di pulau Jawa yang buahnya dijadikan sebagai sayur. Tumbuhan ini
berasal dari India. Terong berkerabat dekat dengan tumbuhan kentang dan
leunca. Terong biasa ditanam secara tahunan. Batang terong memiliki duri,
bunganya berwarna putih hingga ungu. Terong ditanam dengan cara disemai.
Panen terong dilakukan pada 70-80 hari setelah semai. Pada praktikum
Manajemen Usaha Tani yang kami lakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu
dimulai dari persiapan benih dan lahan, persiapan media dan penanaman,
perawatan, dan panen. Pada tahap pertama yaitu persiapan lahan berupa
pembuatan bedeng sepanjang 10 meter yang dilakukan pada hari Rabu, 10
April 2019, setelah pembuatan bedeng maka dilakukan pemupukan dasar
pada hari Sabtu, 13 April 2019 menggunakan pupuk kandang ayam yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi terhadap tanaman karena mengandung
unsur N yang relatif tinggi, selain itu juga diberi dolomit yang berfungsi
untuk menetralkan pH tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman,
pemupukan tahap awal yang terakhir yaitu pada hari Sabtu, 20 April 2019
menggunakan pupuk SP36 yang berfungsi sebagai sumber unsur hara dengan
bentuk fosfor dan memicu tumbuhnya akar dengan baik. Pada hari Minggu,
21 April 2019 dilakukan pengadaan bibit terong (solanum melongena L.),
pemasangan mulsa HPP yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan
gulma, menjaga kelembaban tanah, menjaga struktur tanah, mencegah erosi,
serta meminimalisir hama dan penyakit tanaman, kegiatan selanjutnya yaitu
penanaman bibit terong. Pemasangan ajir bambu dilaksanakan pada hari
Sabtu, 11 Mei 2019 agar tanaman tumbuh tegak.
Kegiatan selanjutnya yaitu perawatan, dilakukan dengan cara
penyiraman setiap satu hari sekali. Pemupukan susulan dan penyemprotan
dilakukan pada hari Minggu, 28 April 2019 sampai Sabtu, 29 Juni 2019,
kegiatan tersebut dilaksanakan pada saat 7 HST, 14 HST, 21 HST, 30 HST,
40 HST, 50 HST, 60 HST, 70 HST. Pemupukan susulan menggunakan pupuk
NPK yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman mulai dari
akar, tunas, hingga meningkatkan produksi buah.takaran pemberian pupuk
NPK yaitu 15 gram per liter air dan diberikan sebanyak 250ml per tanaman.
Penyemprotan dilakukan menggunakan insektisida matador 0,5/L untuk 16
liter tangki diperlukan 8mL, fungsi insektisida matador yaitu mengendalikan
hama tanaman. Penyemprotan pupuk daun menggunakan gandasil D dengan
takaran 1 sendok makan per tangki, fungsi dari gandasil D yaitu
meningkatkan pertumbuhan daun pada tanaman. Campuran penyemprotan
yang terakhir yaitu perekat dengan takaran 2 tutup botol per tangki, fungsi
perekat ini yaitu sebagai perata dan penembus agar meningkatkan efektifitas
fungsi insektisida dan pupuk daun yang kita berikan pada tanaman. Kegiatan
terakhir yang dilakukan yaitu panen yang dilaksanakan pada hari Minggu, 16
Juni 2019 atau pada 60 HST.
B. Analisis Usahatani Terong (Solanum melongena L.)
Menurut Sumardi (2007) analisis kelayakan usaha tani yang tersusun
dalam buku ini meliputi analisis biaya produksi, analisis modal usaha tani,
analisis biaya dan pendapatan atau ke- untungan usaha tani, analisis titik
impas pulang modal (BEP), analisis tingkat kelaya usaha tani (B/C ratio)
analisis tingkat efisiensi penggunaan modal dalam satu kali musim tanam
atau satu kali produksi (6 bulan) Perhitungan dalam buku ini berdasarkan
hasil pengamatan lapangan dari pengalaman petani kentang di Kecamatan
Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur didukung bahan pustaka sebagai
studi banding dan data sekunder.
1) Biaya Usahatani
Menurut Sundari (2011) biaya usahatani yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani yang
meliputi biaya pemakaian tenaga kerja luar keluarga, pembelian pupuk,
benih, pestisida dan sarana produksi lainnya serta biaya pembayaran
irigasi, biaya selamatan, pembayaran pajak dan biaya pengangkutan hasil
panen dalam satu kali musim tanam setiap hektar. Biaya usahatani
dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan varietas komoditi
yang diusahakan, tehnik budidaya serta tingkat teknologi yang digunakan.
Petani dalam usahatani terong mengeluarkan biaya untuk memproduksi
terong. Biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani yang meliputi
biaya pemakaian tenaga kerja luar keluarga, pembelian pupuk, benih,
pestisida, kapur pertanian, biaya pembayaran irigasi, biaya selamatan,
pembayaran pajak dan biaya pengangkutan hasil panen.
Tabel 2. Biaya Usahatani Budidaya Tanaman Terong (Solanum melongena
L.).
Terong
Biaya Rata-rata per Konversi 1 HA
Usahatani
A. Eksplisit
1. Bibit 8.000 8.000.000
2. Biaya angkut 6.600 6.600.000
3. Pupuk
- Pupuk 6.000 6.000.000
kandang 2.900 2.900.000
- SP 36 45.000 45.000.000
- NPK 33.000 33.000.000
- Gandasil 750 750.000
D
- Dolomite 22.000 22.000.000
4. Penyemprotan 14.000 14.000.000
- Matador 65.000 65.000.000
- Perekat 203.250 232.500.000
5. T.K luar
Jumlah
B. Implisit
1. T.K Dalam 0 0
2. Biaya 102.497 124.970.000
penyusutan 0 0
3. Sewa lahan 102.497 124.970.000
sendiri
Jumlah

Total Biaya 305.747 357.470.000


Sumber : Hasil olahan data primer
Tabel 3. Biaya Penyusutan Terong (Solanum melongena L.).
No. Alat Harga Nilai Sisa Umur Penyusutan
Ekonomis
1. Cangkul 85.000 15.000 5 14.000
2. Sprayer 150.000 50.000 2,5 40.000
3. Cetok 15.000 5.000 3 3.333
4. Ember 25.000 5.000 2 10.000
5. Sabit 25.000 10.000 5 3.000
6. Mulsa PHP 5.500 1.500 2 1.500
7. Ajir 12.000 4.000 2 4.000
Pelubang 150.000 50.000 5 20.000
8.
Mulsa
TOTAL 102.497
Sumber : Data Primer
Harga−nilai sisa
Biaya Penyusutan =
umur ekonomis
467.500−140.500
¿
26,5
¿ 12.339
2) Penerimaan Usahatani
Menurut Harahab (2016) penerimaan adalah konsep yang
menghubungkan antara jumlah barang yang diproduksi dengan harga jual
per unitnya. Selisih antara penerimaan dan biaya disebut dengan
keuntungan. Selisih penerimaan dan biaya hasilnya negatif, maka
perusahaan mengalami kerugian dan sebaliknya jika selisihnya positif
maka perusahaan mengalami keuntungan. Menghitung besarnya
penerimaan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TR = P x Q
Dimana:
TR = Total penerimaan (Total Revenue)
P = Tingkat harga jual
Q = Jumlah unit barang
Tabel 4. Asumsi Penerimaan Usahatani Budidaya Terong (Solanum
melongena L.)
Uraian Rata-rata Konversi 1 Ha
perusahatani
Produksi 112 Kg 112.000 Kg
Harga Rp. 7.000/Kg Rp. 7000/Kg
Penerimaan Rp. 784.000,00 Rp. 784.000.000,00
Penerimaan usahatani budidaya terong (Solanum melongena L.)
diasumsikan sama dengan 3 kg setiap pohonnya. Produksi terong diperoleh
112 kg dengan cara 40 pohon dikalikan 3 kg dengan harga Rp. 7.000/kg.
Penerimaan usahatani diperoleh Rp. 784.000 dengan perhitungan produksi
dikalikan dengan harga. Konversi 1 Ha diperoleh 112.000 kg dengan harga
7.000 per Ha. Konversi 1 Ha untuk penerimaan diperoleh sebesar Rp.
784.000.000 dengan Ha sama dengan 1000.
3) Pendapatan Usahatani
Menurut Sundari (2011) pendapatan usahatani merupakan selisih
dari penerimaan dan biaya usahatani usahatani dalam satu kali musim
tanam. Sebuah perusahan dikatakan memaksimalkan laba totalnya dalam
jangka pendek jika selisih produksi wortel dengan harga jual wortel
tersebut. Menghitung Pendapatan Usahatani Untuk menghitung
pendapatan usaha tani yaitu dengan menghitung selisih penerimaan dan
biaya usaha tani yang dirumuskan :
∏ = TR – TC
Keterangan :
∏ = Pendapatan usaha tani (Rp)
TR = Penerimaan usaha tani wortel (Rp)
TC = Total Biaya usaha tani (Rp)
Tabel 5. Asumsi Pendapatan Usahatani Budidaya Terong (Solanum
melongena L.)

Penjualan Penerimaan Biaya Pendapatan


Usahatani (a) Eksplisit (b) (a-b)
1 Rp. 784.000,00 Rp. 203.250,00 Rp. 580.750,00
Sumber : Data Primer
Pendapatan usahatani budidaya terong (Solanum melongena L.)
diasumsikan 1 pohon sama dengan 3 kg. Penerimaan diperoleh sebesar
Rp. 784.000,00 dengan perhitungan produksi dikalikan harga. Biaya
eksplisit sendiri dapat diperoleh dengan menjumlahkan biaya eksplisit
bibit, biaya angkut, pupuk, penyemprotan, dan tenaga kerja luar,
sehingga diperoleh Rp. 203.250,00. Pendapatan dapat dihitung dengan
cara penerimaan usahatani dikurangi biaya eksplisit, sehingga diperoleh
Rp. 580.750,00.
4. Keuntungan Usahatani
Menurut Heriani (2013) keuntungan merupakan pendapatan yang
diperoleh petani dari usahatani tomat yang dapat diketahui dari selisih
antara penerimaan total dan biaya total. Fluktuasi harga seringkali
merugikan petani karena petani pada umumnya tidak dapat mengatur
waktu penjualan untuk mendapatkan harga jual yang lebih
menguntungkan. Harga yang relatif stabil dapat meningkatkan
pendapatan petani seiring dengan produksi yang meningkat. Harga yang
rendah menggambarkan produksi dan pasokan tomat yang melimpah,
sebaliknya harga yang tinggi menggambarkan sedikitnya produksi dan
kurangnya pasokan. Rendahnya harga tomat pada musim panen raya
berakibat pada keuntungan yang diterima petani menjadi rendah. Untuk
mencari keuntungan usahatani tomat per musim digunakan rumus :
π = TR – TC
Keterangan:
π = Keuntungan
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Tabel 6. Asumsi Keuntungan Usahatani Budidaya Tanaman Terong (Solanum
melongena L.)

Uraian Terong
Rata-rata per Konversi 1 Ha
usahatani
Penerimaan Rp. 784.000,00 Rp. 784.000.000,00
Biaya Eksplisit Rp. 203.250,00 Rp. 203.000.000,00
Biaya Implisit Rp. 102.497,00 Rp. 102.497.000,00
Keuntungan Rp. 478.253,00 Rp. 478.253.000,00

Sumber : Data Primer


Keuntungan yang di dapatkan dari usahatani terong (solanum
melongena L.) didapatkan dari hasil penerimaan sejumlah Rp. 784.000,00
dikurangi biaya total sejumlah Rp. 305.747,00 (biaya eksplisit + biaya
implisit), maka akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 478.253,00.
4) Efisiensi Usahatani
Menurut Leovita (2015) konsep efisiensi pada dasarnya mencakup
tiga pengertian, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga) serta
efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan petani
untuk memperoleh output maksimal dari sejumlah input tertentu. Efisiensi
alokatif mencerminkan kemampuan petani untuk menggunakan input
dengan dosis/syarat yang optimal pada masing-masing tingkat harga input
dan teknologi yang dimiliki sehingga produksi dan pendapatan yang
diperoleh maksimal. Efisiensi ekonomi pada dasarnya terdiri dari dua
komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif atau efisiensi harga.
a) R/C Ratio
Menurut Primyastanto (2016) analisis Revenue per Cost (R/C)
merupakan perhitungan untuk mengetahui perbandingan antara
Revenue (Penerimaan) dengan Cost (biaya). Analisis R/C dapat
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu usaha dalam upaya
penggunaan faktor produksi seminimal mungkin untuk mendapatkan
tingkat produksi maksimal. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan
membandingkan antara penerimaan total (TR) dengan biaya total
(TC). Perbandingan tersebut untuk melihat apakah usaha yang
dijalankan efisien menggunakan rumus : R/C = TR/TC, dengan kaidah
apabila R/C>1 menyatakan usaha yang dijalankan dari segi ekonomi
efisien, sedangkan R/C<1 menyatakan bahwa usaha yang dijalankan
dari kajian ekonomi tidak efisien. Usaha belum tercapai apabila
R/C=1.
Tabel 7. Asumsi Perhitungan R/C Ratio pada Budidaya Terong
(Solanum melongena L.).

Komponen Terong
Penerimaan Rp. 784.000
Keuntungan Rp. 478.253
Biaya
a. Biaya Eksplisit Rp. 203.250
b. Biaya Implisit Rp. 102.497
Total Biaya Rp. 305.747
R/C atas biaya tunai 3,857
(eksplisit)
R/C atas biaya total 2,564

Sumber : Data Primer


Hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan R/C atas
biaya tunai (eksplisit) 3,857. Perhitungan R/C atas biaya total
menunjukkan hasil 2,564. Perolehan diatas menunjukkan bahwa
R/C>1, sehingga budidaya terong tersebut layak untuk dibudidayakan.
b) B/C Ratio
Menurut Normansyah (2014) B/C Ratio merupakan metode
yang dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh
proyek untuk satu satuan mata uang (dalam hal rupiah) yang
dikeluarkan. B/C Ratio adalah suatu rasio yang membandingkan
antara benefit atau pendapatan dari suatu usaha dengan biaya yang
dikeluarkan. Analisis B/C Ratio adalah perbandingan antara tingkat
keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang
dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberi manfaat
apabila nilai B/C Ratio lebih besar dari nol (0), semakin besar nilai
B/C Ratio maka semakin besar pula manfaat yang akan di peroleh dari
usaha tersebut.
Asumsi B/C Ratio

keuntunganusahatani
B/C Ratio atas biaya tunai ¿
biayatunai usahatani(eksplisit )

478.253
¿ =¿ 4,66
102. 497

keuntungan usahatani
B/C Ratio atas biaya total¿
biaya total usahatani

478.253
¿
305.747

¿1,56

5) BEP (Break Event Point)


Total Biaya
a. BEP Produksi =
Harga jual
305.747
= = 43,67 kg
7000
Artinya petani perlu menjual 43,67 Kg terong agar terjadi break event
point (BEP).

Total biaya
b. BEP Harga =
Total produksi
305.747
= = 15.287,00
20
Artinya petani akan mengalami break event point. Harga ketika
penjualan bawang terong dengan harga Rp.15.287/Kg
II. BUDIDAYA KANGKUNG
A. Perencanaan Usahatani Kangkung
Tabel 8. Perencanaan usahatani Kangkung (Ipomoea Reptans)
N
URAIAN KEGIATAN PELAKSANAAN Jenis
O
Pembuatan Media
1 Tanam dan Penanaman
Benih  
Pupuk Kandang
a. Media Tanam Minggu 21 April 2019 (sapi)
  Minggu 21 April 2019 Pupuk Ayam
Minggu 21 April 2019 Tanah
b. Penanaman Benih
Minggu 21 April 2019
Kangkung
2 Perawatan  
a. Penyiraman  Setiap hari sekali
b. Pemupukan Susulan  
14 HST Minggu 5 Mei 2019 NPK
30 HST Minggu 19 Mei 2019 NPK
50 HST Minggu 9 Juni 2019 NPK
70 HST Sabtu 29Juni 2019 NPK
3 Panen Minggu 16 Juni 2019
Sumber : Data primer
Kangkung darat (Ipomoea Reptana Poir) berwarna hijau terang
dengan ujung daun yang runcing. Kangkung darat memiliki bunga berwarna
putih. Kangkung darat dipanen dengan cara dicabut. Budidaya kangkung
darat sangatlah mudah karena tanaman ini relatif tahan terhadap hama.
Kangkung darat dapat dipanen setelah 25 HST. Pada praktikum penanaman
kangkung yang pertama yaitu pembuatan media tanam dan penanaman
benih, kangkung ditanam pada ember cat bekas, media tanam yang dipakai
yaitu tanah, pupuk kandang (sapi) memiliki kandungan serat yang tinggi
untuk menjaga kestabilan unsur hara dalam tanah serta menjaga struktur
tanah, dan pupuk ayam yang berfungsi mempercepat reaksi terhadap tanaman
karena mengandung unsur N yang relatif tinggi.
Tahap selanjutnya yaitu perawatan dengan cara penyiraman sebanyak
satu kali sehari, tanaman kangkung merupakan tanaman yang memerlukan air
cukup banyak untuk pertumbuhannya. Perawatan berikutnya yaitu dengan
pemupukan susulan menggunakan pupuk NPK, takaran pemberian pupuk
NPK yaitu 15 gram per liter air dan diberikan sebanyak 250ml per tanaman,
fungsi pupuk NPK adalah untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dari
akar, tunas, hingga daun. Pemupukan susulan dilaksanakan pada hari
Minggu, 5 Mei 2019 sampai hari Sabtu, 29 Juni 2019 yaitu saat 14 HST, 30
HST, 50 HST, dan 70 HST. Kegiatan terakhir yang dilakukan yaitu panen
dilaksanakan pada hari Minggu, 16 Juni 2019, namun sebenarnya kangkung
sudah bisa dipanen dari usia 25 HST.
B. Analisis Usahatani Kangkung
Menurut Supartama (2013) analisis usahatani merupakan analisis yang
menggambarkan secara sistematik, akurat dan fakta. Analisis usahatani
meliputi biaya usahatani, penerimaan usahatani, pendapatan usahatani,
keuntungan usahatani, dan efisiensi usahatani. Hasil dari analisis usaha tani
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang
diteliti maupun fakta yang terjadi di lapangan.
1) Biaya Usahatani
Menurut Mahabirama (2013) biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya tunai dan biaya tidak
tunai. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar biaya yang
dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak
tunai digunakan untuk menghitung berapa pendapatan kerja petani jika
penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.
Tabel 9. biaya Usahatani Budidaya Tanaman Kangkung (Ipomoea
reptans)
Kangkung
Biaya Rata-rata per Konversi 1 HA
Usahatani
A. Eksplisit
1. Bibit 5.000 50.000.000
2. Media tanam
- Pupuk kandang 6.000 60.000.000
- Pupuk ayam 5.000 50.000.000
- Tanah 10.000 100.000.000
3. Pupuk susulan (NPK) 5.600 56.000.000
Jumlah 31.600 316.000.000

B. Implisit
1. T.K Dalam 0 0
2. Biaya penyusutan 0 0
3. Sewa lahan sendiri 0 0
Jumlah 0 0
Total Biaya 31.600 316.000.000
Sumber : Hasil olahan data primer
Tabel 10. Biaya Penyusutan Kangkung (Ipomoea Reptans)
Umur
No. Alat Harga Nilai Sisa Penyusutan
Ekonomis
1. Cetok 15.000 5.000 3 3.333
2. Ember 25.000 5.000 2 10.000
TOTAL 13.333
Sumber; Data Primer
Harga−nilai sisa
BiayaPenyusutan =
umur ekonomis
40.000−10.000
= = Rp. 6.000,00
5
2) Penerimaan Usahatani
Menurut Harahab (2016) penerimaan adalah konsep yang
menghubungkan antara jumlah barang yang diproduksi dengan harga jual
per unitnya. Selisih antara penerimaan dan biaya disebut dengan
keuntungan. Selisih penerimaan dan biaya hasilnya negatif, maka
perusahaan mengalami kerugian dan sebaliknya jika selisihnya positif
maka perusahaan mengalami keuntungan. Menghitung besarnya
penerimaan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TR = P x Q
Dimana:
TR = Total penerimaan (Total Revenue)
P = Tingkat harga jual
Q = Jumlah unit barang
Tabel 11. Asumsi Penerimaan Usahatani Budidaya Terong (Ipomoea
reptans)
Uraian Rata-rata Konversi 1 Ha
perusahatani
Produksi 20 ikat 200.000 ikat
Harga Rp. 2000,00/ikat Rp. 20.000,00/ikat
Penerimaan Rp. 40.000,00 Rp. 400.000.000,00
Sumber :Data Primer
Penerimaan usahatani budidaya kangkung (Ipomoea reptans)
diasumsikan 1 kaleng sama dengan 2 ikat. Produksi kangkung diperoleh
20 ikat dengan cara 2 kaleng dikalikan dengan 2 ikat, dengan harga Rp.
2000,00 per ikat. Penerimaan diperoleh sebesar Rp. 40.000,00 dengan
perhitungan produksi dikalikan harga. Konversi 1 Ha untuk produksi
diperoleh 40.000 ikat dengan harga Rp. 2.000,00 per ikat. Konversi 1 Ha
untuk penerimaan diperoleh sebesar Rp. 400.000.000,00 dengan 1 Ha
sama dengan 10.000.
3) Pendapatan Usahatani
Menurut Sundari (2011) pendapatan usahatani merupakan selisih
dari penerimaan dan biaya usahatani usahatani dalam satu kali musim
tanam. Sebuah perusahan dikatakan memaksimalkan laba totalnya dalam
jangka pendek jika selisih produksi wortel dengan harga jual wortel
tersebut. Menghitung Pendapatan Usahatani Untuk menghitung
pendapatan usaha tani yaitu dengan menghitung selisih penerimaan dan
biaya usaha tani yang dirumuskan :
∏ = TR – TC
Keterangan :
∏ = Pendapatan usaha tani (Rp)
TR = Penerimaan usaha tani wortel (Rp)
TC = Total Biaya usaha tani (Rp)
Tabel 12. Asumsi Pendapatan Usahatani Budidaya Kangkung (Ipomoea
reptans)

Penjuala PenerimaanUsahatan BiayaEksplisi Pendapatan


n i t (a-b)
(a) (b)
1 Rp. 40.000,00 Rp. 31.600,00 Rp. 8.400,00
Sumber : Data Primer
Pendapatan usahatani budidaya kangkung (Ipomeae aquatica)
diasumsikan 1 kaleng sama dengan 2 ikat. Penerimaan diperoleh sebesar
Rp. 40.000,00 dengan perhitungan produksi dikalikan harga. Biaya
eksplisit sendiri dapat diperoleh dengan menjumlahkan biaya
eksplisitbenih, media tanam, dan pupuk susulan, sehingga diperoleh Rp.
31.600,00. Pendapatan dapat dihitung dengan cara penerimaan usahatani
dikurangi biaya eksplisit, sehingga diperoleh Rp. 8.400,00.
4) Keuntungan Usahatani
Menurut Heriani (2013) keuntungan merupakan pendapatan yang
diperoleh petani dari usahatani tomat yang dapat diketahui dari selisih
antara penerimaan total dan biaya total. Fluktuasi harga seringkali
merugikan petani karena petani pada umumnya tidak dapat mengatur
waktu penjualan untuk mendapatkan harga jual yang lebih
menguntungkan. Harga yang relatif stabil dapat meningkatkan pendapatan
petani seiring dengan produksi yang meningkat. Harga yang rendah
menggambarkan produksi dan pasokan tomat yang melimpah, sebaliknya
harga yang tinggi menggambarkan sedikitnya produksi dan kurangnya
pasokan. Rendahnya harga tomat pada musim panen raya berakibat pada
keuntungan yang diterima petani menjadi rendah. Untuk mencari
keuntungan usahatani tomat per musim digunakan rumus :
π = TR – TC
Keterangan:
π = Keuntungan
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Tabel 13. Asumsi Keuntungan Usahatani Budidaya Tanaman Kangkung
(Ipomoea reptans)
Uraian Kangkung
Rata-rata per Konversi 1 Ha
usahatani
Penerimaan Rp. 40.000,00 Rp. 400.000.000,00
Biaya Eksplisit Rp. 31.600,00 Rp. 316.000.000,00
Biaya Implisit Rp. 19.997,00 Rp. 199.970.000,00
Keuntungan Rp. 915.970.000,00
Sumber : Data Primer
Keuntungan usaha tani tanman kangkung (Ipomoea reptans)
didapatkan dari hasil penerimaan sejumlah Rp. 400.000.000,00 dengan
asumsi x10.000 setiap 1 Ha dikurangi jumlah biaya total (biaya eksplisit
+biaya implisit) sejumlah Rp. 515.970.000,00, maka didapatkan
keuntungan sebesar Rp. 915.970.000,00.
5) Efisiensi Usahatani
Menurut Leovita (2015) konsep efisiensi pada dasarnya mencakup
tiga pengertian, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga) serta
efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan petani
untuk memperoleh output maksimal dari sejumlah input tertentu. Efisiensi
alokatif mencerminkan kemampuan petani untuk menggunakan input
dengan dosis/syarat yang optimal pada masing-masing tingkat harga input
dan teknologi yang dimiliki sehingga produksi dan pendapatan yang
diperoleh maksimal. Efisiensi ekonomi pada dasarnya terdiri dari dua
komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif atau efisiensi harga.
c) R/C Ratio
Menurut Primyastanto (2016) analisis Revenue per Cost (R/C)
merupakan perhitungan untuk mengetahui perbandingan antara
Revenue (Penerimaan) dengan Cost (biaya). Analisis R/C dapat
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu usaha dalam upaya
penggunaan faktor produksi seminimal mungkin untuk mendapatkan
tingkat produksi maksimal. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan
membandingkan antara penerimaan total (TR) dengan biaya total
(TC). Perbandingan tersebut untuk melihat apakah usaha yang
dijalankan efisien menggunakan rumus : R/C = TR/TC, dengan kaidah
apabila R/C>1 menyatakan usaha yang dijalankan dari segi ekonomi
efisien, sedangkan R/C<1 menyatakan bahwa usaha yang dijalankan
dari kajian ekonomi tidak efisien. Usaha belum tercapai apabila
R/C=1.
Tabel 14. Asumsi Perhitungan R/C Ratio pada Budidaya Kangkung
(Ipomoea reptans)

Komponen Kangkung
Penerimaan Rp. 40.000,00
Keuntungan Rp. 39.998,00
Biaya
a. Biaya Eksplisit Rp. 31.600,00
b. Biaya Implisit Rp. 19.997,00
Total Biaya Rp. 51.597,00
R/C atas biaya tunai Rp. 1.270,00
(eksplisit)
R/C atas biaya total Rp. 775.250,00

Sumber : Data Primer


Dari hasil perhitungan RC ratio diatas di dapatkan R/C atas
biaya tunai (eksplisit) yaitu hasil bagi antara penerimaan sejumlah
Rp.40.000,00 dan biaya eksplisit sejumlah Rp. 31.600,00, maka
didapatkan R/C atas biaya tunai sebesar Rp.1.200,00 . begitu juga
dengan R/C atas biaya tunai yaitu hasil bagi antara penerimaan
sebesar Rp.400.000.000,00 dengan asumsi x10.000 setiap 1 Ha,
biaya total sebesar Rp.51.597,00 maka didapatkan R/C atas biaya
total sebesar Rp.775.250,00.
d) B/C Ratio
Menurut Normansyah (2014) B/C Ratio merupakan metode
yang dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh
proyek untuk satu satuan mata uang (dalam hal rupiah) yang
dikeluarkan. B/C Ratio adalah suatu rasio yang membandingkan
antara benefit atau pendapatan dari suatu usaha dengan biaya yang
dikeluarkan. Analisis B/C Ratio adalah perbandingan antara tingkat
keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang
dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberi manfaat
apabila nilai B/C Ratio lebih besar dari nol (0), semakin besar nilai
B/C Ratio maka semakin besar pula manfaat yang akan di peroleh
dari usaha tersebut.
Asumsi B/C Ratio

keuntunganusahatani
B/C Ratio atas biaya tunai ¿
biayatunai usahatani(eksplisit )

39.998
= = 1,36
31.600

keuntungan usahatani
B/C Ratio atas biaya total¿
biayatotal usahatani

39.998
= = 0,8
51.597

6) BEP (Break Event Point)


Total Biaya
c. BEP Produksi =
Harga jual
51.597
= = 26 ikat
2000
Artinya petani perlu menjual 26 ikat agar terjadi break event point
(BEP).
Total biaya
d. BEP Harga =
Total produksi
51.597
= = 2.579
20
Artinya petani akan mengalami break event point. Harga ketika
penjualan kangkung dengan harga Rp. 2.579/ ikat.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Manajemen Usaha Tani budidaya terong dan


kangkung dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyiraman terong dan kangkung dilakukan dua hari sekali serta
pemupukan dan perawatan dilakukan setiap seminggu sekali.
2. Penerimaan usahatani terong dijual dengan harga Rp.7.000/kg.
Penerimaan yang akan diterima petani sebesar 784.000. Konversi Ha
menghasilkan produksi 112.000/kg. Biaya eksplisit yang dikeluarkan
sebesar Rp.203.250. Hasil dari pendapatan usahatani diperoleh
Rp.580.750 dan penerimaan usahatani kangkung dijual dengan harga
Rp.2.000/ikat. Penerimaan yang akan diterima petani sebesar 40.000.
Konversi Ha menghasilkan produksi 20.000/ikat. Biaya eksplisit yang
dikeluarkan sebesar Rp.31.600. Hasil dari pendapatan usahatani diperoleh
Rp.8.400.
3. Keuntungan yang diperoleh rata-rata per usaha tani sebesar Rp.
478.253.000 untuk terong dan kangkung Rp. 39.998.000
4. Perhitungan R/C atas biaya tunai (eksplisit) terong adalah 3,857, dan
kangkung 1,270. Perhitungan R/C atas biaya total terong adalah 2,564 dan
kangkung 7,75. Perolehan R/C rasio < 1, sehingga budidaya terong dan
kangkung layak untuk di budidayakan. B/C ratio pada budidaya diperoleh
B/C ratio atas biaya tunai terong sebesar 4,66 dan kangkung 1,26.
Perhitungan B/C atas biaya total terong adalah 1,56 dan kangkung 0,8.
Perolehan B/C rasio < 0, sehingga budidaya terong dan kangkung layak
untuk di budidayakan.
B. Saran
1. Sebelum praktikum seharusnya pemberitahuan kegiatan praktikum tidak
mendadak atau diberitahukan dari jauh hari.
2. Pembagian pupuk sebaiknya didampingi asisten agar pupuk terbagi
dengan rata sehingga tidak ada kekurangan pupuk saat praktikum.
3. Kegiatan penyiraman praktikum seharusnya dibuatkan jadwal yang tetap
agar merata dan saat penyiraman didampingi asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Angelia, L., R.W Asmarantaka, dan H.K Daryanto. 2015. Analisis Pendapatan
Dan Efisiensi Teknis Usahatani Ubi Jalar Di Kecamatan Ampek Angkek,
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia.
Vol 3 (1) : 4.
Harahap Dan Mujiati. 2016. Keragaan Ekonomi Usaha Kecil Dan Menengah
(Ukm) Pengolahan Opak Singkong Di Desa Tuntungan Ii Kabupaten Deli
Serdang Sumatera Utara. Jurnal Ekonomikawan. Vol 16 (2) : 4.
Heriani, N., Wan Abbas Zakaria, dan Achdiansyah Soelaiman. 2013. Analisis
Keuntungan dan Resiko Usahatani Tomat di Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Tanggamus. JIIA 1 (2) : 169-173.
Normansyah, D., Siti, R., dan Armaeni, D., H. 2014. Analisis Pendapatan
Usahatani Sayuran di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis 8 (1) : 29 – 44.
Primyastanto, M. 2016. EVAPRO (EVALUASI PROYEK) Teori dan Aplikasi pada
Usaha Pembesaran Ikan Sidat (Anguilla sp). Malang: UB Press.
Samadi, Budi. 2007. Kentang dan Analisis Usahatani. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta.
Sundari, M., T. 2011. Analisi Biaya dan Pendapatan Usaha Tani Wortel di
Kabupaten Karanganyar. Jurnal SEPA 7(2) : 119 – 126.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai