MAISARAH
NIM : 183110180
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Penulisan proposal penelitian
ini dibuat untuk memberikan asuhan keperawata jiwa pada pasien dengan prilaku
kekerasan diwilayah kerja Puskesmas Baruah Gunuang kecamatan Bukit Barisa,
kabupaten Lima Puluh Kota. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
proposal penelitian ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh
karena itu saya mengucapkan terimakasih pada :
1. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep, Sp.Jiwa dan Ibu Hj. Murniati Muchtar,
SKM.M.Biomed, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan KTI ini.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M. Si selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Padang.
3. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp. KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
4. Ibu Ns. Heppi Sasmita, M. Kep, Sp. Jiwa selaku Ketua Prodi D III
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang yang telah membantu
dalam usaha memperoleh data yang diperlukan.
5. Ibu Hendrawati, S.St selaku Pimpinan Puskesmas Baruah Gunuang yang telah
membantu dalam usaha memperoleh data yang saya butuhkan.
6. Ibu atau bapak dosen dan staf yang telah membimbing dan membantu saya
selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan Padang .
7. Orang tua tercinta Ayahanda Bulkaini S.Pd dan ibunda Efninangsih S.Pd yang
tiada henti mendo’akan serta memberikan dukungan sebesar besarnya demi
kelancaran tugas akhir penulis ini.
8. Selanjutnya kepada kedua saudara kandung penulis yaitu saudara Andika
Befni Pratama S.Pd dan saudari Putri Anugrah S.Pd.
9. Teman teman yang telah memberikan semangat serta dukungan.
i
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha kuasa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal penelitian ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan, bagi saya sendiri, bagi
lingkungsn tempat penelitian ini dilakukan dan bagi pembaca atau peneliti
selanjutnya.
Padang, 2 Januari 2021
Penulis
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
NIP.19701020 19903 2 00 2
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
iv
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian 38
C. Populasi dan Sampel 38
D. Instrumen Pengumpulan data 39
E. Langkah Pengumpulan Data 40
F. Analisis 41
DAFTAR PUSTAKA 42
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Daftar Tabel
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ganguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara Negara maju, modern dan industry, yaitu penyakit degenerative,
kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Gangguan jiwa itu sendiri adalah
suatu ketidak mampuan serta invalidas tidak baik secara individu maupun
kelompok yang akan menghambat pertumbuhan pada individu dan
lingkungan, karna ketidak produktifan dan ketidak efesienannya (Fita,
2019).
Gangguan jiwa berat atau psikosis adalah gangguan jiwa yang ditandai
oleh terganggunya kemampuan menilai realitas atau titikan (insight) yang
buruk. Gejala yang menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi,
ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah
1
laku aneh, atau agresivitas atau katatonik. Berdasarkan data yang telah
diperoleh, prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia
mencapai 1,7 per mil (Riskesdas, 2013).
Prilaku kekerasan atau amuk juga dapat disebabkan oleh frustasi, takut,
manipilasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
2
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian, dan
ketergantungan terhadap orang lain. klien dengan perilaku kesehatan dapat
melakukan tindakan tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain, maupun
lingkungannya. Seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot,
membakar rumahdan lainnya. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan
beresiko untuk mencederai dirinya, orang lain dan lingkungannya (Varera,
2017).
3
mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa pasien, jadi
keperawatan jiwa adalah proses interpersoanl untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga pasien dapat berfungsi secara utuh.
4
proses pikir : waham sebesar 4,66%, perilaku kekerasan sebesar 20,9%,
isolasi sosial sebesar 8,70%, gangguan konsep diri : hargadiri rendah
8,02%, defisit perawatan diri sebesar 3,66%, dan resiko bunuh diri sebesar
5,27%. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
persentase gangguan jiwa, prilaku kekerasan khususnya memiliki
persentase tertinggi kedua setelah halusinasi, yaitu sebesar 20,92.
5
Keluarga mengatakan klien hanya takut pada ayahnya, sedangkan ayah
dari klien sudah meninggal sejak 6 tahun yang lalu, hal ini juga membuat
klien semakin tak dapat mengontrol marahnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan perilaku kekerasan di wilayah kerja puskesmas
baruah gunuang kecamatan bukit barisan, kabupaten lima puluh
kota tahun 2021.
6
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan perilaku kekerasan di wilayah kerja puskesmas
baruah gunuang kecamatan bukit barisan, kabupaten lima puluh
kota tahun 2021.
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan perilaku kekerasan di wilayah kerja puskesmas baruah
gunuang kecamatan bukit barisan, kabupaten lima puluh kota
tahun 2021.
d. Mendeskripsikan tindakan asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan perilaku kekerasan di wilayah kerja puskesmas baruah
gunuang kecamatan bukit barisan, kabupaten lima puluh kota
tahun 2021.
e. Mendeskripsikan evaluasi hasil asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan perilaku kekerasan di wilayah kerja puskesmas
baruah gunuang kecamatan bukit barisan, kabupaten lima puluh
kota tahun 2021.
f. Mendeskripsikan pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa
pada pasien dengan perilaku kekerasan di wilayah kerja
puskesmas baruah gunuang kecamatan bukit barisan, kabupaten
lima puluh kota tahun 2021.
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
7
3. Bagi Pimpinan Puskesmas Baruah Gunuang
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
kemarahan yang paling maladaptive yaitu ditandai dengan perasaan
marahdan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya control, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain artau lingkungan.
10
adanya riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA (Naarkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya)
2) Factor Psikologis
3) Faktor Sosiokultural
4) Psikoanalisis
5) Perilaku (Behavioral)
a) Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan ganggguan
belajar menyebabkan kegagalan kemampuan dalam
berespons positif terhadap frustasi.
11
b) Penekanan emosi berlebihan (over rejection ) padaanak
anak atau godaaan (seduction) orang tua mempengaruhi
kepeercayaan (trust) dan percaya diri (self esteem)individu.
c) Perilaku kekerasan diusia muda, baik korban kekerasan
pada anak (child abuse) atau mengobservasi kekerasan
dalam keluarga memengaruhi penggunaan kekerasan
sebagai koping.
6) Sosial Kultural
a) Norma
12
Factor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat
unik, berbeda satu orang dengan yang lain. Stressor dapat
merupakan penyebab yangberasal dari dalam maupun luar
induvidu.
13
a. Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu
mengungkapkan atau menyatakan rasa marah atau tidak setuju
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain sehingga perilaku ini
dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
b. Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu
untuk mengungkapkan peng diarasaan marah yang sedang dialami,
dilakukan dengan tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
c. Agresif/perilaku kekerasan merupakan dari kemarahan yang
sangat tinggi atau ketakutan (panik).
Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat mengarah pada prilaku kekerasan. Respon rasa
marah dapat diekspresikan secara eksternal (perilaku kekersan)
maupun internal (depresi dan penyakit fisik).
14
a. Data Subjektif
1) Ungkapan berupa ancaman.
2) Ungkapan kata kata kasar.
3) Ungkapan ingin melukai atau memukul.
b. Data Objektif
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam.
3) Mengatupkan rahang dengan kuat.
4) Mengepalkan tangan.
5) Bicara kasar.
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak.
7) Mondar mandir.
8) Melempar atau memukul benda/orang lain.
B. Konsep Dasar Keluarga
1. Defenisi
15
a. Keluarga inti, keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang diproleh dari keturunannya atau adposi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek, nenek, paman, bibi, saudara sepupu, dll).
c. Keluarga bentukan kembali (Dyadic family) adalah keluarga baru
yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
d. Orang tua tunggal (Singgle parent family) adalah keluarga yang
terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
e. The single adult living alone adalah orang dewasa yang tinggal
sendiri tanpa pernah menikah.
f. The unmarried teenage mother, adalah ibu dengan anak tanpa
perkawinan.
g. Keluarga usila (Niddle age/Aging Couple), adalah suami sebagai
pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja atau tinggal
di rumah, anakanaknya sudah meninggalkan rumah karena sekolah
/ perkawinan / meniti karir.
3. Ciri-ciri Keluarga
Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang dikutip dari (Setiadi,
2008) ciriciri keluarga adalah sebagai berikut : keluarga merupakan
16
hubungan perkawinan, keluarga bentuk suatu kelembagaan yang
berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau
dipelihara, keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen
Clatur) termasuk perhitungan garis keturunan, keluarga mempunyai
fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak, dan keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau
rumah tangga.
4. Tugas Keluarga
17
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka
keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan
tempat tinggalnya.
18
tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang
derajat kesehatan bagi anggota keluarga.
a. Pengetahuan
19
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang teradap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (Notoatmodjo, 2014
dalam Yundari 2018).
b. Pekerjaan/Ekonomi
20
yang memiliki pelayanan kesehatan jiwa atau rumah sakit jiwa,
sedangkan jika pendapatan nya rendah keluarga bisa saja tidak
membawa klien ke fasilitas pelayanan kesehatan karena support
ekonomi yang tidak memadai, tetapi pendapatan tinggi ataupun
rendah tidak sepenuhnya mempengaruhi klien dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan, tergantung pada pengetahuan dan stigma yang
dimiliki oleh keluarga.
c. Sikap/budaya
21
Faktor-faktor menyebabkan seseorang berperan ada enam alasan,
yaitu pengetahuan, kepercayaan, sikap, orang penting sebagai
refensi, sumber daya dan kebudayaan. Peran keluarga dalam
perawatan pasien gangguan jiwa ini diwujudkan dengan cara
meningkatkan fungsi afektif yang dilakukan dengan memotivasi,
menjadi pendengar yang baik, membuat senang, memberi tanggung
jawab dan kewajiban peran dari keluarga sebagai pemberi asuhan
(Stuart, 2016 dalam Yundari 2018).
a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas klien
b. Alasan Masuk
22
tindakan keluarga pada saat itu yaitu dengan mengurung pasien atau
mamasung pasien. Tindakan yang dilakukan keluarga tidak dapat
merubah kondisi ataupun prilaku pasien.
c. Faktor predisposisi
d. Pemeriksaan fisik
e. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
b) Identitas Diri
23
Biasanya klien prilaku kekerasan tidak puas terhadap
pekerjaan yang sedang dilakukan maupun yang sudah
dikerjakannya.
c) Peran diri
d) Ideal Diri
e) Harga Diri
3) Hubungan Sosial
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
b) Kegiatan ibadah
24
c) Status Mental
1. Penampilan
2. Pembicaraan
3. Aktifitas Motorik
4. Alam Perasaaan
5. Afek
25
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan bermusuhan,
tidak kooperatif, dan mudah tersinggung serta . Biasanya
pasien dengan prilaku kekerasan defensif, selalu berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
7. Persepsi
9. Isi Fikir
11. Memori
26
dialaminya, maupun daya ingat jangka pendek, seperti
menceritakan penyebab ia masuk ke rumah sakit jiwa.
2) BAB/BAK
3) Mandi
27
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan untuk kebersihan diri
seperti mandi, gosok gigi, dan gunting kuku masih dapat
dilakukan seperti orang-orang normal, kecuali ketika emosinya
sedang labil.
4) Berpakaian
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
28
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan masih bisa diarahkan
untuk melakukan aktivitas didalam rumah, seperti: merapikan
tempat tidur maupun mencuci pakaian.
g. Mekanisme koping
1) Koping adaptif
a) Bicara dengan orang lain
b) Mampu menyelesaikan masalah
c) Teknik relaksasi
d) Aktifitas kontruksif
e) Olahraga
2) Koping maladaptive
a) Minum alcohol
b) Reaksi lambat/berlebihan
c) Bekerja berlebihan
d) Menghindar
e) Mencederai diri
29
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan akan mengungkapakan
masalah yamg menyebabkan penyakitnya maupun apa saja yang
dirasakannya kepada perawat maupun tim medis lainnya, jika
terbina hubungan yang baik dan komunikasi yang baik serta
perawat maupun tim medis yang lain dapat memberikan solusi
maupun jalan keluar yang tepat dan tegas.
2. Diagnosa keperawatan
30
didapatkan dari alasan masuk atau keluhan utama saat itu (saat
pengkajian).
b. Penyebab (Causa) adalah satu dari beberapa masalah yang
merupakan penyebab masalah utama, masalah ini dapat pula
disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian
seterusnya.
c. Akibat (Effect) adalah salah satu dari akibat beberapa masalah
utama, akibat ini dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya
akibat akibat yang lain dan berkelanjutan.
a. Prilaku Kekerasan
b. Harga Diri Rendah.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
a. Tujuan
1) Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi penyebab prilaku
kekerasan.
2) Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku
kekerasan.
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
31
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukan.
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengontrol
perilaku kekerasan.
6) Pasien dapat mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik, spiritual, sosial dan dengan terapi psikofarma.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu pertimbangan,
agar pasien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksoi
dengan perawat. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
2) Diskusikan pada pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis.
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
d) Diskusikan tanda adan kejala perilaku kekerasan secara
spiritual.
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual.
4) Diskusikan bersama pasien perilaku yang biasa dilakukan pada
saat marah secara :
a) Verbal
32
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan.
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
6) Diskusikan pada pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara :
a) Fisik : pukul bantal, tarik napas dalam
b) Obat
c) Spiritual : shalat, berdoa sesuai keyakinan pasien.
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan napas dalam dan pukul bantal-kasur
b) Susun latihan jadwal napas dalam.
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau
verbal
a) Latih pasien untuk mengungkapkan rasa marah secara verbal:
menolakdengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik.
b) Susun latihan mengungkapkan marah secara verbal
9) Latih pasien mengontrol prilaku kekerasan secara spiritual
a) Latih mengontrol marah secara spiritual : shalat, berdo’a
b) Buat jadwal latihan shalat dan berdo’a
10) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan atuh minum
obat
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar ( benar nama pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat dan benar dosis
minum obat )disertai dengan penjelasan guan obat dan akibat
berhenti minum obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut serta pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan.
33
Strategi tindakan pelaksanaan pada pasien menurut irman (2016),
yaitu :
34
4) Menjelaskan latihan yang selanjutnya yaitu latihan cara
mengontrol periaku kekerasan secara verbal ( mengungkapkan,
meminta dan menolak dengan benar).
5) Memasukkan latihan secara verbal kedalam jadwal pasien.
d. Strategi Pelaksanaan 4: latihan cara spiritusl
1) Mengevaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
2) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan teknik napas
dalam, pukul kasur atau banatl, minum obat dengan patuh dan
benar, dan latihan cara verbal.
3) Menanyakan manfaat dan memberikan pujian. Memberikan
4) latihan yang selanjutnya yaitu latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan secara spiritual dengan memilih 2 kegiatan.
5) Memasukkan latihan sevara spiritual kedalam jadwal latihal
pasien.
35
2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam merawat atau
melatih pasiensecara fisik, yaitulatihan cara napas dalam dan
memukul bantal atau kasur, lalu memberikan pujian.
3) Menjelaskan 6 benar cara memberikan obat.
4) Melatih cara memberikan bimbingan minum obat.
5) Menganjurkan membantu pasien melakukan kegiatan atau
latihan sesuai jadwal dan memberi pujian.
36
6) Mengidentifikasi kendala atau kesulitan dalam melakukan
latihan.
Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah
a. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien
1) SP 1 Pasien :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih
dapat digunakan, membantu pasien memilih dan menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian.
2) SP 2 Pasien :
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk
kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap
kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri
pasien.
b. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
1) SP 1 Keluarga :
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian,
tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat
pasien harga diri rendah dan memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk mempraktikkan cara merawat.
2) SP 2 Keluarga :
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga
diri rendah langsung pada pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melakukan tindakan keperawatan yang
37
sudah direncanakan, perawata perlu memvalidasi apakah tindakan
keperawatan masih dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien saat ini.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada pasien dan anggota keluarga yang
mengalami kekerasan menurut Imran (2016) adalah :
a. Evaluai kemampuan pasien risko perilaku kekerasan berhasil
apabila pasien dapat :
1) Menyebutkan penyebab, tanda dan gegala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang bisa dilakukan dan akibat dari perilaku
kekerasan.
2) Mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal :
a) Secara fisik, yaitu teknik napas dalam dan pukul bantal atau
kasur.
b) Secara sosial atau verbal, yaitu menolak, meminta dan
mengungkapkan perasaan dengan cara yang baik.
c) Secara spiritual.
d) Terapi psikofarmaka.
38
6) Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah
perilaku kekerasan psien .
7) Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh
dan melakukan rujukan.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Sampel
40
Sampel yaitu subjek penelitian yang dipilih melalui sampling,
terjangkau dan dapat dipergunakan (Nursalam, 2015). Sampel
penelitian adalah satu orang pasien gangguan jiwa dengan prilaku
kekerasan.
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
41
1. Format skrining dan format pengkajian keperawatan dasar terdiri dari :
identitas pasien,identifikasi penanggung jawab, riwayat kesehatan,
kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi
sosial, data spiritual, lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan
laboratorium, dan terapi pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik,
data, masalah dan etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya
masalah serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor
rekam medik,diagnosa keperawatan.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan
dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.
42
psikologis,data spritual serta data lain yang dibutuhan terkait dengan
kondisi responden saat ini.
2. Pemeriksaan fisik
3. Studi Dokumentasi
4. Observasi
b. Data Sekunder
43
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari keluarga dan diperoleh dari Medical record
Puskesmas Andalas.
G. Prosedur Penelitian
44
13. Analisa Data
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
47
Shofiyah, Erni. 2015. Harga Diri Pada Klien Gangguan Jiwa yang
Menjalani
Rawat Jalan Di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Mojokerto.
Laporan Penelitian. (8 April 2018)
48
49
50
51
52
Lembar skrining
Nama :
Umur :
NIK :
Hasil Pemeriksaan
Suhu :
Tekanan Darah :
Perilaku Ya Tidak
1. Apakah klien sering marah marah tanpa alasan yang
jelas?
2. Apakah saat berbicara klien menggunakan nada
tinggi dan intonasi yang keras?.
3. Suka berkata kata kasar.
4. Apak mata klien tampak memerah tanpa ada riwayat
tertentu ?
5. Apakah klien sering gelisah, mondar mandir atau
tidak bisa diam?
6. Apakah saat marah klien suka melempar atau
memukul benda atau orang?
7. Apakah saat marah klien bisa menngendalikan diri
atau emosi?
8. Apakah klien memiliki pandangan yang tajam tanpa
ada penyebab tertentu?
9. Apakah klien suka mengatupkan rahang secara kuat?
10. Apakah saat marah klien suka mengepalkan tangan
seperti akan memukul?
53