Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK RENTAN

KORBAN PEMERKOSAAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Keperawatan Jiwa II

Dosen Pengampu:

Ns. Duma Lumban Tobing, S.Kep M.Kep, Sp.Kep. J

Disusun oleh:

Kelompok 3 Kelas A

Sarah Dewi Permata Sari (1910711017)

Mira Putri Salsabila (1910711038)

Endah Dwi cahyani (1910711044)

Dwi Rahmawati (1910711049)

Muhamad Fathurrahman (1910711052)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Makalah yang berjudul Makalah Asuhan Keperawatan pada Kelompok Rentan Korban
Pemerkosaan ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Makalah ini akan membahas tentang kelompok rentan korban pemerkosaan secara teori dan
membahas asuhan keperawatan berdasarkan teori dan kasus.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun makalah menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, demi kesempurnaan makalah
ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.

Jakarta, 17 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan penulisan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian 3
B. Respon korban pemerkosaan 3
C. Pengkajian berdasarkan kasus 4
D. Data fokus 6
E. Analisis data 7
F. Diagnosis keperawatan 10
G. Intervensi keperawatan 10
H. Implementasi keperawatan 10
I. Evaluasi keperawatan 10
J. Hasil-hasil penelitian pada asuhan keperawatan pada korban pemerkosaan 10
K. Strategi pelaksanaan 10
BAB III 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di Indonesia, menurut catatan tahunan 2020 Komnas Perempuan tercatat sedikitnya 4.898
kekerasan seksual terhadap perempuan. Korban pemerkosaan bisa berusia berapa pun, tetapi
insiden tertinggi berada pada perempuan berusia 16 sampai 24 tahun (Videbeck, 2020).

Istilah kekerasan seksual adalah perbuatan yang dapat dikategorikan hubungan dan tingkah
laku seksual yang tidak wajar, sehingga menimbulkan kerugian dan akibat yang serius bagi
para korban. Kekerasan seksual (perkosaan) membawa dampak pada fisik dan psikis yang
permanen dan berjangka panjang. Kekerasan seksual yang akan lebih dibahas disini adalah
khususnya kejahatan seksual pemerkosaan, maka sangat penting ditelusuri pula faktor-faktor
penyebab timbulnya kejahatan tersebut, khususnya kejahatan kekerasan seksual
pemerkosaan. Kejahatan kekerasan seksual (perkosaan) yang tidak surut oleh perkembangan
jaman, kemajuan teknologi, dan kemajuan pola pikir manusia, menjadi salah satu kejahatan
yang sangat meresahkan masyarakat di tengah-tengah perkembangan-perkembangan tersebut
(Kristiani, 2014)

Setiap korban pemerkosaan bisa merespon peristiwa traumatis dengan caranya


masing-masing. Maka dari itu, dampak pemerkosaan bisa beragam pada masing-masing
orang. Efek trauma bisa bersifat ringan sampai serius dan fatal, serta terjadi dalam jangka
pendek atau hingga bertahun-tahun setelah mengalaminya. Adapun dampak pemerkosaan
antara lain ada dampak fisik dan psikologis atau emosional.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari pemerkosaan?
2. Apa saja respon yang muncul pada korban pemerkosaan?
3. Bagaimana pengkajian korban pemerkosaan berdasarkan kasus?
4. Apa saja data fokus yang muncul pada kasus?
5. Bagaimana analisis data berdasarkan kasus?

1
6. Apa saja diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus?
7. Apa saja intervensi keperawatan yang dapat dilakukan sesuai kasus?
8. Apa saja implementasi keperawatan yang tepat sesuai kasus?
9. Apa saja evaluasi yang tepat sesuai kasus?
10. Bagaimana hasil penelitian terkini mengenai asuhan keperawatan pada korban
pemerkosaan?
11. Bagaimana strategi pelaksanaan yang tepat sesuai kasus?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian dari pemerkosaan
2. Mengetahui respon yang muncul pada korban pemerkosaan
3. Mengetahui pengkajian korban pemerkosaan berdasarkan kasus
4. Mengetahui data fokus yang muncul pada kasus
5. Mengetahui analisis data berdasarkan kasus
6. Mengetahui diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus
7. Mengetahui intervensi keperawatan yang dapat dilakukan sesuai kasus
8. Mengetahui implementasi keperawatan yang tepat sesuai kasus
9. Mengetahui evaluasi yang tepat sesuai kasus
10. Mengetahui hasil penelitian terkini mengenai asuhan keperawatan pada korban
pemerkosaan
11. Mengetahui strategi pelaksanaan yang tepat sesuai kasus

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pemerkosaan adalah suatu tindakan seseorang untuk memaksakan persetubuhan dengan
seseorang di luar kehendak orang tersebut dan tanpa persetujuan, baik dengan cara
kekerasan, ketakutan, obat-obatan, atau minuman keras (Videbeck, 2020). Korban
pemerkosaan akan mengalami trauma fisik dan emosional.

Sedangkan menurut FBI (2018), pemerkosaan adalah penetrasi sekecil apapun itu, pada
vagina atau anus, dengan benda atau bagian tubuh apapun, atau penetrasi oral oleh organ
seksual dari orang lain, tanpa persetujuan dari korban.

Di Indonesia, menurut catatan tahunan 2020 Komnas Perempuan tercatat sedikitnya 4.898
kekerasan seksual terhadap perempuan. Korban pemerkosaan bisa berusia berapa pun, tetapi
insiden tertinggi berada pada perempuan berusia 16 sampai 24 tahun (Videbeck, 2020).

B. Respon korban pemerkosaan


Setiap korban bisa merespon peristiwa traumatis dengan caranya masing-masing. Maka dari
itu, dampak pemerkosaan bisa beragam pada masing-masing orang. Efek trauma bisa bersifat
ringan sampai serius dan fatal, serta terjadi dalam jangka pendek atau hingga bertahun-tahun
setelah mengalaminya. Adapun dampak pemerkosaan antara lain ada dampak fisik dan
psikologis atau emosional.

Respon sindrom pemerkosaan, meliputi :

1. Respon emosi: Gawat Darurat 


Respon emosi gawat darurat terdiri dari dua yaitu:
a. Respon Ekspresif 
Respon yang diberikan meliputi Ketakutan, Tegang, Kemarahan, Ansietas ,
Kegelisahan, dan Menangis 
b. Respon terkontrol 

4
Respon yang diberikan meliputi Tenang, Menyembunyikan, Tunduk, Lembut,
dan Perasaan tidak terbuka 
2. Respon/ dampak fisik beberapa minggu setelah perkosaan
Respon fisik yang mungin muncul yaitu :
a. luka memar atau lecet pada organ genital ataupun bagian tubuh lain,
b. Sakit kepala, lelah, gangguan tidur
c. Nyeri, mual, muntah
d. Dispareunia (nyeri saat atau setelah berhubungan seksual)
e. Gemetar
f. Vaginismus, otot-otot vagina mengejang dan menutup dengan sendirinya
g. Perdarahan di vagina
3. Respon / dampak jangka panjang 

Respon jangka panjang yang mungkin muncul meliputi :

a. Gelisah, mimpi buruk, phobia, control diri hilang 


b. Depresi, bunuh diri, penyalahgunaan obat, psikotik 
c. Tersembunyi, supresi

C. Pengkajian berdasarkan kasus


1. Kasus :
Seorang perempuan usia 15 tahun dibawa ke poli jiwa RSU oleh keluarga dengan
keluhan mengurung diri di kamar setelah kejadian pemerkosaan yang dialami 6 bulan
yang lalu dan kasusnya di kepolisian masih berlanjut. Keluarga mengatakan dulu
klien adalah anak yang ceria, mudah bergaul, banyak teman, banyak bermain sampai
larut malam. Keluarga mengakui tidak kontrol pergaulannya karena sibuk bekerja
sebagai pedagang. Keluarga semakin khawatir karena perilaku klien tidak
menunjukkan perubahan. Klien tidak mau keluar rumah dan ngobrol dengan
teman-temannya, mengurung diri dan sering menyendiri, menolak berhubungan
dengan orang lain karena mengalami kekerasan seksual lagi dari tetangganya. Hasil
pengkajian, klien banyak melamun, sedikit bicara, wajah murung. Klien pernah
mendapatkan obat anti ansietas 3 bulan yang lalu namun tidak minum obat teratur

5
sehingga pengobatan kurang berhasil. Klien mengatakan pengalaman masa lalu
paling membuatnyan trauma adalah kekerasan seksual oleh pamannya sendiri, ia
merasa malu karena sampai sekarang dia merasa dirinya sudah kotor akibat kejadian
waktu itu.

2. Pengkajian
a. Respon sindrom permerkosaan
1) Respon Emosi : Gawat Darurat
a) Respon Ekspresif : Melamun dan wajah murung
b) Respon Terkontrol: Perasaan tidak terbuka ditandai dengan
mengurung diri dansering menyendiri
2) Respon Beberapa Minggu Setelah Perkosaan
Tidak disebutkan pada kasus
3) Respon / Dampak Jangka Panjang
a) Trauma berkepanjangan
b) Malu dan merasa dirinya kotor
b. Identitas
1) Seorang perempuan
2) Umur : 15 tahun
c. Psikososial
1) Citra tubuh : tidak disebutkan dalam kasus
2) Identitas : Seorang perempuan berusia 15 tahun
3) Peran : Sebagai seorang anak dan pelajar
4) Ideal diri : Keluarga mengatakan dulu klien adalah anak yang ceria,
mudah bergaul, banyak teman, banyak bermain sampai larut malam
5) Harga diri : Klien mengatakan malu, merasa dirinya sudah kotor, klien
tidak mau keluar rumah dan mengobrol dengan temannya, mengurung
diri dan sering menyendiri dan menolak berhubungan dengan orang
lain

6
d. Faktor Predisposisi
1) Biologis : tidak disebutkan pada kasus
2) Psikologis : 6 bulan yang lalu anak mengalami pemerkosaan
3) Sosiokultural : Seorang perempuan berusia 15 tahun
e. Faktor Presipitasi
1) Klien mngalami kekerasan sexual lagi dari tetangganya
2) Sejak 3 bulan yang lalu klien berhenti minum obat antiansietass
f. Penilaian Stresor
1) Peilaku: Mengurung diri di kamar, klien banyak melamun, sedikit
bicara, sering menyendiri dan mengurung diri
2) Kognitif: Klien merasa malu karena sampai sekarang dia merasa
dirinya sudah kotor
3) Afektif: Wajah Murung
4) Sosial budaya: Klien tidak mau keluar rumah dan ngobrol dengan
teman-temannya, mengurung diri dan sering menyendiri, menolak
berhubungan dengan orang lain.
5) Fisiologis: Tidak ada
g. Sumber Koping
Keluarga membawa klien ke poli jiwa RSU
h. Mekanisme Koping
Tidak dijelaskan pada kasus

D. Data fokus

Data Subjektif (DS) Data Objektif (DO)

- Keluarga mengatakan anaknya - klien tampak banyak melamun, sedikit


mengalami pemerkosaan 6 bulan bicara, wajah murung
yang lalu
- Klien tampak mengurung diri dan
sering menyendiri

7
- Keluarga mengeluh klien selalu
mengurung diri dikamarnya
- Keluarga mengatakan dulu klien
adalah anak yang ceria, mudah
bergaul, banyak teman, banyak
bermain sampai larut malam.
- Keluarga mengakui tidak kontrol
pergaulannya karena sibuk bekerja
sebagai pedagang.
- Keluarga mengatakan semakin
khawatir karena perilaku klien tidak
menunjukkan perubahan.
- Keluarga mengatakan klien tidak
mau keluar rumah dan ngobrol
dengan teman-temannya
- Keluarga mengatakan klien menolak
berhubungan dengan orang lain
karena mngalami kekerasan seksual
lagi dari tetangganya.
- Klien mengatakan pengalaman masa
lalu paling membuatnya trauma
adalah kekerasan seksual oleh
pamannya sendiri
- klien mengatakan merasa malu
karena sampai sekarang dia merasa
dirinya sudah kotor akibat kejadian
waktu itu.
- Keluarga mengatakan klien pernah
mendapatkan obat anti ansietas 3
bulan yang lalu namun tidak minum
obat teratur sehingga pengobatan
kurang berhasil.

E. Analisis data

8
No Data Masalah Etiologi

1. DS: Sindrom Trauma Perkosaan


Perkosaan
● Keluarga mengatakan anaknya
mengalami pemerkosaan 6 bulan (NANDA Hal 319 D.9 K.1
yang lalu KD 00142)

● Keluarga mengatakan dulu klien


adalah anak yang ceria, mudah
bergaul, banyak teman, banyak
bermain sampai larut malam.

● Keluarga semakin khawatir karena


perilaku klien tidak menunjukkan
perubahan

● Klien mengatakan pengalaman


masa lalu paling membuatnyan
trauma adalah kekerasan seksual
oleh pamannya sendiri

● Keluarga mengatakan klien


menolak berhubungan dengan
orang lain karena mngalami
kekerasan seksual lagi dari
tetangganya.

● Klien mengatakan merasa malu


karena sampai sekarang dia merasa
dirinya sudah kotor akibat kejadian
waktu itu.

● Keluarga mengatakan klien pernah


mendapatkan obat anti ansietas 3
bulan yang lalu namun tidak
minum obat teratur sehingga
pengobatan kurang berhasil

DO:

● klien tampak banyak melamun,


sedikit bicara, wajah murung

● Klien tampak mengurung diri dan


sering menyendiri

2. DS: Isolasi Sosial Sumber personal yang


tidak adekuat
● Keluarga mengeluh klien selalu (NANDA Hal 455 D.12 K.3
mengurung diri dikamarnya KD 0053)

9
● Keluarga mengatakan klien
menolak berhubungan dengan
orang lain karena mngalami
kekerasan seksual lagi dari
tetangganya.

● Keluarga mengatakan klien tidak


mau keluar rumah dan ngobrol
dengan teman-temannya

DO:

● klien tampak banyak melamun,


sedikit bicara, wajah murung

● Klien tampak mengurung diri dan


sering menyendiri

3. DS: Ketidakefektifan Koping Kurang percaya diri


dalam kemampuan
● Klien mengatakan merasa malu mengatasi masalah
karena sampai sekarang dia merasa
dirinya sudah kotor akibat kejadian (NANDA: Halaman 327,
waktu itu. Domain 9, Kelas 2, Kode
Diagnosis 00069)
● Keluarga mengatakan klien
menolak berhubungan dengan
orang lain karena mngalami
kekerasan seksual lagi dari
tetangganya.

● Keluarga mengatakan klien tidak


mau keluar rumah dan ngobrol
dengan teman-temannya

● Keluarga mengakui tidak kontrol


pergaulannya karena sibuk bekerja
sebagai pedagang.

DO:

● klien tampak banyak melamun,


sedikit bicara, wajah murung

● Klien tampak mengurung diri dan


sering menyendiri

10
F. Diagnosis keperawatan
1. Sindrom Trauma Perkosaan b.d Perkosaan d.d gangguan hubungan, merasa malu dan
ansietas
2. Isolasi Sosial b.d Sumber personal yang tidak adekuat d.d ingin sendirian dan menarik
diri
3. Ketidakefektifan Koping b.d Kurang percaya diri dalam kemampuan mengatasi
masalah d.d Strategi koping tidak efektif

G. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan
Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Sindrom trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Trauma Perkosaan (NIC [6300]
perkosaan b.d selama 2x24 jam diharapkan Sindrom Edisi 7 Hlm. 399)
perkosaan trauma perkosaan teratasi dengan kriteria ● Berikan dukungan berupa
hasil: personil yang berada disisi klien.
Pemulihan Terhadap Kekersan:
Seksual (NOC [2505] Edisi 6 Hlm. 394) ● Informasikan klien mengenai
● Penyembuhan trauma fisik tes HIV secara tepat
dipertahankan pada terbatas (2)
ditingkatkan menjadi sangat besar
(5) Peningkatan Harga Diri (NIC [5400]
● Perasaan mampu Edisi 7 Hlm. 330)
memberdayakan diri ● Monitor perasaan korban
dipertahankan pada tidak ada (1) mengenai harga diri
ditingkatkan menjadi sedang (3) ● Tentukan kepercayaan diri
● Resolusi perasaan tentang pasien dalam hal penilaian diri
kekerasan yang dialami ● Dukung pasien untuk bisa
dipertahankan pada tidak ada (1) mengidentifikasi kekuatan
ditingkatkan menjadi sedang (3) ● Jangan mengkritisi pasien
● Ekspresi adanya harapan secara negatif
dipertahankan pada tidak ada (1) ● Bantu pasien untuk mengatasi
ditingkatkan menjadi besar (4). perundungan atau ejekan
● Bantu pasien memeriksa
persepsi negatif terhadap diri
● Eksplorasi pencapaian
keberhasilan sebelumnya
● Eksplorasi alasan-alasan untuk
mengkritik diri atau rasa bersalah

11
● Buat pernyataan positif
mengenai pasien
Sampaikan ungkapan kepercayaan diri
pasien dalam megnhadapi situasi
Isolasi sosial b.d TUM: Setelah dilakukan
1. Terapi Aktivitas. (NIC: 4310, 431)
Pasien mampu
Sumber personal tindakan keperawatan - Pertimbangkan kemampuan klien
untuk
tidak adekuat menghadapi 1x24 jam diharapkan dalam berpartisipasi melalui aktivitas
Risiko Isolasi spesifik.
masalah keperawatan - Instruksikan pasien dan keluarga
Sosial.
Risiko Isolasi Sosial untuk melaksanakan aktivitas yang
TUK: diinginkan.
dapat teratasi dengan
Pasien memiliki 1. Dorong keterlibatan dalam aktivitas
kriteria hasil:
koping kelompok maupun terapi.
dukungan
1. Keparahan
Risiko Isolasi
Kesepian.
Sosial.
(NOC:
1203, 149)
- Rasa
keputusasaan
dipertahanka
n pada skala
cukup berat
ditingkatkan
ke skala
sedang.
- Rasa
kehilangan
harapan
dipertahanka
n pada skala
cukup berat
ditingkatkan
ke skala
sedang.

12
Ketidakefektifan TUM: Setelah dilakukan
2. Peningkatan Koping
Koping b.d Kurang Klien mampu tindakan keperawatan
(NIC Edisi 7 Halaman 341, D. 3 K. R
percaya diri dalam untuk 1x24 jam diharapkan
Kode 5230)
kemampuan menghadapi masalah keperawatan
- Kenalkan klien pada seseorang atau
mengatasi masalah masalah Ketidakefektifan
kelompok yang telah berhasil
d.d Strategi koping Ketidakefektifan Koping dapat teratasi
melewati pengalaman yang sama.
tidak efektif Koping. dengan kriteria hasil:
- Dukung hubungan klien dengan orang
yang memiliki ketertarikan dan tujuan
(NANDA: Halaman TUK: 1. Koping
yang sama.
327 Domain 9, Kelas Klien memiliki (NOC Edisi 6
- Berikan suasana penerimaan.
2, Kode Diagnosis kemampuan Halaman 315, D.
- Dukung sikap klien terkait dengan
00069) untuk III K. N Kode
harapan realistis sebagai upaya untuk
menghadapi 1302)
mengatasi perasan ketidakberdayaan.
masalah - Menyatakan
- Dukung kesabaran dalam
Ketidakefektifan penerimaan
mengembangkan suatu hubungan.
Koping. terhadap
situasi di
pertahankan
pada skala 1
(tidak pernah
menunjukkan
) ditingkatkan
ke skala 3
(kadang-kada
ng
menunjukkan
).
- Menggunaka
n sistem
dukungan
personal
dipertahanka
n pada skala
2 (jarang
menunjukan)

13
ditingkatkan
ke skala 4
(sering
menunjuk-ka
n).

H. Implementasi keperawatan

No.
Hari / Tanggal Jam, Tindakan Keperawatan & Hasil Paraf & Nama Jelas
Diagnosa
Senin, 13 September 1 08.00 ¥
2021 Memberikan dukungan berupa personil yang berada Kelompok 3
disisi klien.
Hasil:
Dukungan sudah diberikan kepada klien.

08.10
Menginformasikan klien mengenai tes HIV secara
tepat.
Hasil:
Klien sudah mendapatkan informasi mengenai tes HIV

08.20
Memantau perasaan klien mengenai harga diri.
Hasil:
Klien merasa tidak berharga.

08.20
Menentukan kepercayaan diri pasien dalam hal
penilaian diri
Hasil:
Klien menilai dirinya negatif.

08.40
Mengeksplorasi alasan-alasan untuk mengkritik diri
atau rasa bersalah

Hasil:
Klien mengatakan malu karena kekerasan seksual yang
dilakukan oleh pamannya.

14
08.50
Membantu pasien memeriksa persepsi negatif
terhadap diri
Hasil:
Klien merasakan bahwa dirinya sudah kotor.

09.00
Mengeksplorasi eksplorasi pencapaian keberhasilan
sebelumnya

Hasil:
Pencapaian keberhasilan sebelumnya sudah
dieksplorasi.

Selasa, 14 September 1 08.00 ¥


2021 Mendukung pasien untuk bisa mengidentifikasi Kelompok 3
kekuatan
Hasil:
Dukungan sudah diberikan

08.10
Membantu pasien untuk mengatasi perundungan atau
ejekan
Hasil:
Pasien sudah diajarkan cara mengatasi perundungan
atau ejekan.

08.30
Membuat pernyataan positif mengenai pasien
Hasil:
Pernyataan positif terhadap kekuatan diri pasien dalam
megnhadapi situasi sudah diberikan.

Rabu, 15 September 2 08.00


2021 Mempertimbangkan kemampuan dalam berpartisipasi
melalui aktifitas spesifik
Hasil Klien dapat mampun berpartisipasi dalam
aktifitas spesifik

08.15
Menginstruksikan pasien dan keluarga untuk
melaksanakan aktivitas yang diinginkan

15
Hasil Klien dan keluarga dapat melaksanakan aktivitas
yang diinginkan

09.00
Mendorong keterlibatan dalam aktivitas kelompok
maupun terapi
Hasil Klien dapat terlibat dalam aktivitas kelompok
maupun terapi
Kamis, 16 September 3 08.00
2021 Mengenalkan klien pada seseorang atau kelompok
yang telah berhasil melewati pengalaman yang sama.
Hasil:
Klien lebih percaya diri untuk mengatasi masalahnya.

08.20
Mendukung hubungan klien dengan orang yang
memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama.
Hasil:
Klien sedikit dapat bersosialisai dengan baik. Keluarga
mengatakan klien sudah mau keluar rumah sebentar
dan ngobrol dengan teman-temannya.

08.40
Memberikan suasana penerimaan.
Hasil:
Klien dapat menerima suasana yang ada disekitarnya.
Klien tidak tampak murung.

10.00
Mendukung sikap klien terkait dengan harapan realistis
sebagai upaya untuk mengatasi perasaan
ketidakberdayaan.
Hasil:
Klien dapat mengatasi perasaan ketidakberdayaan dan
klien sudah mempunyai harapan.

10.20
Mendukung kesabaran dalam mengembangkan suatu
hubungan.
Hasil:
Klien dapat mengembangkan suatu hubungan. Klien
mengatakan tidak malu.

16
I. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Hasil
No. Diagnosa Hari/ Tanggal Paraf & Nama Jelas
(SOAP)

1 Senin, 13 S: Klien mengatakan dirinya sudah tidak berharga


September 2021
O: Klien tampak murung ¥

A: Masalah belum teratasi Kelompok 3

P: Melanjutkan perencanaan selanjutnya.

1 Senin, 13 S: Klien menyebutkan keberhasilan yang pernah


September 2021 dicapai
¥
O: Klien tampak senang saat mengeksplorasi
pencapaian keberhasilan Kelompok 3

A: Masalah sebagian teratasi.

P: Melanjutkan perencanaan selanjutnya.

I Selasa, 14 S: Klien mengatakan sudah mampu mengatasi


September 2021 perundungan/ ejekan
¥
O: Klien terlihat sudah paham
Kelompok 3
A: Masalah sebagaian teratasi

P: Melanjutkan perencanaan selanjutnya.

1 Selasa, 14 S: Klien menyebutkan pernyataan positif tentang


September 2021 kekuatan dirinya
¥
O: Klien sudah memahami
Kelompok 3
A: Masalah sebagian teratasi.

P: Melanjutkan perencanaan selanjutnya.

2 Rabu, 15 S: - Klien mengatakan tidak malu ¥


September 2021 - Keluarga mengatakan klien sudah mau keluar
Kelompok 3
rumah sebentar dan ngobrol dengan
teman-temannya

O: Klien tidak tampak murung


A: Masalah sebagian teratasi
P: Melanjutkan perencanaan selanjutnya

17
3 Kamis, 16 S: - Klien mengatakan tidak malu. \¥
September 2021 - Keluarga mengatakan klien sudah mau keluar Kelompok 3
rumah sebentar dan ngobrol dengan
teman-temannya.

O: Klien tidak tampak murung.


A: Masalah sebagian teratasi.
P: Melanjutkan perencanaan selanjutnya.

J. Hasil-hasil penelitian pada asuhan keperawatan pada korban pemerkosaan


No Penulis Judul Jurnal Tujuan Metode Hasil
1 Sabola Effect of International Mengevaluasi Quasi Terdapat
dkk., Psychodrama- Journal of pengaruh experimenta perbedaan
(2020). Based-Nursin Psychosocial intervensi l signifikan pada
g Intervention Rehabilitation keperawatan kesadaran
on Cognitive berbasis kognitif,
Awareness, psikodrama keterampialn
Prevention pada kesadaran pencegahan,
Skills and Self kognitif, dan sikap asertif
Assertiveness keterampilan pada anak
among pencegahan setelah
Sexually dan sikap dilakukannya
Abused asertif pada diri intervensi.
Ten-age di antara
School anak-anak usia
Children sekolah yang
mengalami
pelecehan
seksual
2 Miller Psychological Journal of Forensic Memeriksa Randomized Analisis
dkk., outcomes Nursing kemanjuran controlled kovarians
(2015). after a sexual intervensi trial mengungkapka
assault video berbasis video n bahwa wanita
intervention: singkat yang dalam kondisi
A randomized memberikan video memiliki
trial. psikoedukasi gejala
dan pemodelan kecemasan yang
strategi koping jauh lebih
untuk korban sedikit pada
pada saat penilaian
pengkajian oleh lanjutan. Selain
perawat. itu, dari peserta
dalam kondisi
video, penyintas
yang
melaporkan
tidak ada
riwayat
pelecehan
seksual
sebelumnya

18
melaporkan
gejala stres
pasca trauma
secara signifikan
lebih sedikit 2
minggu setelah
pemeriksaan
dibandingkan
dengan mereka
yang memiliki
riwayat
pelecehan
seksual
sebelumnya.

19
BAB III

A. Kesimpulan
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya
paksaan baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena
ada kesempatan, namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan
korban menimbulkan hasrat pada si pelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta
pemerkosaan bisa juga disebabkan karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai
kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan
menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi korban perkosaan tersebut.

Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan
tetapi dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan
ekonomi, dan juga kekerasan seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk
perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga
menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis.

B. Saran
Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi oleh
kita semua karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan dapat merusak
citra dan moral bangsa. Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras
dalam menanggulangi tindak pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan
sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai dengan
nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing serta
menindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.

20
DAFTAR PUSTAKA

Federal Bureau of Investigation. (2018). Rape. FBI:UCR.


https://ucr.fbi.gov/crime-in-the-u.s/2018/crime-in-the-u.s.-2018/topic-pages/rape
Kristiani, M. (2014). KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL (PERKOSAAN) DITINJAU
DARI PERSPEKTIF KRIMINOLOGI. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law
Journal), 3(3). doi:10.24843/JMHU.2014.v03.i03.p02

21
Miller, K. E., Cranston, C. C., Davis, J. L., Newman, E., & Resnick, H. (2015). Psychological
outcomes after a sexual assault video intervention: A randomized trial.  Journal of forensic
nursing, 11(3), 129-136.
Sabola, N. E., Arrab, M. M., Berry, K. I. E., Zayed, D. A., Radwan, H. A., & Elfeshawy, R.
(2020). Effect of Psychodrama-Based-Nursing Intervention on Cognitive Awareness, Prevention
Skills and Self Assertiveness among Sexually Abused Ten-age School Children.  International
Journal of Psychosocial Rehabilitation, 24(10).
Tim Keperawatan Jiwa. (2021). Modul Pembelajaran Keperawatan Jiwa: Asuhan Keperawatan
pada Kelompok Rentan.
Videbeck, S. L. (2020). Psychiatric-Mental Health Nursing (8 ed.). Wolters Kluwer.

22

Anda mungkin juga menyukai