Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Askep untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Jiwa II ini tepat pada waktunya. Adapun judul Makalah Keperawatan Jiwa II ini
adalah “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah Askep Keperawatan Jiwa ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun tehnik penulisan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan sumber dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Makalah Keperawatan Jiwa II ini dan
menambah pengetahuan penulis di hari-hari yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Metode Penulisan 3
D. Sistematika Penulisan 4
A. Pengertian 5
B. Etiologi / Predisposisi 6
C. Patofisiologi 6
D. Mekanisme Koping 7
E. Manifestasi Klinis 7
F. Penatalaksanaan 8
G. Komplikasi 8
H. Pathways Keperawatan 9
I. Pengkajian Fokus 10
J. Diagnosa keperawatan 15
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
iii
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui survey awal
penelitian di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara bahwa jumlah pasien
gangguan jiwa pada tahun 2008 tercatat sebanyak 1.814 pasien rawat inap
yang keluar masuk rumah sakit dan 23.532 pasien rawat jalan. Pada tahun
2009 tercatat sebanyak 1.929 pasien rawat inap yang keluar masuk rumah
sakit dan 12.377 pasien rawat jalan di rumah sakit tersebut. Sedangkan untuk
pasien rawat inap yang menderita skizofrenia paranoid sebanyak 1.581 yang
keluar masuk rumah sakit dan 9.532 pasien rawat jalan. Pasien gangguan jiwa
skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan,
galak, dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari pasien yang
mengalami perilaku kekerasan.
B. TUJUAN PENULISAN
3
- Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
- Mampu membuat rencana keperawatan pada klien yang mengalami
perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
- Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
- Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
- Mampu membuat perencanaan keperawatan pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
C. METODE PENULISAN
4
D. SISTEMATIKA PENULISAN
5
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
6
B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Harga diri rendah kronis, dan sebagai efek yaitu resiko menciderai diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan.( Damaiyanti, 2014).
Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu seperti kelemahan fisik (penyakit
fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, dan kurang percaya diri. Untuk faktor
penyebab dari perilaku kekerasan yang lain seperti situasi lingkungan yang
terbiasa dengan kebisingan, padat, interaksi sosial yang proaktif, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, dan kehilangan orang yang di cintai (pekerjaan)
(Suryenti dkk, 2018).
C. PATOFISIOLOGI
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan
marah. Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif
maupun destruktif. Mengekspresikan rasa marah dengan kata-kata yang dapat
di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain memberikan
rasa lega, ketegangan akan menurun dan akhirnya perasaan marah dapat
teratasi. Rasa marah diekspresikan secara destrukrtif, misalnya dengan
perilaku agresif, menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah
berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku yang submisif seperti menekan
perasaan marah karena merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak
marah atau melarikan 12 diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak
terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang
lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan
pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang ditujukan
pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. (Kurniawan, 2022)
7
D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut :
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), dan
jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan
3. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor
E. MEKANISME KOPING
Menurut (Yosep, 2011) perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain.
Mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan yaitu mekanisme
pertahanan ego seperti: (Ratnasari, 2021)
1) Displacement
Melepaskan perasaan terterkannya bermusuhan pada objek yang begitu
seperti pada awalnya yang membangkitkan emsoi.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang kurang baik.
3) Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
4) Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan
apa yang benar-benar dilakukan orang lain.
8
F. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a) Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
b) Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c) Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d) ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Psikoterapeutik
b) Lingkungan terapieutik
c) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d) Pendidikan kesehatan
G. KOMPLIKASI
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan. (Prabowo, 2018)
9
H. PATHWAYS KEPERAWATAN
10
I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur.
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
11
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus).
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupu keluarg apa dasaat
pengkajian.
b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat
kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau
klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga
maupun diluar lingkungan keluarga.
1) Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan
biasanya klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran
tersebut dan merasa tidak berguna.
12
2) Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi
dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat.
6. Hubungan ank l
a) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b) Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
b) Kegiatan ibadah
Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a) Penampilan.
Biasanya penampilan klien kotor.
b) Pembicaraan.
Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
c) Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar,
tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
d) Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
e) Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa
sebab
13
f) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara
dan mudah tersinggung.
g) Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
h) Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
i) Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
j) Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
k) Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang
dan tidak mampu mengambil keputusan
l) Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
9. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b) BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c) Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat ank li kotor, ank
lien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d) Berpakaian
14
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan.
Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai ank lien tidak
mengenakan alas kaki
e) Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan
tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur
klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak
tidur.
f) Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari ank lien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli
tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h) Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak
terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah
tangga.
11. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,ank lien tidak mengetahui akibat dariputus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.
15
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditegakkan sesuai kondisi klien. Keamanan klien
dan orang lain harus selalu menjadi prioritas dalam menghadapi klien denga
perilaku kekerasan. (Sari dan Damaiyanti, 2018)
K. FOKUS INTERVENSI
1) Dx. Resiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan tiga kali 24 jam diharapkan kontrol
diri meningkat dengan kriteria hasil:
SLKI: Kontrol diri (L.09076)
a. Verbalisasi ancaman kepada orang lain dari meningkat (1) menjadi
menurun (5)
b. Verbalisasi umpatan dari meningkat (1) menjadi menurun (5)
c. Perilaku menyrang dari meningkat (1) menjadi menurun (5)
d. Perilaku melukai diri sendiri dan orang lain dari meningkat (1)
menjadi menurun (5)
e. Perilaku merusak lingkungan sekitas dari meningkat (1) menjadi
menurun (5)
f. Perilaku agresif atau amuk
g. Suara keras dari meningkat (1) menjadi menurun (5)
h. Bicara ketus dari meningkat (1) menjadi menurun (5)
16
Intervensi :
SIKI: Pencegahan perilaku kekerasan (I.14544)
1. Observasi
- Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
- Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
- Monitor selama menggunakan barang yang dapat membahayakan
2. Terapeutik
- Pertahankan lingkungan yang bebas dari bahaya secara rutin
- Libatkan keluarga dalam perawatan
3. Edukasi
- Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
- Latih mengungkapkan perasaan secara asertif
- Latif cara mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal
(relaksasi, latihan fisik, bercerita, spiritual)
Intervensi:
Manajemen Perilaku (I.12463)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola perilaku negatif
Tindakan
17
a. Observasi
- Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
b. Terapeutik
- Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
- Jadwalkan kegiatan terstruktur
- Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan
konsisten setiap dinas
- Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
- Batasi jumlah pengunjung
- Bicara dengan nada rendah dan tenang
- Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
- Cegah perilaku pasif dan agresif
- Beri penguatan positif terhadap kebersihan mengendalikan perilaku
- Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
- Hindari sikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
- Hindari sikap mengancam dan berdebat
- Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan
c. Edukasi
- Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan
kognitif
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkatkan dan dirasakan sebagai ancaman.
Dengan pengungkapan perasaan marah yang konstruktif, dapat membuat
perasaan lega. Marah juga merupakan suatu reaksi ataupun ungkapan
perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan seperti kecewa, tidak
puas, bahkan tidak tercapai keinginannya. Marah merupakan suatu peringatan
sehingga perlu diperhatikan oleh diri sendiri maupun oranglain. Perilaku
kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau
mecelakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari skizofrenia
akut.
B. SARAN
Berdasarakan kesimpulan di atas ada beberapa saran dari penulis untuk
perilaku kekerasan supaya :
a) Mengungkapkan rasa marah secara verbal secara rutin sesuai dengan
diagnosa keperawatan risiko perilaku kekerasan agar mendapatkan hasil
lebih maksimal.
b) Mengungkapkan rasa marah untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan
selanjutnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A & Akemat (2016). Keperawatan jiwa : terapi Aktivitas kelompok.
Ed.2. EGC
Kurniawan, A., Putra, A. A. P., Hasyim, F., Retnandiyanto, I. R., Yababa, M.,
Utari, M. R., ... & Korina, Z. (2022). EBN (EFIDENCE BASED
PRACTICE) PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP
PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN
Sari, A. O., & Damaiyanti, M. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
pada Tn. S Resiko Perilaku Kekerasan dengan Intervensi Inovasi Terapi
Exercise terhadap Kemampuan Mengontrol Marah di Ruang Belibis RSJD
Atma Husada Mahakam Samarinda 2018.
20
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia:
Definisi dan indikator diagnostik, edisi 1 cetakan III. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
21