Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Berlian Dwi Linda Miarni (S2H422169)


2. Anisa Fitri Hanita (G2A020070)
3. Nofa Roselina Toybah (G2A020071)
4. Yunita Mardela (G2A020072)
5. Reni Agustin (G2A020073)
6. Niswatul Khoiriyah (G2A020074)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Askep untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Jiwa II ini tepat pada waktunya. Adapun judul Makalah Keperawatan Jiwa II ini
adalah “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah Askep Keperawatan Jiwa ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun tehnik penulisan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan sumber dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Makalah Keperawatan Jiwa II ini dan
menambah pengetahuan penulis di hari-hari yang akan datang.

Semarang, 10 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 2

C. Metode Penulisan 3

D. Sistematika Penulisan 4

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT 5

A. Pengertian 5

B. Etiologi / Predisposisi 6

C. Patofisiologi 6

D. Mekanisme Koping 7

E. Manifestasi Klinis 7

F. Penatalaksanaan 8

G. Komplikasi 8

H. Pathways Keperawatan 9

I. Pengkajian Fokus 10

J. Diagnosa keperawatan 15

K. Fokus Intervensi Dan Rasional 15

BAB III PENUTUP 18

A. Kesimpulan 18

B. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

iii
BAB I

1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai


reaksi terhadap kecemasan yang meningkatkan dan dirasakan sebagai
ancaman. Dengan pengungkapan perasaan marah yang konstruktif, dapat
membuat perasaan lega (Keliat, dkk 2011). Marah juga merupakan suatu
reaksi ataupun ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak
menyenangkan seperti kecewa, tidak puas, bahkan tidak tercapai
keinginannya. Marah merupakan suatu peringatan sehingga perlu diperhatikan
oleh diri sendiri maupun oranglain (Hartono, Y, Kusumawati, F, 2010).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan


untuk melukai atau mecelakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda
dan gejala dari skizofrenia akut (Kusumawati,2010). Menurut Budi Anna
Keliat, dkk (2011) jumlah penderita gangguan jiwa di dunia pada 2001 adalah
450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan
sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada
sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan.

Data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di seluruh Indonesia menyebutkan


hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di
Indonesia, prevalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa. Hasil
survey kesehatan mental rumah tangga menunjukkan, sebanyak 185 orang dari
1.000 penduduk dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan jiwa.

2
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui survey awal
penelitian di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara bahwa jumlah pasien
gangguan jiwa pada tahun 2008 tercatat sebanyak 1.814 pasien rawat inap
yang keluar masuk rumah sakit dan 23.532 pasien rawat jalan. Pada tahun
2009 tercatat sebanyak 1.929 pasien rawat inap yang keluar masuk rumah
sakit dan 12.377 pasien rawat jalan di rumah sakit tersebut. Sedangkan untuk
pasien rawat inap yang menderita skizofrenia paranoid sebanyak 1.581 yang
keluar masuk rumah sakit dan 9.532 pasien rawat jalan. Pasien gangguan jiwa
skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan,
galak, dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari pasien yang
mengalami perilaku kekerasan.

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca


indra dalam skizoprenia, halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang
paling banyak terjadi. (Menurut Budi Anna Keliat,dkk (2011) Halusinasi
adalah pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan (stimulan) misalnya :
penderita mendengar suara/bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber
dari bisikan itu. (Hartono, 2010) Pasien gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri yang merupakan gejala negatife, hal
ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga maupun masyarakat.
(Keliat, B. A,dkk. 2011).

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembuatan Makalah Seminar ini


adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang Asuhan Keperawatan
dengan pasien yang mengalami perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
- Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing

3
- Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
- Mampu membuat rencana keperawatan pada klien yang mengalami
perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
- Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
- Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing
- Mampu membuat perencanaan keperawatan pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan berdasarkan teori nursing

C. METODE PENULISAN

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan


melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet.Data dan informasi yang digunakan yaitu data
dari skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi


pustaka yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk
penulis mengenai lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup
dalam penulisan.
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang
diperoleh, diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan,
dimana data tersebut dapat dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan
materi sehingga diperolehsuatu solusi dan kesimpulan.

4
D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam Makalah Seminar  ini digunakan sistematika penulisan:


BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan teori ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Konsep Dasar Penyakit
Menguraikan tentang konsep dasar penyakit yang meliputi:
a) Konsep Penyakit
Konsep Penyakit menjelaskan tentang pengertian, etiologi/predisposisi,
patofisiologi, manifestasi klinis, mekanisme koping, penatalaksanaan,
komplikasi, pathways keperawatan.
b) Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan menguraikan pelaksanaan asuhan keperawatan dari
pengkajian fokus, diagnosa keperawatan, fokus intervensi dan rasional.
BAB III :Penutup
Yang meliputi Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka

5
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan merupakan perilaku atau tindakan seseorang ketika


tidak mampu mengatasi stressor yang dialaminya, ditunjukkan dengan
perilaku aktual berupa kekerasan baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan baik secara verbal maupun non verbal.Perilaku kekerasan
merupakan salah satu respons maladaptif ketika seseorang sedang marah
sebagai ungkapan perasaan jengkel yang timbul akibat respons terhadap
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart,
2013).

Perilaku kekerasan yang dilakukan klien, merupakan salah satu bentuk


hasil dari adaptasi yang dilakukan oleh klien dalam mengatasi stressor yang
dialami. Adaptasi dipandang sebagai hasil dari proses berpikir dan perasaan
seseorang sebagai seorang individu atau kelompok dengan menggunakan
kesadaran dan pilihan untuk berintegrasi dengan lingkungan (Roy & Andrews,
2008)

Ada seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami


perubahan adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah,
orientasi terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah.Bentuk perilaku
kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi melukai,
merusak baik fisik maupun kata-kata. Perilaku kekerasan merupakan suatu
respon yang dilakukan oleh seseorang akibat adanya perasaan tidak berharga,
takut dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari
hubungan interpersonal dengan orang lain.

6
B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Harga diri rendah kronis, dan sebagai efek yaitu resiko menciderai diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan.( Damaiyanti, 2014).
Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu seperti kelemahan fisik (penyakit
fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, dan kurang percaya diri. Untuk faktor
penyebab dari perilaku kekerasan yang lain seperti situasi lingkungan yang
terbiasa dengan kebisingan, padat, interaksi sosial yang proaktif, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, dan kehilangan orang yang di cintai (pekerjaan)
(Suryenti dkk, 2018).

C. PATOFISIOLOGI
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan
marah. Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif
maupun destruktif. Mengekspresikan rasa marah dengan kata-kata yang dapat
di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain memberikan
rasa lega, ketegangan akan menurun dan akhirnya perasaan marah dapat
teratasi. Rasa marah diekspresikan secara destrukrtif, misalnya dengan
perilaku agresif, menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah
berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku yang submisif seperti menekan
perasaan marah karena merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak
marah atau melarikan 12 diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak
terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang
lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan
pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang ditujukan
pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. (Kurniawan, 2022)

7
D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut :
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), dan
jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan
3. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor

E. MEKANISME KOPING
Menurut (Yosep, 2011) perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain.
Mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan yaitu mekanisme
pertahanan ego seperti: (Ratnasari, 2021)
1) Displacement
Melepaskan perasaan terterkannya bermusuhan pada objek yang begitu
seperti pada awalnya yang membangkitkan emsoi.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang kurang baik.
3) Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
4) Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan
apa yang benar-benar dilakukan orang lain.

8
F. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a) Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
b) Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c) Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d) ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Psikoterapeutik
b) Lingkungan terapieutik
c) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d) Pendidikan kesehatan

G. KOMPLIKASI
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan. (Prabowo, 2018)

9
H. PATHWAYS KEPERAWATAN

10
I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur.
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)

11
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus).

5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupu keluarg apa dasaat
pengkajian.
b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat
kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau
klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga
maupun diluar lingkungan keluarga.
1) Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan
biasanya klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran
tersebut dan merasa tidak berguna.

12
2) Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi
dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat.
6. Hubungan ank l
a) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b) Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
b) Kegiatan ibadah
Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a) Penampilan.
Biasanya penampilan klien kotor.
b) Pembicaraan.
Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
c) Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar,
tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
d) Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
e) Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa
sebab

13
f) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara
dan mudah tersinggung.
g) Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
h) Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
i) Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
j) Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
k) Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang
dan tidak mampu mengambil keputusan
l) Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
9. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b) BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c) Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat ank li kotor, ank
lien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d) Berpakaian

14
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan.
Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai ank lien tidak
mengenakan alas kaki
e) Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan
tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur
klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak
tidur.
f) Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari ank lien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli
tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h) Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak
terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah
tangga.
11. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,ank lien tidak mengetahui akibat dariputus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.

15
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditegakkan sesuai kondisi klien. Keamanan klien
dan orang lain harus selalu menjadi prioritas dalam menghadapi klien denga
perilaku kekerasan. (Sari dan Damaiyanti, 2018)

Berdasarkan teori Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti & Iskandar


(2012.95) diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Resiko perilaku kekerasan,
2. Harga diri rendah kronik,
3. Resiko mencederai (diri sendiri, orang lain, lingkungan,),
4. Perubahan Presepsi sensori: halusinasi,
5. Berduka disfungsional.

K. FOKUS INTERVENSI
1) Dx. Resiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan tiga kali 24 jam diharapkan kontrol
diri meningkat dengan kriteria hasil:
SLKI: Kontrol diri (L.09076)
a. Verbalisasi ancaman kepada orang lain dari meningkat (1) menjadi
menurun (5)
b. Verbalisasi umpatan dari meningkat (1) menjadi menurun (5)
c. Perilaku menyrang dari meningkat (1) menjadi menurun (5)
d. Perilaku melukai diri sendiri dan orang lain dari meningkat (1)
menjadi menurun (5)
e. Perilaku merusak lingkungan sekitas dari meningkat (1) menjadi
menurun (5)
f. Perilaku agresif atau amuk
g. Suara keras dari meningkat (1) menjadi menurun (5)
h. Bicara ketus dari meningkat (1) menjadi menurun (5)

16
Intervensi :
SIKI: Pencegahan perilaku kekerasan (I.14544)
1. Observasi
- Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
- Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
- Monitor selama menggunakan barang yang dapat membahayakan
2. Terapeutik
- Pertahankan lingkungan yang bebas dari bahaya secara rutin
- Libatkan keluarga dalam perawatan
3. Edukasi
- Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
- Latih mengungkapkan perasaan secara asertif
- Latif cara mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal
(relaksasi, latihan fisik, bercerita, spiritual)

2) Dx. Harga Diri Rendah Kronik (D.0086)


Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3 kali 24 jam diharapkan harga diri
meningkat dengan kriteria hasil:
SLKI: Harga Diri (L. 09069)
a) Penilaian diri positif meningkat (5)
b) Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat (5)
c) Perasaan bersalah menurun (5)

Intervensi:
Manajemen Perilaku (I.12463)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola perilaku negatif
Tindakan

17
a. Observasi
- Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku

b. Terapeutik
- Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
- Jadwalkan kegiatan terstruktur
- Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan
konsisten setiap dinas
- Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
- Batasi jumlah pengunjung
- Bicara dengan nada rendah dan tenang
- Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
- Cegah perilaku pasif dan agresif
- Beri penguatan positif terhadap kebersihan mengendalikan perilaku
- Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
- Hindari sikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
- Hindari sikap mengancam dan berdebat
- Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan

c. Edukasi
- Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan
kognitif

18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkatkan dan dirasakan sebagai ancaman.
Dengan pengungkapan perasaan marah yang konstruktif, dapat membuat
perasaan lega. Marah juga merupakan suatu reaksi ataupun ungkapan
perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan seperti kecewa, tidak
puas, bahkan tidak tercapai keinginannya. Marah merupakan suatu peringatan
sehingga perlu diperhatikan oleh diri sendiri maupun oranglain. Perilaku
kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau
mecelakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari skizofrenia
akut.

B. SARAN
Berdasarakan kesimpulan di atas ada beberapa saran dari penulis untuk
perilaku kekerasan supaya :
a) Mengungkapkan rasa marah secara verbal secara rutin sesuai dengan
diagnosa keperawatan risiko perilaku kekerasan agar mendapatkan hasil
lebih maksimal.
b) Mengungkapkan rasa marah untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan
selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anggit Madhani, A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan


Resiko Perilaku Kekerasan (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma
Husada Surakarta).

Hasannah, S. U. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Dengan Risiko


Perilaku Kekerasan (Doctoral dissertation, STIKes Kusuma Husada
Surakarta).

Hulu, F. (2022). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko Perilaku


Kekerasan Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.

Keliat, B.A & Akemat (2016). Keperawatan jiwa : terapi Aktivitas kelompok.
Ed.2. EGC

Kurniawan, A., Putra, A. A. P., Hasyim, F., Retnandiyanto, I. R., Yababa, M.,
Utari, M. R., ... & Korina, Z. (2022). EBN (EFIDENCE BASED
PRACTICE) PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP
PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN

Nadek, V. F. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Diagnosa:


Perilaku Kekerasan Diruang Rawat Inap Naimata Kupang (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Prabowo, A. H. (2018). Penerapan Terapi Psikoreligi (Istighfar) Guna


Menurunkan Emosi Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan (Rpk) Di Rsjd
Dr. Amino Gondohutomo Semarang (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Semarang).

Ratnasari, Hasti (2021) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN. Tugas Akhir (D3) thesis, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

Sahputra, A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. s Dengan Risiko


Perilaku Kekerasan.

Sari, A. O., & Damaiyanti, M. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
pada Tn. S Resiko Perilaku Kekerasan dengan Intervensi Inovasi Terapi
Exercise terhadap Kemampuan Mengontrol Marah di Ruang Belibis RSJD
Atma Husada Mahakam Samarinda 2018.

20
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia:
Definisi dan indikator diagnostik, edisi 1 cetakan III. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

21

Anda mungkin juga menyukai