Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN STUDI LAPANGAN

MATA KULIAH PSIKOLOGI KLINIS

Disusun oleh :
1. Fathia Nurhikmah Kurniawan (2000013001)
2. Anggraini Tri Ambarwati (2000013102)
3. Windani Ayu Larasati S. N. (2000013215)
4. Nanda Dwi Putri Gamalia (2000013225)
5. Novita Ciptari Ramadhani (2000013312)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas studi
lapangan kuliah psikologi klinis yang berjudul “Laporan Studi Lapangan Mata Kuliah
Psikologi Klinis” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah psikologi klinis. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menjadi bentuk
pelaksanaan aplikasi teori-teori yang telah dipelajari dalam mata kuliah psikologi klinis.
Tim Penyusun juga berharap agar laporan studi lapangan ini dapat menambah
wawasan tentang masalah psikologis berupa gangguan anxietas atau kecemasan dan
dapat memberikan gambaran gejala serta perasaan pasien agar dapat lebih mudah
dipahami oleh para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Mutingatu
Sholichah, M.Si., Psikolog, selaku Dosen Psikologi klinis yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada subjek kami, RS yang
telah bersedia menjadi subjek dalam penugasan kuliah lapangan ini.
Kemudian, kami menyadari bahwa tugas laporan yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami terbuka dan menerima kritik dan saran yang
dapat membangun kesempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, 5 Juli 2022

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I 2

PENDAHULUAN 3

BAB II 6

MANAJEMEN KASUS KLINIS 6

BAB III 17

SIMPULAN HASIL ASESMEN 17

BAB IV 20

PEMBAHASAN 20

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 23

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanganan kasus klinis tidak bisa dilepaskan dari pengertian psikologi klinis.
Menurut The American Psycological Association (Sumintardja;Hary, 2011)), psikologi
klinis adalah bidang terapan dari pengetahuan psikologi yang mengarah pada
penemuan karakteristik dan kapasitas perilaku individu, melalui metode pengukuran,
analisis dan observasi, yang kemudian diintegrasikan dengan pemeriksaan fisik dan
latar belakang individu, untuk sampai proses pemberian saran dan rekomendasi
mengenai penyesuaian diri individu tersebut (Hary, 2011).
Pengertian psikologi klinis menekanan bahwa pendekatan untuk mengevaluasi
pola kapabilitas perilaku individu, dilakukan secara ilmiah. Peran klinisi di sini adalah
sebagai proffesional therapist. Psikologi klinis, kerap dimengerti sebagai bidang
terapan dari metode ilmiah dan prinsip-prinsip psikologi, yang memberi bantuan pada
individu yang mengalami suatu masalah psikis, melalui evaluasi psikologis dan
psikoterapi (Hary, 2011).
Dengan demikian dapatlah dipahami, bahwa tugas klinisi dalam mengadakan
asesmen klinis (Groth-Marnat;Hary, 2011) adalah:
1. Menganalisis pola perilaku individu yang sedang mengalami gangguan.
2. Mencari gangguan dari gangguan perilaku tersebut.
3. Menginterpretasikan tentang bagaimana faktor-faktor etiologis tersebut
berintregasi dalam individu.
4. Memelajari penyesuaian pada individu atas dasar intergasi tersebut.
5. Merencanakan suatu program untuk perbaikan penyesuaian diri individu itu.
6. Membantu individu itu dalam melaksanakan penyesuaian kembali.
Dari tugas klinisi itu, terlihat bahwa empat pokok pertama merupakan bidang
psikodiagnostik klinis, sedangkan dua yang terlihat termasuk treatment. Jelaslah,
bahwa bidang psikologi klinis merupakan bidang terapan, sehingga diperlukan suatu
pengetahuan dan keterampilan mengenai bagaimana cara memahami perilaku
manusia. Untuk dapat memahami perilaku manusia, digunakan berbagai cara, yang
disebut penilaian/assessment (Hary, 2011).
Asesmen klinis merupakan suatu proses untuk memeroleh data atau informasi
tentang klien, sehingga diperoleh pengertian yang lebih baik tentang klien tersebut.
Melalui proses asesemen ini, klinisi menyeleksi metode, menyelenggarakan penilaian,
menguji dan menginterpretasikan hasil, serta membuat kesimpulan untuk klien

3
tersebut. Kemudian secara profesional, klinisi mengomunikasikan konklusinya kepada
yang bersangkutan untuk mengetahuinya (Hary, 2011).
Infornasi yang diperoleh melalui proses asesmen, dapat digunakan untuk
beberapa fungsi dan tujuan (Cronbach;Hary, 2011) :
1. Proses seleksi dan diagnosis.
Termasuk dalam fungsi ini adalah menyeleksi dan menglasifikasikan subjek.
Misalnya pemeriksaan psikologis unutk mengelompokkan subjek pada suatu
program treatment yang spesifik. Hasil asesmen klinis juga dapat dipakai untuk
menegakkan diagnosis.
2. Evalusi dari intervensi klinis.
Tanpa asesmen mustahil klinisi dapat mengevalusai hasil suatu intervensi klinis.
Data klien yang diperoleh, dapat digunakan utnuk memastikan baik sebelum,
selama, maupun sesudah intervensi dilakukan.
3. Penelitian atau riset.
Penelitian disini untuk menguji hipotesis tentang perilaku normal atau abnormal.
Tanpa suatu asesment, hal itu tidak mungkin diperjelas. Selain itu untuk
memberikan informasi yang dapat memberi pengertian yang lebih luas tentang
fungsi-fungsi psikologi.
Alasan lain mengapa asesmen perlu dilakukan adalah untuk memberikan
informasi kepada klien tentang keadaan dirinya, sehingga diperoleh pengertian yang
lebih baik tentang dirinya. Hal ini dapat digunakan oleh individu yang bersangktan
untuk menentukan suatu keputusan tindakan atau perilakunya dimasa mendatang
(Hary, 2011).
Secara umum, jenis mengategorikan asesmen dalam dua bagian
(Sumintardja. 1998), yaitu:
1. Proses informal.
Asesmen yang digunakan melalui pendekatan yang umum dilakukan oleh orang
awam, yaitu melalui kesan atau impresi pertama, yang mengandalkan pada
empati dan intuisi dalam menilai orang lain.
2. Proses formal.
Terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan klinis dan pendekatan objektif.
Pendekatan klinis mengandalakan pada beberapa teknik penilaian, antara lain:
wawancara, asosiasi bebas, observasi, analisis biografi, dan pengukuran melalui
tes psikologis terutama tes projektif.
Dalam pendekatan obejektif lebih mengandalkan psikometrik sebagai metode
pengukuran, pendeteksian biokimiawi, pengukuran psikofisis, tes minat, konsep dir

4
B. Prosedur Pelaksanaan Kuliah Lapangan

Hari, Tanggal Kegiatan Tempat Sasaran

Selasa, 10 Mei Observasi dan Marko Milk & Subjek RS


2022 Wawancara awal Coffee Jalan
Wates, Yogyakarta

Mingu, 15 Mei 2022 Observasi dan Zoom Meetings Subjek RS


Wawancara
Lanjutan

5
BAB II
MANAJEMEN KASUS KLINIS

1. IDENTITAS KLIEN
a. Identitas
Nama : RS
Tempat Tgl Lahir : Karangasem, 12 April 2002
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Poncowolo 14, Ketanggungan RT. 57
RW. 12, Kel. Wirobrajan, Kec. Wirobrajan
Kota Yogyakarta
Suku dan Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Belum bekerja
Status Pernikahan : Belum menikah
Urutan dalam keluarga : 4 dari 4 bersaudara
b. Riwayat Pendidikan

Tingkat Nama Sekolah Kota Tahun Masuk Tahun Lulus


dan Jurusan

SMA SMA Islam 1 Yogyakarta 2017 2020


Sleman

Perguruan Universitas Yogyakarta 2021 (masih


Tinggi Ahmad Dahlan menempuh
(Sastra pendidikan)
Indonesia)

c. Kegemaran / Hobi
● Aktif kegiatan sosial
● Mengikuti kegiatan relawan
● Membaca novel
d. Riwayat Kesehatan:
● Asam lambung
● Hipertensi (penyakit turunan)
e. Keadaan Keluarga:

6
Keluarga subjek mulai memiliki masalah ketika subjek berada di bangku SMA.
Masalah keluarga subjek berakar dari faktor perekonomian keluarga subjek. Orang
tua sering bertengkar dan beradu argumen satu sama lain. Subjek merasa bahwa
hubungan keluarga mulai meregang. Subjek juga merasa bahwa sekarang ia tidak
lagi dekat dengan kakak-kakaknya dan dengan kedua orang tuanya.

2. HASIL OBSERVASI
a. Observasi Awal

No. Aspek Observasi Interpretasi

1 Fokus dan atensi Subjek fokus Subjek mampu untuk fokus


mendengarkan dan dan bisa memperhatikan
mengamati ketika lawan bicaranya.
pewawancara sedang
menjelaskan pertanyaan.

Mata subjek tidak fokus Subjek memang berusaha


menatap ke depan ketika menghindari tatapan
subjek menjawab langsung dengan
pertanyaan. Matanya interviewer karena subjek
melirik ke kanan dan kiri sedang memikirkan
atau ke arah lain, sehingga jawaban yang akan
tidak fokus menatap mata diberikan.
pewawancara.

3 Komunikasi Terkadang ketika subjek Subjek sedikit kesulitan


sedang menjelaskan untuk memilah kata /
bicaranya sedikit terbata- menyusun kalimat yang
bata. tepat yang ingin ia
sampaikan.

4 Emosi Ada waktu dimana mata Subjek memberikan reaksi /


subjek berkaca-kaca, hal respon ketika ia kembali
itu terjadi ketika subjek mengingat hal-hal yang
sedang menjelaskan hal- membuatnya trauma saat
hal yang membuatnya subjek ingin bercerita.

7
trauma / takut.

5 Motorik Terkadang subjek Ketika ada beberapa hal


berusaha menjelaskan yang sulit dijelaskan
menggunakan menggunakan kata-kata,
gesture/gerakan tangan. subjek mencoba untuk
menjelaskannya melalui
gesture/gerakan tangan.

Subjek terlihat menggigit Subjek mencoba


kuku jarinya ketika sedang mengalihkan rasa gugup
diajak berbicara. dan cemasnya dengan
mengigit kuku jari.

b. Observasi Lanjutan

No. Aspek Hasil Observasi

1 Kecemasan - Subjek meminta pewawancara untuk mengulangi


a. Khawatir nasib pertanyaan beberapa kali.
buruk - Saat subjek bingung menjawab, subjek terlihat
b. Sulit konsentrasi mengarahkan pandangan mata ke satu titik tertentu.
c. Merasa di ujung
tanduk (terpojok)

2 Ketegangan - Dalam proses wawancara beberapa kali terlihat


motorik subjek seakan memijat tengkuknya.
Gelisah
Sakit kepala
Gemetaran
Tidak bisa rileks

3 Overaktivitas (tidak ditemukan)


otonomik
a. Berkeringat
b. Jantung
berdebar-debar

8
c. Sesak napas
d. Keluhan
lambung
e. Pusing kepala
f. Mulut kering

c. Kesimpulan Hasil Observasi


Kesimpulan yang didapatkan dari hasil observasi awal dan lanjutan ialah
selama wawancara berlangsung subjek mengalami sulit berkonsentrasi. Hal ini
dapat ditunjukkan pada saat pewawancara menyampaikan pertanyaan maka
mata subjek terlihat seperti memikirkan sesuatu, selain itu juga terlihat saat subjek
meminta pewawancara untuk mengulangi setiap pertanyaan yang diajukan. Lalu
dalam menyampaikan pesan subjek menjelaskan dengan terbata-bata dan mata
yang terlihat berkaca-kaca karena subjek merasa cemas atau was-was dan
subjek mencoba mengontrol dirinya dengan menggigit kuku jari tangannya. Dan
Pada saat menjelaskan suatu jawaban subjek menggunakan gesture tubuhnya
seperti menggerakkan tangan.

3. Hasil wawancara
a. Wawancara Awal

No Aspek Transkrip Interpretasi

1 Kognitif Interviewer: Bagaimana Dapat dilihat dari sini,


cara anda menyelesaikan kalau subjek masih
masalah sendiri? Apakah mampu dan bisa
anda merupakan tipe yang menyelesaikan
meriset masalah terlebih masalahnya sendiri.
dahulu atau Entah itu dengan
menyelesaikannya secara dianalisis terlebih
langsung dan mengalir dahulu ataupun tidak.
begitu saja?

Interviewee: Karena saya


pribadi memiliki sifat yang
keras kepala dan juga
kurang teliti jadi terkadang
ketika menyelesaikan
masalah itu saya kurang
meriset masalahnya, jadi
kadang saya itu merupakan
tipe yang “Ya sudahlah ayo

9
diselesaikan saja
masalahnya tanpa perlu
diadakan riset terhadap
masalah itu lebih dulu” tapi
kadang saya juga
mengalisis dan meriset
masalah dulu seperti
misalnya muncul pertanyaan
seperti “ini kenapa ya kok
bisa seperti ini?”

2 Emosi Interviewer: Bagaimana Subjek mampu


cara anda mengekspresikan meluapkan apa yang ia
emosi dalam keseharian rasakan hanya kepada
anda? orang terdekatnya.
Selain itu juga subjek
Interviewee: Saya kalau terkadang bisa untuk
lagi emosi biasanya di langsung
pendam. Tapi terkadang mengutarakan apa
saya mengeluarkan emosi yang ia rasakan.
saya secara gamblang kalau menjadi pendendam
sedang emosi karena orang, kepada seseorang yang
biasanya saya langsung suka membully karena
bilang / melakukan hal itu akan membuat ia
konfrontasi secara langsung teringat dengan apa
ke orang yang membuat yang ia alami.
saya emosi tapi setelahnya
saya meminta maaf. Karena
saya merupakan orang yang
suka langsung ke poinnya.
Tapi saya juga pendendam
kalau ada seseorang yang
suka membully. Karena
saya pernah menjadi salah
satu korban bullying.

3 Probing pengalaman Interviewer: Tadi anda Subjek pernah takut


masa lalu sempat mengatakan bahwa untuk masuk / pergi ke
anda pernah menjadi korban sekolah setelah subjek
bullying sampai anda mendapatkan perilaku
merasa psikologis anda yang kasar dari teman-
terganggu akibat bullying itu, temannya. Bahkan
apa dampak yang anda subjek sampai
rasakan? menjalankan
homeschooling selama
Interviewee: Saya sampai dua semester. Dalam
tidak mau untuk pergi ke PDDGJ tertulis bahwa
sekolah dan memilih untuk salah ciri-ciri seseorang
homeschooling selama 2 yang mengalami
semester ketika saya kelas gangguan kecemasan
2 SMP. adalah menghindari
aktivitas sosial atau
Interviewer: Apa alasan pekerjaan yang
anda dibully? melibatkan kontak

10
interpersonal.
Interviewee: Awalnya itu
ketika saya sedang
menjalani MPLS ketika
pertama kali masuk SMP.
Saya merasa kalau teman-
teman SMP saya itu terlalu
brutal. Saya selalu dikasarin
karena saya paling pendek
sendiri. Setiap olahraga
ketika saya berlari sedikit
saja saya suka asma dari
situ juga mulai suka dibully
dan ada juga yang berkata
“kamu udah kecil
penyakitan” gitu. Akhirnya
saya menceritakan hal ini ke
orang tua saya dan ayah
saya merespon dan
memberikan saran kepada
saya untuk keluar saja. Saat
itu sekolah sedang
direnovasi sehingga sekolah
dibagi menjadi dua sesi,
yaitu sesi pagi dan siang.
Suatu hari saya mendapat
sekolah di sesi kedua yang
mana tadi sesi kedua
dimulai dari siang hingga
sore hari. Hari itu saya
dikunciin dikamar mandi
sampai menjelang maghrib,
karena hal itu saya mulai
gak mau pergi ke sekolah.

Pengalaman masa lalu Interviewer: Apakah anda Subjek merasa trauma


memiliki trauma akibat dan takut terhadap
kejadian itu? ruangan yang sempit
dan gelap (utamanya
Interviewee: Ada, saya jadi kamar mandi tapi selain
trauma untuk masuk ke kamar mandi juga takut
kamar mandi dan berada jika itu sempit dan
didalam kamar mandi gelap) ini merupakan
dengan keadaan gelap. salah satu ciri-ciri
Saya juga jadi tidak bisa seseorang dengan
berdiam diruangan yang gangguan kecemasan
gelap dan sempit, jadi takut. perasaan tegang dan
takut yang menetap dan
pervasif.

Pengalaman masa lalu Interviewer: Apakah anda Subjek mengatakan


sudah mencoba untuk bahwa ia sempat sulit
berkonsultasi dengan bahkan enggan untuk
psikolog? bersosialisasi dengan

11
teman-temannya di
Interviewee: Sudah, karena SMA. Subjek
hal itu dan trauma yang menghindari situasi
saya rasakan, akhirnya saya sosial dengan teman-
berkonsultasi dan pergi ke teman SMA. Ini
psikolog yang ada di merupakan salah satu
puskesmas. setelah ciri yang juga tertulis
berkonsultasi saya dalam PDDGJ.
mendapatkan diagnosis
kalau saya memiliki
kecemasan. Karena hal
yang saya alami ketika saya
berada di SMP saya menjadi
enggan untuk bersosialisasi
saat saya masuk SMA
karena takut hal tersebut
akan terulang kembali. Jadi
selama awal masuk SMA
saya selalu menyendiri dan
enggan untuk bersosialisasi
dengan teman yang lain
saya susah beradaptasi
awalnya, bahkan sempat
enggan untuk bersekolah.
Saya tidak mengikuti MPLS
ketika awal masuk SMA.
Ketika saya cemas saya
sering memainkan kuku atau
menggigiti kuku saya
sampai habis.

Pengalaman masa lalu Interviewer: Kapan Subjek berani untuk


biasanya anda datang untuk berkonsultasi ke
berkonsultasi dengan profesional untuk
psikolog? dan apakah membuat dirinya
konsultasinya masih menjadi lebih baik dan
berlanjut atau sudah tidak? juga untuk mengetahui
apa yang sedang ia
Interviewee: Pertama kali alami.
berkonsultasi itu ketika saya
mulai masuk SMA, saya
sempat merasa takut untuk
bercerita tapi akhirnya saya
beranikan diri untuk
konsultasi ke psikolog.
Untuk seberapa sering saya
konsultasi itu, ketika SMA
saya rutin ke psikolog
sebulan sekali. Konsultasi
masih berlanjut hingga
sekarang akan tetapi
sekarang sudah tidak rutin
seperti dulu karena
sekarang saya merasa kalau

12
saya sudah bisa
menghandle diri sendiri dan
merasa lebih baik. Terakhir
saya pergi ke psikolog untuk
berkonsultasi itu sebelum
pandemi.

Pengalaman masa lalu Interviewer: Apa yang Subjek memiliki rasa


menyebabkan anda jadi takut berlebihan
takut karena silet? terhadap silet akibat
trauma yang ia rasakan
Interviewee: Jadi waktu itu di masa kecil saat
saya ingin mengunjungi melihat temannya di
teman saya yang rumahnya lukai dengan silet.
berada disebelah rumah Selain itu juga ada
saya. Ketika saya sampai beberapa kejadian tidak
saya melihat teman saya menyenangkan saat
sedang disilet oleh kedua subjek kacil dimana ia
orang tuanya. Selain takut hampir diculik oleh
silet saya juga takut penculik yang
terhadap suara sirine menggunakan mobil
ambulance karena saya ambulans.
pernah diculik dengan mobil
ambulance tapi saya
berhasil kabur. saat itu saya
sedang pulang bersama
teman-teman saya tiba-tiba
saja datang mobil
ambulance dengan sirinenya
yang menyala. saat itu
didaerah saya memang
sedang marak penculikan
berkedok mobil ambulance.

4 Kondisi keluarga Interviewer: Tadi anda Kondisi keluarga subjek


sempat menyinggung kalau sudah tidak lagi
akhir-akhir ini kakak sedang harmonis semenjak
banyak pikiran mengenai SMA. Penyebabnya
permasalahan keluarga, adalah permasalahan
sejak kapan permasalahan ekonomi.
dalam keluarga kakak
terjadi? Apakah sudah
lama?

Interviewee: Sudah cukup


lama, mulainya itu ketika
awal-awal saya masuk SMA.
permasalahan ada dibagian
ekonomi. Orangtua sering
bertengkar dan berdebat.
Dari situ aku mulai bertanya-
tanya “Kemana keluargaku
yang seperti dulu?” Saya
merasa kalau sudah tidak

13
ada yang menyayangi saya
dan saya merasa tidak
sedekat sebelumnya dengan
kakak-kakak dan kedua
orang tua saya.

b. Wawancara Lanjutan

NO KRITERIA PERTANYAAN HASIL INTERPRETASI


DASAR JAWABAN

1 Kecemasan Apakah kecemasan Subjek telah mengalami berbagai


a. Khawatir nasib membuat anda gejala yaitu khawatir tentang hal
buruk mengalami kesulitan buruk seperti menghawatirkan
b. Sulit konsentrasi tidur? tugas yang tidak dapat di pahami
c. Merasa di ujung Apakah kecemasan dan terlaksana dengan baik,
tanduk (terpojok) membuat anda kemudian sering overthingking
khawatir tentang hal untuk hal hal yang sebenarnya
buruk (overthinking)? tidak perlu dipikirkan, sering tidak
Pikiran buruk seperti konsentrasi misalnya saat
apa yang biasanya membaca novel atau berdiam diri
terlintas saat anda sering terpikir hal-hal yang tidak
cemas? mengenakan secara berlebihan
Apakah saat cemas sehingga tidak fokus, ketakutan
anda merasa sering akan tidak di terima oleh orang
terpojok? lain, merasa terpojok karena
Apakah saat cemas merasa ada yang berbeda dari
anda mengalami dirinya di banding orang lain
kesulitan dalam karena sering mengalami
berkonsentrasi? perubahan mood yang drastis,
dan juga mempengaruhi
eksistensinya di sosial.

14
2 Ketegangan Apakah anda sering Subjek mengalami kegelisahan
motorik merasa gelisah saat ketika mengalami kecemasan
a. Gelisah cemas? hingga susah tidur hingga harus
b. Sakit kepala Apakah anda sering mengonsumsi antimo, subjek
c. Gemetaran merasakan nyeri di juga merasa pusing dan merasa
d. Tidak bisa kepala saat cemas? tidak rileks atau tidak tenang, dan
rileks Apakah saat cemas di barengi dengan sakit kepala.
tubuh anda
gemetaran?
Apakah anda
menjadi tidak rileks
saat cemas?

3 Overaktivitas
3 Apakah pada saat Dari penjelasaan subjek
otonomik cemas anda lebih bahwasannya dari kriteria yang
a. Berkeringat banyak berkeringat ? menunjukan gejala kecemasan
b. Jantung Apakah saat subjek mengalami gejala fisik
berdebar-debar mengalami cemas berupa keluhan penyakit
c. Sesak napas jantung anda lambung, sering berkeringat
d. Keluhan berdebar ? ketika cemas, jantung berdebar-
lambung Apakah saat cemas debar , terkadang hingga sesak
e. Pusing kepala anda mengalami napas namun tidak sering.
f. Mulut kering sesak napas?
Apakah kecemasan
membuat anda
memiliki keluhan
lambung ?
Apakah saat cemas
mulut anda terasa
kering dan kaku ?
Apakah saat cemas
anda merasakan
pusing ?

15
c. Kesimpulan Hasil Wawancara
Kesimpulan yang didapatkan dari asesmen lanjutan adalah subjek mengalami
keluhan gangguan kecemasan lebih dari 6 bulan yaitu sejak ia duduk di bangku SMA
dan sekarang ia sudah duduk di bangku kuliah. Subjek mengalami kecemasan tidak
secara berturut-turut. namun dengan kurun waktu yang dekat yakni antara setiap
terjadinya gangguan kecemasan muncul dalam 1 minggu bisa 1-2 kali terjadi
tergantung kondisi, yang di pengaruhi kondisi fisik dan juga berupa stimulus atau
stressor yang di hadapi oleh subjek.
Gejala kecemasan muncul disaat subjek sedang banyak pikiran dan ketika
sedang dalam kondisi lelah. Subjek juga merasa sulit untuk berkonsentrasi dengan
baik ketika kecemasan itu muncul. Sikap emosional subjek biasanya muncul untuk
ditujukan ke dirinya sendiri, tidak melibatkan orang lain. Ketika gangguan kecemasan
itu muncul gejala fisik yang dirasakan subjek yaitu pusing/kepala berdenyut, keringat
dingin, jantung berdebar, dan daerah tengkuk leher terasa sakit dan kaku. Lalu subjek
merasa kesulitan untuk mengontrol rasa gelisah atau cemas yang dialaminya,
sehingga subjek tidak bisa relaks dan menyebabkan subjek kesulitan untuk tidur
dengan nyenyak.

16
BAB III
SIMPULAN HASIL ASESMEN

PPDGJ Temuan Terpenuhi Tidak


No. Kode : F41.1 Terpenuhi
Nama diagnosis :
Gangguan anxietas
menyeluruh

1. Gejala anxietas - Subjek sudah mengalami ✅


primer yang gangguan kecemasan lebih dari
berlangsung satu tahun, dan muncul 4-5 kali
hampir setiap dalam sebulan sekali dan
hari dalam waktu selang- seling.
beberapa minggu
bulan.

2. Mengenai - Subjek mengalami kehidupan ✅


kehidupan yang normal namun sering kali
sehari-hari, - terhambat dengan adanya
Bersifat free gangguan kecemasan,
floating kecemasan sering muncul ketika
situasi terdesak atau keadaan
subjek lelah ketika sebelum tidur
setiap harinya di karena
memikirkan stimulus yang
subjek alami, misalnya suara
sirene ambulans, nasib buruk
atau over thingking tentang
,pekerjaan yang tidak selesai
sehingga subjek perlu di bantu
obat tidur untuk bisa nyenyak
dalam tidur.

3. Gejala berupa : - Sering berfikiran buruk atau


- Kecemasan, berlebihan terkait peristiwa yang ✅
- Ketegangan akan datang atau yang sudah

17
motorik, berlalu atau overthingking
- Overaktivitas sehingga menimbulkan
otonom kecemasan.
- Subjek merasakan ketegangan
saat cemas ketika berpikiran ✅
berlebihan terkait stimulus yang
di pikirkan sehingga subjek
sering merasa jantung berdetak
lebih cepat, dan merasakan diri
seperti terpojok subjek merasa
dirinya aneh dan berbeda
dengan orang lain, karena
perubahan mood yang drastis.
- Ketika subjek harus
bersosialisasi, subjek merasa ✅
kurang puas memberikan
eksistensi karena pengaruh
kecemasan tersebut, sehingga
subjek hanya diam dan tidak
turut aktif.
- Subjek mengalami keadaan
tubuh bergetar dan tidak bisa

relax saat mengalami
kecemasan mengalami keadaan
tgang pada leher belakang.
- Subjek sering mengalami
pusing, jantung berdetak

kencang, sesak nafas ketika
berkegiatan, juga subjek
mngalami penyakit asam
lambung, dan hipertensi.

Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara kepada subjek, diindikasikan


bahwa subjek mengalami gejala- gejala dari kecemasan. Subjek merasakan
kecemasan kerena pengaruh dari konflik keluarga yang di picu oleh keadaan ekonomi

18
dan hubungan antara anggota keluarga yang tidak harmonis. Sering terjadi
perdebatan di antara orang tua subjek dan subjek meraskan kerenggangan hubungan
antara subjek dengan saudara nya yang lain. Situasi keluarga subjek yang tidak
harmonis ini menyebabkan dampak psikologis kepada subjek sehingga subjek
menjadi sering merasakan ketakutan yang mengarah pada kecemasan, sehingga
memicu kambuhnya penyakit fisik seperti asam lambung dan di ikuti dengan penyakit
hipertensi yang merupakan penyakit turunan dari keluarga subjek. Selain itu subjek
juga memiliki pengalaman masa lalu yaitu sebagai korban bullying yang sampai hari
ini masih membayangi keseharian subjek, terutama saat ia akan menggunakan kamar
kecil.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Canadian Mental Health Association (2015) menjelaskan bahwa kecemasan


yang menjadi luar biasa, tidak dapat dikendalikan, dan muncul tiba-tiba akan
menimbulkan gangguan kecemasan (anxiety disorder). Ganguan kecemasan ini
merupakan salah satu gangguan mental yang memiliki dampak yang cukup besar
pada kehidupan penderitanya. Penderita gangguan ini menyatakan bahwa
kecemasan mereta tidak didasarkan pada sesuatu yang nyata, tetapi mereka merasa
“terjebak” oleh pikiran dan perasaan mereka. Menurut Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder Fifth Edition (DSM-5) (American Psychiatric
Association, 2013) gangguan kecemasan dicirikan dengan adanya gangguan
ketakutan yang berlebihan serta gangguan perilaku.
Simtom-simtom kecemasan dengan gangguan kecemasan memang serupa,
karena gangguan kecemasan pada dasarnya akan diawali dengan munculnya
kecemasan. American Psychological Association menuliskan bahwa kecemasan
merupakan sebuah emosi yang ditandai dengan adanya perasaan tegang, pikiran
yang khawatir, serta adanya perubahan pada aspek fisik seperti peningkatan
tekanan darah. Perubahan pada aspek fisik ini selanjutnya juga akan terkait dengan
simtom fisik yang lain seperti berkeringat, gemetar, pusing, ataupun denyut jantung
yang cepat. Kemunculan simtom-simtom fisik semacam itu akan ditandai sebagai
indikator kecemasan.
Hasil asesmen yang didapatkan oleh kelompok kami menunjukkan bahwa
subjek mengalami gangguan kecemasan dan takut terhadap silet dan suara sirine
ambulance. Hal ini dapat disimpulkan karena dari hasil asesmen, observasi, dan
wawancara subjek sudah mengalami gejala gangguan kecemasan dan merasakan
gangguan kecemasan selama 1 tahun, dan gangguan kecemasan selalu dirasakan
subjek sebanyak 4-5 kali selama satu bulan. Subjek juga merasakan gejala fisik yang
beberapa diantaranya masuk kedalam gejala gangguan kecemasan menurut
American Psychological Association. Gejala fisik yang dirasakan oleh subjek
diantaranya yaitu pusing/kepala berdenyut, keringat dingin, jantung berdebar, dan
daerah tengkuk leher terasa sakit dan kaku. Lalu subjek merasa kesulitan untuk
mengontrol rasa gelisah atau cemas yang dialaminya, sehingga subjek tidak bisa
relaks dan menyebabkan subjek kesulitan untuk tidur dengan nyenyak. Subjek akan
merasa cemas ketika sedang merasa lelah dan mempunyai banyak pikiran. Ketika

20
cemas subjek merasa sangat sulit untuk berkonsentrasi. Biasanya subjek
menunjukkan sifat emosionalnya kepada diri sendiri.
Kriteria gangguan kecemasan yang tertulis dalam PPDGJ yang dialami dan
dirasakan oleh pasien adalah: gejala anxietas primer yang berlangsung selama hampir
setiap hari dalam jangka waktu beberapa minggu / bulan, kehidupan sehari-harinya
bersifat free floating, dan gejala lain yang dirasakkan (berupa: kecemasan,
ketegangan motorik, overaktivitas otonom).

21
DAFTAR PUSTAKA
Hary, T. A. P. (2011). Efektivitas Thematic Apperception Test Dalam Penanganan
Kasus
Klinis. Jurnal SPIRITS, 1(2), 97-224.
http://psikologi.ustjogja.ac.id/wp-
content/uploads/2016/07/7_EfektivitasThematicApperceptionTestDalamPena
ngananKasusKlinis_Tatung.pdf

Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-
V.
PT Nuh Jaya

Christianto. L. P, Kristiani. R, Franztius. D. N, Santoso. S. D, & Winsen, Ardani. A.


(2020). Kecemasan Mahasiswa di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Selaras,
3(1), 69-70. https://doi.org/10.33541/Jsvol2iss1pp1.

22
LAMPIRAN
1. Guide Observasi Lanjutan

No. Aspek Hasil Observasi

1. Kecemasan - Subjek meminta pewawancara


a. Khawatir nasib buruk untuk mengulangi pertanyaan
b. Sulit konsentrasi beberapa kali.
c. Merasa di ujung tanduk - Saat subjek bingung menjawab,
(terpojok) subjek terlihat mengarahkan
pandangan mata ke satu titik
tertentu.

2. Ketegangan motorik - Dalam proses wawancara


Gelisah beberapa kali terlihat subjek
Sakit kepala seakan memijat tengkuknya.
Gemetaran
Tidak bisa rileks

3. Overaktivitas otonomik (tidak ditemukan)


a. Berkeringat
b. Jantung berdebar-debar
c. Sesak napas
d. Keluhan lambung
e. Pusing kepala
f. Mulut kering

2. Guide Wawancara Lanjutan

No Kriteria Pertanyaan

1.
Kecemasan Apakah kecemasan membuat anda
a. Khawatir nasib buruk mengalami kesulitan tidur?
b. Sulit konsentrasi

23
c. Merasa di ujung tanduk
(terpojok) Apakah kecemasan membuat anda
khawatir tentang hal buruk
(overthinking)?

Pikiran buruk seperti apa yang


biasanya terlintas saat anda cemas?

Apakah saat cemas anda merasa


sering terpojok?

Apakah saat cemas anda mengalami


kesulitan dalam berkonsentrasi?

2. Ketegangan motorik
a. Gelisah Apakah anda sering merasa gelisah
b. Sakit kepala saat cemas?
c. Gemetaran
d. Tidak bisa rileks Apakah anda sering merasakan nyeri
di kepala saat cemas?

Apakah saat cemas tubuh anda


gemetaran?

Apakah anda menjadi tidak rileks


saat cemas?

3. Overaktivitas otonomik
a. Berkeringat Apakah pada saat cemas anda lebih
b. Jantung berdebar-debar banyak berkeringat ?
c. Sesak napas
d. Keluhan lambung Apakah saat mengalami cemas
e. Pusing kepala jantung anda berdebar ?
f. Mulut kering
Apakah saat cemas anda mengalami
sesak napas?

Apakah kecemasan membuat anda


memiliki keluhan lambung ?

Apakah saat cemas mulut anda


terasa kering dan kaku ?

Apakah saat cemas anda merasakan


pusing ?

24
3. Verbatim Wawancara Lanjutan

Transkrip Makna Deskriptif

Interviewer : Apakah gangguan Subjek telah mengalami berbagai


kecemasan masih dirasakan sampai gejala yaitu khawatir tentang hal buruk
saat ini ? seperti menghawatirkan tugas yang
Interviewee : Untuk kecemasan masih tidak dapat di pahami dan terlaksana
sering dirasakan. Paling sering dengan baik, kemudian sering
dirasakan ketika saya merasa overthingking untuk hal hal yang
capek/letih, ketika pikiran sedang sebenarnya tidak perlu dipikirkan,
ruwet dan ketika saat malam hari. sering tidak konsentrasi misalnya saat
Pikiran ruwet disini maksudnya membaca novel atau berdiam diri
memikirkan hal-hal yang tidak harus sering terpikir hal-hal yang tidak
dipikirkan sehingga menyebabkab mengenakan secara berlebihan
overthinking contohnya ketika sedang sehingga tidak fokus, ketakutan akan
bermain bersama teman , lalu ketika tidak di terima oleh orang lain, merasa
pulang saya akan memikirkan terpojok karena merasa ada yang
perkataan saya terhadap teman berbeda dari dirinya di banding orang
apakah perkataan tadi dapat lain karena sering mengalami
menyinggung ia apa tidak. perubahan mood yang drastis, dan
Interviewer : Ketika gangguan juga mempengaruhi eksistensinya di
kecemasan anda muncul, apakah sosial.
dapat mempengaruhi konsentrasi
anda ?
Interviewee : iya, sangat
mempengaruhi konsentrasi saya,
contohnya ketika saya ingin
melakukan kegiatan atau aktivitas lain
seperti saya hendak mengerjakan
tugas , saya tidak bisa berkonsentrasi
dengan baik karena gangguan
kecemasan tersebut selalu membuat
saya memikirkan hal-hal lain yang
tidak perlu untuk pikirkan. Terlebih lagi
pada saat malam hari, saya selalu
merasa gelisah dan cemas sehingga

25
pada saat itu saya sulit sekali untuk
berkonsentrasi dengan semestinya.
Interviewer : Apakah anda pernah
merasa dipojokin oleh lingkungan
sosial disekitar anda?
Interviewee : ya, pernah. Contohnya
ketika gangguan kecemasan saya
muncul, maka saya akan menganggap
bahwa diri saya berbeda dari yang lain
apalagi ketika mood saya sedang naik
turun. Ketika mood saya bagus maka
saya akan terlihat aktif dilingkungan
sosial saya dengan memberikan
kontribusi pada suatu kegiatan dan
ketika mood saya sedang tidak baik
maka saya memilih untuk menyendiri
dan memilih diam agar kecemasan
yang saya miliki bisa terkontrol dengan
baik.
Interviewer : ketika gangguan
kecemasan anda muncul, apakah
anda lebih sering merasakan
emosional seperti marah?
Interviewee : ya, saya merasakan hal
tersebut. Namun, marah yang saya
lakukan tidak melibatkan oranglain.
Hanya saja melibatkan diri saya
sendiri, seperti saya akan marah
kepada diri saya karena saya tidak
bisa mengendalikan gangguan
kecemasan yang terjadi pada diri
sendiri.
Interviewer : Apakah ketika anda
kurang berkontribusi pada lingkungan
sosial, dapat mengganggu proses
kegiatan anda seperti biasanya?

26
Interviewee : ya dapat mengganggu
kegiatan sosial saya, apalagi ketika
ada kegiatan acara organisasi.
Menurut saya, saya tidak bisa
berkontribusi pada saat gangguan
kecemasan muncul sehingga saya
bersikap kurang profesional pada saat
didunia kerjasama bersama tim.

Interviewer : Apakah anda pernah Subjek mengalami kegelisahan ketika


merasa gelisah, gemetaran dan tidak mengalami kecemasan hingga susah
bisa relaks? tidur hingga harus mengonsumsi
Interviewee : ya, saya sering merasa antimo, subjek juga merasa pusing dan
gelisah dan susah untuk relaks. merasa tidak rileks atau tidak tenang,
Apalagi ketika saya hendak tidur dan di barengi dengan sakit kepala.
malam, jika pikiran saya masih merasa
gelisah dan cemas maka saya tidak
bisa tenang. Sehingga, ketika saya
hendak tidur malam maka saya
memilih saat badan saya bener-bener
letih karena ketika badan saya sedang
bener-bener letih, saya dapat tidur
dengan nyenyak dan tidak memikirkan
hal-hal yang tidak penting untuk saya
pikirkan. Lalu, biasanya saya juga
meminum obat tidur seperti antimo.
Interviewer : ketika gangguan
kecemasan anda muncul, apakah ada
gejala fisik yang anda rasakan ?
Interviewee : iyaa ada. Gejala fisik
yang saya rasakan itu seperti kepala
pusing dan berdenyut dibagian
belakang kepala, tengkuk leher terasa
kaku, berkeringat, deg-degan/jantung
berdebar. Lalu ketika gangguan
kecemasan ini muncul juga sangat

27
berefek pada penyakit asam lambung
yang saya miliki.
Interviewer : Apakah anda bisa
mengendalikan rasa gelisah dan
kecemasan yang anda alami?
Interviewee : saya tidak bisa
mengendalikan rasa gelisah dan
cemas tersebut. maka akibat dari saya
tidak bisa mengendalikan rasa gelisah
tersebut berefek pada susah tidur pada
diri saya.

Interviewer : Apakah saat cemas Dari penjelasaan subjek bahwasannya


anda mengalami sesak napas? dari kriteria yang menunjukan gejala
Interviewee : ketika gangguan kecemasan subjek mengalami gejala
kecemasan saya muncul, sejauh ini fisik berupa keluhan penyakit lambung,
hanya beberapa kali saya merasakan sering berkeringat ketika cemas,
sesak napas, penyebabnya biasanya jantung berdebar-debar , terkadang
disaat saya sedang capek. namun, hingga sesak napas namun tidak
ketika sesak nafas saya muncul, saya sering.
masih bisa berkontribusi pada kegiatan
organisasi di sekolah. dan menurut
saya, salah satu penyebab sesak
nafas saya muncul karena saya
memiliki riwayat penyakit asma.

28
4. Informed Consent

29

Anda mungkin juga menyukai