Disusun oleh :
1. Fathia Nurhikmah Kurniawan (2000013001)
2. Anggraini Tri Ambarwati (2000013102)
3. Windani Ayu Larasati S. N. (2000013215)
4. Nanda Dwi Putri Gamalia (2000013225)
5. Novita Ciptari Ramadhani (2000013312)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas studi
lapangan kuliah psikologi klinis yang berjudul “Laporan Studi Lapangan Mata Kuliah
Psikologi Klinis” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah psikologi klinis. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menjadi bentuk
pelaksanaan aplikasi teori-teori yang telah dipelajari dalam mata kuliah psikologi klinis.
Tim Penyusun juga berharap agar laporan studi lapangan ini dapat menambah
wawasan tentang masalah psikologis berupa gangguan anxietas atau kecemasan dan
dapat memberikan gambaran gejala serta perasaan pasien agar dapat lebih mudah
dipahami oleh para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Mutingatu
Sholichah, M.Si., Psikolog, selaku Dosen Psikologi klinis yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada subjek kami, RS yang
telah bersedia menjadi subjek dalam penugasan kuliah lapangan ini.
Kemudian, kami menyadari bahwa tugas laporan yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami terbuka dan menerima kritik dan saran yang
dapat membangun kesempurnaan laporan ini.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 2
PENDAHULUAN 3
BAB II 6
BAB III 17
BAB IV 20
PEMBAHASAN 20
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan kasus klinis tidak bisa dilepaskan dari pengertian psikologi klinis.
Menurut The American Psycological Association (Sumintardja;Hary, 2011)), psikologi
klinis adalah bidang terapan dari pengetahuan psikologi yang mengarah pada
penemuan karakteristik dan kapasitas perilaku individu, melalui metode pengukuran,
analisis dan observasi, yang kemudian diintegrasikan dengan pemeriksaan fisik dan
latar belakang individu, untuk sampai proses pemberian saran dan rekomendasi
mengenai penyesuaian diri individu tersebut (Hary, 2011).
Pengertian psikologi klinis menekanan bahwa pendekatan untuk mengevaluasi
pola kapabilitas perilaku individu, dilakukan secara ilmiah. Peran klinisi di sini adalah
sebagai proffesional therapist. Psikologi klinis, kerap dimengerti sebagai bidang
terapan dari metode ilmiah dan prinsip-prinsip psikologi, yang memberi bantuan pada
individu yang mengalami suatu masalah psikis, melalui evaluasi psikologis dan
psikoterapi (Hary, 2011).
Dengan demikian dapatlah dipahami, bahwa tugas klinisi dalam mengadakan
asesmen klinis (Groth-Marnat;Hary, 2011) adalah:
1. Menganalisis pola perilaku individu yang sedang mengalami gangguan.
2. Mencari gangguan dari gangguan perilaku tersebut.
3. Menginterpretasikan tentang bagaimana faktor-faktor etiologis tersebut
berintregasi dalam individu.
4. Memelajari penyesuaian pada individu atas dasar intergasi tersebut.
5. Merencanakan suatu program untuk perbaikan penyesuaian diri individu itu.
6. Membantu individu itu dalam melaksanakan penyesuaian kembali.
Dari tugas klinisi itu, terlihat bahwa empat pokok pertama merupakan bidang
psikodiagnostik klinis, sedangkan dua yang terlihat termasuk treatment. Jelaslah,
bahwa bidang psikologi klinis merupakan bidang terapan, sehingga diperlukan suatu
pengetahuan dan keterampilan mengenai bagaimana cara memahami perilaku
manusia. Untuk dapat memahami perilaku manusia, digunakan berbagai cara, yang
disebut penilaian/assessment (Hary, 2011).
Asesmen klinis merupakan suatu proses untuk memeroleh data atau informasi
tentang klien, sehingga diperoleh pengertian yang lebih baik tentang klien tersebut.
Melalui proses asesemen ini, klinisi menyeleksi metode, menyelenggarakan penilaian,
menguji dan menginterpretasikan hasil, serta membuat kesimpulan untuk klien
3
tersebut. Kemudian secara profesional, klinisi mengomunikasikan konklusinya kepada
yang bersangkutan untuk mengetahuinya (Hary, 2011).
Infornasi yang diperoleh melalui proses asesmen, dapat digunakan untuk
beberapa fungsi dan tujuan (Cronbach;Hary, 2011) :
1. Proses seleksi dan diagnosis.
Termasuk dalam fungsi ini adalah menyeleksi dan menglasifikasikan subjek.
Misalnya pemeriksaan psikologis unutk mengelompokkan subjek pada suatu
program treatment yang spesifik. Hasil asesmen klinis juga dapat dipakai untuk
menegakkan diagnosis.
2. Evalusi dari intervensi klinis.
Tanpa asesmen mustahil klinisi dapat mengevalusai hasil suatu intervensi klinis.
Data klien yang diperoleh, dapat digunakan utnuk memastikan baik sebelum,
selama, maupun sesudah intervensi dilakukan.
3. Penelitian atau riset.
Penelitian disini untuk menguji hipotesis tentang perilaku normal atau abnormal.
Tanpa suatu asesment, hal itu tidak mungkin diperjelas. Selain itu untuk
memberikan informasi yang dapat memberi pengertian yang lebih luas tentang
fungsi-fungsi psikologi.
Alasan lain mengapa asesmen perlu dilakukan adalah untuk memberikan
informasi kepada klien tentang keadaan dirinya, sehingga diperoleh pengertian yang
lebih baik tentang dirinya. Hal ini dapat digunakan oleh individu yang bersangktan
untuk menentukan suatu keputusan tindakan atau perilakunya dimasa mendatang
(Hary, 2011).
Secara umum, jenis mengategorikan asesmen dalam dua bagian
(Sumintardja. 1998), yaitu:
1. Proses informal.
Asesmen yang digunakan melalui pendekatan yang umum dilakukan oleh orang
awam, yaitu melalui kesan atau impresi pertama, yang mengandalkan pada
empati dan intuisi dalam menilai orang lain.
2. Proses formal.
Terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan klinis dan pendekatan objektif.
Pendekatan klinis mengandalakan pada beberapa teknik penilaian, antara lain:
wawancara, asosiasi bebas, observasi, analisis biografi, dan pengukuran melalui
tes psikologis terutama tes projektif.
Dalam pendekatan obejektif lebih mengandalkan psikometrik sebagai metode
pengukuran, pendeteksian biokimiawi, pengukuran psikofisis, tes minat, konsep dir
4
B. Prosedur Pelaksanaan Kuliah Lapangan
5
BAB II
MANAJEMEN KASUS KLINIS
1. IDENTITAS KLIEN
a. Identitas
Nama : RS
Tempat Tgl Lahir : Karangasem, 12 April 2002
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Poncowolo 14, Ketanggungan RT. 57
RW. 12, Kel. Wirobrajan, Kec. Wirobrajan
Kota Yogyakarta
Suku dan Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Belum bekerja
Status Pernikahan : Belum menikah
Urutan dalam keluarga : 4 dari 4 bersaudara
b. Riwayat Pendidikan
c. Kegemaran / Hobi
● Aktif kegiatan sosial
● Mengikuti kegiatan relawan
● Membaca novel
d. Riwayat Kesehatan:
● Asam lambung
● Hipertensi (penyakit turunan)
e. Keadaan Keluarga:
6
Keluarga subjek mulai memiliki masalah ketika subjek berada di bangku SMA.
Masalah keluarga subjek berakar dari faktor perekonomian keluarga subjek. Orang
tua sering bertengkar dan beradu argumen satu sama lain. Subjek merasa bahwa
hubungan keluarga mulai meregang. Subjek juga merasa bahwa sekarang ia tidak
lagi dekat dengan kakak-kakaknya dan dengan kedua orang tuanya.
2. HASIL OBSERVASI
a. Observasi Awal
7
trauma / takut.
b. Observasi Lanjutan
8
c. Sesak napas
d. Keluhan
lambung
e. Pusing kepala
f. Mulut kering
3. Hasil wawancara
a. Wawancara Awal
9
diselesaikan saja
masalahnya tanpa perlu
diadakan riset terhadap
masalah itu lebih dulu” tapi
kadang saya juga
mengalisis dan meriset
masalah dulu seperti
misalnya muncul pertanyaan
seperti “ini kenapa ya kok
bisa seperti ini?”
10
interpersonal.
Interviewee: Awalnya itu
ketika saya sedang
menjalani MPLS ketika
pertama kali masuk SMP.
Saya merasa kalau teman-
teman SMP saya itu terlalu
brutal. Saya selalu dikasarin
karena saya paling pendek
sendiri. Setiap olahraga
ketika saya berlari sedikit
saja saya suka asma dari
situ juga mulai suka dibully
dan ada juga yang berkata
“kamu udah kecil
penyakitan” gitu. Akhirnya
saya menceritakan hal ini ke
orang tua saya dan ayah
saya merespon dan
memberikan saran kepada
saya untuk keluar saja. Saat
itu sekolah sedang
direnovasi sehingga sekolah
dibagi menjadi dua sesi,
yaitu sesi pagi dan siang.
Suatu hari saya mendapat
sekolah di sesi kedua yang
mana tadi sesi kedua
dimulai dari siang hingga
sore hari. Hari itu saya
dikunciin dikamar mandi
sampai menjelang maghrib,
karena hal itu saya mulai
gak mau pergi ke sekolah.
11
teman-temannya di
Interviewee: Sudah, karena SMA. Subjek
hal itu dan trauma yang menghindari situasi
saya rasakan, akhirnya saya sosial dengan teman-
berkonsultasi dan pergi ke teman SMA. Ini
psikolog yang ada di merupakan salah satu
puskesmas. setelah ciri yang juga tertulis
berkonsultasi saya dalam PDDGJ.
mendapatkan diagnosis
kalau saya memiliki
kecemasan. Karena hal
yang saya alami ketika saya
berada di SMP saya menjadi
enggan untuk bersosialisasi
saat saya masuk SMA
karena takut hal tersebut
akan terulang kembali. Jadi
selama awal masuk SMA
saya selalu menyendiri dan
enggan untuk bersosialisasi
dengan teman yang lain
saya susah beradaptasi
awalnya, bahkan sempat
enggan untuk bersekolah.
Saya tidak mengikuti MPLS
ketika awal masuk SMA.
Ketika saya cemas saya
sering memainkan kuku atau
menggigiti kuku saya
sampai habis.
12
saya sudah bisa
menghandle diri sendiri dan
merasa lebih baik. Terakhir
saya pergi ke psikolog untuk
berkonsultasi itu sebelum
pandemi.
13
ada yang menyayangi saya
dan saya merasa tidak
sedekat sebelumnya dengan
kakak-kakak dan kedua
orang tua saya.
b. Wawancara Lanjutan
14
2 Ketegangan Apakah anda sering Subjek mengalami kegelisahan
motorik merasa gelisah saat ketika mengalami kecemasan
a. Gelisah cemas? hingga susah tidur hingga harus
b. Sakit kepala Apakah anda sering mengonsumsi antimo, subjek
c. Gemetaran merasakan nyeri di juga merasa pusing dan merasa
d. Tidak bisa kepala saat cemas? tidak rileks atau tidak tenang, dan
rileks Apakah saat cemas di barengi dengan sakit kepala.
tubuh anda
gemetaran?
Apakah anda
menjadi tidak rileks
saat cemas?
3 Overaktivitas
3 Apakah pada saat Dari penjelasaan subjek
otonomik cemas anda lebih bahwasannya dari kriteria yang
a. Berkeringat banyak berkeringat ? menunjukan gejala kecemasan
b. Jantung Apakah saat subjek mengalami gejala fisik
berdebar-debar mengalami cemas berupa keluhan penyakit
c. Sesak napas jantung anda lambung, sering berkeringat
d. Keluhan berdebar ? ketika cemas, jantung berdebar-
lambung Apakah saat cemas debar , terkadang hingga sesak
e. Pusing kepala anda mengalami napas namun tidak sering.
f. Mulut kering sesak napas?
Apakah kecemasan
membuat anda
memiliki keluhan
lambung ?
Apakah saat cemas
mulut anda terasa
kering dan kaku ?
Apakah saat cemas
anda merasakan
pusing ?
15
c. Kesimpulan Hasil Wawancara
Kesimpulan yang didapatkan dari asesmen lanjutan adalah subjek mengalami
keluhan gangguan kecemasan lebih dari 6 bulan yaitu sejak ia duduk di bangku SMA
dan sekarang ia sudah duduk di bangku kuliah. Subjek mengalami kecemasan tidak
secara berturut-turut. namun dengan kurun waktu yang dekat yakni antara setiap
terjadinya gangguan kecemasan muncul dalam 1 minggu bisa 1-2 kali terjadi
tergantung kondisi, yang di pengaruhi kondisi fisik dan juga berupa stimulus atau
stressor yang di hadapi oleh subjek.
Gejala kecemasan muncul disaat subjek sedang banyak pikiran dan ketika
sedang dalam kondisi lelah. Subjek juga merasa sulit untuk berkonsentrasi dengan
baik ketika kecemasan itu muncul. Sikap emosional subjek biasanya muncul untuk
ditujukan ke dirinya sendiri, tidak melibatkan orang lain. Ketika gangguan kecemasan
itu muncul gejala fisik yang dirasakan subjek yaitu pusing/kepala berdenyut, keringat
dingin, jantung berdebar, dan daerah tengkuk leher terasa sakit dan kaku. Lalu subjek
merasa kesulitan untuk mengontrol rasa gelisah atau cemas yang dialaminya,
sehingga subjek tidak bisa relaks dan menyebabkan subjek kesulitan untuk tidur
dengan nyenyak.
16
BAB III
SIMPULAN HASIL ASESMEN
17
motorik, berlalu atau overthingking
- Overaktivitas sehingga menimbulkan
otonom kecemasan.
- Subjek merasakan ketegangan
saat cemas ketika berpikiran ✅
berlebihan terkait stimulus yang
di pikirkan sehingga subjek
sering merasa jantung berdetak
lebih cepat, dan merasakan diri
seperti terpojok subjek merasa
dirinya aneh dan berbeda
dengan orang lain, karena
perubahan mood yang drastis.
- Ketika subjek harus
bersosialisasi, subjek merasa ✅
kurang puas memberikan
eksistensi karena pengaruh
kecemasan tersebut, sehingga
subjek hanya diam dan tidak
turut aktif.
- Subjek mengalami keadaan
tubuh bergetar dan tidak bisa
✅
relax saat mengalami
kecemasan mengalami keadaan
tgang pada leher belakang.
- Subjek sering mengalami
pusing, jantung berdetak
✅
kencang, sesak nafas ketika
berkegiatan, juga subjek
mngalami penyakit asam
lambung, dan hipertensi.
18
dan hubungan antara anggota keluarga yang tidak harmonis. Sering terjadi
perdebatan di antara orang tua subjek dan subjek meraskan kerenggangan hubungan
antara subjek dengan saudara nya yang lain. Situasi keluarga subjek yang tidak
harmonis ini menyebabkan dampak psikologis kepada subjek sehingga subjek
menjadi sering merasakan ketakutan yang mengarah pada kecemasan, sehingga
memicu kambuhnya penyakit fisik seperti asam lambung dan di ikuti dengan penyakit
hipertensi yang merupakan penyakit turunan dari keluarga subjek. Selain itu subjek
juga memiliki pengalaman masa lalu yaitu sebagai korban bullying yang sampai hari
ini masih membayangi keseharian subjek, terutama saat ia akan menggunakan kamar
kecil.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
cemas subjek merasa sangat sulit untuk berkonsentrasi. Biasanya subjek
menunjukkan sifat emosionalnya kepada diri sendiri.
Kriteria gangguan kecemasan yang tertulis dalam PPDGJ yang dialami dan
dirasakan oleh pasien adalah: gejala anxietas primer yang berlangsung selama hampir
setiap hari dalam jangka waktu beberapa minggu / bulan, kehidupan sehari-harinya
bersifat free floating, dan gejala lain yang dirasakkan (berupa: kecemasan,
ketegangan motorik, overaktivitas otonom).
21
DAFTAR PUSTAKA
Hary, T. A. P. (2011). Efektivitas Thematic Apperception Test Dalam Penanganan
Kasus
Klinis. Jurnal SPIRITS, 1(2), 97-224.
http://psikologi.ustjogja.ac.id/wp-
content/uploads/2016/07/7_EfektivitasThematicApperceptionTestDalamPena
ngananKasusKlinis_Tatung.pdf
Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-
V.
PT Nuh Jaya
22
LAMPIRAN
1. Guide Observasi Lanjutan
No Kriteria Pertanyaan
1.
Kecemasan Apakah kecemasan membuat anda
a. Khawatir nasib buruk mengalami kesulitan tidur?
b. Sulit konsentrasi
23
c. Merasa di ujung tanduk
(terpojok) Apakah kecemasan membuat anda
khawatir tentang hal buruk
(overthinking)?
2. Ketegangan motorik
a. Gelisah Apakah anda sering merasa gelisah
b. Sakit kepala saat cemas?
c. Gemetaran
d. Tidak bisa rileks Apakah anda sering merasakan nyeri
di kepala saat cemas?
3. Overaktivitas otonomik
a. Berkeringat Apakah pada saat cemas anda lebih
b. Jantung berdebar-debar banyak berkeringat ?
c. Sesak napas
d. Keluhan lambung Apakah saat mengalami cemas
e. Pusing kepala jantung anda berdebar ?
f. Mulut kering
Apakah saat cemas anda mengalami
sesak napas?
24
3. Verbatim Wawancara Lanjutan
25
pada saat itu saya sulit sekali untuk
berkonsentrasi dengan semestinya.
Interviewer : Apakah anda pernah
merasa dipojokin oleh lingkungan
sosial disekitar anda?
Interviewee : ya, pernah. Contohnya
ketika gangguan kecemasan saya
muncul, maka saya akan menganggap
bahwa diri saya berbeda dari yang lain
apalagi ketika mood saya sedang naik
turun. Ketika mood saya bagus maka
saya akan terlihat aktif dilingkungan
sosial saya dengan memberikan
kontribusi pada suatu kegiatan dan
ketika mood saya sedang tidak baik
maka saya memilih untuk menyendiri
dan memilih diam agar kecemasan
yang saya miliki bisa terkontrol dengan
baik.
Interviewer : ketika gangguan
kecemasan anda muncul, apakah
anda lebih sering merasakan
emosional seperti marah?
Interviewee : ya, saya merasakan hal
tersebut. Namun, marah yang saya
lakukan tidak melibatkan oranglain.
Hanya saja melibatkan diri saya
sendiri, seperti saya akan marah
kepada diri saya karena saya tidak
bisa mengendalikan gangguan
kecemasan yang terjadi pada diri
sendiri.
Interviewer : Apakah ketika anda
kurang berkontribusi pada lingkungan
sosial, dapat mengganggu proses
kegiatan anda seperti biasanya?
26
Interviewee : ya dapat mengganggu
kegiatan sosial saya, apalagi ketika
ada kegiatan acara organisasi.
Menurut saya, saya tidak bisa
berkontribusi pada saat gangguan
kecemasan muncul sehingga saya
bersikap kurang profesional pada saat
didunia kerjasama bersama tim.
27
berefek pada penyakit asam lambung
yang saya miliki.
Interviewer : Apakah anda bisa
mengendalikan rasa gelisah dan
kecemasan yang anda alami?
Interviewee : saya tidak bisa
mengendalikan rasa gelisah dan
cemas tersebut. maka akibat dari saya
tidak bisa mengendalikan rasa gelisah
tersebut berefek pada susah tidur pada
diri saya.
28
4. Informed Consent
29