Anda di halaman 1dari 74

PANDUAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF


TAHUN AKADEMIK 2022-2023

PENYUSUN BUKU:
TIM PALIATIF
TIM KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Nama :

NIM :

Kelompok:

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023

HALAMAN PENGESAHAN
PANDUAN PRAKTIKUM

1
KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Menjelang ajal dan Paliatif ini digunakan sebagai
panduan dalam pelaksanaan praktikum mahasiswa semester 6

Program Studi Keperawatan


Universitas‘Asiyiyah
Yogyakarta

Yogyakarta, 10 Februari 2023

DISETUJUI OLEH DISUSUN OLEH

Ns.Deasty Nurmaguphita, M.Kep., Sp.Kep.J. Ns. Hamudi Prasestiyo, S.Kep., M.Kep

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakaatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan pembuatan panduan Praktikum
Keperawatan Paliatif dan Menjelan Ajal. Tujuan penyusunan buku ini adalah
memberikan panduan mahasiswa dalam menerapkan intervensi yang sering ditemui
dalam tataran layanan klinik di Rumah Sakit pada pasien dengan penyakit Kronik.
Panduan praktikum ini diberikan pada mahasiswa Program Studi Keperawatan semester
VI Reguler berupa intervensi dan ketrampilan-ketrampilan yang sering digunakan ketika
melakukan interaksi pasien di rumah sakit.

Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan panduan praktikum Keperawatan Paliatif dan Menjalang Ajal. Semoga buku
panduan ini dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keperawatan Paliatif dan
Menjalang Ajal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa panduan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan yang
akan datang.

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakaatuh

Yogyakarta, 10 Februari 2023


Penyusun

3
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN-PENDIDIKAN PROFESI NERS

VISI
VISI PSK-PSPN adalah menjadi Program Studi Keperawatan-Pendidikan
Profesi Ners pilihan dan unggul bidang paliatif care berdasarkan ilmu pengetahuan
dan tehnologi berbasis nilai-nilai islam berkemajuan.

MISI
1) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
bidang paliatif care berdasarkan nilai-nilai Islam berkemajuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
2) Mengembangkan kajian bidang paliatif care dan pemberdayaan perempuan dalam
kerangka Islam Berkemajuan
3) Mengembangkan program studi ners dengan unggulan paliatif care pada semua
tingkatan usia berdasarkan nilai-nilai Islam.

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI MATA AJAR


Keperawatan Menjalang Ajal dan Paliatif merupakan salah satu mata kuliah pada
Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode kuliah teori, tutorial dan
praktikum ketrampilan

Mata kuliah ini menguraikan tentang teori dan konsep Hospice & Paliatif care, isu
personal dan proffesional terkait perawatan paliatif, berbagai peran perawat dalam
bidang keperawatan hospice dan paliatif serta aspek etik dan legal keperawatan
hospice dan paliatif. Segala aspek dalam pembahasan berdasarkan nilai-nilai islami
khususnya pandangan islamsakit dalam Islam dan menjelang ajal dan kematian serta
bagaimana sikap perawat dalam merespon setiap kebutuhan pasien paliatif.

Beberapa ketrampilan yang dilakukan diantaranya adalah: metode Pengkajian


Paliatif, Prinsip penanganan Nyeri, Prinsip penanganan tanda dan gejala pasien
pallaiative, Breaking Bad News, Perawatan menjelang sakaratul maut

B. KOMPETENSI
Kompetensi utama mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dan kontinyu kepada pasien dengan berbagai
masalah kesehatan sesuai dengan respon yang muncul akibat dari gangguan sistem
tubuh terutama biopsikososiospiritual yang akan melibatkan seluruh tim keperawatan
paliatif.

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum Mahasiswa mampu melakukan berbagai
ketrampilani keperawatan:
1. Melakukan simulasi asuhan keperawatan perawatan paliatif memperhatikan aspek
legal dan etis.
2. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan pada pasien perawatan paliatif dengan
memperhatikan aspek legal dan etis.
3. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam
mengatasi masalah biospikosoiospiritual.
4. Melaksanakan fungsi advokasi pada pasien perawatan paliatif.
5. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan pada pasien perawatan paliatif dengan
memperhatikan aspek legal dan etis.
6. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam
mengatasi masalah psikososiospiritual pada perawatan paliatif.

5
D. TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Mahasiswa (kelompok) wajib mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
3. Mahasiswa wajib mengenakan jas lab. dan membawa buku panduan praktikum.
4. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh materi praktikum.
5. Mahasiswa wajib melakukan praktikum mandiri sebelum ujian dilakukan.
E. MATERI
1. Pengkajian paliatif dan menjelang ajal
2. Manajemen nyeri
3. Prinsip penanganan tanda dan gejala pasien paliatif
4. Breaking Bad News
5. Proses menjelang kematian
6. Pemberian Kemoterapi
7. Pengkajian Berkabung

6
BAB II

MATERI

A. MATERI 1
1. Judul Materi
Pengkajian menjelang ajal dan paliatif
2. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum berikut mahassiwa diharapkan mampu melakukan
pengkajian pada pasien paliatif (S12, S13, PP5, KU1, KK18, 23)
3. Materi
Metode Pengkajian Paliatif dan Menjelang Ajal
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien paliatif dan menjelang
ajal yang berfokus pada kebutuhan Biopsikososiospiritual.
B. Alat dan bahan
1. Format pengkajian.
2. Alat tulis
C. Sikap :
1. Fokus pada gejala yang dialami pasien
2. Mengkomunikasikan gejala yang terjadi pada pasien dan keluarga
3. Kerjasama dan menghormati perbedaan tim
D. Pengetahuan dan keterampilan :
1. Pengkajian gejala dan tanda dan pemeriksaan penunjang
2. Menggunakan alat bantu penilaian gejala (skala nyeri/edmonton)

7
FORMAT PENGKAJIAN
PENGKAJIAN UMUM
A. Data Pasien
1. Biodata
- Nama (Nama Lengkap, Nama Panggilan) :
- Usia/Tanggal lahir :
- Jenis Kelamin :
- Alamat & No tlp :
- Suku/Bangsa :
- Status Perkawinan :
- Agama :
- Pekerjaan :
- Diagnosa Medik :
- No. Medical Record :
- Tanggal Masuk RS :
2. Penanggung jawab
- Nama :
- Usia :
- Jenis Kelamin :
- Pekerjaan :
- Hubungan dengan Klien :
- Alamat & No tlp :
B Keluhan Utama

C Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum : GCS, IMT
2. Tanda-tanda Vital : TD, N, S, RR, Sp02
3. Sistem Pernapasan : Hidung, leher, dada
4. Sistem Kardiovaskuler : Conjungtiva, Jantung, CRT
5. Sistem Pencernaan : Bibir, Kemampuan Menelan, Usus
6. Sistem Indra : Mata, Hidung, Telinga
7. Sistem Saraf : fungsi serebral (daya ingat, orientasi), motorik (pergerakan),
sensorik (rangsangan)
8. Muskuloskeletal : kekuatan tonus otot,
9. Sistem Integumen : Rambut, kulit, kuku
10. Sistem Endokrin : kelenjar tiroid
11. Sistem Reproduksi
12. Sistem Imun : alergi obat

8
PENGKAJIAN PALIATIF
D Edmonton Symptom Assessment System (ESAS)

Tidak Nyeri 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nyeri Hebat


Tidak Lelah 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sangat Lelah
Tidak Mual 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mual Hebat dan Parah
Tidak Merasa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sangat Sedih
Sedih
Tidak Cemas 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sangat Cemas
Tidak Merasa Sangat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mengantuk Mengantuk
Nafsu Makan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nafsu Makan Buruk
Baik
Merasa Baik 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Merasa Sangat Buruk
Tidak Sesak 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sesak Nafas Berat
Nafas
Tidak Ada
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Masalah Lain Buruk
Masalah Lain
(Tulisa apa masalah lainnya : contoh konstipasi)

9
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN-PENDIDIKAN PROFESI NERS
Edmonton Symptom Assessment System Graph FAKULTAS ILMU KESEHATAN
(ESAS) UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Date
10

Pain
0
10

Tiredness
0
10

Nausea
0
10

Depression
0
10

Anxiety
0
10

Drowsiness

0
10
Appetite

0
10
Wellbeing

0
Shortness of 10
breath

0
10
Other

10
11
AKTIFITAS FISIK
ECOG KARNOFSKY
0: Masih sepenuhnya aktif, tanpa 100%: normal, tidak ada keluhan, tidak
hambatan untuk mengerjakan tugas ada tanda-tanda penyakit.
dan pekrjaan sehari-hari 90% : mampu melakukan aktifitas
1: hambatan pada pekerjaan berat tetapi normal, beberapa gejala atau
masih mampu mengerjakan pekerjaan tanda penyakit.
runah 80% : aktifitas normal dengan kesulitan,
2: hambatan banyak melekuakn beberapa gejala atau tanda
pekerjaan, 50% untuk tidur dan hanya penyakit.
bisa mengurus dirinya sendiri, tidak 70% : merawat diri, tidak mampu,
dapat mengerjakan pekerjaan lain melakukan kegiatan normal atua
3: hanya mampu melakukan pekerjaan bekerja.
tertentu, lebih 50% tidur 60% : membutuhkan bantuan, dapat
4: total tidak beraktifitas, banyak di kursi mengurus kebutuhan paling
atau tempat tidur pribadi.
5: meninggal 50% : sering memerlukan bantuan, sering
memerlukan perawatan medis.
40% : cacat, membutuhkan perawatan
dan pertolongan khusus.
30% : cacat, diindikasikan masuk RS
tetapi tidak ada risiko kematian.
20% : sangat sakit, sangat membutuhkan
perawatan inap, memerlukan
pertolongan suportif
10% : hampir meninggal, progresifitas
penyakit, cepat dan mematikan.
0 : Meninanggal

E PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

- Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya:


- Identifikasi hubungan klien dengan yang orang lain dan kepuasan diri sendiri
- Identifikasi hubungan klien dengan klien lain, petugas keseatan yang ada di
RS
- Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS:
- Tanggapan klien tentang penyakitnya:
- Dampak penyakit:
□pada pasien
□pada keluarga
- Dampak gejala pada kualitas hidup
□Dukungan social:........................
□ Pendidikan: .............................

12
□Riwayat kerja: ..............................
□Kepercayaan/agama: ........................
□Riwayat penggunaan obat terlarang: .....................

F PENGKAJIAN SPIRITUAL
- Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya

- Support system dalam keluarga

- Ritual yang biasa dijalankan

- Keyakinan pasien terhadap penyakit yang diderita

- kaji tentang harapan hidup


Kuesioner Spiritual Well Being Scale (SWBS)
Favorabel nilai 1: sangat tidak setuju (STS), 2:cukup tidak setuju (CTS), 3: tidak
setuju (TS), 4: setuju (S), 5: cukup setuju (CS), 6: sangat setuju (SS).
Unfavorabel skor kebalikan dadri Favorable.
Favorable Unfavorable
Religion well being 3,7,11,15,17,19 1,5,9,13
Existensial well being 4,8,10,14,20 2,6,12,16,18

Kueioner SWBS
No Pertanyaan SS CS S TS CTS STS
1 Saya tidak merasakan kepuasan saat
berdoa kepadad Tuhan
2 Saya tidak tahu siapa diri saya sebenarnya,
berasal dari mana atau tujuan hidup saya
3 Saya yakin bahwa Tuhan mencintai dan
peduli dengan saya
4 Saya merasa bahwa kehidupan ini adalah
sebuah pengalaman berhaga

13
5 Saya percaya Tuhan tidak peduli dan masa
bodoh dengan apa yang saya lakukan
sehari-hari
6 Saya merasa masa dean saya tidak jelas
7 Saya memiliki hubungan yang penuh/kuat
dengan Tuhan
8 Saya merasa bahagia dan ppuas dengan
hidup saya
9 Saya merasa tidak mempunyai kekuatan
dan dukungan dari Tuhan
10 Saya merasakan suatu kebahagiaan dalam
hidup saya
11 Saya yakin bahwa Tuhan selalu perhatian
dengan masalah yang saya hadapi
12 Saya sungguh tidak menikmati hidup ini
13 Saya secara pribadi tidak memiliki
kepuasan dalam berhubungan dengan
Tuhan
14 Saya merasa pasti tentang masa depan
saya
15 Hubungan saya dengan Tuhan merasa
saya tidak sendirian
16 Saya merasa hidup ini penuh dengan
konflik dan kemalangan
17 Saya merasa sangat bahagia ketika
bersama dengan Tuhan
18 Hidup ini terasa tidak punya banyak arti
19 Hubungan saya dengan Tuhan menambah
perasaan bahagia hidup saya
20 Saya yakin ada tujuan yang nyata dalam
hidup saya
Sumber: Utama (2018) dan Tumanggor (2019)

14
Skor: 20-40: kesejahteraan spiritual rendah
Skor: 41-99: kesejahteraan spiritual sedang
Skor 100-120: Kesejahteraan spiritual tinggi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis - Tanggal Hasil Nilai Analisa & Interpretasi Hasil


Pemeriksaan pemeriksaan Normal Pemeriksaan
Diagnostik

G. TERAPI FARMAKOLOGI
Nama Obat Dosis Indikasi Kontra indikasi

PERAWATAN PASIEN YANG AKAN MENINGGAL

Pengertian Memberi perawatan khusus kepada pasien yang akan meninggal (dalam
keadaan sakratulmaut).
Tujuan 1. Memberi kepuasaan dan ketenangan kepada pasien dan keluarganya.
2. Memberi ketenangan dan kesan yang baik kepada pasien lain di
sekitarnya.
Persiapan Persiapan alat :

15
1. Tempat/ruang khusus (bila memungkinkan)
2. Alat-alat pemberian oksigen (02)
3. Alat resusitasi (bila mungkin disediakan)
4. Tensimeter
5. Stetoskop
6. Pinset
7. Kain kassa penekan dan air matang dalam tempatnya.
8. Kertas tissue (bila mungkin disediakan).
9. Kapas
10. Handuk kecil atau lap pembasuh (waslap) untuk menyeka keringat
pasien.
11. Alat tenun secukupnya.
Persiapan pasien :
1. Pasien disiapkan menurut agama dan kepercayaannya.
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana.

Pelaksanaan 1. pasien ditempatkan terpisah dari pasien yang lain.


2. Pasien tetap didampingi oleh petugas, dan jika ada oleh keluarganya.
3. Petugas secara bijaksana menjelaskan keadaan pasien kepada keluarga
pasien.
4. Usahakan pasien selalu dalam keadaan bersih.
5. Usahakan suasana di sekitar pasien dalam keadaan tenang.
6. Bila bibir pasien kering, basahilah dengan kain kasa yang dicelupkan
dulu ke dalam air matang dengan menggunakan pinset.
7. Berikan bantuan kepada keluarga pasien untuk kelancaran
pelaksanaan upacara keagamaan.
8. Amati terus-menerus tanda-tanda kehidupan (vital-sign) pasien.
Perhatian 1. Berbicaralah dengan suara lembut dan penuh perhatian
2. Kekang diri untuk tidak tertawa dan bergurau di sekitar pasien yang
berada dalam keadaan sakratul maut.

PERAWATAN PASIEN YANG BARU SAJA MENINGGAL

Pengertian Memberi perawatan khusus kepada pasien yang baru saja meninggal.
Tujuan 1. Membersihkan dan merapikan jenazah
2. Memberi rasa puas kepada keluarga pasien
Persiapan Persiapan alat :
1. Pakaian khusus (Barakschort)

16
2. Pembalut atau verban
3. Bengkok
4. Pinset
5. Kapas lembab dan kain kasa secukupnya
6. Peralatan yang diperlukan untuk membersihkan jenazah (misalnya
baskom dan lain-lain).
7. Sprei atau kain penutup jenazah
8. Tempat pakaian kotor
9. Surat kematian sesuai peraturan yang berlaku
Pelaksanaan 1. Keluarga pasien diberitahu dengan seksama, bahwa jenazah akan
dibersihkan
2. Petugas memakai pakaian khusus (barakschot).
3. Jenazah dibersihkan dan dirapikan sesuai kebutuhan (misalnya bila
ada luka yang perlu dijahit).
4. Letak tangan pasien diatur menurut agamanya/kepercayaannya.
5. Kelopak mata dirapatkan dan lubang-lubang pada tubuh ditutup
dengan kapas lembab (misalnya hidung, telinga dan lain-lain).
6. Mulut dirapatkan dengan cara mengikat dagu ke kepala dengan
verban.
7. Kedua kaki dirapatkan, pergelangan kaki dan kedua ibu jari
diikat dengan verban.
8. Jenazah ditutup rapih dengan kain penutup.
9. Surat kematian harus diisi dengan lengkap oleh dokter
bersangkutan atau tidak penanggung jawab ruangan jika
diperlukan visum et. Repertum diberikan sesuai peraturan yang
berlaku.
10. Jenazah dibawa ke kamar mayat oleh petugas sesuai peraturan
rumah sakit, sekuarng-kurangnya dua jam setelah dinyatakan
meninggal.
Perhatian 1. Jenazah dirawat dengan cara yang tertib dan khidmat.
2. Label diisi lengkap dengan data pasien, yaitu: nama pasien, nomor
register, umur, jenis kelamin, jam dan tangan meninggal, nama
ruangan.
3. Label diikatkan pada kaki jenazah.

PELAYANAN PASIEN SAKARATUL MAUT


Pengertian Keadaan sakaratul maut adalah kondisi dimana pasien sudah
dalam kondisi perjalanan meninggal dunia.

Kematian adalah suatu keadaan terputusnya hubungan tubuh


dengan dunia luar yang ditandai dengan tidak adanya denyut
nadi, tidak bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan segala
refleks, serta ketiadaan kegiatan otak dan sudah dinyatakan oleh

17
dokter yang berwenang.

Tujuan Agar pasien mendapatkan ketenangan dalam proses menuju


kematian (husnul khotimah)
Kebijakan Memberikan pelayanan yang profesional dan dilakukan
secara komprehensif
Prosedur Melakukan asesmen Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
1. Kehilangan Tonus Otot,yang ditandai dengan :
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan
hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai:
nausea, muntah, perutkembung, obstipasi.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, yang ditandai dengan :
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian
tangan, telinga dan hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.

Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal


1. Pupil mata melebar.
2. Tidak mampu untuk bergerak.
3. Kehilangan reflek.
4. Nadi cepat dan kecil.
5. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
6. Tekanan darah sangat rendah
7. Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

Tanda-tanda Meninggal secara klinis:


1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.

18
2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
3. Tidak ada reflek.
4. Gambaran mendatar pada EKG.
Tindakan pada pasien tahap terminal atau menjelang
kematian. A (airways) : memastikan bahwa jalan nafas
paten

Posisi head tilt chin lift


Pasang oropharyngeal tube atau nasopharyngeal dan
Endotracheal tube

B (breathing) : memastikan bahwa dada bisa bisa


mengembang simetris dan adekuat.

Pemberian oksigen lewat selang maupun masker


Pemberian nafas bantuan bila apnea

C (circulation) : memastikan bahwa sirkulasi cukup, akral


hangat, produksi urin cukup.

Pemberian cairan infuse


Pemberian obat-obatan jantung
Pemberian obat-obatan vasokonstrictor
Pemantauan produksi urine lewat kateter kencing

Cara menghadapi orang yang baru saja meninggal


1. Pejamkan mata
2. Katupkan mulutnya, kalau perlu dibantu dengan tali dari
kain, diikatkan melingkar dari dagu, pipi, pelipis dan ubun-
ubun
3. Lemaskan tangan dan kakinya
4. Letakkan kedua tangannya dengan sedekap di atas dada dan
diikat kedua telapak tangannya
5. Luruskan kedua kakinya dengan diikat pergelangan
kaki dan kedua ibu jarinya.
6. Tutup seluruh tubuhnya dari kepala, wajah sampai
ujung kaki.
7. Ucapkan kalimat ”tarji” yaitu : Innaalillahi wa innaa
ilaihi raaji’uun.
8. Mendo’akan

19
9. Mempersiapkan keperluan perawatan jenazah
10. Keluarga (ahli waris) segera menyelesaikan hak adamny

20
PELAYANAN PASIEN TERMINAL
PENGERTIAN Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana
menurut akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi
si sakit untuk sembuh.
TUJUAN Agar pasien mendapatkan ketenangan dalam proses
menuju kematian (husnul khotimah)
KEBIJAKAN Pelayanan terminal dilakukan secara komprehensif yang
meliputi aspek fisik (terapi kuratif), psikososial, spiritual,
dan budaya
PROSEDUR a. Lakukan assesment yang behubungan dengan penyakit
terminal, penyakit yang sudah tidak bisa disembuhkan.
Misal gagal ginjal terminal.
b. Informasikan kondisi pasien kepada pihak keluarga dan
pasien itu sendiri.
c. Motivasi pada pasien dan keluarga untuk menerima
kondisi
d. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
melakukan pendampingan, misal dalam pembuatan
warisan dan hal-hal yang sifatnya khusus (pribadi)

Selain itu pasien juga berhak untuk :


1. Kebutuhan – kebutuhan jasmaniah
a. Menghilangkan rasa nyeri dengan
memberikan anti nyeri, mengubah
posisi tidur dan perawatan fisik.
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan infus,
sonde.
2. Kebutuhan – kebutuhan emosi
a. Menenangkan pasien apabila mengalami ketakutan yang hebat
(ketakutan yangtimbul akibat menyadari bahwa dirinya tak
mampu mencegah kematian).
b. Mendampingi pasien yang ingin memperbincangkan
tentang kehidupan di masalalu dan kemudian hari.
c. Memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk
memberikan tuntunan menjelang ajal sesuai agama.

21
Prosedur Pembelajaran

Praktikum dilakukan di ruang skill lab UNISA Yogyakarta, dilakukan dengan melakukan
simulasi/demonstrasi dan penjelasan oleh pengampu, dan mahasiswa melakukan secara mandiri
terbimbing, dan pembelajaran mandiri. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan melakukan Ujian skill
lab secara individu untuk masing-masing keterampilan.

Prosedur penilaian

Penilaian evaluasi dilakukan secara obyektive oleh pengampu praktikum dengan menggunakan check
list keterampilan sesuai dengan keterampilan yang ada di buku panduan ini dengan batas minimal
kelulusan adalah dengan nilai 70.

CHECK LIST KETERAMPILAN.

PENGKAJIAN PALIATIF

NAMA :

NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1. PERSIAPAN ALAT:
 Format pengkajian
 Alat tulis
2. TAHAP ORIENTASI
 Memberi salam dan Memperkenalkan nama perawat.
 Memanggil klien dengan panggilan yang disenangi
 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
 Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
 Mencuci tangan
TAHAP KERJA
3. Berdiskusi dan bertanya sesuai lembar penglajian
4. Menunjukkan sikap menghormati, empati
5. Posisikan pasien duduk nyaman dan berhadapan dengan perawat
6. TERMINASI
 Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan.
 Memberikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
 Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam.
7. DOKUMENTASI
 Dokumentasikan hasil pengkajian,
 Waktu pengkajian (jam,tanggal)
 Tanda tangan dan nama terang
TOTAL
Ket:

22
0: tidak ada/ tidak dilakukan,
1: ada, kurang lengkap/ kurang sesuai pedoman/ kurang kompeten
2: ada, lengkap/sesuai pedoman/ kompeten
Nilai Total : Score total x 100
38

NILAI Yogyakarta/......../....../20...
Evaluator

( )

REFERENSI

1 Ferrell&Coyle. (2010). Oxford texbook of paliatif Nursing third ed. Oxford University Press: USA.
2 Kemenkes (2013). Pedoman Teknis Pelayanan paliatif kanker. KemenkesRI: Jakarta.
3 Kemenkes Ri (2015). Pedoman Nasional, Program paliatif kanker. Kemenkes RI: Jakarta.
4 Brunner & Suddarth. (2010). Medical Surgical Nursing, 10th. Ed. Lippincott.
5 Dahlin; Coyne; Ferrel (2017). Clinical Pocket Guide to Advanced Practice Paliatif Nursing, Oxford
University Press: USA

23
B. MATERI 2
1. Judul Materi
Prinsip Penangan Nyeri
2. Capaian pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapakan mahasiswa mampu melakukan
pengkajian dan penanganan nyeri pada pasien paliatif (S12, S13, PP5, KU1,
KK18, 23).
3. Materi
Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dijumpai pada pasien kanker stadium
lanjut. Nyeri juga merupakan keluhan yang paling ditakuti oleh pasien dan keluarga.
95% nyeri kanker dapat diatasi dengan kombinasi modalitas yang tersedia, termasuk
memberikan perhatian terhadap aspek psikologi, sosial, dan spiritual.
b) Tata laksana gejala
Prinsip tata laksana gejala
1) Tatalaksana gejala harus direncanakan sebelumnya
2) Dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh, tidak hanya masalah
pengobatan saja
3) Orangtua dan anak harus dipersiapkan untuk mengahadapi situasi yang
ada.Mereka harus tahhu apa yang diharapkan, bagaimana cara
menghadapinya, dan kepada siapa mereka dapat meminta bantuan*
4) Penilaian harus meliputi : penggunana instrumen bila tersedia, gejala
distres yang tidak terkontrol merupakan keadaan darurat yang harus
ditangani secara agresif
b) Tatalaksana gejala meliputi :
1) Penilaian terhadap gejala yang timbul
2) Evaluasi terhadap potensi penyebab yang dapat mengakibatkan gejala-
gejala tersebut timbul kembali
3) Merencanakan dan memulai tatalaksana gejala
4) Lakukan penilaian kembali setiap kali melakukan tindakan

intervensi Jenis Nyeri:


Nosiseprik- Nosiseptik- Nosiseptik- Neuripatik
somatik somatik dalam viseral
superfisial
Asal Kulit, Tulang, sendi, Organ tubuh, Kerusakan pada
rangsangan subkutan, otot, ligamen, masa tumor, saraf nosiseptik
mukosa mulut, tendon kelenjar getah
hidung, sinus bening,
uretra, anus
Sifat Panas, tajam, Tumpul, Tumpul, dalam, Dieestesia,
menyengat, berdenyut, kram alodinia,
sangat terlokalisir phantom, kebas,
terlokalisir
Lokasi Tidak Tidak/ya Sukar Ya
ditentukan
Penjalaran Tidak Memperburuk Ya Traksi,
memperburuk

24
Efek gerakan Ya Ya Mungkin Tidak
meringankan

Skrining nyeri:
Nyeri Hasil Antisipasi nyeri
4. Ukur nyeri 24 jam terakhir dan
saat ini, saat istirahat dan saat
bergerak.
5. Karakteristik nyeri.
6. Lokasi nyeri.
7. Penjalaran/ reffered.
8. Menetap/ intermitten.
9. Onset dan durasi.
10. Faktor yang
memperberatmemperingan.
11. Dampak terhadap aktifitas.
12. Gejala lain yang
menyertai. 13.

c) Penentuan skala nyeri


1) NRS (numeric Rating Scale): Tanyakan intensitas nyeri dengan
menggunakan angka 0-10. 0 berarti tidak nyeri dan 10 sangat nyeri.
2) Categorial Scale: Dibagi atas : nyeri ringan – nyeri sedang – nyeri berat
3) Faces Rating Scale

25
d) Skala FLAAC

26
e) Skala nyeri tingkah laku (BPS: Behavior Pain Scale
Dilakukan untuk pasien yang tidak sadar atau terpasangventilator.

27
Penilaian BPS:

f) TATA LAKSANA NYERI:


Sesuai dengan penyebab yang ada dan prinsip tata laksana yang digunakan
di perawatan paliatif, modalitas yang dapat digunakan adalah sbb:
a. Medikamentosa: Analgetik: NSAID, Non opioid, Opioid; Adjuvant
(kortikosteroid, antidepresan, anti epilepsi, relaksan otot, antispas modik)
.
b. Nonmedikamentosa
1) Fisik: kompres hangat, TENS
2) Interupsi terhadap mekanisme nyeri: anestesi, neurolisis dan
neurosurgery

28
3) Modifikasi lingkungan dan gaya hidup: hindari aktifitas yang
memacu atau memperberat nyeri, immobilisasi bagian yang sakit
dengan alat, gunakan alat bantu untuk jalan atau kursi roda
4) Psikologis: penjelasan untuk mengurangi dampak psikologis
5) Relaksasi, cognitive-behavioural terapy, psychodynamic terapy
c. Penggunaan obat
Penggunaan analgetik dan obat adjuvant sangat penting. Digunakan
pedoman WHO STEP LADDER sebagai dasar pemberian obat (WHO
Geneva, 1986 disesuaikan dengan obat yang tersedia di Indonesia)

Keterangan:
PARACETAMOL:
Digunakan untuk nyeri ringan, terutama untuk jaringan lunak dan
musculoskeletal serta penurun panas
Sebagai suplemen opioid sehingga memungkinkan dosis opioid yang
lebih kecil.
Dosis parcetamol adalah 500 mg – 1000 mg per 4-jam. Maksimum dosis
adalah 4 gram perhari.
NSAID
NSAID sangat efektif untuk menangani nyeri tulang. Selain itu, dipakai
pada nyeri akibat inflamasi dan kerusakan jaringan, nyeri karena
metastase tulang, demam neoplastik dan nyeri post operasi.
Golongan NSAID, dosis dewasa, interval dan dosis maksimum
Obat Dosis dewasa (Mg) Durasi (Jam) Dosis maksimum/hr
Oral
Aspirin 300 - 900 4–6 3600
Celecoxib 100 - 200 12 – 24 400
Diclofenac 25 - 50 8 – 12 150
Diflunisal 250 - 500 12 1000
Ibuprofen 200 - 400 6–8 2400
Indometacin 25 - 50 6 – 12 200

29
Ketoprofen 50 - 100 6 – 12 200
Ketorolac
< 65 th 10 4–6 40
>65 th 10 6–8 30 – 40
Asam Mefenamit 500 8 1500
Meloxicam 7.5 – 15 24 15
Naproxen 250 – 500 12 1250
Piroxicam 10 – 20 24 20
Parenteral
Ketorolac
< 65 10 – 30 4–6 90
>65 10 – 15 4–6 60

OPIOID LEMAH
CODEIN:
Digunakan untuk nyeri sedang, dapat diberikan secara oral.
Dosis: 0,5- 1 mg/kg (Max 60 mg/dosis.
Efek samping: sedasi, konfusi, hipotensi, mual, muntah dan konstipasi.
Efek samping berupa konstipasi memerlukan laksatif secara rutin.
TRAMADOL:
Tramadol memiliki efek samping yang minimal terhadap sedasi, depresi pernafasan dan
gastrointestinal.
Dosis: 2 mg/kg (Max 8 mg/kg/hari).
Efek samping: mual, muntah, gangguan sistem kardiovaskular dan pernafasan (efek
minimal).

OPIOID KUAT
MORFIN ORAL
Morfin adalah jenis obat lini pertama jika ada indikasi pemberian opioid.
Mulai dengan dosis kecil immediate release (IR) PO: 2,5 – 5 mg tiap 4 jam kemudian
lakukan titrasi sampai dosis yang diperlukan.
Tetap gunakan IR morfin untuk nyeri renjatan dan nyeri insiden dengan dosis 1/6-1/10
total dosis 24 jam.
Jika nyeri renjatan atau incident terjadi, dosis harian (dosis dasar) tetap diberikan sesuai
jadwal.
Dosis morfin perlu dinaikkan 30% – 50% jika efek morfin hanya sebagian atau durasinya
sebentar.
Dosis morfin perlu diturunkan 30% - 50% jika efek samping yang muncul persisten.
Dosis harian perlu dinaikkan, bila renjatan nyeri terjadi 3x atau lebih dalam sehari,
dengan menjumlahkan dosis harian dan jumlah dosis renjatan untuk hari berikutnya
Gantikan IR morfin dengan sustained release (SR) morfin segera setelah dosis yang
diperlukan tercapai: dosis 24 jam immediate release dibagi 2 untuk diberikan 2x
sehari.
SR morfin mempunyai kelebihan seperti tidak perlu minum di tengah malam, efek
samping mengantuk dan mual lebih ringan, dan rasa yang lebih dapat diterima.
Berikan dosis SR pertama bersamaan dengan dosis IR terakhir.

30
Tablet SR jangan digerus, jangan dikunyah, harus ditelan utuh agar memiliki efek kerja
dan durasi yang diinginkan.
Bila pasien tidak dapat menelan, tablet dapat diberikan per rektal dengan dosis yang
sama.

Tanda klinis toksik dan overdosis yang perlu diketahui pada penggunaan opioid
kuat :
Gangguan kesadaran
Delirium
Halusinasi
Mioklonus
Depresi nafas (melambatnya pernafasan) .

Prosedur Pembelajaran

Praktikum dilakukan di ruang skill lab UNISA Yogyakarta, dilakukan dengan melakukan
simulasi/demonstrasi dan penjelasan oleh pengampu, dan mahasiswa melakukan secara
mandiri terbimbing, dan pembelajaran mandiri. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan
melakukan Ujian skill lab secara individu untuk masing-masing keterampilan

Prosedur penilaian
Penilaian evaluasi dilakukan secara obyektive oleh pengampu praktikum dengan
menggunakan check list keterampilan sesuai dengan keterampilan yang ada di buku
panduan ini dengan batas minimal kelulusan adalah dengan nilai 70.

REFERENSI

1 Ferrell&Coyle. (2010). Oxford texbook of paliatif Nursing third ed. Oxford University Press: USA.
2 Kemenkes (2013). Pedoman Teknis Pelayanan paliatif kanker. KemenkesRI: Jakarta.
3 Kemenkes Ri (2015). Pedoman Nasional, Program paliatif kanker. Kemenkes RI: Jakarta.
4 Brunner & Suddarth. (2010). Medical Surgical Nursing, 10th. Ed. Lippincott.
5 Dahlin; Coyne; Ferrel (2017). Clinical Pocket Guide to Advanced Practice Paliatif Nursing, Oxford
University Press: USA

31
C. MATERI 1
1. Judul Materi
Prinsip penanganan tanda dan gejala pasien paliatif
2. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum berikut mahassiwa diharapkan
mampumelakukan pengkajian pada pasien paliatif (S12, S13, PP5, KU1,
KK18, 23)
3. Materi
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
1. XEROSTOMIA
Xerostomia atau mulut kering mungkin tidak menimbulkan rasa haus pada
pasien stadium terminal, sehingga perlu diperiksa walaupun pasien tidak
mengeluh, untuk melihat apakah ada tanda dehidrasi, inflamasi, kotor atau
tanda infeksi. Penyebab mulut kering bisa berupa kerusakan kelenjar liur,
akibat radiasi, kemoterapi atau infeksi, atau efek samping obat seperti Trisiklik,
antihistamin, antikolinergik. Dehidrasi dan penggunaan oksigen tanpa
pelembab dapat juga menyebabkan mulut kering. Penyebab yang sering adalah
adanya infeksi kandida akibat pemakaian steroid yang lama.
Tata laksana:
Atasi dasar penyebab:
Review obat obat yang diberikan
Berikan obat untuk kandidiasis
Non-Medikamentosa: lakukan perawatan mulut seperti di bawah
Kolaborasi: Medikamentosa: Pilocarpin solution 1mg/1ml, 5 ml kumur 3 x
sehari
2. STOMATITIS
Peradangan pada mulut bisa sangat mengganggu pasien. Stomatitis dapat
menyebabkan perubahan rasa yang dapat menyebabkan penurunan nafsu
makan. Nyeri yang muncul mengakibatkan pasien tidak dapat makan/minum
sehingga pemberian obat dapat terganggu. Stomatitis dapat disebabkan oleh
radiasi, kemoterapi, infeksi (jamur, virus, bakteri), pemakaian obat, dan
malnutrisi. Pengobatan berupa perawatan mulut dan menghilangkan
penyebabnya.
PERAWATAN MULUT
Mencuci mulut setiap 2 jam dengan air biasa atau air yang dicampur dengan
air jeruk, sodium bikarbonat.
Jaga kelembaban mulut dengan sering minum
Pada xerostomia: Rangsang air liur dengan irisan jeruk yang dibekukan,
potongan es atau permen karet tanpa gula.
Untuk mencegah agar`bibir tidak pecah pecah, olesi dengan krim dengan
bahan dasar lanolin

32
Pada hypersalivasi: teteskan di mulut atropine tetes mata 1%, 1 – 2 tetes 3 x
sehari
PERAWATAN SIMTOMATIS untuk mengurangi nyeri
Parasetamol gargle setiap 4 jam
Lignocain 2% 10 – 15 ml, kumur setiap 4 jam
PENGOBATAN SESUAI PENYEBAB
Kandidiasis:
Miconazole 2%, 2.5 mg oleskan lalu telan
Nystatin 100.000 unit/ml, 1 ml oleskan lalu telan.
Untuk kandidiasis berat: Fluconazol 50 – 100 mg PO/ hari atau ketoconazole
200 mg PO/ hari
Ulkus Aphtous
Pasta triamcinolone acetonide 0.1%/ 8 jam
Herpes simplex
Lesi tunggal: acyclovir 5% oleskan/4 jam.
Pada kasus berat: acyclovir 400 mgPO/8 jam atau 5mg/kg IV/8 jam
Catatan: cara pengunaan obat dan perawatan mulut yang baik sangat
diperlukan agar mencapai hasil optimal.
3. KESULITAN MENELAN/DISFAGIA
Terdapat tiga fase yang diperlukan untuk menelan, yaitu fase bukal, faringeal
dan esophageal. Disfagia dapat terjadi pada ketiga fase tersebut. Penyebab
disfagia berbagai macam seperti obstruksi tumor, peradangan yang disebabkan
oleh infeksi, radiasi atau kemoterapi, xerostomia, gangguan fungsi
neuromuskuler akibat operasi, fibrosis karena radiasi, ganguan saraf kranial
dan kelemahan umum. Disfagia dapat disertai dengan odinofagia yang
mempersulit keadaan pasien.
Tata laksana pada disfagia orofaringeal:
Edukasi cara makan seperti posisi duduk agar bisa menelan lebih mudah,
dan jenis makanan yang lembut dalam porsi kecil.
Kortikosteroid sering bermanfaat pada disfagia yang disebabkan oleh
obstruksi intrinsik, infiltrasi pada saraf dan disfungsi saraf kranial.
Akumulasi air liur akibat obstruksi dapat dikurangi dengan obat
antikolinergik untuk mencegah aspirasi dan air liur yang mengalir terus
menerus yang mengganggu.
Nutrisi enteral: Pemberian makanan melalui rute lain seperti sonde lambung
(Nasogastic tube) atau gastrostomi subkutanius perlu dipertimbangkan
manfaat dan kerugiannya dilihat dari kondisi pasien.
Tata laksana pada disfagi esophageal:
Kortikosteroid yang diberikan pada waktu singkat: dexametason 8 mg 3 – 5
hari
Pemberian obat untuk mengurangi refluks asam lambung : omeprazole 1 x
20 mg : atau ranitidine 2x 300mg.
Pemasangan stent
Pada kasus terminal, tindakan invasif tidak dianjurkan.
4. ANOREKSIA/KAHEKSIA
Gejala yang menyebabkan anorexia:

33
Depresi
Konstipasi
Nyeri
Xerostomia
Mucositis
Mual/muntah
Fatigue
Anorexia pada pasien stadium lanjut sering kali bukan menjadi keluhan pasien
tetapi keluhan keluarga. Hilangnya nafsu makan sering dihubungkan dengan
rasa penuh dan cepat kenyang. Anorexia biasanya merupakan gejala Anorexia–
Cachexia Sindrom atau kondisi yang lain. Dengarkan ketakutan dan kecemasan
keluarga.
Penjelasan kepada keluarga:
Tidak bisa makan atau hanya bisa makan sedikit pada pasien stadium lanjut
adalah normal, dan berikan makanan apa dan kapan pasien mau. Berikan
makanan dalam dosis kecil yang bervariasi dan dalam penyajian yang
menarik akan menimbulkan selera.
Jangan paksakan pasien untuk makan dan hilangkan pikiran bahwa jika
pasien tidak makan dia akan meninggal. Yang terjadi adalah karena pasien
dalam kondisi terminal, maka tidak mampu untuk makan. Karena makan
adalah kebiasaan sosial, mengajak pasien makan di meja makan mungkin
akan menimbulkan selera
Pemberian nutrisi mungkin tidak dapat lagi dimetabolisme pada pasien
dengan stadium terminal
Terdapat resiko yang berhubungan dengan nutrisi artifisial, yaitu:
kelebihan cairan, infeksi dan menyebabkan kematian
Gejala seperti mulut kering, dapat diatasi dengan pemberian cairan sedikit-
sedikit dan kebersihan mulut
Menghentikan nutrisi parenteral dan sonde lambung bisa mengurangi
beberapa gejala seperti ketidak nyamanan atau risiko infeksi.
Jika Pasien ingin makan namun tidak ada nafsu makan, berikan:
Kortikosteroid 2 – 4 mg pagi hari akan bermanfaat pada kurang lebih 50%
pasien dalam beberapa minggu. Obat lain: megestrol 160- 800 mg pagi
hari.
5. MUAL/MUNTAH
Mual dan muntah adalah salah satu keluhan yang sangat menganggu pasien.
Penyebabnya biasanya lebih dari satu macam. Mual dapat terjadi terus menerus
atau intermiten. Muntah sering disertai dengan mual, kecuali pada obstruksi
gastrointestinal atau peningkatan tekanan intracranial. Tata laksana mual dan
muntah harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Tata laksana:
Hiperasiditas menyebabkan mual, rasa pahit dan nyeri lambung. Bila sesudah
muntah keluhan masih ada, berikan proton pump inhibitor seperti omeprazole
20 mg atau ranitidine 300 mg PO. Mual akibat iritasi mukosa karena
pemberian NSAID: omeprazole 20 mg PO. Mual akibat kemoterapi atau

34
radiasi: 5-HT3 –reseptor antagonis: ondansetron 4 mg 1-2x/hari Plus
dexamethasone 4 mg pagi hari.
6. KONSTIPASI
Terdapat berbagai penyebab konstipasi pada pasien dengan penyakit stadium
lanjut
Diet rendah serat, kekurangan cairan
Imobilitas
Tidak segera ke toilet pada saat rasa bab muncul
Obat: opioid, anti-cholinergic, antacid yang mengandung alumunium, zat
besi,antispasmodic, antipsikotik/anxiolitik
Obstruksi saluran cerna: faeces, tumor, perlengketan
Gangguan metabolism: hiperkalsemia
Ganguan saraf gastrointestinal, neuropati saraf otonom
Tata laksana:
Atasi dasar penyebab:
Anjurkan makanan tinggi serat dan tingkatkan jumlah cairan
Anjurkan pasien untuk banyak bergerak bila mungkin
Berikan respon yang cepat bila pasien ingin buang air besar
Hentikan atau kurangi obat yang menyebabkan konstipasi
Koreksi hiperkalsemia
Atasi obstruksi bila mungkin
Gunakan penyangga kaki untuk meningkatkan kekuatan otot abdomen
Medikamentosa:
Obat untuk mencegah konstipasi harus diberikan pada pasien yang mendapat
opioid. Gunakan laksatif yang mengandung pelembut faeces dan stimulant
peristaltik.
Bila konstipasi telah terjadi: bisacodyl 10 mg dan glyserin supositoria. Jangan
berikan laxative stimulant pada obstruksi.
Gunakan laksatif pelembut feses atau osmotik pada obstruksi partial.
Jika pemberian laksatif gagal, lakukan Rectal Touch :
Jika feses encer: berikan 2 tablet bisacodyl atau microlax
Jika feses keras, berikan 2 gliserin supositoria
Jika rectum kosong, lakukan foto abdomen
7. DIARE
Penyebab diare ada beberapa macam. Diantaranya adalah adanya infeksi,
malabsorbsi, obstruksi partial, karsinoma kolorectal, kompresi tulang
belakang, penggunaan antibiotik, kemoterapi atau radiasi, dan kecemasan.
Tata laksana diare sesuai dengan penyebabnya. .
Pada malabsorbsi, pemberian enzim pancreas akan
bermanfaat. Lakukan perawatan kulit dengan zinc oxide
8. OBSTRUKSI GASTROINTESTINAL
Obstruksi gastrointestinal adalah hal yang sulit pada pasien paliatif.
Penyebabnya dapat mekanik atau paralitik. Penyumbatan bisa terjadi baik
intraluminal atau ekstralumunal akibat inflamasi atau metastase. Obstruksi
dapat terjadi beberapa tempat pada pasien dengan keterlibatan bagian

35
peritoneal. Obat yang diberikan dapat memperparah konstipasi. Penyebab lain
adalah fibrosis akibat radiasi dan gangguan saraf otonom.
Tata laksana:
Atasai dasar penyebab:
Obstruksi tunggal pada pasien tanpa asites dan karsinomatosis yang luas
bisa dipertimbangkan untuk operasi
Medikamentosa:
Ditujukan untuk mengurangi mual, muntah dan nyeri
Bila terjadi kolik, gunakan obat untuk mengurangi sekresi dan
antispasmodik seperti hyosine butylbromide
Obat laksatif yang merangsang peristaltik dan obat prokinetik harus
dihentikan
Laksatif pelembut feses diberikan pada obstruksi parsial
1/3 pasien mengalami perbaikan dengan sendirinya, tunggu 7 – 10 hari
Bila tidak ada perubahan, berikan dexametason 10 mg SK atau
methylprednisolon 40 mg IV dalam 1 jam.
Bila hyoscine butylbromide gagal menghentikan muntah, berikan
octreotide untuk mengurangi distensi, muntah dan nyeri.
Ranitidin 300 mg 2x/hari mengurangi sekresi lambung
Haloperidol 0,5 – 2,5 mg PO/SC 2x/hari untuk mengurangi muntah
Non Medikamentosa:
Kurangi cairan parenteral untuk menurunkan sekresi intraluminer yang
menyebabkan muntah dan distensi.
Cairan oral untuk obstruksi atas 500ml/24 jam, sedang untuk obstruksi
bawah 1000ml/24jam.

9. GANGGUAN FUNGSI HATI DAN ENCEFALOPATI


Gangguan fungsi hati berat yang menuju ke gagal hati dapat terjadi pada
pasien dengan metastase hati atau obstruksi saluran empedu. Namun dapat
juga terjadi karena obat, radiasi, infeksi virus, sumbatan vena hepatika akibat
trombosis. Keadaan yang dapat memacu encefalopati adalah kenaikan
produksi ammonia, hipovolemia, gangguan metabolism, obat yang menekan
SSP, kelebihan protein, pemberian diuretik, infeksi, perdarahan, uremia.
Gejala gagal fungsi hati meliputi kenaikan enzim hati, ikterik, asites, gatal,
penurunan albumin, peningkatan INR dan ensefalopati. Konsentrasi albumin
dan INR menggambarkan kapasitas metabolik. Pada gangguan fungsi hati
berat turunkan dosis obat sampai 50%.
Tata laksana: Bila keadan ini terjadi pada stadium terminal, prinsipnya
adalah kenyamanan pasien. Pada encefalopati hentikan obat-obat yang
memacu timbulnya gejala encefalopati, batasi diet protein dan lactulose
30mg/8 jam untuk menurunkan produksi ammonia. Halusinasi dan psikosis
obati dengan haloperidol dan chlorpromazine. Pada pasien terminal
penggunan obat yang menekan SSP tidak menjadi kontraindikasi.
10. GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
Gangguan pernafasan merupakan salah satu keluhan yang sangat
mengganggu pasien dan keluarganya. Prinsip penanganannya seperti keluhan

36
yang lain, yaitu mengatasi penyebabnya bila mungkin dan simtomatis untuk
memberikan kenyamanan pasien dan mengurangi kecemasan keluarga.
a. Sesak nafas
Sesak nafas merupakan gejala yang menakutkan pasien, karena
dihubungkan dengan waktu kematian yang sudah dekat. Sesak nafas
dapat merupakan gejala kronis seiring dengan progresifitas penyakit,
namun bisa juga merupakan gejala akut.
Sesak nafas akut merupakan gejala yang biasanya lebih dapat diatasi
dibanding dengan sesak nafas yang terjadi secara kronis. Menentukan
faktor yang bersifat reversible sangat bermanfaat dalam penanganan
sesak nafas.
Penilaian sesak nafas terhadap pasien melalui anamnesa meliputi:
Tingkat beratnya sesak nafas: ringan, sedang, berat
Akut atau kronik
Frekwensi sesak nafas
Kualitas sesak nafas: kesulitan inspirasi/ ekspirasi
Faktor yang memperberat atau memperingan
Tata laksana:
Atasi Penyebab :
kanker: radiasi, kemoterapi
Efusi pleura: pungsi, pleurodosis
Penyempitan bronkus:stent
Anemia: transfusi
Penyakit penyerta: jantung atau kelainan paru
Infeksi: antibiotik
Non Medikamentosa:
Dukungan psikososial: bahas tentang kecemasan dan ketakutan dengan
mendengarkan secara aktif, pemberian penjelasan dan yakinkan.
Atur posisi nyaman
Ajarkan cara menggunakan dan menyimpan energi
Fisioterapi: cara bernafas
Relaxasi: terapi musik, aromaterapi
Aliran udara segar: buka jendela, fan
Medikamentosa:
Opioid: morfin menurunkan sensasi sesak nafas tanpa menyebabkan
depresi pernafasan. Untuk pasien naïf opioid, berikan IR mofin 2.5 –
5 mg PO atau morfin 1 – 2.5 mg SK. Jika berlanjut SR 10 mg/24 jam
secara teratur. Pada pasien yang telah mendapat morfin sebelumnya,
berikan dosis 1/12 -1/6 dosis dasar. Bila berlanjut, naikkan dosisi
dasar 30 – 50%.
Oksigen: bila terjadi hipoksia
Cemas dan panik: Alprazolam 0,125 PO 2x sehari atau klonazepam
0,25 PO 2x/hari atau diazepam 2 mg PO, 2x sehari. Bila tidak
berhasil: midazolam 2.5 mg SC
Nebulizer: gunakan saline
Bronkodilator: salbutamol bila terjadi obstruksi

37
Korticosteroid: pada limfangitis karsinomatosa, obstruksi bronkus
atau pneumonitis radiasi
Diuretik: Gagal Jantung Kongestif dan edema paru
Antikolinergik: untuk sekresi yang berlebihan.
b. BATUK
Penyebab batuk yang terbanyak pada pasien paliatif adalah:
Penyakit penyerta: asma Bronkial, infeksi, COPD, CHF
Kanker paru atau metastase paru,
Efusi pleura
Aspirasi, gangguan menelan
Limfangitis karsinomatosis
Gangguan saraf laring dan Sindrom Vena Cava Superior
Medikamentosa:
Batuk dengan sputum: nebulizer salin, bronkodilator, fisioterapi
Batuk kering: codein atau morfin
Oksigen rendah untuk batuk karena emfisema
Cortikosteroid: untuk batuk karena tumor endobronkial, limfangitis,
pneumonitis akibat radiasi
c. CEKUKAN (HICCUPS)
Penyebab antara lain:
Distensi gaster
Iritasi diafragma
Iritasi nervus vagus atau nervus frenikus
Gangguan metabolic: uremia, gangguan fungsi hati
Tata laksana:
Atasi Dasar Penyebab:
Distensi abdomen: metochlopromide jika tidak ada kontraindikasi
Non Medikamentosa:
Stimulasi faring dengan air dingin
Medikamentosa:
Haloperidol 0,5 mg – 5 mg/hari
Baclofen 3x 5mg, dosis sesuaikan pada gangguan ginjal
kortikosteroid
d. BATUK DARAH (HAEMOPTYSIS)
Penyebab batuk darah pada pasien paliatif adalah:
Erosi tumor
Infeksi
Emboli paru atau ganguan pembekuan darah
Tata laksana:
Atasi penyebab bila memungkinkan
Perdarahan ringan yang terlihat pada sputum tidak memerlukan
tindakan spesifik
Bila perdarahan berlanjut: asam transeksamat min 3 x 1gr – 1.5 g/hari,
pertimbangkan radiasi.

38
Pada perdarahan massif, tindakan invasive tidak layak dilakukan. Berikan
midazolam 2,5 mg- 10 mg SK untuk mengurangi kecemasan dan rasa
takut.
Gunakan kain/handuk berwarna gelap untuk menampung darah yang
keluar

11. GANGGUAN KULIT


a. PRURITUS
Gatal adalah keluhan yang mengganggu. Tidak semua gatal berhubungan
dengan pelepassan histamin. Gatal akibat uremia atau kolestasis karena
adanya memiliki jalur melalui reseptor opioid. Serotonin dan prostaglandin
mungkin juga terlibat.
Penyebab:
Gangguan fungsi hati dan ginjal
Alergi obat/makanan
Obat: oipioid atau vasodilator
Penyakit endokrin
Kekuarangan zat besi
Limfoma
Rangsangan sensori: baju yang kasar
Parasit
Faktor psikologi
Tata laksana:
Atasi penyebabnya
Hentikan obat penyebab seperti rifampicin, benzodiazepin
Gunakan pelembab kulit
Jangan gunakan sabun mandi
Jaga kelembaban ruangan
Obat: antihistamin klorfeniramin 4 mg, cholesteramin 4 – 8 mg/hari,
b. KERINGAT BERLEBIHAN (HYPERHYDROSIS)
Keringat berlebihan disebabkan oleh berbagai macam hal seperti udara
yang panas, gangguan emosi (keringat di axial, telapak tangan atau kaki),
lymphoma, metastase hati, dan karsinoid (keringat malam), infeksi dan
obat obatan.
Penatalaksanaan:
Hilangkan penyebabnya.
Medikamentosa : NSAID: diclofenac bekerja melalui prostaglandin di
hypothalamus
Cimetidin 400mg – 800mg malam hari bekerja melalui reseptor histamine
di kulit
Deksametason
Parasetamol untuk keringat malam
c. DEKUBITUS
Kerusakan kulit banyak dijumpai pada pasien stadium lanjut akibat
iskemia yang disebabkan hal hal seperti: tekanan, gesekan, perawwatn
yang tidak benar, urin atau feses atau infeksi. Jaringan yang rapuh

39
disebabkan oleh penurunan berat badan, ketuaan, malnutrisi, anemia,
edema, kortikosteroid, kemoterapi, radiasi. Imobilitas dan gangguan
sensori juga menyebabkan kerusakan kulit yang lebih mudah.
Tingkatan dekubitus:
Tingkat 1 kulit intak, eritema, pembengkakan/ indurasi jaringan lunak
Tingkat 2 kulit pecah, ulcerasi dangkal sampai ke lapisan
epidermis/dermis
Tingkat 3 ulcerasi sampai ke jaringan ke subkutan, terdapat jaringan
nekrotik
Tingkat 4 ulserasi sampai ke fasia, otot atau tulang
Pencegahan:
Identifikasi pasien dengan resiko tinggi
Jaga kebersihan kulit dan kulit harus kering
Hindari trauma: bila mengeringkan kulit jangan dengan cara digosok,
hindari memijat dengan keras, menggeser pasien, pakaian basah,
kontaminasi feses atau urin, pakaian atau alas tidur yang kasar,
kelebihan cahaya, sabun yang keras dan mengosok dengan alkohol
Gantikan posisi badan dan gunakan kasur anti dekubitus
Perhatikan pemakaian obat: kortikosteroid, sedasif, analgesik
Tata laksana
Bersihkan dengan larutan salin
Debridement: enzyme, larutan hidrofilik
Memacu tumbuhnya jaringan (superficial: membran semipermeabel,
dalam: larutan hydrokoloid impermeabel)
Antibiotik sistemik bila ada infeksi
Analgetik bila terdapat nyeri
Menghilangkan bau: metronidazole.
12. LUKA KANKER
Luka kanker banyak dijumpai pada kanker payudara, dan kanker pada kepala
–leher
Tata laksana:
Antikanker: radioterapi radiasi paliatif sangat bermanfaat untuk
mengurangi gejala yang ada
Terapi topikal: Dressing secara teratur dan sering sangat diperlukan untuk
menjaga kebersihan, tetap kering dan bebas infeksi. Rendam dengan air
hangat atau waktu mandi. Pada luka bersih gunakan saline. Pada jaringan
mati gunakan campuran hidrogen peroksida dan salin atau larutan enzim.
Pada luka infeksi gunakan antiseptik. Hentikan perdarahan dengan alginte
atau dengan adrenalin yang diencerkan. Pada luka yang berbau berikan
metronidazole 400 mg/ 8 jam PO.
a. LIMFEDEMA
Resiko untuk terjadinya limfedema meningkat pada pasien dengan operasi
di daerah aksilla atau inguinal, infeksi paska operasi, radioterapi dan
metastase di kelenjar getah bening di aksial, inguinal, pelvis dan
retroperitoneal.

40
Gejala klinis limfedema meliputi rasa berat, menekan, seperti pecah, nyeri
karena proses inflamasi, pleksopati dan peregangan. Gangguan fungsi
yang ditimbulkan dan perubahan body image serta pemakaian baju dan
sepatu dapat menyebabkan gangguan psikologis yang perlu diperhatikan.

Tata laksana meliputi:


Perawatan kulit: kelembaban kulit perlu dijaga agar tidak mudah pecah dan
infeksi. Kulit harus kering, terutama perhatikan bagian lipatan.
Penggunakan lanolin dan krim yang mengandung parfum harus dihindari
untuk mencegah dermatitis kontak.
Positioning: letakkan bagian yang mengalami limfedema pada posisi
horisontal dengan memberikan bantalan agar nyaman.
Gunakan bandage dengan tekanan ringan
Anjurkan untuk melakukan latihan ringan. Bila latihan aktif tidak
memungkinkan, latihan pasif akan bermanfaat.
Massage dan penggunaan Kompresi Pneumatik konsultasikan dengan bagian
rehabilitasi medik
Pengobatan terhadap infeksi dengan antibiotic. Bila ada infeksi jamur harus
diobati secara adekuat
Obat untuk mengurangi gejala:
Analgetika seperti parasetamol, NSAID atau opioid sesuai penilaian.
Kortikosteroid: dexametazone 4 – 8 mg o.d selama 1 minggu. Bila
bermanfaat, lanjutkan 2 – 4 mg/ hari.
Diuretik hanya bermanfaat jika ada gangguan jantung dan vena Mulai
dengan furosemid 20 – 40 mg sekali sehari

13. GANGGUAN SISTEM SALURAN KEMIH


a. HEMATURIA
Penyebeb hematuria pada pasien dengan kanker adalah :
Infeksi sistitis, prostatitis, uretritis, septikemia
Malignansi tumor primer atau sekunder
Iatrogenic nefrostomi, pemasangan stent, atau kateter, emboli
Gangguan hemostasis
Penyakit ginjal
Urolitiasis
Penatalaksanaan sesuai penyebab yang ada. Jika perdarahan ringan,
intervensi khusus sering tidak diperlukan. Pada perdarahan berat, kateter
khusus diperlukan untuk mengeluarkan bekuan darah. Pencucian vesika
urinaria dilakukan secara kontinu.
b. FREKWENSI/URGENCY
Penyebab frekuensi adalah poliuri, inflamasi, kapasitas vesika urinaria
yang menurun, hiperaktivitas detrusor dan obstruksi traktus urinarius
bawah. Volume yang berlebihan atau vesika urinaria yang tidak normal
menyebabkan urgensi.
Tata laksana:

41
Antikolinergik: oxybutynin 2.5 – 5 mg oral/ 6-8 jam
Hyoscine butylbromide 30 – 180 mg/24 jam infus SC
Phenazopyridin (efek anestesi lokal): 100 – 200 mg PO/ 8 jam
c. INKONTINENSIA URIN
Inkontinensia urin banyak terjadi pada pasien stadium lanjut yang
menyebabkan iritasi serius pada kulit dan perineum.
Penyebab:
Overflow inkontinensia
Obstruksi Vesika Urinaria akibat infiltrasi sel kanker, hipertropi prostat,
faecal impaction, striktura, Gangguan detrusor efek samping
antikolinergik, gangguan saraf spinal, somnolence, bingung, demensia,
kelemahan umum
Stress inkontinensia
Insufisiensi sphincter gangguan saraf spinal atau sacral, infiltrasi kanker,
Operasi, menopause, multipara
Urge inkontinensia
Hiperaktifitas detrusor poliuria, infeksi, inflamasi, infiltrasi, radiasi,
kemoterapi, Ganggua SSP atau saraf spinal, dan kecemasan
Continues inkontinensia
Fistula infiltrasi, operasi, radiasi
Tata laksana:
Atasi penyebab
Cara umum Mempermudah akses ke toilet
Bantu untuk dapat menggunakan fasilitas yang ada
Buang Air Kecil secara teratur
Hindari cairan yang berlebihan
Evaluasi obat yang digunakan
Kateterisasi

14. GANGGUAN PSIKIATRI


a. DEPRESI
Harus dibedakan antara depresi dan sedih. Sedih adalah reaksi normal
pada saat seseorang kehilangan sesuatu. Lebih sulit mendiagnosa depresi.
Kadang diekspresikan sebagai gangguan somatik. Kadang bercampur
dengan kecemasan. Kemampuan bersosialisasi sering menutupi adanya
depresi. Depresi adalah penyebab penderitaan yang reversibel.
Gejala psikologis pada depresi mayor`adalah:
Rasa tidak ada harapan/putus asa
Anhedonia
Rasa bersalah dan malu
Rendah diri dan tak berguna
Ide untuk bunuh diri yangterus menerus
Ambang nyeri menurun
Perhatian dan konsentrasi menurun
Gangguan memori dan kognitif
Pikiran negatif

42
Perasaan yang tidak realistik
Tata laksana
Depresi ringan dan sedang: dukungan, empati, penjelasan, terapi
kognitif, simptomatis
Depresi berat:
b. KECEMASAN
Cemas dan takut banyak dijumpai pada pasien stadium lanjut. Cemas dapat
muncul sebagai respon normal terhadap keadaan yang dialami. Mungkin
gejala dari kondisi medis, efek samping obat seperti bronkodilator, steroid
atau metilfenidat atau reaksi fobia dari kejadian yang tidak menyenangkan
seperti kemoterapi. Kecemasan pada pasien terminal biasanya kecemasan
terhadap terpisahnya dari orang yangdicintai, rumah, pekerjaan, cemas
karena ke tidakpastian, menjadi beban keluarga, kehilangan control terhadap
keadaan fisik, gagal menyelesaikan tugas, gejala fisik yang tidak tertangani
dengan baik, karena ditinggalkan, tidak tahu bagaimana kematian akan
terjadi, dan hal yang berhubungan dengan spiritual. Cemas ditandai oleh
perasaan takut atau ketakutan yang sangat dan dapat muncul dengan bentuk
gejala fisik seperti palpitasi, mual, pusing, perasaan sesak nafas, tremor,
berkeringat atau diare.
Tata laksana:
NonMedikamentosa :
Dukungan termasuk mencari dan mengerti kebutuhan dan apa yang
menjadi kecemasannya dengan mendengarkan dengan seksama dan
memberikan perhatian pada hal- hal yang khusus.
Memberikan informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa akan terus
memberikan dukungan untuk mencapai harapan yang realistik.
Intervensi psikologi: distraksi untuk menghilangkan kejenuhan dan
pikiran yang terpusat pada diri sendiri
Perawatan spiritual
Medikamentosa:
Benzodiazepin: diazepam, alprazolam, lorazepam
Penghambat Beta untuk mengatasi gejala perifer

DUKUNGAN SOSIAL
HARAPAN HIDUP
Intervensi Beberapa minggu sampai Beberapa hari sampai
beberapa tahun beberapa minggu

43
Membantu ketersedian Caregiver +
Lingkungan yang aman +
Transportasi -
Pendidikan bagi + tentang proses kematian
caregiver
Dukungan bagi +
keluarga, conseling,
support group
Melakukan assessment finansial +
Respite +

Melakukan diskusi dan resiko bereavement pengertian terhadap


dukungan persiapan proses kematian
personal, kultural, Kematian pasien
spiritual yang berhubungan Anticipatory grief
dengan prognosis Upacara pemakaman

44
Prosedur Pembelajaran

Praktikum dilakukan di ruang skill lab UNISA Yogyakarta, dilakukan dengan melakukan
simulasi/demonstrasi dan penjelasan oleh pengampu, dan mahasiswa melakukan secara
mandiri terbimbing, dan pembelajaran mandiri. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan
melakukan Ujian skill lab secara individu untuk masing-masing keterampilan

Prosedur penilaian
Penilaian evaluasi dilakukan secara obyektive oleh pengampu praktikum dengan
menggunakan check list keterampilan sesuai dengan keterampilan yang ada di buku
panduan ini dengan batas minimal kelulusan adalah dengan nilai 70.
REFERENSI

1 Ferrell&Coyle. (2010). Oxford texbook of paliatif Nursing third ed. Oxford University Press: USA.
2 Kemenkes (2013). Pedoman Teknis Pelayanan paliatif kanker. KemenkesRI: Jakarta.
3 Kemenkes Ri (2015). Pedoman Nasional, Program paliatif kanker. Kemenkes RI: Jakarta.
4 Brunner & Suddarth. (2010). Medical Surgical Nursing, 10th. Ed. Lippincott.
5 Dahlin; Coyne; Ferrel (2017). Clinical Pocket Guide to Advanced Practice Paliatif Nursing, Oxford
University Press: USA

45
D. MATERI 4
1. Judul Materi
Breaking Bad News
2. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum berikut mahassiwa diharapkan mampumelakukan pengkajian
pada pasien paliatif (S12, S13, PP5, KU1, KK18, 23)
3. Materi
Penyampaian berita buruk merupakan hal tersulit yang harus dihadapi oleh dokter maupun tim
kesehatan lainnya. Pasien dan keluarga pasien menunjukkan keingintahuan mengenaidiagnosis
mereka, sedangkan pada saat yang sama para tekanan yang dialami para tenaga kesehatan untuk
berbagi informasi juga semakin meningkat. Meski demikian, ketidakpuasan dalam proses
tersebut merupakan hal yang umum dan persepsi yang mendominasi adalah para tenaga
kesehatan terkesan dingin dan tidak bersahabat. Beberapa hal yang menjadi penyulit adalah
ketika pasien ataupun keluarga pasien mengalami kesalahpahaman pesan yang mereka dengar
karena tidak dijelaskan secara komprehensif. Dalam hal ini komunikasi yang efektif merupakan
hal yang berperan penting. Keterampilan berkomunikasi yang baik diperlukan dalam rangka
untuk memastikan bahwa berita buruk yang disampaikan lebih manusiawi dan efektif.
Secara umum faktor-faktor yang mempersulit komunikasi, yaitu:
a. Adanya pemahanan dan kesalahpahaman
b. Mekanisme koping emosi (kemampuan mengatasi emosi)
c. Adanya perbedaan informasi yang diberikan dengan penerimaan informasi
d. Kesulitan dalam mengingat informasi
Menurut Beilei atall (2000) dan Buckman (2005) prosedur pelaksanaan komunikasi terapeutik
untuk memberikan berita buruk kepada pasien terdiri dari (SPIKES):
S: Setting (Pengaturan)
1. Privasi
2. Kehadiran orang lain yang penting dalam kehidupan pasien
3. Duduk
4. Tampilan penuh perhatian dan tenang
5. Mendengarkan secara aktif: hening dan ada pengulangan
6. Ketersediaan ruang dan kehadiran pasien, alat bantu yang dirasakan perlu
P: Perception of condition/seriousness (Perspsi pasien tentang kondisi saat ini)
1. Mulailah dengan kalimat terbuka: bagaimana kabar anda hari ini?
2. Kaji pengetahuan pasien tentang kondisinya: Apakah ibu sudah diberitahu tentang
penyakit ibu?
3. Dengarkan keluhan dan pernyataan pasien secara komprehensif
I: Invitation from the patient to give information (Kaji pasien mengenai
keingintahuannya tentang kondisinya saat ini)
Tanyakan apakah pasien ingin mengetahui secara detil kondisi dan treatment saat ini:
Beberapa pasien meminta saya untuk menjelaskan penyakit ini secara lengkap, tapi ada juga
yang ingin tahu gambaran keseluruhannya seperti apa. Bapak/ Ibu lebih memilihyang mana?
K: Knowledge: giving medical facts
Perhatian Utama:

1
1. Mau tidak mau saya harus memberikan berita buruk tentang penyakit anda atau
2. Mohon maaf, saya harus memberitahukan kepada anda bahwa …..........
3. Jeda: tunggu, sampai pasien dapat menguasai diri dan bersiap untuk menerima berita
buruk
4. Gunakan bahasa dan intonasi yang jelas kepada pasien
5. Berikan penjelasan/pendidikan kesehatan berdasarkan tingkat pengetahuan dan status
emosional (lihat gambar).
6. Kaji pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan.
7. Berikan pujian postof pada pasien saat pasien mampu menerima kondisinya saat ini dan
sugesti positif
Contoh: alhamdulilah paenyakit ibu tidak sampai menjalar ke organ lain dan perawatan
yang kita lakukan juga berhasil
8. Berikan informasi yang jelas mengenai perawatan, prognosis, biaya dan laian-lain kepada
pasien.
E: Explore emotions and sympathize (eksplorasi perasaan pasien dan empati)
1. Eksploarasi perasaan dan sikap pasien (sedih, menarik diri, shock)
Bagaimana perasaan anda?
Apa yang akan anda lakukan setelah hal ini saya sampaikan?
2. Kaji penyebab perubahan status emosi pasien
3. Berikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaan dan berikan respon positif
untuk dapat mengkaji pada poin 1 dan 2
4. Harus sensitif dan penuh kasih sayang
5. Tunjukkan bahawa perawat empati terhadap kondisi
pasien Mengetahui hasil tesnya jelas membuat anda sedih
ya Tentu saja, berita ini membuat sedih semua orang
Jelas saja, hal ini menyedihkan
S: Strategy and summary (Ringkasan dan penutup)
1. Akhiri diskusi antara perawat dengan pasien
2. Tanyakan pada pasien apakah ada yang perlu diklarifikasi atau ditanyakan
3. Pastikan bahwa pasien memahami informasi sehingga anda dan mereka memiliki
pemahaman yang sama
4. Simpulkan informasi dalam proses diskusi dan berikan kesempatan pada pasien/
keluarganya untuk mengungkapkan perhatian terhadap penyakit yang dihadapi
5. Lakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya (jelaskan topik yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya)

Beberapa hal yang harus dipahami dalam penyampaian berita buruk


Tidak Boleh Dikatakan Boleh Dikatakan
Saya sangat mengerti apa yang anda rasakan 1. Pengalaman sebelumnya dengan para
tidak didasarkan pada pengalaman pasien yang mengalami hal serupa,
personal/professional senhingga sulit membuat saya mengerti bahwa saat ini
dipercaya anda sedang merasa sedih sekali
2. Saya dapat membayangkan kesedihan
anda saat ini
Suami/istri/ anak anda gagal dalam proses Sayangnya, terapi insulin ini tidak direspon
terapi insulin  menunjukkan bahwa gara- dengan baik oleh tubuh suami/istri/ pasien
gara pasien terapi tersebut tidak berjalan anda

2
sebagai mana mestinya
Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan Sepertinya pengobatan ini tidak berjalan
dengan lancer. Meski demikian, anda harus
yakin bahwa kami akan melakukan segalanya
sesuai kemampuan kami untuk memastikan
bahwa (keluarga anda) tidak menderita.
Inysaallah akan ada jalan keluar
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Anda Setelah kita bicarakan, terapi yang kita
harus berobat ke tempat lain anjurkan ternyata tidak berjalan dengan baik,
sehingga pengobatan ini harus dihentikan.
Namun demikian, kami akan merujuk anda
untuk menjalani pengobatan di paliatif care
untuk meningkatkan kualitas hidup kelarga
anda.
Apakah anda ingin melakukan semuanya Ibu/Bapak, saya ingin menyampaikan bahwa
demi untuk suami/istri/orangtua/ anda? tindakan ini demi untuk penyembuhan.

3
4
Prosedur Pembelajaran

Praktikum dilakukan di ruang skill lab UNISA Yogyakarta, dilakukan dengan melakukan
simulasi/demonstrasi dan penjelasan oleh pengampu, dan mahasiswa melakukan secara mandiri
terbimbing, dan pembelajaran mandiri. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan melakukan Ujian skill lab
secara individu untuk masing-masing keterampilan

Prosedur penilaian
Penilaian evaluasi dilakukan secara obyektive oleh pengampu praktikum dengan menggunakan check
list keterampilan sesuai dengan keterampilan yang ada di buku panduan ini dengan batas minimal
kelulusan adalah dengan nilai 70.
REFERENSI
1 Ferrell&Coyle. (2010). Oxford texbook of paliatif Nursing third ed. Oxford University Press: USA.
2 Kemenkes (2013). Pedoman Teknis Pelayanan paliatif kanker. KemenkesRI: Jakarta.
3 Kemenkes Ri (2015). Pedoman Nasional, Program paliatif kanker. Kemenkes RI: Jakarta.
4 Brunner & Suddarth. (2010). Medical Surgical Nursing, 10th. Ed. Lippincott.
5 Dahlin; Coyne; Ferrel (2017). Clinical Pocket Guide to Advanced Practice Paliatif Nursing, Oxford
University Press: USA

5
E. MATERI 5
1. Judul Materi
Proses menjelang kematian
2. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum berikut mahassiwa diharapkan memahami prose menjelang
kematian
3. Materi
1. Perawatan pada saat pasien meninggal
Tempat yang tepat bagi pasien yang meninggal adalah di rumah, jangan biarkan pasien
meninggal tanpa ditunggu.
Tanda-tanda akhir kehidupan :
a. Kesadaran menurun, respons berkurang, kelemahan tubuh meningkat
b. Banyak tidur
c. Disorientasi waktu, tempat dan orang yang dikenal
d. Menolak makan walaupun bentuk cair, kesulitan menelan walaupun cair
e. Buang air kecil terganggu, Warna urin menjadi gelap dan jumlah urin berkurang
f. Kulit: dingin, pucat, cutis mamorata
g. Pola nafas tak teratur (cepat pendek dengan adanya periode cepat atau lambat, gargling)
h. Menarik diri dari kehidupan sosial
i. Rasa nyeri meningkat/ tidak dapat dikontrol dengan terapi
j. Gerakan tidak terkontrol (involuntary)
2. Apa yang penting bagi seseorang yang akan meninggal?
a. Orang mungkin menjadi sangat berbeda
b. Sebagian orang ingin melawan penyakit mereka sampai akhir kehidupan
c. Banyak keinginan untuk mengurangi rasa sakit
d. Seringkali, bertemu dengan orang yang disayangi adalah sangat penting
e. Memperoleh kedamaian dengan mendekatkan diri pada Sang Pencpta.
3. Perawatan setelah pasien meninggal
Antisipasi rasa duka
Utamakan pada tugas keluarga dalam mengantisipasi proses kesedihan, yaitu :
1. Menerima kenyataan kehilangan
2. Menghayati rasa sakit akan kehilangan
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa kehadiran anggota keluarga yang sudah
meninggal
4. Meredam emosi dan melanjutkan hidup
4. Tahap berduka
1) Denial
2) Anger
3) Bergaining
4) Depression
5) Acceptance
5. Bentuk duka cita
1) Anak-anak

6
Anak dengan kondisi menjelang kematian akan mengalami berbagai masalah diantaranya:
kehilangan masa kanak-kanak, kehilangan kemampuan fisik dalam melakukan hal-hal yang
sama seperti anak normal, hilangnya kemampuan dalam mengembangkan hubungan normal
dengan teman-teman sekolah dan teman bermain, kesedihan melihat perjuangan orangtua
yang bekerja keras merawat pasien,kerugian yang dialami pasien karena meliaht kesehatannya
semakin memburuk (pasien melihat kehilangan fungsi tubuhnya dan ancaman kematian)
2) Saudara kandung
Saudara pasien sering mengalami masalah perilaku yaitu:
Orangtua mencurahkan perhatiannya kepada anak yang sakit, sehingga saudara kandung
berpikiran negatif terhadap anak yang sakit
Kebiasaan orangtua merahasiakan kematian sehingga memiliki pengalaman terbatas
terhadap kematian
Anak-anak memiliki imajinasi yang nyata, jika tidak dijelaskan tentang penyakit
saudaranya, maka mereka akan membuat ide-ide sendiri dengan informasi yang terbatas,
seringkali apa yang dibayangkan lebih buruk dari kenyataan.
3) Orangtua
Orangtua memiliki kecemasan, penolakan, ketidakpercayaan, rasa marah dan rasa bersalah
terhadap penyakit anak. Orangtua akan menarik diri dari lingkungan sosialnya diganti dengan
hubungan dengan petugas kesehatan. Fase marah seringkali diarahkan kepada petugas
kesehatan ataupun pasangannya, sehingga ritual agama memiliki efek dan manfaat yang besar
pada reaksi kesedihan orangtua.
4) Lingkungan
Masyarakat
Kematian memiliki efek yang mendalam pada masyarakat
Keluarga Besar
Kesedihan tidak hanya terkait kehilangan anggota keluarga, tetapi juga seluruh komponen
keluarga besar
Tempat bekerja atau sekolah
6. Manajemen dukacita
Dukungan dari tim paliatif terhadap dukacita sangant membantu keluarga dalam menghadapi
proses kesedihan.Tim membantu dengan cara:
Mendengarkan isi hati keluarga pasien
Membantu orangtua untuk tetap menjaga hubungan dengan anggota keluarga lain, sosial
dalam mengahadapi proses kesedihan sebagai perjalanan hidup
Memberi saran untuk kembali bekerja dan melanjutkan hidup
Mendukung saudara kandung atau keluarga pasien dengan berkomunikasi mengisi waktu
luang melalui kegiatan lain

7
8
Prosedur Pembelajaran

Praktikum dilakukan di ruang skill lab UNISA Yogyakarta, dilakukan dengan melakukan
simulasi/demonstrasi dan penjelasan oleh pengampu, dan mahasiswa melakukan secara mandiri
terbimbing, dan pembelajaran mandiri. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan melakukan Ujian skill lab
secara individu untuk masing-masing keterampilan

Prosedur penilaian
Penilaian evaluasi dilakukan secara obyektive oleh pengampu praktikum dengan menggunakan check
list keterampilan sesuai dengan keterampilan yang ada di buku panduan ini dengan batas minimal
kelulusan adalah dengan nilai 70.
REFERENSI
1 Ferrell&Coyle. (2010). Oxford texbook of paliatif Nursing third ed. Oxford University Press:
USA.
2 Kemenkes (2013). Pedoman Teknis Pelayanan paliatif kanker. KemenkesRI: Jakarta.
3 Kemenkes Ri (2015). Pedoman Nasional, Program paliatif kanker. Kemenkes RI: Jakarta.
4 Brunner & Suddarth. (2010). Medical Surgical Nursing, 10th. Ed. Lippincott.
5 Dahlin; Coyne; Ferrel (2017). Clinical Pocket Guide to Advanced Practice Paliatif Nursing, Oxford
University Press: USA

9
F. MATERI 6
1. Judul Materi
Pemberian kemoterapi
2. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum berikut mahassiwa diharapkan mampu melakukan pemberian
kemoterapi (S12, S13, PP5, KU1, KK18, 23)
3. Materi
Standard operating procedures For safe handling chemotherapeutic agents

1. Umum (General)
Seluruh petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan tentang prosedur penanganan agent
kemoterapeutik secara aman. hal ini penting bagi seluruh petugas kesehatan untuk memahami
potensial karsinogenik dan bahaya yang ditimbulkan dari obat tersebut. Individu yang
beresiko tinggi (mis. Penderita Immunodefisiensi atau wanita hamil) harus secara khusus di
pertimbangkan kemungkinan konsekuensi dari penanganan (penyiapan hingga pemberian)
agen kemoterapeutik dan pilihan untuk menghindari paparan.
2. Desain Area Kerja (Designated Work Area)
Desain tempat seharusnya seperti di lab sehingga pengelolaan obat (dari mulai penyiapan
hingga pemberian) dapat ditangani dengan baik. Seluruh persiapan obat harus dilakukan
didalam ruang khusus seperti fume hood atau biosafety cabinet. Penggunaan plastic-backed
absorbent sekali pakai yang dimasukan kedalam pakaian digunakan untuk melindungi
permukaaan tubuh pekerja dari kontaminasi obat. Antara fume hood dan biosafety cabinet
harus memiliki tanda seperti setiker yang menunjukan alat tersebut telah sertifikasi dalam 12
bulan terakhir (layak pakai).

Fume Hood Biosafety cabinet

3. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)


a. Selalu menggunakan sarung tangan nitrile rangkap (double), atau sarung tangan yang
khusus di disain untuk kemoterapi, ketika menangani (menyiapkan atau memberikan)

1
agent kemoterapeutik. Sarung tangan tebal, panjang yang menutup bagian lengan gaun, di
rekomendasikan. Pastikan sarung tangan tidak tertusuk, terobek atau terpotong. Sarung
tangan harus harus dibuang setiap kali penggunaan, ketika penyiapan agent kemoterapeutik
atau kontaminasi dengan produk (agent kemoterapeutik).

(Sarung tangan nitrile )


b. Alat pelindung lain seperti kaca mata pelindung (protective eye goggles), penggunaan gaun
panjang sekali pakai, harus digunakan untuk memaksimal keamanan (maximum safety).
Hanya menggunakan spuit dengan jarum yang dapat ditarik kembali (retractable needles)

Kacamata pelindung Gaun panjang

c. Kadang diperlukan facesheilds (pelindung wajah) bila terjadi percikan, semburan, atau
semprotan bertekanan tinggi (aerosol), untuk mencegah kontak dengan mata, mulut, dan
hidung.

1
Pelindung wajah

4. Keamanan Peraktek kerja (Safe Work Practices)


a. Pelaksanaan pemberian dan penyiapan obat harus dan wajib di area yang telah di diasin
khusus untuk pelaksanaan kemoterapi. Pastikan telah memperhatikan label obat, nama dan
kandungan serta label peringatan khusus seperti “Toxic, Special Handling Required” (“racun,
di butuhkan penanganan khusus”).
b. Hanya menggunakan suntikan dengan jarum yang dapat ditarik kembali dan letakan pada bak
injeksi.
c. Kehati-hatian dibutuhkan pada saat obat dalam bentuk ampul dengan bahan obat kering harus
secara perlahan diketuk terlebih dahulu ke bawah.

5. Pembuangan (Disposal)
Sampah kemoterpeutik meliputi vial kosong, labu cairan, selang kateter IV, jarum, alat suntik,
sarung tangan, dan barang-barang lain yang mengandung residu (sisa) obat di buang ketempat
sampah khusus untuk kemoterapi.

6. Terpapar Obat (Spills/Accidental Exposure)


a. Laporkan semua kecelakaan pada petugas khusus rumah sakit. Berikan perhatian khusus pada
setiap kecelakaan akibat kontak dengan obat di bagian mata, terhirup (ingestion), atau
termakan (inhalation).
b. Accidental spill atau kecelakaan akibat terkena tumpahan obat kemoterapi harus ditangani
secara tepat dan hati-hati. Buang baju yang terkontaminasi tumpahan obat. Jika kulit yang
terkontaminasi tumpahan obat, cuci secara menyeruluh dengan sabun dan air. Jika mata
terkena percikan obat bilas mata terus menerus selam 15 menit dan hubungi petugas khusus
rumah sakit yang menangani kecelakaan kerja.
7. Membersihkan Tumpahan Obat
a. Membersihkan tumpahan obat yang volumenya< dari 5 ml:
a). Jika cair (Liquids) harus dibersihkan menggunakan kasa penyerap kering. Jika bentuknya
padat (solids) harus diusap menggunakan kasa penyerap yang basah. Lalu dekontaminasi
area menggunakan cairan khusus obat kemoterapeutik misalnya sodium carbonate selama
30 menit atau methanolic potassium hydroxide (30% 1N KOH and 70% methanol)
selama 5 menit.
b). Perhatian : KOH bersifat korosif sehingga pelindung mata dan sarung tangan yang
resisten terhadapbahan kimia.
c). Anggap barang atau material yang telah terkontaminasi obat/ kasa yang digunakan tadi
sebagai material berbahaya karena telah kontak dengan obat kemoterapi.
d). Area yang terkena percikan atau tumpahan harus dibersihkan sebanyak tiga kali
menggunakan cairan diterjen.
e). Setiap pecahan gelas (bila vial obat pecah) harus diambil menggunakan skop kecil jangan
menggunakan tangan dan buang di tempat khusus untuk obat kemoterapi.
b. Membersihkan tumpahan obat yang volumenya > 5 ml.
a). Ketika tumpahan luas atau yang banyak terjadi area harus diisolasi dan percikan harus
dihindari.
b). Semua anggota yang bertanggung jawab menumpahkan obat harus menggunakan gaun
sekali pakai (disposable gowns), sarung tangan nitrile rangkap dua (double nitrile gloves),
alat bantu nafas bila obat dalam kondisi bubuk dan untuk mencegah inhalasi.

1
c). Hubungi bagian khusus rumah sakit, untuk penanganan dan pembersihan tumpahan obat
dengan alat khusus. Dilakukan oleh perawat yang telah tersertiifkasi.
d). Tutup area tumpahan dengan kasa penyerap khusus, jika obat dalam kondisi serbuk tutup
menggunakan kasa basah.
e). Jika jumlah obat yang tumpah banyak (1 vial tumpah seluruhnya) masukkkan barang atau
material yang terkontaminasi ke dalam biosafety cabinet atau fume hood dan bagian
seluruh ruangan perlu di dekontaminasi.
8. ALAT DAN BAHAN
1. Alas kaki tertutup.
2. Handscoon.
3. Apron
4. Masker
5. Kacamata
6. Topi
7. Obat kemoterapi
8. Kantong/ plastik kuning (infeksius), ungu (bahan kontaminasi obat kemo)
9. Ember tertutup
10. Kasa atau underpad atau kain penyerap
11. botol air
12. deterjen atau klorin
13. pinset
14. Set infus
15. Pantom tangan

1
FORMAT PENILAIAN
NILAI
PENILAIAN
1 2 3
Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verifikasi order untuk pemberian
terapi sitostatika oleh 2 perawat.
2. Pastikan informed consent sudah ditanda tangani
klien, keluarga dan petugas kesehatan.
3. Pastikan pemberian cairan infuse NaCl 0,9% 500
ml loading (40-60tts /menit) sebelum obat
sitostatika sudah masuk.
4. Pastikan obat premedikasi (Ranitidine,
Metylprednison, Ondansentron) sudah diberikan
15-30 menit sebelum obat sitostatika masuk.
5. Cuci tangan 6 langkah.
6. Siapkan alat–alat.
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, perkenalkan diri, tanyakan nama
klien dan cocokkan dengan gelang identitas
klien.
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
klien/keluarga serta efek samping, jadwal
pemberian.
3. Minta persetujuan dari klien/keluarga.
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
Tahap Kerja
1. Lakukan Pemeriksaan fisik.
2. Atur posisi supine/semi fowler.
3. Pastikan IV line yang terpasang dalam kondisi
baik dan belum lebih dari 3 hari.
4. Gunakan alat pelindung diri (APD)
a). Alas kaki yang tertutup.
b). Apron dari bahan parasut.
c). Topi.
d). Masker.
e). Google.
f). Sarung tangan
4. Masukkan obat sitostatika sesuai program dengan
menggunakan prinsip 7 benar (benar
pasien,benar obat,benar dosis, benar rute/alur,
benar waktu, benar dokumentasi dan benar
informasi.
5. Setelah selesai lepaskan APD dimulai dari
kacamata, topi, apron,masker, alas kaki dan sarung
tangan.
6. Masukkan alat APD yang sudah terpakai

1
kedalam ember tertutup.

1
7. Cuci tangan 6 langkah.
8. Monitoring:
a). Tanda-tanda vital.
b). Tanda-tanda kepatenan akses vaskuler.
c). Tanda-tanda extravasasi.
d). Tetesan infuse obat sesuai program.
e). Tanda-tanda efek samping obat: mual, muntah,
takikardi, bradikardi, kejang dll.
9. Rapikan alat-alat.
Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien.
2. Sebutkan hasil kegiatan.
3. Pesan kepada apabila ada perubahan kondisi segera
melapor petugas*
4. Kontrak waktu selanjutnya (RTL).
5. Salam.
6. Dokumentasi.
7. Tandatangan dan identitas perawat

*Beritahukan segera kepada dokter jika klien


mengalami:gelisah, nafas pendek, nyeri dada, mati
rasa, efek samping pontesial yang mungkin muncul
dari pemberian obat kemoterapi.
Total

Prosedur Pembelajaran

Praktikum dilakukan di ruang skill lab UNISA Yogyakarta, dilakukan dengan melakukan
simulasi/demonstrasi dan penjelasan oleh pengampu, dan mahasiswa melakukan secara mandiri
terbimbing, dan pembelajaran mandiri. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan melakukan Ujian skill lab
secara individu untuk masing-masing keterampilan

Prosedur penilaian
Penilaian evaluasi dilakukan secara obyektive oleh pengampu praktikum dengan menggunakan check
list keterampilan sesuai dengan keterampilan yang ada di buku panduan ini dengan batas minimal
kelulusan adalah dengan nilai 70.
REFERENSI
for Chemotherapy Administration from John Dempsey Hospital Department of Nursing The University
of Connecticut Health Center

Clinical Procedure / Protocol Oncology Services - Unit Practice Manual Page 1 of 5 John Dempsey
Hospital-Department of Nursing The University of Connecticut Health Center

1
G. MATERI 7
1. Judul Materi
Pengajian berkabung
2. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum berikut mahassiwa diharapkan mampu melakukan pengkajian
pberkabung (S12, S13, PP5, KU1, KK18, 23)
3. Materi
Pengkajian berkabung
1. DEFINISI
Alat ini digunakan untuk menilai kesedihan seseorang karena adanya kematian atau kehilangan.
Alat ini dikembangkan oleh M. Katherine Shear MD and Susan Essock PhD. Tujuan dari
pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kesedihan atau berkabung pasien rumit
(kompleks) atau tidak.
2. PERSIAPAN
a. Pastikan pasien atau keluarga dalam kondisi yang tenang dan sesuai kontrak waktu.
d. Bila dalam kondisi cemas, gelisah dan mood buruk maka kegiatan diundur (kontrak waktu
lagi).
e. Bila pasien adalah anak-anak maka harus ada pendampingna dari orang dewaa.
f. Jelaskan tujuan kegiatan dan jega privacy pasien dan keluarga.
g. Berikan suasana yang nyaman.
h. Perawatan senantiasa memperhatikan perilaku dan komunikasi terapeutik.
i. Lihat siklus halaman 44 untuk melihat perubahan psikologis pasien yangdapat dijadikan
pedoman awal tindakan pengkajian.
3. TANDA DAN GEJALA KESEDIHAN (akut) YANG MASIH NORMAL
a. Kesedihan muncul setelah 6-12 bulan pasca kehilangan.
b. Perasaan kerinduan mendalam pada seseorang yang telah meninggal.
c. Rasa sedih yang mendalam, episode menangis biasanya diiringi dengan periode istirahat
dan emosional yang positif.
d. Memikirkan orang yang sudah meninggal.
e. Bersaha untuk menerima kenyataan.
f. Gangguan somatik: sesak napas, tidak bisa tidur, nafsu makan turun, bibir kering, mudah
lelah dan letih, kesulitan untuk memulai dan mempertahankan kegiatan, mudah marah/
tersinggung.
4. TANDA DAN GEJALA KESEDIHAN ATAU BERKABUNG KOMPLEKS
a. Gejela kesedihan akut yang terus menerus lebih dari 6 bulan (anak-anak) dan lebih 12
bulan (dewasa). Secara umum lebih dari 6 bulan.
b. Kekuatiran terhadap kematian yang berlebihan.
5. BERKABUNG DALAM ISLAM
a. Qs. Albaqoroh: 234
b. Boleh berkabung kurang dari 3 hari (HR. Bukhori Muslim).
c. Bersedih yang terus menerus, menangis, berteriak-teriak (HR. Ahmad).
6. TAHAP KERJA

1
Pada posisi yang nyaman mulaialah erawat bertanya sesuai dengan pertanyaan berikut dan berilah
tanda silang atau lingkaran sesuai jawabn pasien
NO PERTANYAAN
1 Selalau dimulai dengan menucapkan salam dan doa
Kriteria A
A1. Pada bulan lalu, seberapa sering anda merasakan kerinduan?
1. Hampir tidak pernah (kurang dari sebulan sekali)
2. Jarang (2-6 kali / bulan)
3. Terkadang (lebih dari 7 kali / bulan, tapi tidak setiap hari)
4. Setiap hari
5. Beberapa kali setiap hari
A2. Pada bulan lalu, ketika anda merasakan kesedihan apakah menggangu
kegiatan sekeharian anda secara terus menerus?
1. Ya
2. Tidak
2 Kriteria B
B1. Pada bulan lalu, sejauh mana anda tidak bisa menerima kematian seseorang?
1. Tidak ada kesulitan untuk menerima kematian
2. Sedikit rasa sulit menerima kematian
3. Beberapa kesulitan menerima kematian
4. Rasa sulit menerima kematian
5. Kesulitan ekstrim menerima kematian
B2. Pada bulan lalu, sampai sejauh mana Anda mengalami kesulitan untuk
mempercayai orang?
1. Tidak ada kesulitan untuk mempercayai orang lain
2. Sedikit rasa sulit mempercayai orang lain
3. Beberapa rasa sulit mempercayai orang lain
4. Rasa kesulitan yang ditandai mempercayai orang lain
5. Rasa sulit untuk dipercaya orang lain
B3. Pada bulan lalu, sampai sejauh mana Anda merasa pahit karena kematian?
1. Tidak ada rasa kepahitan
2. Sedikit rasa pahit
3. Beberapa rasa pahit
4. Rasa pahit yang ditandai
5. Rasa kepahitan yang ekstrem
B4. Terkadang orang yang kehilangan orang yang dicintai merasa tidak nyaman
untuk terus hidup. Di masa lalu, sampai sejauh mana Anda merasa bahwa
bergerak (misalnya, membuat teman baru, mengejar kepentingan baru) akan
sulit bagi anda?
1. Bergerak tidak akan sulit
2. Bergerak akan sedikit sulit
3. Bergerak akan agak sulit
4. Bergerak akan sangat sulit
5. Bergerak akan sangat sulit
B.5. Pada bulan yang lalu, sampai sejauh mana Anda merasa mati rasa secara
emosional atau mengalami kesulitan menyambung dengan orang lain?
1. Tidak ada rasa mati rasa

1
2. Sedikit rasa mati rasa
3. Beberapa rasa baal
4. Rasa baal yang ditandai
5. Rasa mati rasa yang ekstrem
B.6. Pada bulan yang lalu, sampai sejauh mana Anda merasa bahwa hidup itu
kosong atau tidak berarti tanpa?
1. Tidak ada rasa kekosongan atau ketidakberdayaan
2. Sedikit rasa hampa atau tidak berarti
3. Beberapa rasa kekosongan
4. Rasa kekosongan yang ditandai
5. Rasa kekosongan yang ekstrem
B.7. Pada bulan yang lalu, sampai sejauh mana Anda merasa bahwa masa depan
tidak memiliki makna atau tujuan?
1. Tidak ada perasaan bahwa masa depan tidak memiliki tujuan
2. Sedikit perasaan bahwa masa depan tidak memiliki tujuan
3. Beberapa orang merasa bahwa masa depan tidak memiliki tujuan
4. Arti nyata bahwa masa depan tidak memiliki tujuan
5. Rasa ekstrem bahwa masa depan tidak memiliki tujuan
B8. Pada bulan lalu, sampai sejauh mana Anda merasa gelisah, gelisah, atau
mudah terkejut?
1. Tidak ada perasaan berada di tepi
2. Sedikit perasaan merasa gelisah
3. Beberapa perasaan merasa gelisah
4. Rasa perasaan yang ditandai di tepi
5. Rasa perasaan yang ekstrem
3 Kriteria C
Apakah kesedihan mengakibatkan kerusakan pada diri anda dalam sosial,
pekerjaan, atau yang lainnya? misalnya, apakah kesedihan anda menyulitkan anda
untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari?
1. Ya
2. Tidak
4 Kriteria D
Memiliki salah satu gejala di atas, termasuk kerinduan dan setidaknya satu kriteria
gejala B, berlangsung selama setidaknya enam bulan?
1. Ya
2. Tidak
5 Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Berikan umpan balik positif
4. Kontrak pertemuan selanjutnya
5. Akhiri dengan membaca Hamdallah
6 Reference
1. Miller MD, (2012), Complicated Grief in late life, Dialogues in Clinical
Neuroscience - Vol 14 . No. 2, Pp. 195-202.
2. Whole Health: Change The Conversation. Advancing Skills in the Delivery
of Personalized, Proactive, Patient-Driven Care. Pp.1-3

1
7. INTEPRETASI
1. Nilai A, B, C, D terpenuhi.
2. A= Pertanyaan akan berlanjut jika jawaban “setiap hari” atau “beberapa kali sehari” (Frekuensi
"setiap hari" atau "beberapa kali sehari" ATAU kesusahan atau gangguan yang disebabkan oleh
kerinduan maka diagnosis kesedihan rumit kompleks).
3. B= Pertanyaan akan berlanjut jika 4 dari 8 Kriteria B memiliki intensitas nilai "4" atau "5".
4. C= Pertanyaan akan berlanjut Jika jawaban Ya, maka Kriteria C terpenuhi (didiagnosis
kesedihan rumit).
5. D= Gejalanya harus bertahan setidaknya enam bulan untuk dianggap "Ya". Jika responden
menunjukkan bahwa gejalanya telah terjadi sebentar-sebentar, maka tandai "tidak". Jika jawaban
maka Kriteria D terpenuhi untuk didiagnosis kesedihan rumit/ kompleks.

Prosedur Pembelajaran

Praktikum dilakukan di ruang skill lab UNISA Yogyakarta, dilakukan dengan melakukan
simulasi/demonstrasi dan penjelasan oleh pengampu, dan mahasiswa melakukan secara mandiri
terbimbing, dan pembelajaran mandiri. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan melakukan Ujian skill lab
secara individu untuk masing-masing keterampilan

Prosedur penilaian
Penilaian evaluasi dilakukan secara obyektive oleh pengampu praktikum dengan menggunakan check
list keterampilan sesuai dengan keterampilan yang ada di buku panduan ini dengan batas minimal
kelulusan adalah dengan nilai 70.
REFERENSI
1 Ferrell&Coyle. (2010). Oxford texbook of paliatif Nursing third ed. Oxford University Press: USA.
2 Kemenkes (2013). Pedoman Teknis Pelayanan paliatif kanker. KemenkesRI: Jakarta.
3 Kemenkes Ri (2015). Pedoman Nasional, Program paliatif kanker. Kemenkes RI: Jakarta.
4 Brunner & Suddarth. (2010). Medical Surgical Nursing, 10th. Ed. Lippincott.
5 Dahlin; Coyne; Ferrel (2017). Clinical Pocket Guide to Advanced Practice Paliatif Nursing, Oxford
University Press: USA

1
Complicated Grief Assessment

Please mark the box next to the answer that best describes how the respondent has been
feeling over the past month. The blanks refer to the deceased person over whom the
respondent is grieving.

Criterion A:

A.1a. In the past month, how often have you felt yourself longing and yearning for ?

Almost never (less than once a month) -1


Rarely (2-6 times/month) -2
Sometimes (more than 7 times/month, but not every day) -3
Every day -4
Several times every day -5
A.1b. In the past month has the yearning been distressing to you or disruptive to your daily routine?

Yes
No

2
A frequency of “every day” or “several times a day” OR distress or disruption caused
by the yearning is required for a Complicated Grief diagnosis.

Criteria B:

Below, 4 of 8 B Criteria must have an intensity of “4” or “5”.

B1. In the past month, to what extent have you had difficulty accepting the death?

No difficulty accepting the death - 1

A slight sense of difficulty accepting the death - 2

Some difficulty accepting the death - 3

A marked sense of difficulty accepting the death - 4

Extreme difficulty accepting the death - 5

B2. In the past month, to what extent have you had difficulty trusting people?

A slight sense of difficulty trusting others -2


Some sense of difficulty trusting others -3
A marked sense of difficulty trusting others -4
An extreme sense of difficulty trusting others -5

B.3. In the past month, to what extent have you felt bitter over ‘s death?

No sense of bitterness -1
A slight sense of bitterness -2
Some sense of bitterness -3
A marked sense of bitterness -4
An extreme sense of bitterness -5

B4. Sometimes people who lose a loved one feel uneasy about moving on with their life. In the past month, to
what extent do you feel that moving on (for example, making new friends, pursuing new interests)
would be difficult for you?

2
Moving on would not be difficult -1
Moving on would be a little difficult -2
Moving on would be somewhat difficult -3
Moving on would be very difficult -4
Moving on would be extremely difficult -5

B.5. In the past month, to what extent have you felt emotionally numb or had difficulty connecting
with others?
No sense of numbness -1
A slight sense of numbness -2
Some sense of numbness -3
A marked sense of numbness -4
An extreme sense of numbness -5

B.6. In the past month, to what extent do you feel that life is empty or meaningless without ?

No sense of emptiness or meaninglessness -1


A slight sense of emptiness or meaninglessness -2
Some sense of emptiness -3
A marked sense of emptiness -4
An extreme sense of emptiness -5

B.7. In the past month, to what extent do you feel that the future holds no meaning or purpose without
?
A slight sense that the future holds no purpose -2
Some sense that the future holds no purpose -3
A marked sense that the future holds no purpose -4
An extreme sense that the future holds no purpose -5

2
B.8. In the past month, to what extent have you felt on edge, jumpy, or easily startled?

A slight sense of feeling on edge -2


Some sense of feeling on edge -3
A marked sense of feeling on edge -4
An extreme sense of feeling on edge -5

Criterion C. Has your grief resulted in impairment in your in your social, occupational, or other
areas of functioning? For instance, does your grief make it difficult for you to perform
your normal daily activities?
Yes -1
No -2
REF - 97
DK - 98

If Yes, then Criterion C is met.

Criterion D. Have any of the above symptoms, including yearning and at least one Criterion - 1
B symptom, lasted for at least six months? Yes
No - 2

The symptoms must have persisted for at least six months to be considered “Yes”. If the
respondent suggests that the symptoms have occurred intermittently, then mark “No”.
If Yes, then Criterion D is met.

Complicated Grief Diagnosis = Criteria A, B, C, and D are met. Yes - 1


No - 2

2
REFERENCES

Prigerson HG. Complicated Grief: When the path of adjustment leads to a dead-end.
Bereavement Care 2005; 23 (3): 38-40

Prigerson HG, Maciejewski PK. A Call for Sound Empirical Testing and Evaluation of
Criteria for Complicated Grief Proposed for DSM-V. Omega: Journal of Death &
Dying 2005, Vol. 52 Issue 1, p9

Prigerson HG, Vanderwerker LC. Final Remarks. Omega: Journal of Death &
Dying 2005, Vol. 52 Issue 1, p91

Prigerson HG, Vanderwerker LC, Maciejewski PK. Complicated Grief as a Mental


Disorder: Inclusion in DSM. Chapter 8 in Handbook of Bereavement Research and
Practice: 21st Century Perspectives, Eds. Margaret Stroebe, Robert Hansson, Henck
Schut, and Wolfgang Stroebe, American Psychological Association Press, 2007

2
H. MATERI 8
1. Judul Materi
Pengajian spiritual
2. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum berikut mahassiwa diharapkan mampu melakukan pengkajian
pberkabung (S12, S13, PP5, KU1, KK18, 23)
3. Materi

Functional assessment of chronic illness therapy-spiritual


a. PENGERTIAN

Functional Asssessment of Chronic Illness Therapy – Spiritual (FACIT-Sp)


adalah alat ukur untuk menilai tingkatan spiritual pasien dengan penyakit kronis
yang merupakan dampak dari penyakit kronis yang dialami. FACIT-Sp diberikan
kepada pasien berupa kuesioner (12 item).

b. TUJUAN
1) menilai tingkat spiritual pasien dengan penyakit kronis yang merupakan
dampak dari penyakit kronis yang dialami
2) mengevaluasi tingkat spiritual pasien dalam menjalani kehidupan dengan
penyakit kronik yang dialami.

c. PERSIAPAN
1) Pastikan pasien atau keluarga dalam kondisi yang tenang dan sesuai
kontrak waktu.
2) Bila dalam kondisi cemas, gelisah dan mood buruk maka kegiatan
diundur (kontrak waktu lagi).
3) Bila pasien adalah anak-anak maka harus ada pendampingna dari orang dewaa.
4) Jelaskan tujuan kegiatan dan jega privacy pasien dan keluarga.
5) Berikan suasana yang nyaman.
6) Perawatan senantiasa memperhatikan perilaku dan komunikasi terapeutik.

d. LANGKAH KEGIATAN
1. Tahap Pra interaksi
a. Mencuci tangan.
b. Periksa nama pasien, dan catatan keperawatan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
a. Mengucapakan salam

b. Perkenalkan diri
c. Merumuskan kontrak (waktu, tempat, pertemuan, dan topic pembicaraan)
bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali
kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
a. Menjelaskan tujuan pelaksanaan dan prosedur pelaksanaan
b. Memberikan privasi kepada pasien.
c. Bedoa

3. Tahap Kerja
Pilihlah jawaban sesuai perasaan anda saat ini

JAWABAN
Tidak Kadang- Jarang Sering Selalu
NO PERTANYAAN pernah kadang (2) (3) (4)
(0) (1)
1 Saya merasa damai V=2
2 Saya memiliki alasan V=0
untuk hidup
3 Saya sudah produktif V=3
4 Saya merasa mengalami

kesulitan untuk merasa V=2

tenang
5 Saya memiliki tujuan v

hidup
6 Saya merasakan v

kenyamanan pada diri saya


7 Saya merasakan harmoni v

(kesesuaian, kecocokan,
keselarasan) pada diri saya
8 Saya merasakan tidak V=4
memiliki makna dan
tujuan hidup
9 Saya menemukan v

kenyamanan dalam
keyakinan atau
kepercayaan spiritual pada
diri sendiri
10 Saya menemukan v

kekuatan dalam keyakinan


atau kepercayaan spiritual
pada diri sendiri
11 Saya merasa v

Penyakit ini telah


memperkuat keyakinan
atau kepercayaan spiritual
saya
12 Saya merasa akan baik- v

baik saja apapun yang


terjadi pada penyakit saya

4.
Tahap terminasi
a. Analisis hasil skor yang didapatkan
b. Evaluasi tingkat
spiritual klien
c. Berikan reinforcement positif
d. Ucapkan dalam dan doa
E. INTEPRETASI
1. Pernyataan unfavorabel (4, 8) sisanya favorabel. Pemberian skor berbeda.
a. Kurang= 0– 32
b. Normal atau cukup= 33
c. Sangat baik atau sangat cukup= 34– 40
F. REFERENCE
Bredle dkk., (2011). Spiritual Well-Being as a Component of Health-Related Quality
of Life: The Functional Assessment of Chronic Illness. Therapy—Spiritual
Well-Being Scale (FACIT-Sp). Religious. Vol. 2. Pp. 77-9
Monod, dkk., (2015). Validity of the FACIT-Sp to Assess Spiritual Well-Being in
Elderly Patients. Psychology. Vol. 6,Pp. 1311-1322.
BAB III
PENUTUP

Terima Kasih kami ucapkan kepada semua pihak atas bantuan yang diberikan hingga
terselesainya buku panduan praktikum Keperawatan Medikal Bedah I ini. Semoga buku ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami sadar bahwa di dalam buku ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu, kami sangat mengharap kritik dan dan saran dari pembaca. Agar
dalam penyusunan buku paduan berikutnya kami dapat lebih baik lagi. Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai