Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

SEHAT JIWA PADA ANAK REMAJA

Oleh :

Izza Navira Fadhilah 1706978074


Tika Dinda Istikomah 1706038872
Tsalits Laila Tsuroya 1706039080
Venina Mani’ 1706978420

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Asuhan Keperawatan Klien Anak Remaja. Penulisan makalah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi penilaian mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami menerima
saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu. Serta dapat memberikan pandangan kepada keluarga dan
masyarakat bahwa pelabelan negatif pada seseorang dapat berdampak buruk pada
psikologisnya.

Depok, 31 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1
PENDAHULUAN 5

Latar Belakang 5

Rumusan Masalah 5

BAB 2
PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 6

Pengkajian Keperawatan 6

Data Subjektif 6

Data Objektif 6

Diagnosa Keperawatan 6

Tindakan Keperawatan 7

Tujuan Tindakan Keperawatan 7

Rencana Implementasi (strategi pelaksanaan) 8

BAB 3
EVALUASI DAN DOKUMENTASI 9

Bagaimana cara mengevaluasi 9

Instrumen evaluasi 12

Analisis evaluasi, interpretasi dan hasil evaluasi dan tindak lanjut 12

BAB 4
PENUTUP 13

Kesimpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 


Remaja  merupakan  fase  peralihan  dari  anak-anak  menuju  dewasa.  Masa 
remaja  merupakan  masa  pencarian  jati  diri.  Seseorang  dikatakan  remaja  saat 
ia  berusia  12  sampai  24  tahun  (WHO,  2007  dalam  Efendi  &  Makhfudli, 
2009).  Menurut  Efendi  &  Makhfudli  (2009),  remaja  adalah  masa  dimana 
seseorang  akan  mengalami  perubahan  pesat  dalam  hidupnya  di  berbagai 
aspek  seperti  fisik,  psikis,  emosi  dan  sosial.  Seorang  remaja  akan  mulai 
berpikir  mandiri  dan  cenderung ingin berbuat sesuai dengan kemauan sendiri. 
Hal  ini  dapat  memberi  dampak  positif  maupun  dampak  negatif.  Dampak 
negatif  atau  positif  dari  seorang  remaja  ini  dipengaruhi  oleh  perkembangan 
psikososial pada masing-masing remaja tersebut.  
Perkembangan  psikososial remaja akan berkaitan dengan pembentukan jati 
diri  dari  remaja  tersebut.  Pencarian  jati  diri  merupakan  tugas  utama  dalam 
perkembangan  psikososial  seorang  remaja  (Jatmika,  2010).  Oleh  karena  itu, 
perkembangan  psikososial  seorang  remaja  merupakan  perkembangan  yang 
sangat  penting  karena  bisa  dikatakan  akan mempengaruhi masa depan remaja 
tersebut. 

1.2 Rumusan Masalah 


Bagaimana Asuhan Keperawatan yang harus diberikan kepada remaja dalam
perkembangan psikososialnya berupa kesiapan meningkatkan konsep diri?
a) Pengkajian
b) Diagnosa
c) Perencanaan
d) Implementasi
e) Evaluasi

4
BAB 2
PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Keperawatan 


2.1.1 Data Subjektif 

Data  subjektif  berasal  dari  keterangan  yang  didapat  perawat  saat 


wawancara  dengan  klien  tersebut.  Berdasarkan  keterangan  yang  didapat 
perawat  dari  hasil  wawancara,  klien  remaja  berusia  16  tahun  yang  sekarang 
sedang  duduk  di  bangku  kelas  XI  SMU.  Kemudian  klien  sekarang  tinggal 
bersama  orang  tua  dan  dua  saudaranya.  klien  menyebutkan  bahwa di sekolah 
dia  sering ditertawai temannya karena postur tubuhnya kurang tinggi. Namun, 
meskipun  begitu  klien  masih  berkumpul  dengan  temannya  setiap  hari  untuk 
berdiskusi kelompok atau mengerjakan tugas sekolah. 
2.1.2 Data Objektif 
Data  objek  berasal  dari  pengamatan  yang  dilakukan  perawat 
terhadap  klien.  Berdasarkan  hasil  pengamatan  yang  didapat  perawat  saat 
wawancara,  klien  tersebut  dalam  tahap  perkembangan  identitas vs kekacauan 
identitas.  Kemudian  perawat  melihat  bahwa  klien  memiliki  rasa  percaya  diri 
yang  sangat  baik  karena  dia  masih  mau  dan  tidak  merasa  rendah  diri  saat 
berkumpul dengan teman-temannya saat mengerjakan tugas. 

2.2 Diagnosa Keperawatan 


Diagnosa keperawatan yang dapat muncul berdasarkan kasus adalah
kesiapan meningkatkan konsep diri berhubungan dengan mempertahankan
kepuasan atas pikiran tentang diri sendiri, rasa harga diri, dan citra tubuh
(Herdman & Kamitsuru, 2018). Hal ini ditandaci dengan batasan karakteristik
berupa remaja dapat menerima kekuatan dan keterbatasan yang dimiliki,
mengungkapkan rasa percaya diri terhadap apa yang dimiliki, dan
mengungkapkan kepuasan terhadap apa yang dimiliki. Dalam hal ini, remaja
mampu mengungkapkan kepuasan terhadap citra tubuh yang dimiliki.

5
Pada kasus, remaja telah menunjukkan kepuasan terhadap citra tubuh yang
dimiliki sehingga fokus pelayanan keperawatan jiwa yang diberikan adalah
untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa (Keliat, Herawata,
Panjaitan, & Helena, 2011).

2.3 Tindakan Keperawatan 


Rencana tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan
perkembangan psikososial anak remaja yaitu peningkatan citra tubuh,
peningkatan kesadaran diri, dan peningkatan harga diri.
Dalam peningkatan citra tubuh pasien, perawat membuat intervensi untuk
meningkatkan sikap dan persepsi sadar dan tak sadar pasien tentang
tubuhnya. Remaja dapat mengungkapkan persepsi yang positif terhadap
dirinya sendiri. Dalam peningkatan kesadaran diri, perawat membuat
intervensi untuk membantu pasien menggali dan memahami gagasan,
perasaan, motivasi, dan perilakunya. Dalam peningkatan harga diri, perawat
membuat intervensi untuk membantu pasien meningkatkan penilaian personal
tentang harga diri (Wilkinson & Ahern, 2011).
Selain tindakan terhadap pasien secara individu, tindakan keperawatan
juga diberikan kepada keluarga. Perencanaan keperawatan keluarga dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti melibatkan anggota keluarga dalam
perawatan keluarga, memberikan konseling anggota keluarga, memberikan
konseling pendidikan tentang perkembangan anak sesuai usia (Keliat et al.,
2011).

2.4 Tujuan Tindakan Keperawatan 


Pasien akan mengenali kekuatan individu, menunjukkan penghargaan diri
yang realistis, mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan konsep diri,
berpartisipasi dalam membuat keputusan tentang rencana asuhan, melatih
perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri, mengungkapkan

6
perasaan positif tentang tubuh, diri, kemampuan, dan performa peran
(Wilkinson & Ahern, 2011).

2.5 Rencana Implementasi (strategi pelaksanaan) 


Rencana implementasi asuhan keperawatan jiwa pada klien usia remaja
merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam rencana tindak
keperawatan (Hidayat, 2008). Pemberian tindakan keperawatan untuk
perkembangan psikososial remaja terbagi menjadi dua tugas, yaitu
perkembangan yang normal dan penyimpangan perkembangan yang
rinciannya dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pembentukan identitas diri. Tindak keperawatannya meliputi :
a. diskusikan ciri perkembangan psikososial remaja yang normal dan
menyimpang
b. diskusikan cara untuk mencapai perkembangan psikososial yang
normal
1) anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang yang
membuatnya nyaman mencurahkan perasaan, perhatian, dan
kekhawatiran.
2) anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang memiliki
kegiatan positif (olahraga, seni, bela diri, pramuka, keagamaan)
3) anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan
perannya.
2. Kesiapan peningkatan perkembangan remaja. Tindak keperawatannya
meliputi memperbaiki gizi seimbang klien dengan makan-makanan yang
sesuai dengan favorit klien, lalu melaksanakan olahraga sehat dan teratur
agar dapat membantu klien dalam memperbaiki postur tubuhnya
(Bulechek, 2016).
Tindakan keperawatan untuk keluarga menjadi dukungan dalam tindakan
keperawatan bagi klien. Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut
(Keliat, 2016):

7
1. Jelaskan ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang
2. Jelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk memfasilitasi
perkembangan remaja yang normal
a. Fasilitasi remaja untuk berinteraksi
b. Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang yang membuatnya
nyaman
c. Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan positif
​ erperan sebagai teman ​curhat​ bagi remaja
d.​ B
e. Berperan sebagai contoh dalam melakukan interaksi sosial yang baik
f. Beri lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan
aktivitas bersama kelompoknya
3. Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk membantu remaja
memperoleh identitas diri
Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk memfasilitasi
remaja memperoleh identitas diri.

BAB 3
EVALUASI DAN DOKUMENTASI

3.1 Bagaimana cara mengevaluasi 


Tahap evaluasi asuhan keperawatan jiwa pada klien usia dewasa muda
merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan jiwa yang menentukan
kesesuaian perkembangan klien terhadap tujuan dan keefektifan rencana

8
keperawatan. Keberhasilan asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada
tercapainya kriteria hasil atau ​outcomes ​yang diharapkan (Stuart, 2018).
Keberhasilan tercapainya kriteria hasil tersebut dapat diketahui dengan
melakukan tahapan proses evaluasi. Tahapan proses evaluasi menurut
Berman, Snyder, & Frandsen (2016) dan Stuart (2018) terdiri dari :
1. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan kriteria hasil yang diharapkan.
Data yang berkaitan dengan kriteria hasil dapat berupa temuan
pengkajian, respon perilaku, tingkat gangguan fungsi gaya hidup,
individu-individu yang terlibat dalam konflik, nilai dan kepercayaan klien.
2. Membandingkan data dengan kriteria hasil yang diharapkan
Ada tiga kemungkinan kesimpulan yang didapatkan melalui
perbandingan data dengan kriteria hasil, yaitu:
a. Kriteria hasil tercapai

Seluruh kriteria hasil yang ditentukan dapat dicapai oleh klien. Kriteria
hasil tercapai dapat meliputi klien dapat menjelaskan pola penyelesaian
masalah sebelumnya, klien mampu untuk meningkatkan konsep diri,
harga diri serta citra tubuh, klien dapat mengekspresikan perasaannya
secara terbuka, dan klien siap untuk menjalani fase remaja.
b. Kriteria hasil tercapai sebagian

Kriteria hasil tercapai sebagian dinyatakan apabila satu sampai empat


dari lima kriteria hasil yang ditentukan tercapai. Kriteria hasil tercapai
sebagian dapat berupa klien dapat menjelaskan pola penyelesaian
masalah sebelumya, klien mengatakan bahwa kegagalan dalam
menjalankan fungsi peran memberikan pelajaran untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama saat ini, klien dapat meningkatkan
citra tubuh dan konsep diri, keluarga klien memberikan dukungan
terhadap hubungan yang sedang klien jalani saat ini, lingkungan
keluarga klien kurang mendukung klien untuk mengekspresikan
perasaannya secara terbuka, klien kesulitan mengakui kemampuan atau
kesiapan fisik, mental, dan nilai-nilai pribadi yang dianut.

9
1) Mengidentifikasi keefektifan pola koping klien
2) Terciptanya lingkungan dimana anggota dapat mengekspresikan
perasaan secara terbuka
3) Klien dapat mengakui kemampuan atau kesiapan fisik, mental, dan
nilai-nilai pribadi yang dianut
4) Melihat peristiwa atau kejadian negatif (bermasalah) yang berhasil
ditangani dan menjadikannya sebagai pelajaran dan penyemangat
5) Menemukan seseorang yang dapat membantu klien memutuskan
pilihan.
c. Kriteria hasil tidak tercapai
Kriteria hasil tercapai sebagian dinyatakan apabila tidak ada kriteria
hasil yang tercapai dari lima kriteria hasil yang ditentukan. Kriteria
hasil tidak tercapai dapat berupa klien tidak dapat menjelaskan pola
penyelesaian masalah sebelumya, klien mengatakan bahwa ia masih
bingung akan penampilan peran, citra tubuh dan konsep diri yang ada,
keluarga klien tidak memberikan dukungan terhadap klien saat ini,
lingkungan keluarga klien kurang mendukung klien untuk
mengekspresikan perasaannya secara terbuka, klien kesulitan mengakui
kemampuan atau kesiapan fisik, mental, dan nilai-nilai pribadi yang
dianut.
3. Mencari hubungan antara kegiatan keperawatan dengan kriteria hasil yang
diharapkan.
Pada tahap ini perawat mengidentifikasi hubungan tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan kemajuan klien dalam mencapai
kriteria hasil yang ditentukan.
4. Mengambil kesimpulan mengenai keefektifan rencana keperawatan
Setelah mengetahui hubungan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan kemajuan klien dalam mencapai kriteria hasil yang
ditentukan, perawat dapat mengevaluasi efektivitas rencana keperawatan
yang telah dibuat.

10
5. Menentukan kelanjutan, modifikasi, atau terminasi rencana keperawatan
Dengan mengetahui efektivitas rencana keperawatan, perawat
dapat menentukan tindak lanjut dari rencana keperawatan yang telah
dibuat. Terdapat tiga kemungkinan tindak lanjut rencana keperawatan,
yaitu:
a. Lanjutkan
Rencana keperawatan dilanjutkan akan ditetapkan apabila klien
memberikan respon positif terhadap intervensi yang dilakukan namun
kriteria hasil yang ditentukan belum tercapai sepenuhnya.
b. Modifikasi
Rencana keperawatan dimodifikasi akan ditetapkan apabila klien
tidak memberikan respon atau memberikan respon negatif terhadap
intervensi yang dilakukan dan kriteria hasil yang ditentukan belum
tercapai sepenuhnya.sepenuhnya.
c. Terminasi
Rencana keperawatan dihentikan akan ditetapkan apabila klien
memberikan respon positif terhadap intervensi yang dilakukan dan
kriteria hasil yang ditentukan sudah tercapai sepenuhnya.
Setiap tahapan proses keperawatan jiwa termasuk tahap evaluasi
perlu didokumentasikan.

3.2 Instrumen evaluasi 


Instrumen evaluasi yang digunakan pada tahap evaluasi dalam
proses keperawatan adalah ​progress notes.​ ​Progress notes atau catatan
perkembangan adalah metode pencatatan yang berorientasi pada masalah
atau ​problem oriented record (POR) yang umumnya menggunakan format
subjective, objective, assessment, and planning (SOAP) (Berman, Snyder,
& Frandsen, 2016; Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). ​Subjective berisi
tentang pernyataan langsung dari klien. ​Objective berisi tentang informasi
yang dapat diukur atau diobservasi oleh indera (senses). ​Assessment
merupakan interpretasi atau kesimpulan dari informasi subjektif dan

11
objektif berupa pernyataan masalah untuk dokumentasi pada tahap
pengkajian awal kemudian dilengkapi dengan kondisi klien dan tingkat
kemajuan klien untuk dokumentasi pada tahap selain pengkajian awal.
Planning merupakan segala rencana tindakan keperawatan yang dirancang
untuk menyelesaikan pernyataan masalah. Semua rencana tindakan, baik
yang direncanakan di awal maupun revisi tindakan setelah perencanaan,
harus dituliskan (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Dengan adanya
dokumentasi asuhan keperawatan jiwa, perawat dapat menilai kesesuaian
perkembangan klien terhadap tujuan dan keefektifan rencana keperawatan.

3.3 Analisis evaluasi, interpretasi dan hasil evaluasi dan tindak lanjut

12
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan 
Tahap perkembangan psikososial remaja berada pada tahap ​identity vs
role confusion. J​ ika anak berhasil dalam tahap perkembangannya maka
remaja akan menemukan identitasnya. Namun, jika anak gagal maka akan
terjadi kekacauan identitas. Pada masa remaja, akan ada masa pubertas
dimana remaja mulai memperhatikan dan sensitif terhadap citra tubuhnya.
Oleh sebab itu dibutuhkan konsep diri yang baik agar remaja dapat
menunjukkan kepuasan terhadap diri sendiri dan citra tubuhnya serta
menunjukkan persepsi yang positif terhadap diri sendiri.

4.2 Saran
Perkembangan psikososial pada remaja sangat dipengaruhi oleh
peran serta orangtua dalam mendidik dan mengajar. Oleh sebab itu, sangat
penting untuk memberikan pendidikan mengenai tumbuh kembang anak
pada orangtua. Dampingan orang tua dalam setiap tahap perkembangan
anak sangat menentukan bagaimana psikososial anak nantinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Berman,  A.,  Synder,  S.,  &  Frandsen,  G.  (2016).  ​Kozier  &  Erb's  fundamentals  of 
nursing:  Concept,  process  and  practice  tenth  edition.  USA:  Julie  Levin 
Alexander. 

Bulechek, B. D. (2016). ​Nursing Interventions Classification 6th ed. Singapura:


Elsevier. 

Efendi,  F.,  &  Makhfudli.  (2009).  ​Keperawatan  Kesehatan  Komunitas:  Teori  dan 
Praktik dalam Keperawatan. J​ akarta: Salemba Medika. 

Herdman,  T.  H.,  &  Kamitsuru,  S.  (2018).  ​Nursing  diagnoses:  definitions  and 
classification 2018-2020​ (8th ed.). New York: Thieme. 

Jatmika,  S.  (2010).  ​Genk  Remaja:  Anak  Haram  Sejarah  ataukah  Korban 
Globalisasi?.​ Yogyakarta: Kanisius. 

Keliat,  B.  A.,  Herawata,  N.,  Panjaitan,  R.,  &  Helena,  N.  (2011).  Proses 
keperawatan  kesehatan  jiwa.  ​EGC,  Jakarta.​  
https://doi.org/10.1016/j.jmii.2015.03.004 
Potter,  A.,  Perry,  A.,  &  Hall,  A.  (2013).  ​Fundamental  of  nursing  8th  ed. Canada: 
Elsevier. 

Stuart, G. W. (2018). ​Principles and practice of psychiatric nursing 10 th ed. St,


Louis: Elsevier. 

Stuart,  G.  (2012).  ​Principles  and  practice  of  phychiatric  nursing.  Canada: 
Elsevier. 

Wilkinson,  J.  M.,  &  Ahern,  N.  R.  (2011).  ​Buku  Saku  Diagnosis  Keperawatan 
NANDA-NIC-NOC​ (9th ed.). Jakarta: EGC. 

14

Anda mungkin juga menyukai