Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA, PRANIKAH DAN

PRAKONSEPSI DAN PERIMENOPAUSE


Dosen Pengampu : Etik Khusniyati, SST., S.Psi., M.Keb

Disusun Oleh :
 Musyarifah Nurul Ummah Al-Mukarromah (202005015)
 Anisa Triya Rahmavianti (202005020)
 Meila Setiawati (202005036)
 Shinta Adhika Ayu Wulandari (202005037)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Remaja, Pranikah dan Prakonsepsi dan
Perimenopause” . Kami sangat berharap karya tulis ini dapat membantu kita untuk
memahami pelajaran Asuhan Kebidanan pada Remaja, Pranikah dan Prakonsepsi dan
Perimenopause. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam menyusun materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan kerja sama kita semua, sehingga kendala-kendala penulis
dapat teratasi. Selain itu,dengan penyusunan dengan penyusunan makalah ini juga
dimaksudkan untuk menambah pemahaman, pengetahuan,sikap dan keterampilan terus
bertambah dan berkembang. Proses penyusunan makalah ini juga mendapatkan kontribusi
dari berbagai sumber yang relavan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar bahwa masalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kami berharap mudah-mudahan
pembaca dapat memberikan kritik maupun saran dalam pembuatan makalah ini , selain itu
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian. Akhir kata semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberikan rahmatnya untuk kita semua.

Mojokerto, 18 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................
2.1 Konsep Teori.....................................................................................................................
1. Pemeriksaan Fisik.......................................................................................................
2. Remaja........................................................................................................................
3. Pemeriksaan Fisik Remaja..........................................................................................
2.2 Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Remaja...........................................................................
2.3 Prosedur Pemeriksaan Fisik..............................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi
tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010).
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik.Remaja sebenarnya tidak mempunyai
tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa
atau tua.Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/
fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara
masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan
masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-
anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang.
Pemeriksaan fisik pada remaja adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif
dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang
sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini
sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan
sadar maupun tidak
sadar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Apa Konsep teori dari pemeriksaan fisik pada remaja ?
B. Apa saja tujuan dari pemeriksaan fisik pada remaja ?
C. Bagaimana prosedur dari pemeriksaan fisik pada remaja ?

4
1.3 TUJUAN PENULISAN
A. Untuk mengetahui Konsep teori dari defines pemeriksaan fisik, Definisi remaja,
dan pemeriksaan fisik pada remaja
B. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan fisik pada remaja
C. Untuk mengetahui prosedur dari pemeriksaan fisik pada remaja

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010).
2. Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik.Remaja sebenarnya tidak mempunyai
tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan
dewasa atau tua.Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/
fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan
diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak,
tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
3. Pemeriksaan Fisik Pada Remaja
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan untuk melakukan
pemeriksaan fisik adalah:
a. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di
bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada
suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi
Sartika, 2010).

6
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot
dan Mary Meyers, 1997). Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan
indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ
seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi
Sartika,2010). Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan,
vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas,
lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan
konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010).
d. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997).Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang
disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara
nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di
perhatikan, yaitu sebagai berikut :
1) Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang
masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
2) Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi
pemeriksan itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk
menjaga privacy klien.

2.2 Tujuan Pemeriksaan Fisik Pada Remaja


1. Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
b. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
c. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.

7
e. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
2. Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, diantaranya:
a. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
b. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
c. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
d. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
3. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik :
a. Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan
b. Jagalah privasi pasien
c. Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis
d. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara
dan bagian yang akan diperiksa)
e. Beri instruksi spesifik yang jelas
f. Berbicaralah yang komunikatif
g. Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan
h. Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien

2.3 Prosedur pemeriksaan fisik


Persiapan
1. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/spighnomanometer,
Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih
( jika perlu), tissue, buku catatan perawat. Alat diletakkan di dekat tempat tidur
klien yang akan di periksa.
2. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan.
Misalnya
menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien.
3. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
Prosedur Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan
ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit,
dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
b. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing
finger), tidak ikterik/sianosis.

8
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
c. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat
berhadapan dengan klien.
1. Pemeriksaan kepala
 Tujuan :
• Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
• Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
• Persiapan alat
• Lampu
• Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
• Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi
atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut,
jumlah dan distribusi rambut.
- Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-
tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering).
- Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.·
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat.
2. Pemeriksaan wajah
- Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
- Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik,
simetris.
- Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
- Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
3. Pemeriksaan mata
Tujuan :
a. Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b. Mengetahui adanya kelainan pada mata
Persiapan alat :
a. Senter Kecil
b. Surat kabar atau majalah

9
c. Kartu Snellen
d. Penutup Mata
e. Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
- Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva
pink, dan sclera berwarna putih.
- Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain.
Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat persepsi deteil dan
kontour beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
 Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus
sentralis dekat.
- Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk
melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata
tidak melakukan akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
- Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan
untuk
melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain
lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan
benda tepat jatuh di retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
 Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan
diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk
mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan
tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping.
Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan
menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada jarak 20 feet
atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya
e”20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan normal dan jika Visus
<20 adalah="" anomaly="" bermacam="" dikatakan="" kelainan=""
kurang="" macam="" maka="" peglihatan="" pembiasan.=""
penglihatanya="" penurunan="" penyebab="" refraksi="" salah=""
satunya="" seseorang="" span="" tajam="">
4. Pemeriksaan telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan
fungsi
pendengaran.
Persiapan Alat :
a. Arloji berjarum detik
b. Garpu tala

10
c. Speculum telinga
d. Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
dengar.
- Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna
sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
- Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
- Normal: tidak ada nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik pada remaja adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif
dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang
sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini
sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan
sadar maupun tidak
sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk
untuk menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

3.2 Saran
Agar pemeriksaan fisik bukan hanya pada remaja, tapi pada semua klien dapat
dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan
sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan
dilakukan dengan prosedur yang benar.

12
DAFTAR PUSTAKA
Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaanfisik/ ( online)
diakses 17 September 2010.
Alimul, Aziz H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta. EGC Indriono, Anik. (2013), Pengkajian Pemeriksaan Fisik. Tersedia di:
http://stikesmuhammadiyahpringsewu.blogspot.com/2012/09/konsep-pemeriksaan-
fisikdanproses.html
Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC
Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler.Diakases tanggal 18
September 2010
Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For Nurses.Navarra.Balckwell
Publishing.
Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-fisik-head-to-toe.html :

13

Anda mungkin juga menyukai