OLEH:
KELOMPOK 7
NAMA NIM
Astuti Djafar S.0017.P.0
Ilmi Nurul Rahma S.0017.P.017
Noperialda A. S.0017.P.028
Tini Wahiyuni S.0017.P.038
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
segala keterbatasan. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah “GADAR, yang
merupakan salah satu mata kuliah dalam program STIKes karya kesehatan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Tujuan 2
C. Sistematis penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 12
B. Penutup 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi
yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam
kondisi yang sehatlah manusia akan dapat melakukan segala sesuatu
secara optimal.
Menjadi seorang perawat adalah sebuah pekerjaan yang begitu mulia,
seorang perawat dituntut untuk selalu bersikap ramah terhadap semua
orang dan terlebih kepada pasien tersebut, serta dapat memberikan rasa
aman agar pasien tidak mengalami kecemasan, kegelisahan atau rasa takut,
seorang perawat juga dituntut untuk dapat berbicara dengan suara lembut
dan murah senyum.
Bagaimana jika pasien yang dihadapi oleh seorang perawat tersebut
adalah seorang pasien yang menderita gangguan jiwa dimana seorang
manusia yang mengalami gangguan psikotik yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku serta pikiran yang
terganggu. Penderita dengan gangguan jiwa mengalami persepsi dan
perhatian yang keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan
aktivitas motorik yang bizarre (Davison, 2010).
Seorang petugas kesehatan di IGD diwajibkan peka menggunakan
kemampuan penglihatan, pendengaran, indra peraba, serta tanggap situasi,
cepat dan tepat saat menilai perubahan tiba-tiba pasien yang ada di IGD,
karena sewaktu-waktu kondisi status pasien dapat berubah (Berita SKPD,
2013). Kepekaan dari petugas kesehatan sangat dibutukan untuk tindakan
yang akan dilakukan ke pasien terutama pada pasien gangguan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui gambaran umum tentang keperawatan gawat darurat
1
psikiatri serta mampu berperan sebagai perawat jiwa baik di Rumah Sakit
atau di komunitas.
2. Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan;
a. Memenuhi tugas keperawatan Gadar Psikiatri
b. Untuk memperdalam pengetahuan dalam keperawatan Gadar Psikiatri
c. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan pengertian
keperawatan Gadar Psikiatri
d. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan faktor penyebab
diadakannya keperawatan Gadar Psikiatri
C. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penyusunannya dibagi menjadi 3 bab
dengan urutan sebagai berikut :
Bab1 : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan
penyusunan, dan sistematika penulisan.
Bab2 : Tinjauan teoritik terdiri dari konsep dasar mengenai jiwa terdiri
dari definisi, ciri-ciri/ karakteristik jiwa sehat dan sakit, faktor penyebab
gangguan jiwa, tanda dan gejala, pendekatan, peran dan fungsi perawat,
perkembangan keperawatan kesehatan jiwa, pelayanan keperawatan,
perkembangan pelayanan keperawatan jiwa psikiatri, dan perkembangan
keperawatan jiwa di Indonesia.
Bab 3 : Penutup berisi kesimpulan materi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kedaruratan psikiatri merupakan keadaan yang tak terduga dengan
potensi katastrophic, dengan demikian diharapkan praktisi kesehatan
mental harus siap untuk mengatasi krisis seperti keinginan bunuh diri,
agitasi dan agresi, serta keadaan confusional state. Berdasarkan data yang
dikumpulkan pada tahun 2010, didapatkan 30% pasien dengan depresi
unipolar, 26% psikosis, 20% dengan penyalahgunaan zat, 14% bipolar, 4%
gangguan penyesuaian, 3% gangguan cemas, dan 2% dengan demensia.
Sekitar 40 persen dari semua pasien terlihat di ruang gawat darurat
psikiatri memerlukan rawat inap. Sebagian besar kunjungan terjadi selama
jam malam, dan tidak ada perbedaan antara hari, minggu, bulan, atau
tahun. ( Sadock, 2010).
Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang
mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang
membutuhkan intervensi terapeutik segera. yang disebabkan oleh berbagai
keadaan seperti bertambahnya tindak kekerasan, perubahan perilaku dan
jiwa akibat penyakit organik, serta epidemik dari gangguan penggunaan
zat seperti alkoholisma. ( Trent, 2013)
Berdasarkan konsensus yang dikembangkan oleh American
Psychiatric Association (APA) menyebutkan bahwa kedaruratan psikiatri
adalah gangguan yang bersifat akut, baik pada pikiran, perilaku, atau
hubungan sosial yang membutuhkan intervensi segera yang didefinisikan
oleh pasien, keluarga pasien, atau masyarakat. (Trent, 2013)
Tujuan pelayanan kedaruratan psikiatri adalah untuk:
1. memberikan perawatan tepat waktu atas kedaruratan
psikiatri.
2. adanya akses perawatan yang bersifat lokal dan berbasis
masyarakat
3
3. menyingkirkan etiologi perilaku pasien yang mungkin
mengancam nyawa atau meningkatkan morbiditas medis, \
4. berjalannya kesinambungan perawatan. ( Sadock and
Kaplan, 2009)
Proses evaluasi di kedaruratan psikiatri antara lain:
1. wawancara kedaruratan psikiatri,
2. pemeriksaan fisik,
3. pemeriksaan penunjang (Trent, 2013)
4
atau orang asing. Semua pasien harus mendapat pengobatan, tindakan
medis dan pelayanan memadai yang diperlukan agar didapat pemulihan
yang baik dari penyakit atau cedera akut yang ditindak secara gawat
darurat (Heriani 2010).
Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya
dikenal sebagai Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency
Care Centres, atau Comprehensive Psychiatric Emergency Programs.
Tenaga kesehatan terdiri dari berbagai disiplin, mencakup kedokteran,
ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial di samping psikiater. Untuk
fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit
gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24
jam. Di dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan
psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan diagnostik,
menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk
memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu.
Bahkan diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder
dibandingkan dengan intervensi pada keadaan kritis(Heriani 2010).
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai
permasalahan pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan
pengawasan selama 24 jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan
intervensi pada tempat kediaman pasien, menggunakan layanan
manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut,
memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan
menyediakan pelayanan konseling lewat telepon(Heriani 2010).
C. Tanda dan Gejala Awal pada
1. Bunuh diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada
seseorang disebabkan karena stress yang tinggi dan kegagalan
mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat,
1993).
5
Perilaku bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus
menerus dan intensif pada diri kehidupan seseorang. Perilaku yang
tampak adalah berlebihan, gejala atau ucapan verbal ingin bunuh diri,
luka atau nyeri (Rawlin dan Heacock, 1993).
2. Perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan
yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang
dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat
merusak lingkungan.
3. Gaduh/Gelisah
D. Penatalaksanaan Kedaruratan Psikiatri
Perawatan di kedaruratan psikiatri biasanya berfokus pada
manajemen perilaku dan gejala. Proses pengobatan dilakukan bersamaan
dengan proses evaluasi (jika pemberian terapi telah memungkinkan).
Wawancara awal tidak hanya berfungsi untuk memperoleh informasi
diagnostik yang penting, tetapi juga untuk terapi. Dalam melakukan proses
evaluasi, bila fasilitas tidak memadai, dapat dilakukan perujukan pada
fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki fasilitas yang cukup untuk
penatalaksanannya. (Sadock and Kaplan, 2009).
6
diperlukan suatu proses interpersonal yang terjadi antara pasien dan staf
di kedaruratan (NICE, 2014).
7
sebelumnya, dan secara langsung atau tidak langsung menanyakan
perasaan pasien mengenai terapi atau sakit yang dialaminya. (Allen et
al., 2002; Elvira, 2005)
2. Menghadapi Krisis Melalui Proses Stabilisasi dan Intervensi
8
diaplikasikan di seting kedaruratan psikiatri, yaitu perilaku (behavioral),
kognitif, dan dinamik. Psikoedukasi, pendekatan keluarga dan kultur
juga penting, namun hanya dipandang sebagai modifikasi pada awal
wawancara. Mayoritas pasien akan mendapatkan medikasi, yang dapat
meningkatkan efisiensi dan keamanan intervensi psikoteraputik, serta
diperlukan pasien dalam kondisi tidak tersedasi atau terganggu karena
efek samping obat. (Allen et al., 2002)
Berikut ini adalah penatalaksanaan intervensi psikososial pada
kedaruratan psikiatri tertentu, yaitu:
1. Agitasi
Strategi klinis inti untuk mengelola agitasi adalah penggunaan
strategi interpersonal yang menekankan teknik intervensi verbal atau
perilaku. Terdapat metode untuk intervensi verbal yang disebut “verbal
deescalation”. Pendekatan ini merupakan langkah awal untuk mengatasi
pasien agitasi, mencakup respon verbal dan non verbal yang digunakan
untuk meredakan atau mengurangi situasi yang potensial terjadi
kekerasan. (Trent, 2013; Velayudhan & Mohandas, 2009)
2. Bunuh Diri
Pilihan terapi yang akan dilakukan berdasarkan penilaian risiko
bunuh diri yang didapatkan melalui evaluasi psikiatrik. Tujuan intervensi
psikososial termasuk mencapai perbaikan dalam hubungan interpersonal,
keterampilan coping, fungsi psikososial, dan manajemen afek. beberapa
konsensus klinis yang menunjukkan bahwa intervensi psikososial dan
psikoterapeutik spesifik memiliki manfaat untuk mengurangi risiko
bunuh diri. (Jacobs dan Brewer, 2004; Jacobs et al., 2003).
Klinisi hendaknya memperhatikan isu-isu di bawah ini untuk
perencanaan penatalaksanaan segera, yaitu:
1. Do no harm. Jangan berikan medikasi kepada pasien yang
mempunyai potensi toksik dan overdosis.
2. Hindarkan pasien dari hal-hal dan benda-benda berbahaya yang
bisa menyebabkan bunuh diri berulang.
9
3. Berikan harapan kepada pasien.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedaruratan psikiatri dibagi dalam beberapa bagian diantaranya
ialah bunuh diri,gaduh atau gelisah dan penyalahgunaan napza. Bunuh diri
adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan Jiwa,2007). Secara garis besar
bunuh diri dapat dibagi menjadi 3 kategori besar yaitu;
1. Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan
menuju bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian
2. Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan
untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3. Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara
langsung atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang
sedang mengupayakan bunuh diri
Setiap orang yang ingin melakukan prilaku bunuh diri biasanya
melewati beberapa rentang ataupun tahap-tahapan diantaranya: Suicidal
ideation, Suicidal intent, Suicidal threat, Suicidal gesture, Suicidal attempt
dan suicide. Sementara itu gaduh/gelisah merupakan suatu keadaan yang
ditandai dengan : banyak bicara, mondar-mandir,lari-lari,loncat-
loncat,destruktif dan bingung. Hal ini di sebabkan oleh : Gangguan mental
organik (delirium), psikosis fungsional, amok, gangguan panic,
kebingungan post konvulsi, reaksi disosiatif dan ledakan amarah (temper
tantrum).
B. Saran.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari
kata sempurna, masih terdapat banyak kesalahan baik dari susunan materi
hingga penulisan, harapan kami dari malakah ini dapat menjadi salah satu
media pembelajaran bagi setiap pembaca tak lupa kami meminta kritik
serta saran agar kedepanya kami bisa lebih baik lagi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Khouzam H.R., Gill T.S., Tan D.T., 2007. Handbook of Emergency Psychiatry.
Elsevier’s Health Science, Philadelphia.
Knox D.K. dan Holloman G.H., 2011, Use and Voidance of Seclusion and
Restraint: Consensus Statement of The American Association for
Emergency Psychiatry Project BETA Seclusion and Restraint Workgroup,
West J Emerg Med Vol 13 Issue
Sadock B.J & Sadock V.A, 2010, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Science / Clinical Psychiatry, 10 th Edition, Lippincott
Williams & Wilkins, New York.
Sadock BJ, Kaplan HI, Sadock VA, 2009, Kaplan and Sadock’s
Comprehensive Textbook of Psychiatry: Other Psychiatric Emergencies.
9th ed., Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.