Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK :

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA DADA “

OLEH :

KELOMPOK 1

NAMA NIM
AFISAH MULYA RAHMA S.0017.P.001
AYU ASTUTI S.0017.P.010
SAMSUL S.0017.P.032
JEIREN CHRISTIANA S.0017.P.020

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

PRODI S1 KEPERAWATAN

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
A. Definisi..................................................................................................................3
B. Etiologi..................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis.................................................................................................4
D. Patofisiologi...........................................................................................................4
E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................5
F. Penatalaksanaan...................................................................................................6
BAB III.............................................................................................................................8
ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................8
A. Pengkajian............................................................................................................8
c. Pemeriksaan fisik...................................................................................................8
B. Diagnosa..............................................................................................................10
C. Intervensi............................................................................................................11
BAB IV............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta para
sahabatnya.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Keperawatan


Gawat Daraurat” dimana makalah ini berisi tentang ”Trauma Dada”.

Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis
tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.

Penyusun

Kendari, 2 Maret 2020

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian cedera dada merupakan salah satu trauma yang sering terjadi,
jika tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan kematian1,2, kejadian
trauma dada terjadi sekitar seperempat dari jumlah kematian akibat trauma yang
terjadi, serta sekitar sepertiga dari kematian yang terjadi berbagai rumah sakit3.
Beberapa cedera dada yang dapat terjadi antara lain, tension pneumothoraks,
pneumotoraks terbuka, flail chest, hematotoraks, tamponade jantung3,4,5.
Kecelakaan kendaraan bermotor paling sering menyebabkan terjadinya trauma
pada toraks. Tingkat morbiditas mortalitas akan meningkat dan menjadi penyebab
kematian kedua didunia pada tahun 2020 menurut WHO (Word Health
Organitation).3 Pneumotoraks merupakan suatu cedera dada yang umum di
temukan pada kejadian trauma diluar rumah sakit, serta merupakan kegawat
daruratan yang harus di berikan penanganan secepat mungkin untuk menghindari
dari kematian3,4,5,6,7,8. Insiden pneumotoraks tidak diketahui secara pasti
dipopulasi, dikarenakan pada literatur literatur, angka insidennya di masukan pada
insiden cedera dada atau trauma dada. Sebuah penelitian mengatakan 5,4% dari
seluruh pasien menderita trauma, merupakan pasien yang mengalami
pneumotoraks.9 Kurangnya pengetahuan untuk mengetahui tanda dan gejala dari
pneumotoraks terdesak menyebabkan banyak penderita meninggal setelah atau
dalam perjalanan menuju kerumah sakit.6 Sebenarnya penanganan pneumotoraks
terdesak dapat dilakukan dengan bantuan hidup dasar tanpa memerlukan tindakan
pembedahan, sebelum mengirim pasien ke pusat pelayanan medis terdekat,
sehingga disini diperlukan pengatuhan untuk identifikasi awal dari gejala
pneuomotoraks terdesak, memberikan bantuan hidup dasar, dan mengirimnya ke
tempat pelayanan medis terdekat, untuk mengurangi tingkat mobiditas dan
mortalitas (Suarjaya and Kedokteran, 2020).

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi trauma dada ?
b. Apa etiologi dari trauma dada ?
c. Apa saja manifestasi klinis dari trauma dada ?
d. Bagaimana patofisiologi trauma dada ?
e. Apa saja pemeriksaan penunjang dari trauma dada ?
f. Apa tatalasana dari trauma dada ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi trauma dada
b. Untuk mengetahui etiologi dari trauma dada
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari trauma dada
d. Untuk mengetahui patofisiologi trauma dada
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang trauma dada
f. Untuk mengetahui tatalaksana trauma dada

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Secara umum trauma toraks dapat didefinisikan sebagai suatu trauma yang
mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma
tumpul maupun oleh sebab trauma tajam. Peningkatan dalam pemahaman
mekanisme fisiologis yang terlibat, kemajuan dalam modalitas imaging yang lebih
baru, pendekatan invasif yang minimal, dan terapi farmakologis memberikan
kontribusi dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan
cedera ini (Gallagher, 2014)
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura
dan paru-paru, diafragma ,atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh benda
tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan
(Brooker, 2009).
Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada
rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal1,2,3. Pada keadaan
normal rongga pleura di penuhi oleh paru – paru yang mengembang pada saat
inspirasi disebabkan karena adanya tegangan permukaaan ( tekanan negatif )
antara kedua permukaan pleura, adanya udara pada rongga potensial di antara
pleura visceral dan pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan
jumlah udara yang masuk kedalam rongga pleura tersebut, semakin banyak udara
yang masuk kedalam rongga pleura akan menyebabkan paru –paru menjadi kolaps
karena terdesak akibat udara yang masuk meningkat tekanan pada intrapleura
(Suarjaya and Kedokteran, 2020)
B. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65%
dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering

3
adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam
trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu
depan, samping, belakang, berputar, dan terguling. Oleh karena itu harus
dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang
memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh karena trauma
tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah
seperti trauma tusuk, berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi
tinggi seperti pada tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain
adalah adanya tekanan yang berlebihan pada paru - paru yang bisa menyebabkan
Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam (Gallagher, 2014).
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan
ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera
(Gallagher, 2014)
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Dyspnea, takipnea
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun.
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
(Brooker, 2009)
D. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam
bentukkompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya
menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai
sternum,trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau

4
kontusio paru.  Keadaan ini biasanya  ditandai  dengan  perubahan
tamponade spada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi
pada paru-paru (Brooker, 2009)
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding
thorax juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest , yaitu
suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas
dengankeseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga
multipel pada dua atau  lebih tulang iga  dengan  dua atau  lebih  garis  fraktur.
Adanyasemen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada
pergerakan  dinding dada.  Jika kerusakan  parenkim paru
di bawahnya terjadisesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan
menyebabakan hipoksia yang serius. Sedangkan trauma dada/ thorax dengan
benda tajam seringkali berdampaklenih buruk daripada yang diakibatkan oleh
trauma benda tumpul. Bendatajam dapat langsung menusuk dan menembus
dinding dada dengan merobek  pembuluh  darah intercosta, dan menembus
organ yang berada pada posisitusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan
pada rongga dada(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan
peningkatantekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura
jika tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara
progresifdalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax (Brooker, 2009).
penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal
nafas dan jantung. Adapungambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut
dapat dilihat pada skema (Brooker, 2009).
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera
toraks yang lain, namun tidak perlu identifikasi fraktur iga.
b. pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
c. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
d. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
e. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

5
(Brooker, 2009)
F. Penatalaksanaan
Terapi :
a. Nyeri biasanya berkurang dengan analgetik oral, seperti :
Hidrokodon atau kodein dengan kombinasinya aspirin atau asetaminofen
setiap 4 jam.
b. Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat
fraktur iga.
1. Bupivakain (Marcaine), 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar n.
interkostalis pada iga yang fraktur, serta iga-iga di atas dan di bawah
yang cidera.
2. Tempat penyuntikan dibawah tepi bawa iga, antara tempat fraktur dan
prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah
interkostales dan parenkim paru.
c. Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi
pernapasan. Sabuk iga yang mudah dilepas, dikaitkan dengan Velcro dapat
memberikan rasa nyaman, tetapi pasien harus diingatkan tentang perlunya
bernapas dalam dan panjang secara periodic untuk mencegah hipoaerasi,
retensi secret, dan pnemounia.
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan
otot merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cidera yang lebih hebat,
perawatan rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri,
penanganan batuk, pengisapan endotrakeal.
1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif
(analgetika)
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks,
hematotoraks, atau kerusakan organ
intratoraks lain, adalah:
1. Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)

6
2. Bronchial toilet
3. Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
4. Cek Foto Ro berkala
(Brooker, 2009)

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Biodata
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnostik
medik, alamat.
2. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri pada
dada dan gangguan bernafas.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana (nyeri yang dirasakan klien,
Regional (R) yaitu penyebaran nyeri, safety (S) yaitu posisi yang sesuai
untuk mengurangi nyeri dan dapat membuat klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
terdapat riwayat sebelumnya.

c. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
 Sesak napas

8
 Nyeri, batuk-batuk.
 Terdapat retraksi klavikula/dada.
 Pengambangan paru tidak simetris.
 Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
 Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani,
hematotraks
 Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
 Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
 Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
 Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2. Sistem Kardiovaskuler :
 Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
 Takhikardia, lemah
 Pucat, Hb turun /normal.
 Hipotensi.
3. Sistem Persyarafan :
 Tidak ada kelainan.
4. Sistem Perkemihan.
 Tidak ada kelainan
5. Sistem Pencernaan :
 Tidak ada kelainan
6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
 Kemampuan sendi terbatas.
 Ada luka bekas tusukan benda tajam.
 Terdapat kelemahan.
 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
7. Sistem Endokrin :
 Terjadi peningkatan metabolisme.
 Kelemahan.

9
8. Sistem Sosial / Interaksi.
 Tidak ada hambatan.
9. Spiritual :
 Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

B. Diagnosa
1. nyeria akut berhubungan dengan cedera traumatis
2. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan trauma thoraks
3. gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distres psikologis

10
C. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi (NIC)


& Kriteria Hasil (NOC)
1 Kode : D.0077 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 1X24 1. Manajemen nyeri (1.08238)
dengan cedera traumatis jam :Tingkat nyeri (L.08066) Aktivitas Keperawatan :
Skala : 1. meningkat 1. Identifikasi
2. cukup meningkat lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,inten
3. sedang sitas nyeri.
4. cukup menurun 2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
5. menurun mengurangi rasa nyeri misalnya :
dengan kriteria : TENS,hypnosis,akupresur,terapi
a. Keluhan nyeri (dari skala 2 musik,biofeedback,terapi pijat,aroma terapi,teknik
menjadi skala 4) imajinasi terbimbiing,kompres hangat dingin,dan
b. Gelisah dari skala (2 menjadi bisa juga terapi bermain
skala 4) 3. Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Kolaborasikan pemberian analgesic bila perlu

11
2. pemberian analgesic (1.08243)
1. Identifikasi karakteristik nyeri ( mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Diskusikan jenis aalgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal
3. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
4. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic

2 Kode : Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan nafas (1.01012)


Pola nafas tidak efektif keperawatan selama 1X24 jam : Aktivitas Keperawatan :
berhubungan dengan trauma pola nafas (L.01004) 1. Monitor pola nafas mulai dari
thoraks Skala : 1. Memburuk frekuensi,kedalaman,dan usaha napas.
2. cukup memburuk 2. Lakukan fisioterapi dada
3. sedang 3. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika tidak
4. cukup membaik kontradiksi
5. membaik 4. Kolaborasikan pemberian bronkodilator jika perlu
dengan kriteria :
a. Frekuensi napas (dari 2. pemantauan Respirasi (1.01014)

12
skala 2 menjadi 5) 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
b. Kedalaman napas (dari napas
skala 2 menjadi skala 4) 2. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

3. Kode :D.0074 Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi relaksasi (1.09326)


Gangguan rasa nyaman keperawatan selama 1X24 jam : Aktivitas Keperawatan :
berhubungan dengan Status kenyamanan(L..08064) 1. Identifikasi penurunan tingkat
distress psikologis Skala : 1. menurun energy,ketidakmampuan berkonsentrasi,atau
2. cukup menurun, gejala lain yang mengganggu kemampuan
3. sedang, kognitif.
4. cukup meningkat 2. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
5. meningkat dengan analgetik atau tindakan medis lain nya
dengan kriteria : 3. Jelaskan tujuan,mamfaat,batasan,dan jenis
a. Kesejahteraan psikologis ( relaksasi yang tersedia misalnya mis,napas
dari 2 menjadi 4) dalam,peregangan atau imajinasi terbimbing
b. Rilekx (dari skala 1
menjadi skala 4) 2.

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
trauma toraks dapat didefinisikan sebagai suatu trauma yang mengenai
dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada
pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun
oleh sebab trauma tajam.
Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor
(63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis
benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan
terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat
yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Yang
ditandai dengan nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi,
pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya
dan bernafas pendek, dispnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah
dan agitasi, kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah,
hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
B. Saran
Agar setelah membaca makalah ini mahasiswa/pembacanya dapat
mengetahui penyebab dan bahaya dari trauma dada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brooker (2009) ‘asuhan keperawatan trauma dada’.

Gallagher (2014) ‘No Title’, pp. 8–52.

Suarjaya, P. P. and Kedokteran, F. (2020) ‘EARLY IDENTIFICATION AND


BASIC LIFE SUPPORT FOR’, pp. 1–18.

15

Anda mungkin juga menyukai