KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita.
Makalah ini tidak akan terselesaiakan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materiil.
Kesadaran akan masih jauhnya makalah ini dari kesempurnaan, sehingga kritik dan
saran dari pembaca sngatlah diharapkan demi perbaikan pada makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Definisi dari gaduh gelisah adalah suatu keadaan yang menimbulkan tanda
gejalaPsikomotor meningkat,yaitu:
Banyak bicara
Mondar-mandir
Lari-lari
Loncat-loncat
Destruktif
Bingung
Afek/emosi excitement, yaitu :
Marah-marah
Mengancam
Agresif
Ketakutan
Euphoria
B. Penyebab Keadaan Gaduh Gelisah :
a. Gangguan mental organik (delirium)
b. Psikosis fungsional
Gangguan psikotik akut
Skizofrenia
Keadaan mania
c. Amok
d. Gangguan panic
e. Kebingungan post konvulsi
f. Reaksi disosiatif
g. Ledakan amarah (temper tantrum)
C. Strategi Umum Pemeriksaan Pasien
a. Ketahui sebanyak mungkin mengenai pasien sebelum menjumpai
b. Waspada mengenai ancaman kekerasan
c. Perhatikan posisi diri jika berada di ruang tertutup
d. Pastikan ada orang lain pada saat pemeriksaan
e. Usahakan untuk mengadakan relasi sebaik mungkin dengan pasien
f. Cegah pasien menciderai diri
g. Cegah pasien menciderai orang lain
h. Pendekatan pasien dengan sikap tidak mengancam
i. Beri keyakinan pada pasien
j. Tawarkan pengobatan
k. Informasikan pasien bahwa pengikatan atau pengurungan mungkin diperlukan
l. Serahkan prosedur pengikatan kepada mereka yang menguasai
m. Pastikan tim selalu siap menahan pasien
D. Pemeriksaan
a. Diagnosis awal
pemeriksaan fisik
wawancara psikiatrik
pemeriksaan status mental
b. mengidentifikasi faktor pencetus
c. mengidentifikasi kebutuhan segera
untuk segera mendapat penanganan psikiatrik
untuk segera rujuk ke tempat yang paling berkompeten
d. pemeriksaan laboratorium yang relevan
E. Penatalaksanaan pengikatan Fisik
a. Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk menghentikan perilakunya.
b. Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan dilakukan
pengikatan.
c. Tawarkan untuk menggunakan medikasi dari pada dilakukan pengikatan
Jangan tawar-menawar dengan pasien.
d. Jangan membiarkan pasien berpikir tentang keraguan kita untuk melakukan
pengikatan.
e. Lakukan pengikatan
Tiap anggota gerak satu ikatan
Ikatan pada posisi sedemikian agar tidak mengganggu aliran cairan IV jika
diperlukan
Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi
Lakukakan pemeriksaan vital sign tiap setiap ½ jam
Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf
f. Lanjutkan dengan medikasi
g. Setelah pasien dapat dikendalikan dengan medikasi, mulai dengan melepaskan
satu ikatan
h. Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak menganjurkan
mengikat pasien dengan hanya satu ikatan pada anggota gerak
i. Buat catatan mengapa pasien harus diikat
F. Farmakoterapi
a. Golongan benzodiazepine
Diazepam
Lorazepam
Clonazepam
b. Golongan antipsikotik
Chlorpromazine
Haloperidol
Olanzapine
Fluphenazine
Untuk pasien non psikotik
Golongan benzodiazepine
Untuk pasien psikotik
Golongan benzodiazepine
Golongan antipsikotik
Diazepam ampul 10 mg/2cc
Pemberian inj. IM atau IV
Pemberian IV hati-hati dengan depresi sistim pernafasan, berikan
secaraperlahan 1 ampul dalam 10 menit
Dapat diulang tiap ½ jam
Chlorpromazine ampul 25mg/cc
Pemberian 25-100 mg inj. IM
Hati-hati hipotensi ortostatik
Dapat diulang tiap ½ jam
Haloperidol ampul 5 mg/cc
Pemberian inj. IM atau IV
D of Ch untuk kecurigaan etiologi organic
Dapat diulang tiap ½ jam
Olanzapine vial 10 mg
Pemberian 5 – 10 mg inj. IM
Dapat diulang 2 jam kemudian
Maksimal dosis 20 mg/hr
Maksimal u 3 hari dilanjutkan dengan p.o.
G. Perhatian
a. Medikasi hanya bertujuan untuk mengontrol target simptom
b. Pasien eksaserbasi akut sebaiknya diketahui obat yang sedang/terakhir
dipakai, kemudian berikan obat yang sama dengan meningkatkan dosisnya
c. Pemberian golongan benzodiazepin dengan antipsikotik akan menurunkan
kebutuhan dosis antipsikotik dan mengurangi efek EPS
d. Pemberian obat p.o. harus segera dimulai pada hari itu juga
A. Pengertian
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengahiri hidupnya
sendiri dalam waktu singkat. Selama tahun 1950 sampai dengan 1988 rata – rata
bunuh diri pada remaja yaitu usia antara 15 dan 19 tahun (Attempt suicide, 1991).
Menurut Budi Anna Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons
maladaptive.Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian ( Gail
w.Stuart,Keperawatan Jiwa,2007). Pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann
Isaacs, Keperawatan Jiwa & Psikiatri, 2004).Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang
sering menyertai gangguan depresif sering terjadi pada remaja ( Harold Kaplan,
Sinopsis Psikiatri,1997).
Menurut Edwin Scheidman, bunuh diri adalah sebagai tindakan
pembinasaan yang disadari dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise
multidimensional pada kebutuhan individual yang menyebabkan suatu masalah
dimana tindakan dirasakan sebagai pemecahan yang terbaik.
1. Trend bunuh diri pada anak dan remaja
(Bunuh Diri sebagai Masalah Dunia)
Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena
laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri,
antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi,
sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun,
namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih
sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang
lain.Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau
setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia
15-34 tahun, selain karena factor kecelakaan.
Faktor religiusitas
Menurut dosen IAIN Antasari Drs.H.Dahli Khairi, bunuh diri sebagai gejala tipisnya
iman dan kurang bgitu memahami ilmu agama. Dalam ajaran islam, bunuh diri termasuk
perbuatan haram dan dianggap mendahului ketentuan tuhan. Memperkuat keimanan dan
pendalaman masalah keagamaan, salah satu jalan keluarnya.
d. Ketrampilan koping.
Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan support
system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya.
Banyak pendapat lain tentang penyebab atau alasan bunuh diri (faktor resiko) yaitu
kegagalan untuk beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi
karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti,
perasaan marah atau bermusuhan, cara untuk mengakhiri keputusasaan dan tangisan minta
tolong.
A. Pengertian
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah
terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit. Adiksi mumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan
dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat.
Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala
putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998).
B. Rentang Respons Gangguan Penggunaan NAPZA dan zat zat yang dapat
membuat ketergantungan
Rentang respons ganguan pengunaan NAPZA ini berfluktuasi darikondisi yang ringan
sampai yang berat, indikator ini berdasarkan perilaku yang ditunjukkan oleh pengguna
NAPZA.dan zat zat yang dapat membuat ketergantungan
Respon Respon
Eksperimental: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari
remaja. Sesuai kebutuan pada masa tumbuh kembangnya, klien biasanya ingin mencari
pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf coba-coba.
Rekreasional: Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebaya,
misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini
mempunyai tujuan rekreasi bersama temantemannya.
Situasional: Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi
dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau
mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang
mempunyai masalah, stres, dan frustasi.
Penyalahgunaan: Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan
secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu
fungsi dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi
dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif
secara rutin pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti
memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.
Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis
(jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.
C. Jenis-Jenis NAPZA
2. Psikotropika
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau
obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006) adalah: stimulansia yang
membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis. Termasuk
dalam golongan stimulan adalah amphetamine, ektasy (metamfetamin), dan fenfluramin.
Amphetamine sering disebut dengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph. Golongan
stimulan lainnya adalah halusinogen yang dapat mengubah perasaan dan pikiran sehingga
perasaan dapat terganggu. Sedative dan hipnotika seperti barbiturat dan benzodiazepine
merupakan golongan stimulan yang dapat mengakibatkan rusaknya daya ingat dan kesadaran,
ketergantungan secara fisik dan psikologis bila digunakan dalam waktu lama.
b. Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang datang untuk
melakukan konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-
rata dari kelompok usianya.
c. Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba
karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan
emosi; sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.
e. Pemecahan Masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan
persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran
dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi
pengguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian tim UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi
Kepolisian Jakarta pada tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi
anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan
narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan
yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu
bilang tidak).
3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian
yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah
dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua sangat
dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua
dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak
itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan
menyatakanketidaksetujuannya.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut
anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam
banyak hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan
yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi
sesuatu.
c. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai
pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba
internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa
melaporkan bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah,
termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan semakin
memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu.
Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau
secara bersamaan. Karena ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu
faktor tertentu.
b) Rehabilitasi kejiwaan
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang semua
berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan
tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan
sesama rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya. Meskipun
klien telah menjalani terapi detoksifikasi, seringkali perilaku maladaptif tadi belum
hilang, keinginan untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih sering
muncul, juga keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak dapat tidur
(insomnia) merupakan keluhan yang sering disampaikan ketika melakukan konsultasi
dengan psikiater. Oleh karena itu, terapi psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan
catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat adiktif (menimbulkan
ketagihan) dan tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam rehabilitasi kejiwaan ini
yang penting adalah psikoterapi baik secara individual maupun secara kelompok. Untuk
mencapai tujuan psikoterapi, waktu 2 minggu (program pascadetoksifikasi) memang
tidak cukup; oleh karena itu, perlu dilanjutkan dalam rentang waktu 3 – 6 bulan
(program rehabilitasi). Dengan demikian dapat dilaksanakan bentuk psikoterapi yang
tepat bagi masing-masing klien rehabilitasi. Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini
adalah psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai rehabilitasi
keluarga terutama keluarga broken home. Gerber (1983 dikutip dari Hawari, 2003)
menyatakan bahwa konsultasi keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami
aspek-aspek kepribadian anaknya yang mengalami penyalahgunaanNAPZA.
c) Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu tempat.
Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai koselor,
setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional hanya sebagai
konsultan saja. Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya
secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan
mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan mencegah relaps. Dalam program
ini semua klien ikut aktif dalam proses terapi. Mereka bebas menyatakan perasaan dan
perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain. Tiap anggota bertanggung jawab
terhadap perbuatannya, penghargaan bagi yang berperilaku positif dan hukuman bagi
yang berperilaku negatif diatur oleh mereka sendiri.
d) Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu detoksifikasi tidaklah
cukup untuk memulihkan klien rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan
keagamaan atau keimanan ini dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada
diri seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali
dalam penyalahgunaan NAPZA apabila taat dan rajin menjalankan ibadah, risiko
kekambuhan hanya 6,83%; bila kadang-kadang beribadah risiko kekambuhan 21,50%,
dan apabila tidak sama sekali menjalankanibadah agama risiko kekambuhan mencapai
71,6%.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh
perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat
darurat.Keperawatan Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah bagian dari
keperawatan dimana perawat memberikan asuhan kepada klien yang sedang mengalami
keadaan yang mengancam kehidupan karena sakit atau kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA