Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter
psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang
mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa didalam
psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan emosional.
Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada
kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri,
penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada
perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di
bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk
layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun
1960-an, terutama di perkotaan.
Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para
profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko
tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya
datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau
tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada
umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala
atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.
Kegawat daruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada
kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri,
penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada
perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di
bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk
layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun
1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawat daruratan
psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawat
daruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan
mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan
oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja.
1

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1

Apa pengertian kegawatdaruratan psikiatri

1.2.2

Apa pengertian gaduh gelisah?

1.2.3

Apa saja penyebab gaduh gelisah?

1.2.4

Bagaimana strategi umum dalam pemeriksaan pasien gaduh gelisah?

1.2.5

Bagaimana penanganan kegawatdaruratan psikiatri dengan gaduh gelisah?

1.2.6

Bagaimana asuhan keperawatan gaduh gelisah?

1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6

untuk mengetahui pengertian kegawatdaruratan psikiatri


untuk mengetahui pengertian gaduh gelisah
untuk mengetahui apa penyebab gaduh gelisah
untuk mengetahui strategi umum dalam pemeriksaan pasien gaduh gelisah
untuk mengetahui penanganan kegawatdaruratan psikiatri dengan gaduh gelisah
untuk mengetahui gambaran keperawatan kegawatdaruratan psikiatri dengan
gaduh gelisah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kedaruratan Psikiatri
Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh
perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.
Keperawatan Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah bagian dari keperawatan
dimana perawat memberikan asuhan kepada klien yang sedang mengalami keadaan yang
mengancam kehidupan karena sakit atau kecelakaan. Unit Gawat Darurat Adalah
tempat/unit di RS yang memiliki tim kerja dengan kemampuan khusus & peralatan yang
memberikan pelayan pasien gawat darurat, merupakan rangkaian dari upaya
penanggulangan pasien dengan gawat darurat yang terorganisir
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,
ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan,
serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa
kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum.
Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini.
Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada
ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok
usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen , akut dan kritis
akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana.
2.2 Faktor Faktor Penyebab Kedaruratan Psikiatri
Kondisi Kedaruratan Adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas
fisiologis atau psikologis secara mendadak. Semua masyarakat berhak mendapat
perawatan kesehatan gawat darurat, pencegahan, primer, spesialistik serta kronik.
Perawatan GD harus dilakukan tanpa memikirkan kemampuan pasien untuk membayar.
Semua petugas medis harus diberi kompensasi yang adekuat, adil dan tulus atas
pelayanan kesehatan yang diberikannya. Diperlukan mekanisme pembayaran
penggantian atas pelayanan gratis, hingga tenaga dan sarana tetap tejaga untuk setiap
pelayanan. Ini termasuk mekanisme kompensasi atas penderita yang tidak memiliki
asuransi, bukan penduduk setempat atau orang asing. Semua pasien harus mendapat
3

pengobatan, tindakan medis dan pelayanan memadai yang diperlukan agar didapat
pemulihan yang baik dari penyakit atau cedera akut yang ditindak secara gawat darurat.
Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai
Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau
Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari berbagai
disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial di samping
psikiater. Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit
gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24 jam. Di dalam
lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk
memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk
pasien, dan untuk memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu.
Bahkan diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan
intervensi pada keadaan kritis.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan
pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama 24 jam ,
mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman pasien,
menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut,
memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan
pelayanan konseling lewat telepon.
2.3 Dasar Hukum Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
Penaturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan gawat darurat
adalah UU No 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medis, dan Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988
tentang Rumah Sakit.
Dipandang dan segi hukum dan medikolegal, pelayanan gawat darurat berbeda
dengan pelayanan non-gawat darurat karena memiliki karakteristik khusus. Beberapa isu
khusus dalam pelayanan gawat darurat membutuhkan pengaturan hukum yang khusus
dan akan menimbulkan hubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukan gawat
darurat.
Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas
diatur dalam pasal 5l UUNo.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang
dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya,
4

walaupun dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan


gawat darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut
sebenamya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal (pasal 4) Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa Pemerintah bertugas
menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat
termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang mampu. Tentunya upaya ini
menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat (swasta).
Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan ijin rumah sakit.
Dalam pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai
persyaratan pemberian pelayanan.
Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah
sakit dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah sakit
telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit,
di mana dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam per hari
Untuk fase pra-rumah sakit belum ada pengaturan yang spesifik. Secara umum
ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992
tentang Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang spesifik untuk
pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit Bentuk peraturan tersebut seyogyanya
adalah peraturan pemerintah karena menyangkut berbagai instansi di luar sektor
kesehatan.
Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992
tentang Kesehatan sebagai berikut: tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Melihat ketentuan
tersebut nampak bahwa profesi kesehatan memerlukan kompetensi tertentu dan
kewenangan khusus karena tindakan yang dilakukan mengandung risiko yang tidak
kecil.
Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.23/1992 tentang
Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang menyatakan bahwa pelaksanaan
pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan
5

hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu . Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari tindakan
seseorang yang tidak mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan
pengobatan/perawatan, sehingga akibat yang dapat merugikan atau membahayakan
terhadap kesehatan pasien dapat dihindari, khususnya tindakan medis yang
memelakukanngandung risiko.
Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medik
diatur dalam pasal 50 UUNo.23/1992 tentang Kesehatan yang merumuskan bahwa
tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Pengaturan di atas menyangkut pelayanan gawat darurat pada fase di rumah sakit, di
mana pada dasarnya setiap dokter memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai
tindakan medik termasuk tindakan spesifik dalam keadaan gawat darurat. Dalam hal
pertolongan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan maka yang bersangkutan harus
menemelakukanrapkan standar profesi sesuai dengan situasi (gawat darurat) saat itu.
Pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit umumnya tindakan pertolongan
pertama dilakukan oleh masyarakat awam baik yang tidak terlatih maupun yang teriatih
di bidang medis. Dalam hal itu ketentuan perihal kewenangan untuk melakukan tindakan
medis dalam undang-undang kesehatan seperti di atas tidak akan diterapkan, karena
masyarakat melakukan hal itu dengan sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain itu
mereka tidak dapat disebut sebagai tenaga kesehatan karena pekerjaan utamanya bukan
di bidang kesehatan.
Jika tindakan fase pra-rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga terampil yang telah
mendapat pendidikan khusus di bidang kedokteran gawat darurat dan yang memang
tugasnya di bidang ini (misainya petugas 118), maka tanggungjawab hukumnya tidak
berbeda dengan tenaga kesehatan di rumah sakit. Penentuan ada tidaknya kelalaian
dilakukan dengan membandingkan keterampilan tindakannya dengan tenaga yang
serupa.
Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi
hubungan hukum dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan pelayanan gawat
darurat Karena secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung menimbulkan privilege
tertentu bagi tenaga kesehatan maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. Menurut
The American Hospital Association (AHA) pengertian gawat darurat adalah. An
emergency is any condition that in the opinion of the patient, his family, or whoever
6

assumes the responsibility of bringing the patient to the hospital-remelakukanquires


immediate medical attention. This condition continues until a determination has been
made by a health care professional that the patients life or well-being is not threatened.
Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat Dalam hal
pertanggungjawaban hukum, bila pihak pasien menggugat tenaga kesehatan karena
diduga terdapat kekeliruan dalam penegakan diagnosis atau pemberian terapi maka pihak
pasien harus membuktikan bahwa hanya kekeliruan itulah yang menjadi penyebab
kerugiannya/cacat (proximate cause). Bila tuduhan kelalaian tersebut
dilamelakukankukan dalam situasi gawat darurat maka perlu dipertimbangkan faktor
kondisi dan situasi saat peristiwa tersebut terjadi. Jadi, tepat atau tidaknya tindakan
tenaga kesehatan perlu dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang
berkuamelakukanlifikasi sama, pada pada situasi dan kondisi yang sama pula.
Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien (informed
consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU No.23/1992 tentang
Kesehatan pasal 53 ayat 2 dan Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis. Dalam keadaan gawat darurat di mana harus segera
dilakukan tindakan medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi pasien,
tidak perLu persetujuan dari siapapun (pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan
No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh dalam bentuk tertulis,
maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas rekam medis.
2.4 Gaduh Gelisah
A. Definisi
Keadaan gaduh gelisah dapat dimasukkan kedalam golongan kedaruratan
psikiatri, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi, akan tetapi karena keadaan
ini berbahaya bagi pasien sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk orang lain
dan barang-barangnya. Tidak jarang seseorang yang gaduh gelisah dibawa ke rumah
sakit. Yang mengantarnya sering tidak sedikit dan biasanya ialah anggota keluarganya
dan sering mereka juga bingung dan gelisah. suatu keadaan yang menimbulkan tanda
gejalaPsikomotor meningkat,yaitu:
1. Banyak bicara
2. Mondar-mandir
3. Lari-lari
4. Loncat-loncat
5. Destruktif
7

6. Bingung
Afek/emosi excitement, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Marah-marah
Mengancam
Agresif
Ketakutan
Euphoria

B. Gejala gaduh gelisah


Keadaan gaduh gelisah biasanya timbul akut atau sub akut. Gejala utama ialah
psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali berbicara, berjalan mondar
mandir, tidak jarang ia berlari-lari dan meloncat-loncat bila keadaan itu berat. Gerakan
tangan dan kaki serta ajuk (mimic) dan suaranya ceat dan hebat. Mukanya kelihatan
bingung, marah-marah atau takut. Ekspresi ini mencerminkan gangguan afek-emosi dan
proses berpikir yang tidak realistic lagi. Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdaat
waham curiga. Tidak jarang juga timbul halusinasi penglihatan (terutama pada sindroma
otak organic yang akut) dan halusinasi endengaran (terutama pada skizofrenia).
Karena gangguan proses berikir ini, serta waham curiga dan halusinasi (lebihlebih bila halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat bingung, gelisah dan
gaduh. Ia bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi agresif dan destruktif. Karena itu
semua, maka ia menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri atau lingkungannya. Ia dapat
melukai diri sendiri atau mengalami kecelakaan maut dalam kegelisahan yang hebat itu.
Jika waham curiganya keras atau halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat
menyerang orang lain atau merusak barang-barang disekitarnya.
Bila orang dalam keadaan gaduh gelisah tidak dihentikan atau dibuat tidak
berdaya oleh orang-orang disekitarnya untuk mengamankan si pasien dan
lingkungannya, maka ia akan kehabisan tenaga dengan segala akibatnya atau ia
meninggal karena kecelakaan. Tergantung pada gangguan primer, maka kesadaran data
menurun secara kuantitatif (tidak compos mentis) dengan amnesia sesudahnya (seperti
pada sindroma otak yang akut) atau kesadaran itu tidak menurun akan tetapi tidak
normal, kesadaran itu berubah secara kualitatif. Seerti pada semua psikosa, maka
individu dalam keadaan gaduh gelisah ini sudah kehilangan kontak dengan
kenyataan:proses berpikir, afek-emosi, psikomotor dan kemauannya sudah tidak sesuai
lagi dengan realitas.

C. Penyebab Keadaan Gaduh Gelisah :

Gangguan psikotik akut


Psikosa yang berhubungan dengan sindroma otak organic yang akut
Pasien dengan keadaan gaduh gelisah yang berhubungan dengan sindroma
otak organic akut menunjukkan kesadaran yang menurun. Sindroma ini
dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organic menunjuk kepada keadaan
gangguan fungsi otak karena suatu penyakit badaniah. Penyakit badaniah ini
yang menyebabkan gangguan fungsi otak itu mungkin terdapat di otak sendiri
dan karenanya mengakibatkan kelainan patologik-anatomik. Secara mudah
dapat dikatakan bahwa ada sindroma otak organic yang akut biasanya terdapat
kesadaran yang menurun, pada sindrom otak organic yang menahun biasanya
terdapat demensia,. Akan tetapi data daja menimbulkan psikosa ataupun gaduh

gelisah.
Skizofrenia
Keadaan
Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh gelisah itu
merupakan manifestasi suatu psikosa fungsional, yaitu psikosa yang tidak
berhubungan atau sampai sekarang belum diketahui dengan pasti adanya
hubungan dengan suatu penyakit badaniah seperti pada sindroma otak organic.
o Amok
Keadaan gaduh gelisah yang timbul mendadak dan dipengaruhi
oleh factor-faktor social budaya, karena itu PPDGJ 1 memasukkan
kedalam kelompok Keadaan yang terikat pada kebudayaan setempat
(culture bound phenomenon). Efek malu memegang peranan penting.
Biasanya seorang pria sesudah periode meditasi atau tindakan ritualistic,
maka mendadak ia bangkit dan mengamuk. Ia menjadi sangat agresif dan
destruktif.
o Gangguan panic
mungkin saja terjadi pada orang yang normal bila nilai ambang frustasinya
mendadak dilampaui, misalnya kecemasan dan panic sewaktu kebakaran,
kecelakaan masala tau bencana. Sebagian besar orang-orang ini lekas
menjadi tenang kembali, bila perlu diberikan pengobatan suportif seerti
berbicara dengan tenang, istirahat, tranquilaizer serta makanan dan
minuman.
o Kebingungan post konvulsi
9

tidak jarang terjadi sebuah konvulsi karena epilepsy grandmall atau


sesudah terapi konvulsi elektrokonvulsi. Pasien menjadi gelisah atau
agresif. Keadaan ini berlangsung beberapa menit dan jarang lebih lama
dari 15 menit. Pasien dikendalikan dengan dipegang saja dan dengan katakata yang menentramkan. Bila ia masih tetap bingung dan gelisah, maka
perlu diberi diazeapam atau penthotal secara intravena untuk mengakhiri
keadaan bingungnya.
o Reaksidisosiatifatau keadaan fugue memperlihatkan pasien dalam
keadaan bingung juga. Keduanya merupakan jenis nerosa
histerik yang disebabkan oleh konflik emosional. Kesadaran pasien
menurun, ia berbicara dan berbuat sesuai seperti dalam keadaan
mimpi, sesudahnya terdapat amnesia total
o Ledakanamarah (temper tantrum)tidak jarang timbul pada anak kecil.
Mereka menjadi binggung dan marah tidak karuan.
Penyebabnya sering terdaat pada hubungan dengan dunia luar yang
dirasakan begitu menekan sehingga tidak dapat ditahan lagi dan anak
kecil itu bereaksi dengan caranya sendiri.

D. PATHWAY GADUH GELISAH


Seorang yang gaduh gelisah

Menghadapi dengan tenang


Menenangkan dengan kata-kata sedapat dapatnya, diamankan

10

Menentramkan keluarga/pengantar

Memeriksa badaniah sedapat-dapatnya

Terdapat kelainan intern/nerologik

tidak terdapat kelainan intern/nerologik

perawatan/penjagaan yang baik

perawatan penjagaan yang

baik

Obat
Gejala
Neuroletik
a

Obat Kelainan
intem/neurolo
gik : Etiologic
simtomatik

Obat gangguan
psikiatrik :

Neuroleptika

Tranquilaizer

Psikoterapi

E. Strategi Umum Pemeriksaan Pasien


portip
Ketahui sebanyak mungkin mengenai pasien sebelum menjumpai
Waspada mengenai ancaman kekerasan
Perhatikan posisi diri jika berada di ruang tertutup
Pastikan ada orang lain padasaat pemeriksaan
Usahakan untuk mengadakan relasi sebaik mungkin dengan pasien
Cegah pasien menciderai diri
Cegah pasien menciderai orang lain
Pendekatan pasien dengan sikap tidak mengancam
Beri keyakinan pada pasien
Tawarkan pengobatan
Informasikan pasien bahwa pengikatan atau pengurungan mungkin

diperlukan
Serahkan prosedur pengikatan kepada mereka yang menguasai
Pastikan tim selalu siap menahan pasien

F. Pemeriksaan
Diagnosis awal
o pemeriksaan fisik
11

o wawancara psikiatrik
o pemeriksaan status mental
mengidentifikasi faktor pencetus
mengidentifikasi kebutuhan segera
o untuk segera mendapat penanganan psikiatrik
o untuk segera rujuk ke tempat yang paling berkompeten
o pemeriksaan laboratorium yang relevan

G. Penatalaksanaan pengikatan Fisik


Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk menghentikan

perilakunya.
Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan dilakukan

pengikatan.
Tawarkan untuk menggunakan medikasi dari pada dilakukan pengikatan

Jangan tawar-menawar dengan pasien.


Jangan membiarkan pasien berpikir tentang keraguan kita untuk

melakukan pengikatan.
Lakukan pengikatan
o Tiap anggota gerak satu ikatan
o Ikatan pada posisi sedemikian agar tidak mengganggu aliran cairan

IV jika diperlukan
o Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi
o Lakukakan pemeriksaan vital sign tiap setiap jam
o Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf
Lanjutkan dengan medikasi
Setelah pasien dapat dikendalikan dengan medikasi, mulai dengan

melepaskan satu ikatan


Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak menganjurkan

mengikat pasien dengan hanya satu ikatan pada anggota gerak


Buat catatan mengapa pasien harus diikat

H. Terapi dan Pengobatan gaduh-gelisah


Terapi terhadap Underlying disease merupakan tatalaksana saat ini yang
menentukan pendekatan apa yang kita gunakan, antara lain :

Perawatan terhadap keadaangaduh gelisah termasuk delirium


dan gangguan mental organik.

Fiksasi pada tempat tidur dandibuat ruangan tersendiri adalah tindakan


yang sangat membantu.

Lampu yang cukup terang

orientasi dipertahankandengan adanya jam dan kalender


12

didampingi oleh kerabatterdekat merupakan lingkungan yang


mempercepat perbaikan.

Pada keadaan primer psikitri,anti psikotik dan atau anti anxietas


mempunyai dampak yang sangat baik
Kemudian ditunjang lingkungan yang tidak merangsang, serta

psikoterapi
dasar dan psikoeducation diperlukan untuk mengurangi keadaan gaduh
gelisah. Pada gangguan kepribadian membutuhkan kombinasi dari
supportiveand basic cognitive psykotherapies and firm limit setting. Keterl
ibatan penegak hukum dalam hal ini kepolisian akan sangat membantu
pasien untuk tidak melawan dokter. Sedangkan penggunaan obat-obat
sedapat mungkin tidak digunakan.

Pendekatan Umum Pasien Dengan Gaduh Gelisah

Selalu dalam keadaan rendahhati dan tenang.

Usahakan tidak menentang pasien, jika hal ini tidak dilakukan maka pasien
akan marah dan ancenderung tetap dalam kondisi gaduh gelisah.

Sampaikan pada pasiententang siapa dan apa tugas kita sebagai dokter.

Bicara dengan jelas, danhindari kontak mata yang lama.

Selalu menjaga jarak

Bersikap empati terutama pada pasien yang merasa kecewa/putus asa.

Hati-hati karena wawancara yang dilakukan dapat memicu perilaku


kekerasan.

Disarankan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan dalam waktu


yang singkat.

Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang efisien untuk


mendapatkan informasi pada keadaan ini.

Bangun kepercayaan dengan pasien.

Menawarkan makananataupun minuman akan mempercepat pasien kooperatif.

Jika mungkin perkenankan pasien untuk memilih perawatan seperti apa yang
diinginkan.

Gunakan waktu secaraefisien, jika pasien bersedia untuk diambil darah maka l
akukan pemeriksaan pemeriksaan sesuai indikasi.
13

Selalulah berfikir bahwa iniadalah kesempatan satu-satunya


Pasien gaduh gelisah membahayakan bagi pasien sendiri dan orang-

orangdisekitar oleh karena cara pengambilan keputusan oleh pasien yang lemah.
Tujuan utama perawatan adalah membuat pasien tenang dan tidak gaduh gelisah
lagi. Pilihan sedian yang ada :
a.

Golongan Phenothiazine
Salah satu obat yang paling banyak dipakai saat ini adalah

Chlopromazine (largactil, promactil, ethibernal), yang diberikan dengan


dosisawal 50 - 100 mg, dan bila diberikan perenteral, sebaiknya diberikan
secara deep intramuscular. Perlu diperhatikan, obat ini mempunyai khasiat
hipotensif (karenanya tidak dianjurkan dalam pemberian intravenous)
dan suntikan dapat menyebabkan infiltrat di antara otot (rasa sakit). Demikian
pula sifat epileptogenik dari derivate phenothiazine perlu pula diperhatikan.
Mengingat efek samping yang cukup banyak darichlorpromazine, di Indonesia
saat ini juga dijumpai preparat perenteral lainnya
seperti fluphenazine (anatensol HCI). Preparat tersebut saat ini mudah
diperoleh, dan dapat diberikan dalam dosis yang relatif lebih rendah : yakni
2,5 - 5 mg yang dapat diberikan dalam bentuk injeksi sebanyak 1 - 2 cc.
b.

Golongan butyrophenon
Obat yang termasuk golongan ini antara lain Serenace, danHaldol/Halo

peridol. FDA tidak menyetujui sedian IV bagi haloperidol, tetapi dapat


digunakan bersama Salin untuk mencegah presipitasi dengan Heparindan
Phenytoin. Dosis yang diberikan :
-Gaduh gelisah ringan dengan 0.5 mg 2 mg.
-Gaduh gelisah sedang dimulai dengan 5-10 mg.
-Gaduh gelisah berat memerlukan permulaan 10 mg.
Jika pasien masih gaduh gelisah dapat diberikan kembali tiap 20-30
menit dan dapat ditingkatkan pemberian bolus 75 mg. Haloperidol
dapat diberikan secara IV dengan drip dengan dosis rata-rata 10
-20 mg/jam. Dapat juga digunakan dosis 400-500 mg/hari, dengan
dosis awal rendah pada pasien usia tua dan pasien dengan penyakit
tertentu. Penggunaan IV lebih jarang terjadi EPS, reaksi distonik, dan
akathisia sertahipotensi.
14

c.

Golongan Thioxanthene
Walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa efek-samping golongan ini

kurang menyenangkan, tetapi chlorprothixene yang pernah ada di pasaran


Indonesia (Truxal, atau taractan) ternyata cukup efektif dalam
menanggulangi pasien gaduh gelisah bila diberi dalam dosis 50 - 100 mg
intramuskular. Pada Ruangan Gawat Darurat, pemberian
IV biasanya sulit pada keadaan gaduh gelisah, sehingga pasien harus
ditenangkan menggunakan sediaan IM ataupun konsentrat.

Pilihan I:
Haloperidol 5 mg IM/konsentrat dan diulangi 40 menit sampai pasien
tenang. Dilanjutkan dengan pemberian 2 mg IM/per oral tiap 4 jam bila
perlu. Pengguanaan berikutnya sampai dengan 24 jam.

Pilihan II: Kombinasi antipsikotik dan Benzodiazepine mempunyai efek


yanglebih rendah. Haloperidol 5 mg IM/konsentrat tiap 30 menit jika
perlusampai dengan pasien tenang. Sebagai alternatif Lorazepam 2
mgIM/konsentrat diulangi 30 menit bila perlu sampai pasien tenang.

Pilihan III: Chlorpromasin 25 mg IM, jangan pernah memberikan lebih


dari 50mg. Karena dapat menyebabkan hipotensi, dan hindarkan
penggunaan pada pasien tua.
Penggunaan Elektro Convulsive Therapy
Di antara kasus-kasus tertentu, temyata ada yang masih

membandelwalaupun kita telah menggunakan dosis yang lebih tinggi. Tidak


jarang dosisyang tinggi tadi dapat berakibat toksik dan malahan menyebabkan
pasien leblgelisah. Pada kasus yang dulu dikenal sebagai akutett5dliche katatonie,disarankan diberikan Block-shock, yakni pemberian ECT
sebanyak dua atautiga kali dalam sehari, karena justru terapi ini yang menjadi
Drugs of Choice.
Terapi ini dapat diulang pada hari-hari berikutnya selama tiga hari bila
diperlukan. Perlu diperhatikan, bahwa :mereka yang tidak mempunyai alat
ECT, yang mutakhir, masih dapat pula menggunakan elektrode dari listrik
biasa (listrik bolak balik, dengan voltase 70 - 130 volt), dan kedua electrode
tersebut diletakkan di kedua pelipis penderita, dan waktu yang dibutuhkan
adalah 0,1 - 0,5 detik. (tapi preparasi pun harus dikerjakan dengan baik).
15

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ECT adalah :

ECT dapat memperhebat efek hipotensif dari neuroleptika


(penyebabnyamasih dipertanyakan).

Akhir akhir ini, penggunaan ECT memperoleh kecaman yang hebat,


khususnya oleh negara-negara maju karena dianggap kurang etis.
Tapi pemakaian untuk kasus-kasus psikiatrik yang tepat, misalnya bagi
keadaan Psikosis-depresiva, yang disertai agitasi, pemakaian ECT
masih dianggap yang paling potensial.

BAB III
KONSEP[ ASUHAN KEERAWATAN
DENGAN GADUH GELISAH
3.1. PENGKAJIAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saat penderita pertama kali masuk
Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat penyakit dan perjalanan penyakit yang dialami
pasien) maupun selama penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan
pasien dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang dihadapinya). Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara
pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian:

Wawancara

Pemeriksaan fisik

Observasi atau pengamatan

16

Catatan atau status pasien

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

Pengkajian Primer meliputi


1.1. Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Apakah klien dapat berbicara dan
bernafas dengan mudah, nilai kemampuan klien untuk bernafas secara normal.
Pada klien dengan kasus gaduh gelisahi secara penenggelaman, mungkin akan
ditemukan adanya timbunan cairan di paru-paru yang ditandai dengan muntah dan
sesak nafas hebat.
1.2. Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa
frekuensi pernafasan klien per menitnya. Penurunan oksigen yang tajam ( 10
liter/menit ) harus dilakukan suatu tindakan ventilasi. Analisa gas darah dan pulse
oxymeter dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari penderita.
Tanda hipoksia dan hiperkapnia bisa terjadi pada penderita dengan kegagalan ventilasi
seperti pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri yang dapat mengakibatkan
asfiksia. Kegagalan oksigenasi harus dinilai dengan dilakukan observasi dan
auskultasi pada leher dan dada melalui distensi vena.
1.3. Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji kemampuan
venus return klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien Penurunan kardiak output
dan tekanan darah, klien dengan syok hipovolemik karena gaduh gelisah biasanya
akan menunjukan beberapa gejala antara lain,
Urin output menurun kurang dari 20cc/jam, Kulit terasa dingin, Gangguan fungsi
mental, Takikardi, Aritmia
1.4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau
sama sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang
cukup jelas dan cepat adalah :
A : Awakening
V : Respon Bicara
P : Respon Nyerin
17

U : Tidak Ada Nyeri


Penurunan kesadaran dapat disebabkan penrunan oksigenasi atau penurunan perfusi
ke otak atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut
dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi karena
keadaan gaduh gelisah.
1.5. Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui
kelaianan atau cidera yang berhubungan dengan keseimbangan cairan atau trauma
yang mungkin dialami oleh klien dengan tentamen suicide, beberapa klien dengan
tentamen suicide akan mengalami trauma pada lokasi tubuh, misalnya di leher,
pergelangan tangan dan dibagian-bagian tubuh yang lain.

Pengkajian sekunder
1.1. Data pasien
Data pasien merupakan identitas pasien yang meliputi
Nama
Usia, jenis kelamin
Kebangsaan/suku
Berat badan, tinggi badan
Tingkat pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Anggota keluarga
Agama
Kondisi medis, prosedur pembedahan
Masalah emosional
Dirawat di RS sebelumnya
Pengobatan sebelumnya
Alergi
Review sistem tubuh (pada sistem utama yang mengalami gangguan)
Pengkajian dilanjutkan dengan mengkaji keluhan utama, keluhan tambahan serta
aspek psikologis dari klien dengan percobaan bunuh diri.
18

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA

O
1.

KEPERAWATAN
cemas berhubungan

2.

NOC

NIC

NOC :
Anxiety control
dengan kurang
Coping
pengetahuan dan
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi
hospitalisasi
dan mengungkapkan gejala
Definisi :
cemas
Perasaan gelisah yang tak jelas

Mengidentifikasi,
dari ketidaknyamanan atau mengungkapkan
dan
ketakutan yang disertai respon
menunjukkan tehnik untuk
autonom (sumner tidak spesifik
mengontol cemas
atau tidak diketahui oleh

Vital
sign dalam batas normal
individu); perasaan keprihatinan
Postur tubuh, ekspresi wajah,
disebabkan
dari
antisipasi
terhadap bahaya. Sinyal ini bahasa tubuh dan tingkat
menunjukkan
merupakan peringatan adanya aktivitas
ancaman yang akan datang dan berkurangnya kecemasan

NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)

Ketidakseimbangan nutrisi NOC :


kurang dari kebutuhan Nutritional Status : food and
tubuh

Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat
Definisi : Intake nutrisi
badan sesuai dengan
tidak cukup untuk
tujuan
keperluan metabolisme
Berat badan ideal sesuai
tubuh.

dengan tinggi badan

NIC :
Nutrition Management
Kaji
adanya
alergi
makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk

memungkinkan individu untuk


mengambil
langkah
untuk
menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas

19

Gunakan pendekatan yang


menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
Temani
pasien
untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Dorong keluarga untuk
menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan
pasien
menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

Batasan karakteristik :

- Berat badan 20 % atau


lebih di bawah ideal

- Dilaporkan adanya intake


makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily
Allowance)
- Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut
- Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
- Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi

Mampu mengidentifikasi
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda
meningkatkan protein dan
vitamin C
malnutrisi
Berikan substansi gula
Tidak terjadi penurunan
Yakinkan
diet
yang
berat badan yang berarti
dimakan
mengandung
tinggi
serat
untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih
(
sudah
dikonsultasikan
dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat
catatan
makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas
yang
biasa
dilakukan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht

Monitor
makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.

20

konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah

proses keperawatan
Memberikan penjelasan dan motifasi pada pasien tentang penyakitnya
Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya
Mengobservasi TTV
Mengkaji pasien

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN


S : pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian
O : Pemeriksaan TTV
A : masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian
P : planing selanjutnya

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu
keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan biopsiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang
mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen, akut dan kritis akibat trauma, proses
kehidupan ataupun bencana.
Sementara itu gaduh/gelisah merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan :banyak
bicara, mondar-mandir, lari-lari, loncat-loncat, destruktif dan bingung. Hal ini di sebabkan
oleh :Gangguan mental organik (delirium), psikosisfungsional, amok, gangguan panic,
kebingungan post konvulsi, reaksidisosiatifdan ledakan amarah (temper tantrum).
4.1 Saran

21

Gaduh gelisah merupakan suatu keadaan dimana dintadai dengan hiperaktif dan
agresif maka dari itu disini peran perawat dalam menangani pasien dengan gaduh gelisah
harus dapat menerapkan komunikasi yang baik agar proses penyembuhan dan penenangan
pasien dapat tercapai secara semaksimal mungkin

DAFTAR PUSTAKA
Morgan. 1991.Segi Psikiatri. Jakarta : Binarupaksa
Davies, Teifion dan Craig. (2009). ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC
Maramis, W.F. (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:Airlangga University Press
Stuart, Gail W.(2006). Buku Saku Keperawatan gawatdaruratan edisi 5. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai