Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar
dalam psikatrikontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka
buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris
ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan
Mowbray, 1993). Di Amerika Serikat,dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri
setiap tahun (Wilson dan Kneisl,1988), dan merupakan penyebab kematian
kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga
berbanding satu (Stuart dan Sundden,2000, hlm. 487). Pada usia remaja, bunuh
diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan Wright, 2007,hlm.79).
Menurut Prayitno (2006) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per
100.000 penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau
setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada
usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali
lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih
sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain
dengan pistol, menggantung diri, atau lompat darigedung yang tinggi,
sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau
racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu
wanita

lebih

sering

memilih

cara

menyelamatkan

dirinya

sendiri

ataudiselamatkan orang lain.


Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri
bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit
dan pada pasien dibawah40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah
ini bersifat emosional, peracunan diri sendiri secara khusus cenderung
membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari perawat dan dokter
(Ingram, Timbury dan Mowbray, 2007). Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan

menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah
saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik untuk
bunuh diri.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi tentang bunuh diri ?
b. Apa etiologi tentang resiko bunuh diri ?
c. Apa manifestasi klinis tentang resiko bunuh diri ?
d. Bagaimana rentang respon resiko bunuh diri ?
e. Bagaiamana tahapan tentang resiko bunuh diri ?
f. Bagaimana jenis jenis tentang resiko bunuh diri ?
g. Apa psikopatologi tentang resiko bunuh diri ?
h. Bagaimana penatalaksanaan tentang resiko bunuh diri ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan tentang resiko bunuh diri ?
C. TUJUAN MAKALAH
a. Untuk mengetahui definisi tentang bunuh diri
b. Untuk mengetahui tentang resiko bunuh diri
c. Untuk mengetahui klinis tentang resiko bunuh diri
d. Untuk mengetahui rentang respon resiko bunuh diri
e. Untuk mengetahui tahapan tentang resiko bunuh diri
f. Untuk mengetahui jenis jenis tentang resiko bunuh diri
g. Untuk mengetahui psikopatologi tentang resiko bunuh diri
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan tentang resiko bunuh diri
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan resiko bunuh diri

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku
destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh
diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009. Prinsip
Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S - 1 Keperawatan).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007)
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann
Isaacs, 2010)
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering
menyertai gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold
Kaplan,2007)
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk mengakhiri hidupnya. (Keliat, 2009, hal. 180).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau
ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri
sendiri. (Clinton, 2007, hal. 262).
Bunuh diri adalah menimbulkan kematian sendiri, upaya bunuh diri
adalah sengaja melakukan kegiatan tersebut. Isyarat bunuh diri adalah bunuh
diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
Ancaman bunuh diri adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tidak
langsung, verbal atau non verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunh
diri. (Sundeen, 2005, hal 866).

Menurut Maramis 2009, hal 289 bunuh diri adalah segala perbuatan
dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja
dilakukan oleh sesorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu
yang singkat
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
1. Resiko bunuh diri (Suicidal) ideation, pada tahap ini merupakan proses
contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa
melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan
mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian,
perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran
tentang keinginan untuk mati.
2. Resiko bunuh diri (Suicidal) intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir
dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh
diri.
3. Resiko bunuh diri (Suicidal) threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan
adanya keinginan dan hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk
mengakhiri hidupnya.
4. Resiko bunuh diri (Suicidal) gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan
perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak
hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk
melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada
umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau
menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena
individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak
berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup,
ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental.
Tahap ini sering di namakan Crying for help sebab individu ini sedang
berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.
5. Resiko bunuh diri (Suicidal) attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif
klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau
diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan. Walaupun
demikian

banyak

individu

masih

kehidupannya.
B. ETIOLOGI

mengalami

ambivalen

akan

Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1
Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian.

Kekuatan

dukungan

social

sangat

penting

dalam

menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu


mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.

4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang


dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan.
c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.
Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat
lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
d. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan
diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping
alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala menurut fitria, nita (2009)
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Impulsif
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)

6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri


7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan)
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah
dan mengasingkan diri)
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal)
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier)
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
14. Pekerjaan
15. Konflik interpersonal
16. Latar belakang keluarga
17. Orientasi seksual
18. Sumber-sumber personal
19. Sumber-sumber social
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
D. RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI
Rentang Respon Konsep Diri
Respon Adaptif

Respon Mal Adaptif

Aktualisasi

Konsep Diri

Harga Diri

Keracunan

depersonisasi diri

Positif

Rendah

Identilas

(Skema I. Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991)


Pengertian :
a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
b. Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
konsep diri mal adaptif.
d. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspekaspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematang aspek psikososial,
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

e. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri


sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. (Kelliat, 1998).
E. TAHAPAN PADA BUNUH DIRI
Menurut Keliat, 2009, hal. 180, Tahapan bunuh diri terdapat tiga macam
perilaku bunuh diri, yakni sebagai berikut;
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan, tolong jaga
anak-anak saya karena saya akan pergi jauh! atau segala sesuatu akan
lebih baik tanpa saya.
Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk
mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan percobaan
bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya. Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan
harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi
keinginan untuk mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan
dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif
pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan
percobaan diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba
bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja
dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau
melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
F. JENIS-JENIS BUNUH DIRI
Menurut Yosep, 2010, hal 139, ada beberapa jenis jenis dari bunuh diri yaitu;
1. Anomik

Bunuh diri yang diakibatkan factor stress dan juga akibat tekanan ekonomi.
Factor lingkungan yang penuh tekanan (stress full) seperti saat ini,
tampaknya berperan dalam

mendorong orang untuk bunuh diri.

Kemungkinan terjadinya bunuh diri anomik ini tidak bisa diprediksikan.


2. Altruistic
Bunuh diri altruistic berkaitan dengan kehormatan seseorang, kemungkinan
bunuh diri bisa timbul karena gagal dalam melakukan suatu pekerjaan,
ataupun karena kejadian-kejadian lain yang berpengaruh pada kehormatan
seseorang.
3. Egoistic
Jenis egoistic ini kecenderungannya semakin meningkat walaupun
termasuk jenis yang mudah di prediksi, perkiraan tersebut bisa dikenali dari
cirri kepribadian serta respon seseorang terhadap kegagalan. Orang ini
umumnya suka meminta perhatian untuk eksistensi dirinya dan sangat
tergantung pada orang lain.
4. Respons protektif-diri dan perilaku bunuh diri
Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai
langsung atau tidak langsung. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup
setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu
menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka
pendek. (stuart,2006, hal 226).
Perilaku destruktif-diri tidak langsung meliputi setiap aktivitas yang
merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian.
Individu tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi kematian akibat
perilakunya dan biasanya akan menyangkal apabila dikonfrontasi. Durasi
perilaku ini biasanya lebih lama daripada perilaku bunuh diri.
Rentang respons protektif-diri mempunyai peningkatan diri sebagai respons
paling adaptif, sedangkan perilaku destruktif-diri tidak langsung,
pencederaan diri dan bunuh diri merupakan respons mal adaptif. (Stuart,
2006, hal 227)
G. PSIKOPATOLOGI
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang
siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak

kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk


melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori :
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh! atau segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/
marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal
negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang
kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Ancaman bunuh diri pada
umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai
dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
3. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini
pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi
yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
4. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis

10

1. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi.


2. Diberikan obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik

11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH
DIRI
A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri difokuskan pada
pencegahan bunuh diri. Pencegahan dapat dicapai karena semua individu
ambivalen terhadap hidup dan tidak ada seratus persen ingin mati. Pengkajian
tingkah laku bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan keterampilan
mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik, rencana yang spesifik. (Krisanty
dkk,2009, hal. 293)
Menurut Hasson dalam buku Krisanty dkk,2009, hal. 293, hal utama
yang perlu dikaji adalah tanda dan gejala yang dapat menentukan tingkat resiko
dan tingkah laku bunuh diri. Untuk ini ada beberapa pendapat dan petunjuk
yang dapat dipilih oleh perawat, sebagai berikut :
DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah Keperawatan
Resiko bunuh diri

Data yang perlu dikaji


Subjektif :
1. Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan
rasa
bersalah

dan

keputusasaan.
4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri
sebelumnya dari keluarga.
5. Berbicara tentang kematian,

menanyakan

tentang dosis obat yang mematikan.


6. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
7. Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekeasan saat kecil.
Objektif :
1. Impulsif.
2. Menunujukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh).
3. Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis,
dan penyalahgunaan alcohol).
4. Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau

12

penyakit terminal).
5. Pengangguran (tidak

bekerja,

kehilangan

pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).


6. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
7. Status perkawinan yang tidak harmonis
B. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Risiko bunuh diri
2. Bunuh diri
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis.
5.
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Risiko bunuh diri
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1) Perkenalkan diri dengan klien
2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur
4) Bersifat hangat dan bersahabat
5) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
1) Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain)
2) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat
3) Awasi klien secara ketat setiap saat
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
1) Dengarkan keluhan yang dirasakan
2) Bersikap empati untuk meningkatkan

ungkapan

keraguan,

ketakutan dan keputusasaan.


3) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya
4) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
5) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri

13

Tindakan:
1) Bantu

untuk

memahami

bahwa

klien

dapat

mengatasi

keputusasaannya
2) Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3) Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
1) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll).
2) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
3) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif.
6. Klien dapat menggunakan dukungan social
Tindakan:
1) Kaji dan manfaatkan sumber sumber ekstemal individu (orang
orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung,
agama yang dianut).
2) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
3) Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1) Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat).
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien,
obat, dosis, cara, waktu).
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar

14

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapatmengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi
orang yang penuh stress dan berkembang dalam beberapa rentang.
Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri diantaranya
kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya.Bunuh diri
biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan
bunuh diri
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang
tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk
melakukan rencana bunuh diri tersebut
B. SARAN
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup ciri-ciri
pasien yang ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi
terjadinya perilaku bunuh diri pasien
Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa

15

DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2007
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2009
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2008
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice.
Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 2008

16

MAKALAH
RESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh :
KELOMPOK 4
1
2
3
4
5
6

A.SYAMSU DHUKHA
ANJAR PUJI AYU LESTARI
DESY INDAHSARI
DEVI NURDIANA WATI
DWI AYU MARINDA
USNUL AFIFAH FAUZIYAH

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2016

17

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya yang begitu melimpah, sehingga kami selaku penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk keperluan tugas dalam

mata kuliah

keperawatan jiwadengan dosen pengajar ibu iva milia hani S.Kep.,Ns


Dalam penulisan makalah ini, ditemui kesulitan dan hambatan. Namun
berkat dukungan serta bantuan dari semua pihak makalah ini dapat terselesaikan.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarya kepada :
1.

Bpk.H.Bambang Tutuko SH.S.Kep.,Ns.,MH Selaku Ketua Stikes

ICME Jombang
2. Ibu Inayatur Rosyidah S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku KaProdi S1 Keperawatan
STIKES ICME Jombang
3. Ibu Iva Milia Hani S.Kep.,Ns selaku dosen pengajar mata kuliah
keperawatan jiwa
4. Orang tua dan rekan-rekan kami yang telah memberikan dorongan dan
bantuan, serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirul Kalam, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Dalam hal ini di harapakan dapat menambah wawasan
kita mengenai ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI.
Memang

makalah

ini

masih

jauh

dari

sempurna,

maka

kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Jombang,

Maret 2016

Penulis

ii
18

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................2
C. Tujuan makalah................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Definisi.............................................................................................3
Etiologi.............................................................................................5
Manifestasi klinis.............................................................................7
Rentang respon resiko bunuh diri....................................................8
Tahapan pada bunuh diri..................................................................8
Jenis-jenis bunuh diri.......................................................................9
Psikopatologi....................................................................................10
Penatalaksanaan...............................................................................12

BAB III Asuhan keperawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri..........13
A.
B.
C.
D.

Pengkajian........................................................................................13
Masalah keperawatan yang mungkin muncul..................................14
Diagnosis keperawatan....................................................................14
Intervensi keperawatan....................................................................14

BAB IV PENUTUP.....................................................................................17
A. Kesimpulan......................................................................................17
B. Saran.................................................................................................17
Daftar pustaka..............................................................................................18

iii

19

Anda mungkin juga menyukai