Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Insomnia merupakan masalah gangguan tidur yang paling sering

dialami oleh seluruh orang di dunia. Insomnia dapat didefinisikan sebagai

gangguan maupun gejala suatu penyakit. Insomnia sebagai gangguan

merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan tidur,

kesulitan dalam mempertahankan tidur maupun kualitas tidur buruk dan

disertai keadaan penyulit (Busyee, 2008). Menurut para ahli dampak

insomnia pada lansia, bisa berupa meningkatknya risiko penyakit

generatif seperti hipertensi dan jantung, depresi dan stress serta

merupakan manifestasi gangguan tidur (Ghaddafi, 2010). Insomnia juga

meningkatkan risiko terjatuh pada lansia (Helbig et al, 2013) serta

keinginan bunuh diri dan penyalahgunaan obat (Nadorff et al, 2013).

Upaya Penanganan insomnia selama ini yaitu dengan terapi

farmakologi seperti obat-obatan sedative-hypnotic, antihistamin,

antidepresan, antipsikotik dan antikonvulsan. Namun terapi menggunakan

obat tertentu memiliki efek samping yang kurang menguntungkan dan

efek samping obat juga terutama pada lansia sehingga banyak peneliti

yang menerapkan terapi non farmakologi salah satunya yaitu diantanya

terapi relaksasi otot progresif.

WHO menafsirkan bahwa pada tahun 2025 indonesia mengalami

peningkatan jumlah lansia dan kejadian insomnia pada lansia menurut


WHO cukup tinggi yaitu 67% (Seoud et al, 2014). Prevalensi insomnia di

Indonesia yaitu 11,7 %. Artinya kurang lebih 28 juta penduduk indonesia

menderita insomnia (Dewi, 2015). Kejadian insomnia pada lansia di Jawa

Timur tahun 2013 mencapai sekitar 10,96 % (Biro Pusat Statistik, 2014)

Jumlah Lansia sebanyak 182.096 (Dinkes Jombang, 2016)

Hasil wawancara dengan 10 orang lansia yang tinggal di UPT

Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang didapatkan 8 orang mengatakan

mengalami gangguan tidur insomnia, mereka mengatakan bahwa merasa

tidak bisa tidur di malam hari, sering terbangun dan susah untuk memulai

tidur kembali. Hal ini disebabkan karena masalah psikis dan lingkungan

yang dialami serta memikirkan anak dan keluarga. Lansia

mengungkapkan ketika tidak bisa tidur mereka hanya berdiam diri.

Insomnia pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dari

faktor status kesehatan, penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan,

stress, psikologi, diet/nutrisi dan gaya hidup. Jika Masalah insomnia tidak

dapat ditangani dapat menyebabkan kecelakaan bahkan dapat

meningkatkan resiko kematian ( Siregar, 2011).

Perkembangan penanganan non farmakologi sudah berkembang

saat ini. Pada penelitian insomnia selama ini menggunakan Terapi untuk

penanganan insomnia dibagi menjadi 2 jenis, yaitu terapi farmakologi dan

non farmakologi digunakan merupakan pengobatan utama dalam

penanganan gejala insomnia. Obat- obatan ini termasuk sedative

hypnotic, antihistamin, antidepresan, antipsikotik dan antikonvulsan.

Namun terapi menggunakan obat tertentu memiliki efek samping yang


kurang menguntungkan, terutama pada lansia. untuk itu, perlu langkah

lain untuk mengatasi gejala insomnia yaitu dengan terapi non

farmakologis yaitu terapi teknik relakasasi guided imagery (Gehrman dan

Ancol-Israel, 2010).

Terapi guided imagery (imajinasi terbimbing) sebagai upaya

menurunkan insomnia pada lansia. Guided Imagery adalah sebuah teknik

yang memanfaatkan cerita atau narasi untuk mempengaruhi pikiran

sering di kombinasi dengan latar belakang musik. (Yusi K, 2015). Terapi

relaksasi guided imagery dapat digunakan pada berbagai keadaan antara

lain : mengurangi stress dan nyeri, kesulitan tidur, hipertensi, dan

keadaan lain. Terapi relaksasi Guided Imagery diberikan kepada lansia

dalam durasi 15 menit selama 3 hari memberikan efek positif terhadap

penurunan insomnia (Rizan, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi Relaksasi Guided

Imagery Terhadap Insomnia di UPT Pusat Sosial Trena Werdha Jombang

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Pengaruh terapi relaksasi Guided Imagery terhadap

insomnia pada lansia di UPT Pusat Pelayanan Sosial Tresna Werdha

Jombang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui pengaruh terapi relaksasi Guided Imagery terhadap

Insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi skala Insomnia pasien sebelum dilakukan terapi

relaksasi Guided Imagery


2. Mengidentifikasi skala Insomnia setelah dilakukan terapi relaksasi

Guided Imagery
3. Menganalisis pengaruh terapi relaksasi Guided Imagery terhadap

insomnia pada lansia

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi refrensi dalam menangani

masalah insomnia dengan menggunakan terapi Guided Imagery.

1.4.2 Manfaat Praktis

Terapi relaksasi Guided Imagery diharapkan dapat dijadikan sebagai

salah satu intervensi dalam menangani masalah gangguan pola tidur

pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai